Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Disusun oleh
KELOMPOK 6 / KELAS E / GANJIL / 2021 - 2022
HANIF ADITYA (21511198)
MUHAMMAD FADHIL IHSANUDIN (21511199)
DIMAS AFLAH ANDHIKA WIJAYA (21511200)
RIFQI FAISAL HAKIM (21511201)
YOSEVAN ALHAMDANI (21511202)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM Indonesia
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Disusun oleh :

KELOMPOK 6 / KELAS E / GANJIL / 2021-2022


HANIF ADITYA (21511198)
MUHAMMAD FADHIL IHSANUDIN (21511199)
DIMAS AFLAH ANDHIKA WIJAYA (21511200)
RIFQI FAISAL HAKIM (21511201)
YOSEVAN ALHAMDANI (21511202)

Telah di periksa dan di setujui oleh :

Dosen pengampu, Asisten praktikum,

Andi Purnomo, S.T., M.T Muhammad Farrel Ghiffary


Tanggal : Tanggal :

1
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN


PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNTUK MAHASISWA

KARTU KONSULTASI PRAKTIKUM

KELAS :E
KELOMPOK : 6
NO NAMA MAHASISWA NO. MHS.
1 HANIFADHITYA 21511198
2 MUHAMMAD FADHIL IHSANUDIN 21511199
3 HANIF ADHITYA 21511200
4 RIFQI FAISAL HAKIM 21511201
5 YOSEVAN ALHAMDANI 21511202

JUDUL LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (+PR)

MATA KULIAJ : TEKNOLOGI BAHAN


KONSTRUKSI
DOSEN PENGAMPU : ANDI PURNOMO, S.T., M.T
ASISTEN PRAKTIKUM : MUHAMMAD FARREL GHIFFARY
TAHUN AKADEMIK : 2021-2022

Yogyakarta, Desember 2021


Asisten Praktikum,

MUHAMMAD FARREL GHIFFARY

2
CATATAN KONSULTASI LAPORAN

NO TANGGAL KONSULTASI TTD

Revisi Cover
Revisi Kata Pengantar
Revisi BAB 2
Revisi BAB 3
Revisi BAB 4
Revisi BAB 5

ACC BAB I
ACC BAB II
ACC BAB III
ACC BAB IV
ACC BAB V
ACC BAB VI
ACC LAMPIRAN
ACC GRAFIK LAMPIRAN
AUTOCAD
BERITA ACARA PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN

SEMESTER GENAP 2021/2022

KELOMPOK: 6 / GANJIL / 2021-2022

DOSEN PENGAMPU : Andi Purnomo, S.T., M.T


ASISTEN PRAKTIKUM : MUHAMMAD FARREL GHIFFARY
KELAS :E

Paraf/Tanggal Paraf/Tanggal
No Praktikum
Asisten Dosen

1. UJI PROPERTI AGREGAT

MIX DESIGN DAN


2. PEMBUATAN SAMPEL UJI
BETON

3. PENGUJIAN BETON

4. PENGUJIAN BAJA

5. PENGUJIAN KAYU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi (+Pr) tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi (+Pr). Selain itu, laporan
praktikum ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang properties agregat, mix
design, pengujian beton, yang akan berguna nantinya dikehidupan sehari-hari bagi para
pembaca dan juga bagi tim penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andi Purnomo S.T. M.T., selaku
Dosen Mata Kuliah Teknologi Bahan Konstruksi dan juga kepada Asisten Dosen
Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi Saudara Muhammad Farrel Ghiffary. yang
telah memberikan tugas dan membimbing tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari, tugas yang tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan praktikum ini.

