Disusun oleh
KELOMPOK 6 / KELAS E / GANJIL / 2021 - 2022
HANIF ADITYA (21511198)
MUHAMMAD FADHIL IHSANUDIN (21511199)
DIMAS AFLAH ANDHIKA WIJAYA (21511200)
RIFQI FAISAL HAKIM (21511201)
YOSEVAN ALHAMDANI (21511202)
Disusun oleh :
1
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
KELAS :E
KELOMPOK : 6
NO NAMA MAHASISWA NO. MHS.
1 HANIFADHITYA 21511198
2 MUHAMMAD FADHIL IHSANUDIN 21511199
3 HANIF ADHITYA 21511200
4 RIFQI FAISAL HAKIM 21511201
5 YOSEVAN ALHAMDANI 21511202
2
CATATAN KONSULTASI LAPORAN
Revisi Cover
Revisi Kata Pengantar
Revisi BAB 2
Revisi BAB 3
Revisi BAB 4
Revisi BAB 5
ACC BAB I
ACC BAB II
ACC BAB III
ACC BAB IV
ACC BAB V
ACC BAB VI
ACC LAMPIRAN
ACC GRAFIK LAMPIRAN
AUTOCAD
BERITA ACARA PRAKTIKUM
Paraf/Tanggal Paraf/Tanggal
No Praktikum
Asisten Dosen
3. PENGUJIAN BETON
4. PENGUJIAN BAJA
5. PENGUJIAN KAYU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi (+Pr) tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi (+Pr). Selain itu, laporan
praktikum ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang properties agregat, mix
design, pengujian beton, yang akan berguna nantinya dikehidupan sehari-hari bagi para
pembaca dan juga bagi tim penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andi Purnomo S.T. M.T., selaku
Dosen Mata Kuliah Teknologi Bahan Konstruksi dan juga kepada Asisten Dosen
Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi Saudara Muhammad Farrel Ghiffary. yang
telah memberikan tugas dan membimbing tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari, tugas yang tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan praktikum ini.
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pendahuluan
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen
hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah
(admixture atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen
gabungan (bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai
karakteristik masing-masing komponen.
Kekuatan, keawetan, dan sifat beton tergantung dari nilai perbandingan bahan
dasar beton, sifat bahan dasarnya, cara pengadukan, pengerjaan, penuangan, pemadatan
serta perawatan selama proses pengerasan. Untuk membuat beton yang baik maka harus
diperhitungkan cara mendapatkan adukan beton segar yang baik dan beton keras yang
dihasilkan juga baik. Pencapaian kuat beton yang baik perlu diperhatikan kepadatan dan
kekerasan massanya karena umumnya semakin keras dan padat massa penyusunnya
makin tinggi kekuatan dan durability-nya.
Struktur beton dapat didefenisikan sebagai bangunan beton yang terletak di atas
tanah yang menggunakan tulangan atau tidak mengunakan tulangan (AC 318-
89,1990:1-1). Struktur beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-
bahan pencampur beton, yang dibatasi oleh kemampuan daya tekan beton (in a state of
compression) seperti yang tercantum dalam perencanaanya. Hal tersebut bergantung
juga pada kemampuan daya dukung tanah (supported by soil), kemampuan struktur
yang lain atau kemampuan struktur atasnya (vertical support).
2.2 Agregat Halus
2.2.1 Pendahuluan
Agregat Halus merupakan salah satu bahan penyusun beton yang
mempunyai nilai MHB antara 1.5 - 3.8. Agregat halus untuk beton dapat berupa
pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir
buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat halus adalah mineral
alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton yang
memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau lolos saringan no.4 dan tertahan
pada saringan no.200. Agregat halus berasal dari hasil disintegrasi alami dari
batuan alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat pemecah batu (stone
crusher). Pasir umumnya terdapat disungai-sungai yang besar. Akan tetapi
sebaiknya pasir yang digunakan untuk bahan-bahan bangunan dipilih yang
memenuhi syarat. Agregat ini berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi
pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering, apabila kadar lumpur lebih
besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci bila ingin dipakai untuk
campuran beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi kekuatan beton
berkurang 5 %.
2.2.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk
menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat
jenis semu dan angka penyerapaan air dalam agregat balus/pasir.
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang
kondisi dan klasifikasi agregat serta cara mencari data untuk mendapatkan angka
untuk berat jenis curah, berat jenis kering permukaan (SSD), berat jenis semu
dan angka penyerapan air dalam agregat halus/pasir.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini merupakan sebagai berikut:
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih, dengan ketelitian 0.1 gram.
b. Piknometer Kapasitas 500 ml
c. Kerucut terpancung, diameter atas (40) mm, diameter bawah (90) mm dan
tinggi (75) mm, terbuat dari logam dengan tebal minimum 0.80 mm
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, nerat (340) gram
dan diameter permukaan penumbuk (25) mm
e. Saringan No. 4 ((4.75 mm)
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi benda uji
sampai suhu (110)°C
g. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C.
h. Talam
i. Bejana tempat air
j. Desikator
3. Bahan
Benda uji adalah agregat halus/pasir jenuh kering (SSD) dengan berat 500 gram.
