Anda di halaman 1dari 31

1

PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN YANG


DIGUNAKAN UNTUK SIRKULASI LUMPUR PEMBORAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

oleh

Muhammad Fuhaidillah Anugrah

NIM 16010132

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2020
2

PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN YANG


DIGUNAKAN UNTUK MEMBUAT LUMPUR PEMBORAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

oleh

Muhammad Fuhaidillah Anugrah

NIM 16010132

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2020
3

PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN YANG


DIGUNAKAN UNTUK SIRKULASI LUMPUR PEMBORAN

Nama : Muhammad Fuhaidillah Anugrah


NIM : 16010057
Dosen Pembimbing : Agung Setiawan, S.T.
Pembimbing Lapangan :
Tempat Pelaksanaan :

ABSTRAK

Lumpur pemboran diperkenalkan pertama kali dalam pemboran putar pada sekitar
awal tahun 1900. Pada umumnya orang hanya menggunakan air untuk mengangkat serbuk
bor (cutting) secara kontinyu. Kemudian dengan berkembangnya teknologi pemboran,
lumpur mulai digunakan dan fungsi lumpur semakin komplek, dan untuk memperbaiki
sifat-sifat lumpur tersebut ditambahkan bahan-bahan kimia (additive). Lumpur pemboran
sebagai fluida pemboran merupakan salah satu bagian terpening dalam menentukan
keberhasilan dari operasi pemboran. Agar lumpur pemboran berfungsi dengan baik dan
opimal, maka sifat – sifat fisik dari lumpur pemboran harus dikendalikan. Sifat – sifat fisik
lumpur pemboran antara lain densitas lumpur, viskositas, gel strength dan laju tapisan.
Pemilihan jenis lumpur dalam operasi pemboran harus sesuai dengan kondisi formasi serta
karakeristik yang akan ditembus agar fungsi lumpur pemboran berfungsi dengan baik.
Seperti aspek pada sistem sirkulasi system dimana pada saat sirkulasi berlangsung sering
terjadi problem seperti loss circulating dan kick.

Kata kunci : lumpur, sifat – sifat lumpur, densitas, viscositas, dan gel strength.
4

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN YANG


DIGUNAKAN UNTUK MEMBUAT LUMPUR PEMBORAN

oleh
Muhammad Fuhaidillah Anugrah
16010132

Diajukan Guna Memenuhi Syarat


Penulisan Laporan Kerja Praktek Untuk Meraih Gelar Ahli Madya
Pada Program Studi Teknik Perminyakan
Akademi Minyak Dan Gas Balongan Indramayu

Disetujui Oleh :

Kepala Prodi Teknik Perminyakan, Pembimbing,

Desi Kusrini, M.T Agung Setiawan, S.T


NIDN. 0425128702
5

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, serta berterimakasih kepada kedua orangtua. Sehinga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang berjudul “Pengenalan Peralatan Dan
Bahan Yang Digunakan Untuk Membuat Lumpur Pemboran” Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Nahdudin Islami, M.Si., selaku Ketua Yayasan Bina Islami.

2. Ibu Ir. Hj. Hanifah Handayani, M.T., selaku Direktur Akademi Minyak dan

Gas Balongan.

3. Ibu Desi Kusrini, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Perminyakan.

4. Bapak Agung Setiawan, S.T., selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek dan

Dosen Praktisi.

5. Orang Tua Penulis yang selalu memberi support dan tak pernah lelah

membimbing Penulis.

6. Teman-teman Teknik Perminyakan C’16 Akamigas Balongan.

Penulis berharap semoga laporan Kerja Praktek ini dapat diterima di

instansi tempat penulis Kerja Praktek dan dapat diterima oleh dosen pembimbing

Kerja Praktek, serta dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Indramayu,…. Juni 2020

Muhammad Fuhaidillah Anugrah


6

DAFTAR ISI
Halaman

JUDUL ............................................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar belakang .......................................................................... 1

1.2 Tema Kerja Praktek .................................................................. 2

1.3 Tujuan Kerja Praktek ................................................................. 2

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 3

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................... 3

1.4 Manfaat .................................................................................... 3

1.4.1 Manfaat Bagi Akamigas Balongan ................................... 3

1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa ............................................... 4