Yogyakarta, November 2021


Tim Penulis,

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton, dalam konstruksi, bahan struktural yang terdiri dari zat partikulat yang
keras dan inert secara kimiawi, yang dikenal sebagai agregat (biasanya pasir dan
kerikil), yang diikat bersama oleh semen dan air.
Agregat umumnya ditetapkan sebagai halus (berkisar dalam ukuran 0,025
hingga 6,5 mm [0,001 hingga 0,25 inci]) atau kasar (dari 6,5 hingga 38 mm [0,25
hingga 1,5 inci] atau lebih besar). Semua bahan agregat harus bersih dan bebas dari
pencampuran dengan partikel lunak atau bahan nabati, karena bahkan sejumlah kecil
senyawa organik tanah dapat menyebabkan reaksi kimia yang sangat mempengaruhi
kekuatan beton.
Beton dicirikan oleh jenis agregat atau semen yang digunakan, oleh kualitas
khusus yang diwujudkannya, atau dengan metode yang digunakan untuk
memproduksinya. Dalam beton struktural biasa, karakter beton sangat ditentukan oleh
rasio air-semen. Semakin rendah kadar air, semuanya sama, semakin kuat betonnya.
 Campuran harus memiliki cukup air untuk memastikan bahwa setiap partikel
agregat benar-benar dikelilingi oleh pasta semen, bahwa ruang antara agregat terisi, dan
beton cukup cair untuk dituangkan dan disebarkan secara efektif. Faktor daya tahan
lainnya adalah jumlah semen dalam kaitannya dengan agregat (dinyatakan sebagai rasio
tiga bagian—semen terhadap agregat halus dan agregat kasar). Dimana beton yang
sangat kuat dibutuhkan, akan ada agregat yang relatif lebih sedikit.
Kekuatan beton diukur dalam pon per inci persegi atau kilogram per sentimeter
persegi gaya yang dibutuhkan untuk menghancurkan sampel dengan usia atau kekerasan
tertentu. Kekuatan beton dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama suhu dan
kelembaban. Jika dibiarkan mengering sebelum waktunya, ia dapat mengalami tegangan
tarik yang tidak seimbang yang dalam keadaan mengeras tidak sempurna tidak dapat
ditahan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari Praktikum ini adalah supaya kita semua dapat mengetahui bahan
bahan yang baik dalam penyusunan beton mulai dari Agregat Halus, Agregat Kasar, dan
juga Pasir. Selain itu juga kita dapat menentukan agregat yang baik untuk pembuatan
beton untuk proyek ke depannya.
Tujuan dari Praktikum ini adalah supaya kita semua dapat menentukan hasil
pengujian dari Agregat Halus dan Kasar serta Pasir yang dapat merupakan bagian dari
penyusunan bahan beton, sehingga kita dapat menentukan agregat - agregat yang baik
untuk pembuatan beton nantinya.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pengujian ini adalah supaya kita semua dapat mendapatkan beton
sesuai yang kita inginkan dan juga berdasarkan standar SNI.
BAB II
BAHAN PENYUSUN BETON