4. Cara Pengujian
Cara pengujian dalam pengujian berat jenis agregat halus adalah sebagai
berikut:
a. Siapkan Pan
b. Siapkan Pasir Jenuh Kering 500 gram
c. Masukkan pasir dan air kedalam piknometer
d. Timbang piknometer yang telah diisi pasir dan air tadi kemudian dicatat
e. Kemudian goyang dan putarkan piknomoter tadi sampai gelembung udara
dalam piknometer tadi tidak ada
f. Setelah isi piknometer tadi dengan air sampai gelembung keluar dan 90%
memenuhi piknometer setelah itu tutup piknometer tersebut
g. Keluarkan pasir dan air yang didalam piknometer tadi kemudian taruh di
pan yang telah disediakan
h. Setelah itu masukkan pasir dan air tadi kedalam oven dengan suhu 110 °C
dan dengan waktu oven sekitar 24 jam.
i. Setelah itu timbang pasir hasil oven tersebut untuk dihitung hasil beratnya.\
5. Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian didapatkan sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 2.1
Berat Jenis jenuh kering muda (SSD), 500 / (B+500- 2,608 gram
Bt)
6. Analisis Pengujian
Analisis pengujian mencari berat jenis dan penyerapan agregat halus sebagai
berikut:
Bk
a. Berat Jenis Curah =
(B+500−Bt )
493,4
= =
(687+500−995,3)
2,573
500
b. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (SSD) =
(B+500−Bt )
500
= =
(687+500−995,3)
2,608
Bk
c. Berat Jenis Semu =
(B+ Bk−Bt )
493,4
= =
(687+ 493,4−995,3)
2,665
(500−Bk )
d. Penyerapan Air =
(Bk x 100 %)
(500−493.4)
= = 1,13%
(493,4 x 100 %)
Keterangan :
Bk : Berat Pasir Kering Mutlak (gram)
Bt : Berat Piknometer Berisi Pasir dan Air (gram)
B : Berat Piknometer Berisi Air (gram)
500 : Berat Benda Uji Dalam Keadaan Jenuh Kering (gram)
7. Pembahasan
Didapatkan secara berurutan berat jenis curah, berat jenis jenuh kering
permukaan, berat jenis semu, dan penyerapan air agregat halus sebagai berikut :
2,573 ; 2,608 ; 2,665 dan 1,337%. Berdasarkan SNI 03-1969-1990 batas
minimum dan maksimum agregat halus sebesar 2.5 - 2.7. Berat jenis yang
didapatkan sedikit melebihi batas maksimum SNI. Pengaruh kesalahan tersebut
kemungkinan kurang teliti dalam melakukan penimbangan dari hasil pengujian
dan kesalahan dalam melakukan penimbangan yang membuat berat wadah/pan
ikut terhitung dalam penimbangan. Sedangkan untuk penyerapan air sudah
sesuai dengan syarat yaitu kurang dari 5 % sehingga dari pengujian tersebut
sudah sesuai.
8. Kesimpulan
Dari hasil ini pengujian kami didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.2 Berat Jenis Agregat Halus
2.2.3 Pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) /Analisa Saringan Agregat Halus
Maksud dari metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan
pembagian butir (gradasi) agregat halus dengan saringan.
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara
pengujian serta klasifikasi agregat halus berdasarkan butirannya.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian modulus halus butir adalah sebagai berikut:
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih, dengan ketelitian 0.2 gram
b. Satu set saringan : 9,5mm (3/8”), 4,75 mm (No. 4), 2,36 mm (No. 8), 1,18
mm (No. 16), 0.6 mm (No. 30), 0.30 mm (No. 50), 0,15 mm (No. 100), pan
dan tutup saringan
c. Alat pemisah contoh
d. Mesin pengguncang/penggetar saringan
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi benda uji
sampai suhu (110±5)0C
f. Kain lap, Talam, sikat kawat kuningan halus, kuas,dan lain-lain.
3. Bahan
Benda uji adalah agregat yang lolos Saringan No. 4 (4,75 mm) sebanyak 2000 gr
4. Prosedur Pengujian
Prosedur dalam pengujian modulus halus butir adalah sebagai berikut:
a. Siapkan talam, kemudian timbang, dan catat beratnya.
b. Ambil pasir sebanyak 2000 gram.
c. Ayak dengan mesin selama 10-15 menit.
d. Timbang tiap pan yang berisi material dengan talam yang telah digunakan
e. sebelumnya. Kemudian catat dalam lembar pengujian (berat tertinggal).