BAB II DASAR TEORI . …………………………………………………… 5

2.1 Fungsi Lumpur Pemboran .......................................................... 6

2.2 Jenis – Jenis Lumpur Pemboran .................................................. 6

2.2.1 Fresh Water Muds. ........................................................ 6

2.2.2 Salt Water Muds ............................................................ 7

2.2.3 Oil Base Muds ............................................................... 7

2.2.4 Oil and Water Emulsion ................................................ 7


7

2.2.5 Gaseos Drilling Fluids .................................................. 7

2.3 Sifat – Sifat Lumpur Pemboran ................................................... 7

2.3.1 Densitas ........................................................................ 7

2.3.2 Viskositas ...................................................................... 8

2.3.3 Gel Strength .................................................................. 8

2.3.4 Yield Point .................................................................... 9

2.3.5 Plastic Viscosity ............................................................ 9

2.3.6 Filtration dan Mud Cake ............................................... 9

2.3.7 pH Lumpur ................................................................... 9

2.4 Problem Yang Sering Terjadi Saat Sirkulasi Berlangsung ........ 10

2.5 Cara Mengatasi Loss Circulation ............................................. 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 11

3.1 Study Literature ........................................................................ 11

3.2 Pengambilan Data ..................................................................... 11

3.3 Pengolahan Data ....................................................................... 11

3.4 Diagram Alir ............................................................................. 12

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 13

4.1 Komponen Sistem Sirkulasi ................................................... 13

4.2 Tempat Mengkondisikan Lumpur........................................... 15

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 18

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 19

5.2 Saran ........................................................................................ 19

5.2.1 Untuk Akamigas Balongan ............................................. 19


8

5.2.2 Untuk Mahasiswa ............................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE
9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting dalam operasi

pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran

sangat tergantung dari lumpur pemboran yang dipakai.

Lumpur pemboran diperkenalkan pertama kali dalam pemboran putar

pada sekitar awal tahun 1900. Pada umumnya orang hanya menggunakan air

untuk mengangkat serbuk bor (cutting) secara kontinyu. Kemudian dengan

berkembangnya teknologi pemboran, lumpur mulai digunakan dan fungsi

lumpur semakin komplek, dan untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur tersebut

ditambahkan bahan-bahan kimia (additive).

Banyak masalah yang terjadi dalam suatu pemboran yang berkaitan

dengan tidak sesuainya lumpur yang digunakan dengan kondisi pemboran.

Terutama pada saat menembus formasi shale, diantaranya sloughing, caving,

dan swelling. Jenis shale sendiri memiliki 2 jenis yang berbeda, Mud making

shale (sensitif terhadap air/lumpur), stressed shale (tidak banyak bereaksi

dengan air, akan tetapi sifatnya tentan runtuh).

Salahsatu penyebab kondisi formasi shale itu tidak stabil biasanya

dikarenakan tekanan ouverborden yang tinggi, tekanan formasi yang besar,

pengaruh penyerapan air, gerakan tektonik, erosi kecepatan pada annulus

terlalu besar (terjadi pengikisan) antara Drillpipe dengan formasi, pengaruh


10

penekanan pada operasi cabut dan masuknya bit pada operasi pemboran.

Ketika terjadi masalah pada shale itu sering terjadi gejala-gejala yg

menandakan terjadi masalah. Diantaranya, tekanan pompa yang naik, torsi

yang naik, terjadi hambatan pada saat Bridge dan fill up, terjadi bit balling.

Perubahan sifat-sifat lumpur juga sering terjadi dimana berat pada lumpur yg

bertambah, viskositas lumpur yg naik, air filtrasi yang naik dan cutting yang

bertambah.

Oleh karena itu masalah-masalah yang biasa terjadi dapat dihindari

dengan pemilihan adcictive lumpur yang sesuai, salah satunya lumpur KCL

Polymer.

Jenis-jenis addictive yang digunakan pada pemilihan lumpur KCL

polymer ini diantaranya, KCL, PHPA, Bentonite, Duo-Vis, PAC-LV, KOH,

Soda Ash, Barite dan Air

1.2 Tema Kerja Praktek

Tema yang diambil dalam kerja Praktek ini adalah Artificial Lift,
dengan judul “Pengenalan Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan Untuk
Sirkulasi Lumpur Pemboran”.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kerja praktek

ini adalah sebagai berikut :


11

1.3.1 Tujuan Umum

1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah

dengan mengaplikasikannya di lapangan.