2.1 Pendahuluan
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen
hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah
(admixture atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen
gabungan (bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai
karakteristik masing-masing komponen.
Kekuatan, keawetan, dan sifat beton tergantung dari nilai perbandingan bahan
dasar beton, sifat bahan dasarnya, cara pengadukan, pengerjaan, penuangan, pemadatan
serta perawatan selama proses pengerasan. Untuk membuat beton yang baik maka harus
diperhitungkan cara mendapatkan adukan beton segar yang baik dan beton keras yang
dihasilkan juga baik. Pencapaian kuat beton yang baik perlu diperhatikan kepadatan dan
kekerasan massanya karena umumnya semakin keras dan padat massa penyusunnya
makin tinggi kekuatan dan durability-nya.
Struktur beton dapat didefenisikan sebagai bangunan beton yang terletak di atas
tanah yang menggunakan tulangan atau tidak mengunakan tulangan (AC 318-
89,1990:1-1). Struktur beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-
bahan pencampur beton, yang dibatasi oleh kemampuan daya tekan beton (in a state of
compression) seperti yang tercantum dalam perencanaanya. Hal tersebut bergantung
juga pada kemampuan daya dukung tanah (supported by soil), kemampuan struktur
yang lain atau kemampuan struktur atasnya (vertical support).
2.2 Agregat Halus
2.2.1 Pendahuluan
Agregat Halus merupakan salah satu bahan penyusun beton yang
mempunyai nilai MHB antara 1.5 - 3.8. Agregat halus untuk beton dapat berupa
pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir
buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat halus adalah mineral
alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton yang
memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau lolos saringan no.4 dan tertahan
pada saringan no.200. Agregat halus berasal dari hasil disintegrasi alami dari
batuan alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat pemecah batu (stone
crusher). Pasir umumnya terdapat disungai-sungai yang besar. Akan tetapi
sebaiknya pasir yang digunakan untuk bahan-bahan bangunan dipilih yang
memenuhi syarat. Agregat ini berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi
pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering, apabila kadar lumpur lebih
besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci bila ingin dipakai untuk
campuran beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi kekuatan beton
berkurang 5 %.
2.2.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
1. Maksud dan Tujuan 
Maksud dari metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk
menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat
jenis semu dan angka penyerapaan air dalam agregat balus/pasir.
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang
kondisi dan klasifikasi agregat serta cara mencari data untuk mendapatkan angka
untuk berat jenis curah, berat jenis kering permukaan (SSD), berat jenis semu
dan angka penyerapan air dalam agregat halus/pasir.
2. Alat
   Alat yang digunakan dalam pengujian ini merupakan sebagai berikut:
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih, dengan ketelitian 0.1 gram.
b. Piknometer Kapasitas 500 ml
c. Kerucut terpancung, diameter atas (40) mm, diameter bawah (90) mm dan
tinggi (75) mm, terbuat dari logam dengan tebal minimum 0.80 mm
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, nerat (340) gram
dan diameter permukaan penumbuk (25) mm
e. Saringan No. 4 ((4.75 mm)
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi benda uji
sampai suhu (110)°C
g. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C.
h. Talam
i. Bejana tempat air
j. Desikator
3. Bahan
Benda uji adalah agregat halus/pasir jenuh kering (SSD) dengan berat 500 gram.
4. Cara Pengujian
Cara pengujian dalam pengujian berat jenis agregat halus adalah sebagai
berikut:
a. Siapkan Pan
b. Siapkan Pasir Jenuh Kering 500 gram
c. Masukkan pasir dan air kedalam piknometer
d. Timbang piknometer yang telah diisi pasir dan air tadi kemudian dicatat
e. Kemudian goyang dan putarkan piknomoter tadi sampai gelembung udara
dalam piknometer tadi tidak ada
f. Setelah isi piknometer tadi dengan air sampai gelembung keluar dan 90%
memenuhi piknometer setelah itu tutup piknometer tersebut
g. Keluarkan pasir dan air yang didalam piknometer tadi kemudian taruh di
pan yang telah disediakan
h. Setelah itu masukkan pasir dan air tadi kedalam oven dengan suhu 110 °C
dan dengan waktu oven sekitar 24 jam.
i. Setelah itu timbang pasir hasil oven tersebut untuk dihitung hasil beratnya.\
5. Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian didapatkan sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 2.1

TABEL 2.1 PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS

URAIAN HASIL SATUAN


PENGAMATAN
SAMPEL

Berat pasir kering mutlak (Bk) 493,4 gram

Berat pasir kondisi jenuh kering muka (SSD) 500 gram

Berat piknometer berisi pasir dan air(Bt) 995,3 gram

Berat piknometer berisi air (B) 687 gram

Berat Jenis Curah, Bk / (B+500-Bt) 2,573 gram

Berat Jenis jenuh kering muda (SSD), 500 / (B+500- 2,608 gram
Bt)

Berat Jenis semu, Bk / (B+Bk-Bt) 2,665 gram

Penyerapan Air (500-Bk)/Bk x 100% 1,337% persen(%)

6. Analisis Pengujian
Analisis pengujian mencari berat jenis dan penyerapan agregat halus sebagai
berikut:
Bk
a. Berat Jenis Curah =
(B+500−Bt )
493,4
= =
(687+500−995,3)
2,573

500
b. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (SSD) =
(B+500−Bt )
500
= =
(687+500−995,3)
2,608

Bk
c. Berat Jenis Semu =
(B+ Bk−Bt )
493,4
= =
(687+ 493,4−995,3)
2,665

(500−Bk )
d. Penyerapan Air =
(Bk x 100 %)
(500−493.4)
= = 1,13%
(493,4 x 100 %)

Keterangan :
Bk : Berat Pasir Kering Mutlak (gram)
Bt : Berat Piknometer Berisi Pasir dan Air (gram)
B : Berat Piknometer Berisi Air (gram)
500 : Berat Benda Uji Dalam Keadaan Jenuh Kering (gram)
7. Pembahasan
Didapatkan secara berurutan berat jenis curah, berat jenis jenuh kering
permukaan, berat jenis semu, dan penyerapan air agregat halus sebagai berikut :
2,573 ; 2,608 ; 2,665 dan 1,337%. Berdasarkan SNI 03-1969-1990 batas
minimum dan maksimum agregat halus sebesar 2.5 - 2.7. Berat jenis yang
didapatkan sedikit melebihi batas maksimum SNI. Pengaruh kesalahan tersebut
kemungkinan kurang teliti dalam melakukan penimbangan dari hasil pengujian
dan kesalahan dalam melakukan penimbangan yang membuat berat wadah/pan
ikut terhitung dalam penimbangan. Sedangkan untuk penyerapan air sudah
sesuai dengan syarat yaitu kurang dari 5 % sehingga dari pengujian tersebut
sudah sesuai.
8. Kesimpulan
Dari hasil ini pengujian kami didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.2 Berat Jenis Agregat Halus