5. Hasil pengujian
Hasil dari pengujian analisa saringan aggregat halus dapat dilihat pada Tabel 2.2
MHB 2,321%
6. Analisis pengujian
Dari praktikum ini diperoleh analisis pengujian sebagai berikut:
1. Berat tertinggal (gram)
Dari praktikum ini diperoleh analisis pengujian sebagai berikut:
1) Lubang ayakan 4,80 mm = 10 gram
2) Lubang ayakan 2,40 mm = 182,5 gram
3) Lubang ayakan 1,20 mm = 220 gram
4) Lubang ayakan 0,60 mm = 480,5 gram
5) Lubang ayakan 0,30 mm = 498 gram
6) Lubang ayakan 0,15 mm = 352 gram
7) Sisa agregat halus = 257 gram
8) Jumlah keseluruhan agregat halus = 2000 gram
2. Berat tertinggal (%)
Berat Tertinggal
x 100 %
JumlahTotal
MHB=2,321
0.15 12.85 %
0.3 30.45 %
1.2 79.38 %
2.4 90.38 %
4.8 99.5 %
10 100 %
DAERAH I
DATA SARINGAN BATAS BAWAH BATAS ATAS
120
100
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12
BA BB DATA
8. Pembahasan
Analisa Saringan adalah penentuan prosentase berat butiran agregat yang
lolos dari satu set saringan, kemudian angka-angka presentase digambarkan pada
grafik pembagian butir. Modulus halus butir adalah suatu index yang dipakai
untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Pada pengujian
analisa saringan didapatkan modulus halus butir sebesar 2,321. Sesuai dengan
SNI 03-1968-1990 batas minimun dan maksimum modulus halus agregat halus
sebesar 2,1 – 2,7. Sehingga pengujian telah sesuai dengan syarat yang ada.
9. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB)/Analisa Saringan
agregat halus didapat bahwa benda uji masuk pada daerah II yang merupakan
pasir agak kasar dan modulus halus butir (MHB) nya adalah 2,321.
Volume=5603,634 c m3
= 21700 – 12 9 00
= 8800 gram
1
Volume Silinder= ∗π∗15,34 2∗30
4
8800
Berat Volume Padat =
5603,634463
7. Hasil Pengujian
Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2.5 dibawah ini
2.3.1 Pendahuluan
Agregat kasar merupakan kerikil yang dihasilkan dari proses disintegrasi alami
dari bebatuan atau berupa batu yang pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu.
Agregat kasar merupakan agregat dengan ukuran butir yang lebih besar dari 4,75mm
(saringan no 4). Sifat kekerasan agregat sangat diperlukan, karena sewaktu pembuatan
beton akan mengalami gerakan-gerakan yang keras di dalam mixer dan akan mengalami
gesekan pada saat pengecoran dan pemadatan. Agregat harus bisa menopang pengausan,
pemecah degradasi dan juga disintegrasi (penguraian).
2.3.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
1. Maksud dan tujuan
Maksud dari metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk
menentukam berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat
jenis semu dan angka penyerapan air dalam agregat kasar.
Tujuan pengujian ini adalah supaya mahasiswa dapat memahami tentang
kondisi dan klarifikasi agregat dan cara mencari data untuk mendapatkan angka
berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu
dan angka penyerapan air dalam agregat kasar.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini sebagai berikut:
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih, dengan ketelitian 0,1 gram dan
dilengkapi alat penggantung keranjang
b. Keranjang kawat dengan ukuran 3,35 mm (no.6) atau 2,36 mm (No.8)
dengan kapasitas 5000 gram
c. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sama untuk pemeriksaan,
tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air tetap
d. Alat pemisah contoh
e. Saringan No.4 (4,75 mm)
f. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai
suhu (110±5)℃
g. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1℃
h. Kain lap, sekop kecil, dan lain lain
3. Bahan
Benda uji adalah agregat kasar dengan berat 5000 gram
4. Cara Pengujian
a. Siapkan agregat 5000 gram dengan kondisi jenuh kering permukaan (SSD)
b. Letakkan benda uji pada keranjang dan masukkan ke dalam air
c. Lalu goyangkan kerikil tersebut agar udara yang ada keluar
d. Lalu timbang beratnya di dalam air
e. Keluarkan agregat yang diuji ke pan yang telah disediakan.
f. Selanjutnya masukkan pan ke dalam oven dengan suhu ±110℃ dengan
waktu selama ± 24, kemudian ditimbang dan dicatat beratnya
5. Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian yang didapatkan sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel
2.7
6. Analisis pengujian
Analisis pengujian mencari berat jenis agregat kasar sebagai berikut
Bk
a. Berat jenis curah =
Bj−Ba
4891
=
5000−3079,4
= 2,546
Bj
b. Berat jenis jenuh kering permukaan =
Bj−Ba
5000
=
5000−3079,4
= 2,603
Bk
c. Berat jenis semu =
Bj−Bk
4891
=
4892−3121
= 2,699
Bj−Bk
d. Penyerapan air =
Bk x 100 %
5000−4891
=
4891 x 100 %
= 2,228%
Keterangan :
Bk : Berat pasir kering oven (gram)
Bj : Berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)
Ba : Berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gram).