2. Meningkatkan daya kreativitas dan keahlian mahasiswa.

3. Menambah wawasan tentang lumpur pemboran.

4. Menambah pengalaman di dunia migas.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui komponen sirkulasi lumpur pemboran.

2. Mengetahui tempat mengkondisikan lumpur (Conditioning Area).

3. Mengetahui problem saat sirkulasi lumpur.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang di peroleh dalam pelaksanaan kerja praktek

ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Program D3 Jurusan Teknik Perminyakan Akamigas

Balongan

1. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa dengan

mempraktekkan di dunia kerja.

2. Sebagai sarana untuk membina network dan kerjasama dengan

perusahaan di bidang perminyakan.


12

1.4.2 Bagi Mahasiswa

1. Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi lingkungan kerja

yang sebenarnya.

2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik perminyakan

yang diperoleh dibangku kuliah dalam praktek dan kondisi kerja

yang sebenarnya.

3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan

tempat mahasiswa melaksanakan kerja praktek.


BAB II

DASAR TEORI

Fluida pemboran menurut API (American Petroleum Institute) didefinisikan

sebagai suatu fluida sirkulasi dalam operasi pemboran berputar yang memiliki

banyak variasi fungsi, dimana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap optimumnya operasi pemboran. Oleh karena itu, sangat menentukan

keberhasilan suatu operasi pemboran. Fluida pemboran merupakan fluida non-

newtonian yang artinya fluida yang mempunyai viscositas tidak konstan, yaitu

viscositasnya tergantung dari besarnya shear rate yang terjadi.

Lumpur berbahan dasar air sangat baik digunakan selama operasi pemboran,

selain memiliki nilai ekonomis, lumpur berbahan dasar air mudah dicampurkan

dengan additive lainnya, sehingga memungkinkan lumpur dapat mengatasi masalah

– masalah pemboran. Di samping memiliki kelebihan, lumpur berbahan dasar air

pun memiliki kekurangan – kekurangan dalam realisasinya, khususnya ketika

pemboran menembus zona batuan shale. Air tidak bersifat clayblocking yang

berarti mudah untuk didispersikan oleh mineral clay, sehingga dapat menyebabkan

masalah – masalah baru ketika pemboran berlangsung, seperti bit balling, rekah

formasi, differensial pipe sticking,lost circulation maupun problem kick yang

disertai blow out apabila tidak segera ditangani.

13
14

2.1 Fungsi Lumpur Pemboran

Adapun fungsi lumpur pemboran adalah sebagai berikut :

1. Mengangkat serbuk bor (cuttings) ke permukaan melalui annulus.

2. Mengontrol tekanan formasi.

3. Membersihkan dasar lubang bor.

4. Sebagai pelumas dan pendingin terhadap mata bor (bit) dan pipa bor

(drill string).

5. Menahan sebagian berat drill string dan casing (Bouyancy Effect).

6. Sebagai media logging dan mengevaluasi formasi dan produtifitas

formasi.

7. Membuat efek filtrate cake pada zona porous.

8. Menahan cutting saat sirkulasi dihentikan.

9. Menghantarkan daya hidrolika ke pahat.

10. Sebagai media pada saat proses cementing.

11. Mencegah dan menghambat korosi.

2.2 Jenis – Jenis Lumpur Pemboran

Jenis-jenis lumpur pemboran yang biasa digunakan dalam operasi

pemboran adalah :

2.2.1 Fresh Water Muds

Jenis lumpur ini yang fasa cairnya air tawar dengan kadar garam

kecil (kurang dari 10000 ppm = 1% berat garam).


15

2.2.2 Salt Water Muds

Jenis lumpur dengan bahan dasar garam untuk membor pada

formasi garam massive/salt dome atau lapisan formasi garam.

2.2.3 Oil Base Muds

Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinyunya.

Kadar air diatur rendah hanya berkisar 3 – 5 % volume. Karena

filtratenya minyak, sehingga tidak akan menghidratkan shale atau clay

yang sensitif baik pada formasi biasa ataupun formasi produktif.