No Berat Jenis Agregat Hasil Satuan


.
1. Berat Jenis Curah 2,573 Gram
2. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2,608 Gram
3. Berat Jenis Semu 2,665 Gram
4. Persen Penyerapan Air 1,337 Gram
Tabel 2.2.1 Lanjutan Tabel 2.2

Terdapat kesalahan dalam penimbangan berat hasil pengujian sehingga membuat


kesalahan pada hasil pencatatan yang mengakibatkan lebih dari batas SNI.

2.2.3 Pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) /Analisa Saringan Agregat Halus

1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan
pembagian butir (gradasi) agregat halus dengan saringan.

Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara
pengujian serta klasifikasi agregat halus berdasarkan butirannya.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam pengujian modulus halus butir adalah sebagai berikut:

a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih, dengan ketelitian 0.2 gram
b. Satu set saringan : 9,5mm (3/8”), 4,75 mm (No. 4), 2,36 mm (No. 8), 1,18
mm (No. 16), 0.6 mm (No. 30), 0.30 mm (No. 50), 0,15 mm (No. 100), pan
dan tutup saringan
c. Alat pemisah contoh
d. Mesin pengguncang/penggetar saringan
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi benda uji
sampai suhu (110±5)0C
f. Kain lap, Talam, sikat kawat kuningan halus, kuas,dan lain-lain.
3. Bahan
Benda uji adalah agregat yang lolos Saringan No. 4 (4,75 mm) sebanyak 2000 gr
4. Prosedur Pengujian
Prosedur dalam pengujian modulus halus butir adalah sebagai berikut:
a. Siapkan talam, kemudian timbang, dan catat beratnya.
b. Ambil pasir sebanyak 2000 gram.
c. Ayak dengan mesin selama 10-15 menit.
d. Timbang tiap pan yang berisi material dengan talam yang telah digunakan
e. sebelumnya. Kemudian catat dalam lembar pengujian (berat tertinggal).
5. Hasil pengujian
Hasil dari pengujian analisa saringan aggregat halus dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.3 Modulus Halus Butir/Analisa Saringan Agregat Halus

Lubang Berat Berat Berat Tertinggal Persen


Ayakan Tertinggal Tertinggal Kumulatif (%) Lolos
(mm) (gram) (%) Kumulatif (%)

40,00 0 0,000% 0,000% 100,000%

20,00 0 0,000% 0,000% 100,000%

10,00 0 0,000% 0,000% 100,000%

4,80 10 0,500% 0,500% 99,500%

2,40 182,5 9,125% 9,625% 90,375%


1,20 220 11,000% 20,625% 79,375%

0,60 480,5 24,025% 44,650% 55,350%

0,30 498 24,900% 69,550% 30,450%

Lubang Berat Berat


Ayakan Tertinggal Tertinggal Berat Tertinggal Persen Lolos
(mm) (gram) (%) Kumulatif (%) Kumulatif (%)

0,15 352 17,600% 87,150% 12,850%

Pan 257 12,850% 100,000% 0,000%

Jumlah 2000 100,000%    

MHB 2,321%

Tabel 2.3.1 Lanjutan Tabel 2.3

6. Analisis pengujian
Dari praktikum ini diperoleh analisis pengujian sebagai berikut:
1. Berat tertinggal (gram)
Dari praktikum ini diperoleh analisis pengujian sebagai berikut:
1) Lubang ayakan 4,80 mm = 10 gram
2) Lubang ayakan 2,40 mm = 182,5 gram
3) Lubang ayakan 1,20 mm = 220 gram
4) Lubang ayakan 0,60 mm = 480,5 gram
5) Lubang ayakan 0,30 mm = 498 gram
6) Lubang ayakan 0,15 mm = 352 gram
7) Sisa agregat halus = 257 gram
8) Jumlah keseluruhan agregat halus = 2000 gram
2. Berat tertinggal (%)