7. Pembahasan
Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
25°C. Berat jenis Jenuh Kering Permukaan (SSD) adalah perbandingan antara
berat agregat jenuh kering permukaan dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C. Berat Jenis Semu
adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat suling yang isinya
sama dengan isi egregat dalam keadaan kering pada suhu 25°C. Penyerapan
adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering.
Spesifikasi berat jenis agregat menurut SNI 03-1750-1990 adalah sebesar 2,5
– 2,7. Dari hasil analisis yang dilakukan maka berat jenis semu tidak memenuhi
spesifikasi SNI 03-1750-1990. Faktor yang memengaruhi berat jenis jenuh tidak
memenuhi spesifikasi adalah kesalahan pembacaan alat timbang, adanya benda
uji agregat yang terjatuh saat melakukan pengujian, dan pan yang tidak bersih.
8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian ini kami mendapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.9 Kesimpulan Pengujian
Sehingga berat jenis efektif yang di dapat dalam percobaan ini adalah 2,603.
4.8 mm 0.12
10 mm 15.82
20 mm 47.5
40 mm 100
Ukuran MAX 40 mm
100 40 100 95
47,5 20 70 30
15,82 10 35 10
0,12 4,8 5 0
Ukuran MAX 20 mm
47,46 20 100 95
15,82 10 55 25
0,12 4,8 10 0
120
100
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
BB BA DATA
6. Pembahasan
Analisa Saringan adalah penentuan prosentase berat butiran agregat yang
lolos dari satu set saringan, kemudian angka-angka persentase digambarkan pada
grafik pembagian butir.
Modulus halus butir adalah suatu index yang dipakai untuk mengukur
kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Pada pengujian analisa saringan
didapatkan modulus kasar butir sebesar 7,3652. Gradasi agregat kasar masuk
dalam daerah ukuran 40 mm. Mungkin adanya ketidaksesuaian dalam
pelaksanaan praktikum disebabkan kurang teliti dalam pembacaan alat pengujian
maupun kurangnya ketelitian pada saat mengeluarkan agregat yang tersangkut
pada saringan. Sesuai dengan SNI 03-1968-1990 batas minimun dan maksimum
modulus halus agregat halus sebesar 5 – 8. Sehingga pengujian telah sesuai
dengan syarat yang ada.
7. Kesimpulan
Bedasarkan hasil analisa dari kelompok kami bahwa agregat kasar yang
telah diuji masuk kedalam nilai maksimum agregat 40 mm dengan batas atas dan
batas bawah dengan nilai MHB 7.365%.
V =5603,634463 c m 3
W 3=18702−12700
W 3=5802 gram
5802
Berat Volume Gembur=
5603,634463
1
V = x π x (15,34 )2 x 30,32
4
V =5603,634463 c m3
6. Hasil Pengujian
Tabel 2.12 Pengujian Berat Volume Gembur Kerikil
Berat volume gembur merupakan nilai indek dari massa agregat per
satuan volume dalam kondisi gembur atau tidak dipadatkan. Dalam pengujian
ini tidak dilakukan penumbukan sehingga terdapat rongga didalam tabung.Berat
volume gembur yang diperoleh dari pengujian ini yaitu sebesar 1,035399443
gram/Cm3. Berat volume ini memenuhi spesifikasi berat volume gembur agregat
kasar tercantum pada SNI 03-4840-1998 yaitu 1,2 sampai 1,7 gram/Cm3.
7. Pembahasan
Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi agregat yang menutupi
agregat dan lolos ayakan no. 200. Kadar Lumpur pada permukaan butir agregat
akan mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat. Hal ini
dapat mempengaruhi kuat tekan dan ketahanan beton. Berdasarkan SNI 03-
4142-1996, spesifikasi kadar lumpur pada agregat adalah ≤5%. Dari hasil dan
Analisa pengujian, diperoleh persentase kandungan lumpur sebesar 0,36%. Nilai
tersebut telah sesuai dengan SNI 03-4142-1996.
8. Kesimpulan
Dari hasil dan Analisa pengujian, diperoleh persentase kandungan lumpur
sebesar 0,88%. Nilai tersebut telah sesuai dengan SNI 03-4142-1996 yaitu kadar
lumpur dalam pasir adalah ≤5%.