2.2.4 Oil and Water Emulsion

Jenis lumpur ini terdiri dari fasa yang tersebar sedangkan air

merupakan fasa kontinyu. Air juga merupakan filtrate. Sebagai bahan

dasar bisa digunakan baik fresh maupun salt water muds.

2.2.5 Gaseous Drilling Fluids

Lumpur ini bahan dasarnya adalah udara kering dan digunakan

pada formasi kering/keras. Lumpur bisa juga merupakan aerated

drilling mud artinya pencampuran antara air dan udara atau gas.

2.3 Sifat – Sifat Lumpur Pemboran

2.3.1 Densitas

Berat jenis suatu lumpur yang berfungsi mengontrol tekanan

formasi dan hilangnya cairan. Alat yang digunakan untuk

mengetahui berat lumpur yaitu mud balance.


16

D= W ...............................................................Persamaan 2.1
V

Keterangan :
D = Berat jenis lumpur
W = Berat lumpur
V = Volume lumpur
2.3.2 Viskositas

Salah satu sifat lumpur yang menentukan daya tahan

terhadap pergerakan atau kekentalan dan untuk mengangkat padatan

serbuk bor. Alat yang digunakan yaitu marsh funnel. Persamaan

yang digunakan untuk mencari viskositas nyata :

µa = ô/ã x 100 …………………....Persamaan 2.2

………………...........................................Persamaan 2.3
µa= (300 x C)/RPM

Keterangan :
= Shear Stress, dyne/cm²
= Shear Rate, s
= Dial Reading, º
RPM = Revolution Per Minute dari rotor

2.3.3 Gel Strength

Kekuatan lumpur untuk menggel pada saat sirkulasi

dimatikan agar menahan cutting tidak turun ke dasar sumur.

Pengukuran Gel strength menggunakan Rheometer.


17

2.3.4 Yeild Point

Bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik-

menarik antar partikel. Pengukuran yield point menggukan

Rheometer. Persaamaan yang digunakan :

Yeild Point = R300 – Pv …….........Persamaaan 2.4

Keterangan :

R300 = Didapat dari pembacaan Rheometer

PV (Plasic Viscocity) = Didapat dari pembacaan Rheometer

2.3.5 Plastic Viscosity

Mengukur gaya gesek antara padatan, cairan dan yang

berhubungan dengan konsentrasi padatan dalam lumpur. Alat yang

digunakan yaitu Rheometer.

2.3.6 Filtrasi dan Mud Cake

Fluida yang hilang ke dalam batuan disebut filtrate,

sedangkan lapisan partikel-partikel besar tertahan di permukaan

batuan disebut mud cake.

2.3.7 pH Lumpur

pH dipakai untuk menentukan tingkat kebasaan dan

keasaman dari lumpur bor.


18

2.4 Problem Yang Sering Terjadi Saat Sirkulasi Berlangsung

Lost circulation adalah hilangnya semua atau sebagian lumpur

dalam sirkulasinya dan masuk ke formasi. Berdasarkan keadaan lost

circulation dapat dibagi dua, yaitu :

 Partial Lost yaitu bila lumpur yang hilang hanya sebagian saja dan

masih ada lumpur yang mengalir ke permukaan.

 Total Lost, yaitu hilangnya seluruh lumpur dan masuk kedalam formasi.

Penyebab lost circulation adalah adanya celah terbuka yang cukup

besar di dalam lubang bor, yang memungkinkan lumpur untuk mengalir

kedalam formasi, dan tekanan didalam lubang lebih besar dari tekanan

formasi. Celah tersebut dapat terjadi secara alami dalam formasi

yang cavernous, fracture, fissure, unconsolidate, atau tekanan terlalu besar.

Berkurangnya tinggi kolom lumpur di anulus sehingga P lumpur < P

formasi, naiknya cost pemakaian LCM, kehilangan data lithologi batuan,

terjadi stuck pipe sehingga membesarnya cost karena dilakukannya fishing

operasi, mengurangi produktivitas sumur, kemungkinan kehilangan lapisan.

Dan perhitungan dari total volume dan waktu sirkulasi bisa dijadikan

sebagai indikator atau acuan apa bila terjadi loss circulation

2.5 Cara Mengatasi Loss Circulation

 Gunakan LCM (Loss Circulation Material).