Berat Tertinggal
x 100 %
JumlahTotal

1. Lubang ayakan 4,80 mm = 10 x 100 % / 2000 = 0.5 %


2. Lubang ayakan 2,40 mm = 182,5 x 100% / 2000 = 9.125 %
3. Lubang ayakan 1,20 mm = 220 x 100% / 2000 = 11.00 %
4. Lubang ayakan 0,60 mm = 480,5 x 100% / 2000 = 24.025 %
5. Lubang ayakan 0,30 mm = 498 x 100% / 2000 = 24.9 %
6. Lubang ayakan 0,15 mm = 352 x 100% / 2000 = 17.6 %
3. Berat tertinggal kumulatif (%)
1) Lubang ayakan 4,80 mm = 0.5 %
2) Lubang ayakan 2,40 mm = 0.5 % + 9.125 % = 9.625 %
3) Lubang ayakan 1,20 mm = 9.625 % + 11.00 % = 20.625 %
4) Lubang ayakan 0,60 mm = 20.625 % + 24.025 % = 44.65 %
5) Lubang ayakan 0,30 mm = 44.65 % + 24.9 % = 69.55 %
6) Lubang ayakan 0,15 mm = 69.55 % + 17.6 % = 87.15 %
4. Persen lolos kumulatif (%)
1) Lubang ayakan 4,80 mm = 100 % - 0.5 % = 99.5 %
2) Lubang ayakan 2,40 mm = 100 % - 9.625 % = 90.375 %
3) Lubang ayakan 1,20 mm = 100 % - 20.625 % = 79.375 %
4) Lubang ayakan 0,60 mm = 100 % - 44.65 % = 55.35 %
5) Lubang ayakan 0,30 mm = 100 % - 69.55 % = 30.45 %
6) Lubang ayakan 0,15 mm = 100 % - 87.15 % = 12.85 %

7. Hasil Analisis Modulus Halus Butir (MHB)


1. Modulus Halus Butir (MHB)

Jumlah Berat Tertinggal Komulatif


MHB=
100
232,1
MHB=
100

MHB=2,321

2. Pasir masuk daerah = II


3. Jenis pasir = Pasir Agak Kasar
4. Hasil Perhitungan Persen Lolos

TABEL 2.4 HASIL PERHTUNGAN PERSEN LOLOS

Lubang Saringan Persentase Agregat Lolos

0.15 12.85 %

0.3 30.45 %

0.6 55.35 %  

1.2 79.38 %

2.4 90.38 %

4.8 99.5 %

10 100 %

5. Grafik Saringan Agregat Halus

Tabel 2.5 Daerah Gradasi Agregat Halus

DAERAH I
DATA SARINGAN BATAS BAWAH BATAS ATAS

100 10 100 100


99,5 4,8 90 100
90,6 2,4 60 95
78,9 1,2 30 70
54,3 0,6 15 34
27,0 0,3 5 20
11,4 0,15 0 10
DAERAH II
DATA SARINGAN BATAS BAWAH BATAS ATAS

100 10 100 100


99,5 4,8 90 100
90,6 2,4 75 100
78,9 1,2 55 90
54,3 0,6 35 59
27,0 0,3 8 30
11,4 0,15 0 10

Tabel 2.5.1 Lanjutan Daerah Gradasi Agregat Halus

Gambar 2.1 GRADASI 2

120
100
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12

BA BB DATA

8. Pembahasan
Analisa Saringan adalah penentuan prosentase berat butiran agregat yang
lolos dari satu set saringan, kemudian angka-angka presentase digambarkan pada
grafik pembagian butir. Modulus halus butir adalah suatu index yang dipakai
untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Pada pengujian
analisa saringan didapatkan modulus halus butir sebesar 2,321. Sesuai dengan
SNI 03-1968-1990 batas minimun dan maksimum modulus halus agregat halus
sebesar 2,1 – 2,7. Sehingga pengujian telah sesuai dengan syarat yang ada.
9. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB)/Analisa Saringan
agregat halus didapat bahwa benda uji masuk pada daerah II yang merupakan
pasir agak kasar dan modulus halus butir (MHB) nya adalah 2,321.