 Kurangi Densitas lumpur sampai P lumpur sama dengan tekanan formasi.

 Mengurangi rate sirkulasi.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam melaksanakan kerja praktek, mahasiswa diharapkan mampu

melakukan studi kasus, yaitu mengangkat suatu kasus yang dijumpai ditempat kerja

praktek menjadi suatu kajian sesuai dengan bidang keahlian yang ada, atau

melakukan pengamatan terhadap kerja suatu proses untuk dikaji sesuai dengan

bidang keahlian yang dimiliki. Untuk mendukung kerja praktek dan kajian yang

akan dilakukan, maka dapat dilakukan beberapa metode pelaksanaan, antara lain :

3.1 Study Literature

Merupakan data yang diperoleh dari buku–buku atau hand book

sebagai bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan

topik yang di bahas. Selain itu data yang didapat juga diperoleh dari website

atau internet.

3.2 Pengambilan Data

Data rangkaian peralatan yang dibutuhkan adalah Gambar

Peralatan, Fungsi, dan Prinsip Kerja.

3.3 Pengolahan Data

Dalam Pengenalan Peralatan perlu dilakukan analisis volume

lumpur,total waktu sirkulasi,identifikasi total volume & waktu sirkulasi

19
20

3.4 Diagram Alir

EVALUASI TOTAL VOLUME DAN WAKTU


SIRKULASI LUMPUR PEMBORAN

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Drill String : Data Sumur :

 Data Pompa :
ID DP  Kedalaman Sumur
 OD DP
 Kedalaman  Diameter Liner
 ID DC
 OD DC Annulus/Casing  Panjang Stroke
 Length DP  Effisiensi Pompa
 ID Casing
 Length DC  SPM
 ID Anulus

Pengolahan Data

 Volume lumpur
 Total Waktu Sirkulasi
 Identifikasi Total
volume & waktu
sirkulasi

Hasil&Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir


21

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Komponen Sistem Sirkulasi

Peralatan sirkulasi (Circulating Equipment) merupakan komponen

utama dalam sistem sirkulasi. Peralatan ini berfungsi mengalirkan lumpur

dari Mud Tank ke rangkaian pipa bor dan naik ke annulus membawa serbuk

bor ke permukaan menuju ke Solid Control Equipment, sebelum kembali ke

Mud Tank untuk disirkulasikan kembali. Peralatan ini terdiri dari Mud Tank,

Suction Tank, Suction Line, Mud Pump, Dischange Line, Stand Pipe, Rotary

Hose, Top Drive, Drill Pipe, Drill Collar, Annulus, BOP, Flow Line, Shale

Shaker, Digasser, Desander, Desilter, Mud Cleaner ,Centrifuge kemudian

kembali ke Mud Tank. Berikut adalah gambar sirkulasi sistem :

Gambar 2.1 Sirkulasi Sistem


( Sumber : Rubiandini,2009:68 )
22

Perlu diketahui bahwa konsumsi energi pompa dalam suatu operasi

pemboran sekitar 70% - 85% dari seluruh tenaga yang disediakan oleh Prime

Mover.

a. Pompa lumpur (Mud Pump) adalah jantung dari Circulating System.

Fungsi utamanya adalah memindahkan volume lumpur pemboran yang

besar dengan tekanan yang besar. Ada 2 jenis pompa lumpur yaitu duplex

dan triplex, perbedaan yang mendasar dari kedua pompa ini adalah

jumlah piston yang berbeda, duplex dengan 2 piston sedangkan triplex

memiliki 3 piston. Charging pump merupakan peralatan yang paling

utama pada pompa triplex single acting, karena ruang liner pompa dapat

terisi dengan baik tergantung dari efisiensi charging pump tersebut.

Pompa lumpur akan terus bekerja 24 jam saat operasi pemboran

berlangsung, maka sering terjadi permasalahan–permasalahan pada

komponen utama maupun komponen penunjang, maka dari itu harus ada

pengecekan setiap waktu agar kegiatan pemboran tidak mengalami

kendala.

b. Suction Tank merupakan tangki yang digunakan untuk menampung

lumpur pemboran yang akan dipakai pada operasi pemboran, terletak di

depan pompa lumpur.

c. Discharge Line adalah pipa yang dipakai untuk menyalurkan lumpur

pemboran keluar dari pompa lumpur.


23

d. Stand Pipe merupakan pipa baja yang ditegakkan dimenara secara

vertikal disamping dari Derrick atau Mast untuk menghubungkan

dengan Rotary Hose, dan Gooseneck penyambung keduanya.

e. Rotary Hose adalah suatu selang karet bertulang anyaman baja yang

lemas dan sangat kuat, yang menghubungkan Stand Pipe dengan Swivel.

Selang ini harus elastis, untuk memungkinkan Top Driver bergerak bebas

secara vertikal. Selang ini juga harus sangat kuat untuk tahan lama,

karena pekerjaannya yang sangat berat dalam memindahkan fluida

pemboran yang kasar dan bertekanan tinggi itu (sampai 5.000 psi).

Selang pemutar ini dapat diperoleh dengan ukuran panjang sampai

kurang lebih 75 ft.

f. Return Line adalah pipa yang digunakan untuk penyaluran lumpur

pemboran yang keluar dari lubang annulus, pipa ini terhubung ke

Conditioning Area.

4.2 Tempat Mengkondisikan Lumpur

Tempat pengkondisian lumpur pemboran (Conditioning Area atau

Solid Control Equipment) ditempatkan di dekat rig. Area ini terdiri dari

peralatan-peralatan khusus yang digunakan untuk “clean up” lumpur bor

setelah keluar dari lubang bor. Fungsi utama dari peralatan ini adalah untuk

membersihkan lumpur dari cutting dan gas yang terikut. Ada dua cara untuk

memisahkan cutting dan gas, yaitu :

 Menggunakan metode gravitasi, dimana lumpur yang telah terpakai

dialirkan melalui Shale Shaker, dan Settling Tanks.


24

 Secara mekanik, dimana peralatan–peralatan khusus yang dipasang pada

Mud Tank dapat memisahkan cutting dengan gas.

Peralatan pada Conditioning Area terdiri dari Shale Shaker, Mud Gas

Separator, Degasser, Desander, Desilter, Mud Cleaners dan Centrifuge.

a. Shale Shaker merupakan peralatan yang memiliki ayakan mekanis dan

bekerja dengan cara digetarkan, yang bertugas menyaring padatan

(cutting) dari lumpur pemboran yang keluar dari dalam lubang

pemboran. Alat ini memisahkan dan membuang serbuk bor yang

berukuran lebih besar dari lubang saringan dan serbuk. Ukuran partikel-

partikel yang dipisahkan oleh Shale Shaker tergantung pada ukuran

bukaan pada saringan yang digunakan. Jumlah bukaan per liner inch

disebut mesh dan adalah pantulan dari ukuran bukaan layar. Semakin

kecil bukaan pada saringan Shale Shaker, semakin kecil kisaran

pemisahan ukuran partikel. Pada operasi normal Shale Shaker dapat

memisahkan partikel-partikel sampai 160 micron, sehingga kisaran

pemisahan ukuran partikel untuk Shale Shaker menjadi 160 micron.

b. Mud Gas Separator, fungsinya adalah untuk memisahkan gas dari

lumpur, sebelum gas memancar masuk ke tangki lumpur yang terbuka.

Pemisahan gas ini dimaksudkan untuk :

 Mengumpulkan dan membuang gas menjauhi rig untuk menghindari

bahaya kebakaran dan keracunan oleh gas H2S.

 Menghindari terbuangnya lumpur.


25

c. Degasser mempunyai tugas utama adalah untuk mengeluarkan gas-gas

dari dalam cairan lumpur pemboran secara terus menerus. Pembuang

gas ini biasanya ditempatkan di atas tangki lumpur. Alat ini harus

dinyalakan pada saat pemboran berada pada zona yang banyak

mengandung gas dan juga pada terjadinya kick.

d. Desander merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan partikel

padatan lebih besar dari 30–60 micron yang ikut tersirkulasi bersama

lumpur pemboran atau ukuran pasir. Desander menghilangkan padatan

e. Desilter merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan partikel

padatan lebih besar dari 15–30 micron yang ikut tersirkulasi bersama

lumpur pemboran. Saat penambahan barite harus dimatikan agar barite

yang sedang digunakan tidak ikut terpisahkan.

f. Mud Cleaners merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan

padatan lebih besar dari 74 micron yang ikut tersirkulasi bersama

lumpur pemboran.

g. Centrifuge, merupakan alat yang digunakan memisahkan padatan

sebesar 2 mikron dengan memberikan tekanan yang besar kepada

lumpur pemboran
26

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Kerja Praktek yang telah dilakukan dapat diambil

beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Komponen sirkulasi lumpur yaitu Mud Tank ke rangkaian pipa bor dan

naik ke annulus membawa serbuk bor ke permukaan menuju ke Solid Control

Equipment, sebelum kembali ke Mud Tank untuk disirkulasikan kembali.

Peralatan ini terdiri dari Mud Tank, Suction Tank, Suction Line, Mud Pump,

Dischange Line, Stand Pipe, Rotary Hose, Top Drive, Drill Pipe, Drill Collar,

Annulus, BOP, Flow Line, Shale Shaker, Digasser, Desander, Desilter, Mud

Cleaner ,Centrifuge kemudian kembali ke Mud Tank.

2. Peralatan pada Conditioning Area terdiri dari Shale Shaker, Mud Gas

Separator, Degasser, Desander, Desilter, Mud Cleaners dan Centrifuge.

3. Lost circulation adalah hilangnya semua atau sebagian lumpur dalam

sirkulasinya dan masuk ke formasi.


27

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Akamigas Balongan

1. Mempermudah mahasiswa untuk melaksanakan kerja praktek.

2. Sebaiknya dibolehkan mengirim proposal lebih awal dari pelaksanaan

perkuliahan.

3. Membantu mahasiswa dalam menyalurkan tempat kerja praktek.

4. Segera memberitahu apabila ada balasan mengenai surat balasan dari

perusahaan.

5.2.2 Untuk Mahasiswa

1. Mengutamakan kedisiplinan pada saat melaksanakan kerja praktek

karena kita membawa nama baik almamater.

2. Selalu waspada pada saat melakasanakan kerja praktek karena kita

mengerjakan pekerjaan dengan alat yang mahal dan memerlukan

pengetahuan yang lebih untuk mengoperasikannya.

3. Menjaga kebersihan di tempat melaksanakan kerja praktek.

4. Menggunakan alat pelindung diri agar keselamatan terjaga pada saat

melaksanakan kerja praktek.


28

DAFTAR PUSTAKA

Asme, 2005. “Drilling fluids Processing Handbook”

Buntoro, Aris. Perencanaan Lumpur Pemboran dan Solusi Masalah Secara


Praktis, Fakultas Teknik Perminyakan, UPN “Veteran” Yogyakarta.

Direktorat pendidikan menengah kejuruan, 2013. Lumpur dan Hidrolika Lumpur


Pengeboran. Departemen pendidikan Nasional.

Rubiandini, Rudi. 2009. “Teknik Pemboran I”

Texaco, Chevron. “Solid control”, Drilling fluid manual.


29

LAMPIRAN
30

CURICULUM VITAE

Name : Muhammad Fuhaidillah Anugrah

Place, Date of Birth : Cirebon, July 05nd 1999

Gender : Male

Marital Status : Single

Religion : Islam

Citizenship : Indonesian

Blood Group : A

Address : Let.Jend.S.Parman RT/RW 006/003 Kelurahan

Leuweunggajah Kecamatan Ciledug Kabupaten

Cirebon Provinsi Jawa Barat

University : Balongan Oil and Gas Academy

Major : Petroleum Engineering

E-mail : fuhai.dillah@gmail.com

Number Phone : 0893824503242

EDUCATION DETAILS

a. SMK Negeri 1 Lemahabang (2014 - 2017)

b. Balongan Oil and Gas Academy (2017-Present)


31

ORGANIZATION

a. Paguyuban Mahasiswa Migas Cirebon (PMMC)

ACTIVITIES AND FIELD ATTENDED

a. Field Trip Geology LIPI In Karangsambung, Kebumen, Central Java.

b. Field Trip PPTMB Lemigas in Jakarta

c. Field Trip PT. Pertamina Asset 4 Field Cepu and Pusdiklat MIGAS Cepu in Blora,

Central Java.

Similarly resume I created with truth.

Best Regard,

Merlin Diana Rahayu

5.

Anda mungkin juga menyukai