2.2.4 Pemeriksaan Berat Volume Gembur/Padat Agregat Halus

1. Maksud dan Tujuan


Maksud : metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengujian untuk
menentukan berat volume padat/gembur agregat halus.
Tujuan : tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
tentang cara pengujian serta klasifikasi agregat halus berdasarkan berat volume.
2. Ruang Lingkup
Pengujian ini di lakukan pada agregat halus/pasir dan sejenisnya yang lolos
saringan No. 4 (4,75 mm), hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan
dalam pekerjaan :
a. Penyelidikan quarry agregat
b. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton
3. Peralatan yang digunakan
a. Timbangan kapasistas 2500 gram atau lebih dengan ketelitian 0,1 % dari
b. berat contoh
c. Silinder/tabung kapasistas 5 liter
d. Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm
e. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai
f. suhu (110 ± 5)o C
g. Talam, sekop, dan lain-lain.
4. Benda Uji
Benda uji adalah agregat halus/pasir dan sejenisnya yang telah dikeringkan.
5. Cara Pengujian
a. Gunakan benda uji keadaan jenuh kering permukaan (SSD)
b. Letakkan silinder ukur pada tempat yang datar. Untuk pengujian berat
c. volume padat, masukkan benda uji per 1/3 bagian dan tiap bagian ditumbuk
25 kali merata, lalu diratakan, dikerjakan sampai volume penuh.
d. Sedang untuk pengujian berat volume gembur, benda uji dimasukkan
e. dalam silinder sampai penuh l(tanpa pemadatan) lalu diratakan.
f. Timbang berat silinder berisi benda uji dan dicatat beratnya
g. Hitung volume silinder.
6. Perhitungan
1. Volume Tabung      
1 2
Volume= ∗π∗D
4

Volume=5603,634 c m3

2. Berat Tabung (W1)


W1 = 12.900 gram

3. Berat tabung + agregat kering tungku (W2)


W2 = 20.645 gram

4. Berat Bersih (W3)


W3 = W2-W1 = 20.645 – 12 .9 00 = 7.745 gram
5. Berat Isi Gembur
W3
Berat Isi Gembur=
V
7745
Berat Isi Gembur=
5603,634
Berat Isi Gembur=1,38 gram/cm3

6. Perhitungan Berat Agregat Padat


Berat Agregat = W2 – W1

= 21700 – 12 9 00
= 8800 gram 

7. Perhitungan Volume Silinder (V)


1
Volume Silinder= ∗π∗D 2∗T
4

1
Volume Silinder= ∗π∗15,34 2∗30
4

Volume Silinder=5603,634463 cm3

8. Perhitungan Berat Volume Padat


W3
Berat Volume Padat=
V

8800
Berat Volume Padat =
5603,634463

Berat Volume Padat  = 1,570 gr/cm3

7. Hasil Pengujian
Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2.5 dibawah ini

Tabel 2.6 Pengujian Berat Isi Gembur Pasir

Uraian Hasil Satuan


Pengamatan

Berat Tabung (W1) 12900 gram

Berat Tabung + Agregat kering tungku 20645 gram


(W2)

Berat Agregat (W3) 7745 gram

Diameter Tabung (d) 15,34 cm


Tinggi Tabung (t) 30,32 cm

Volume Tabung (V) 5603,634463 cm3

Berat Volume Gembur 1,382138691  gram/cm3

Tabel 2.7 Pengujian Berat Isi Padat Pasir

Uraian Hasil Satuan


Pengamatan

Berat Tabung (W1) 12900 gram

Berat Tabung + Agregat kering tungku 21700 gram


(W2)

Berat Agregat (W3) 8800 gram

Diameter Tabung (d) 15,34 cm

Tinggi Tabung (t) 30 cm

Volume Tabung (V) 5603,634463 cm3

Berat Volume Padat 1,570409358 gram/cm3


Tabel 2.7.1 Lanjutan Tabel 2.7
8. Pembahasan 
Berat volume gembur adalah nilai indek dari massa agregat persatuan volume
dalam kondisi tidak padat/gembur. Dalam pengujian ini tidak dilakukan
penumbukan sehingga banyak rongga didalam silinder atau cetakan tersebut.
Dari hasil pengujian didapatkan berat volume gembur sebesar 1,382 gram/cm3 .
Syarat berdasarkan spesifikasi SNI 03-4804-1998 batas minimum dan
maksimum pengujian berat volume gembur adalah 1,2 gram/cm 3 – 2,7
gram/cm3. 
9. Kesimpulan
Didapatkan pengujian berat isi gembur pasir sebagai berikut : Berat Volume
Gembur = 1,382 gram/cm3
Kemudian, selanjutnya pengujian berat isi padat pasir sebagai berikut : - Berat
Volume Padat = 1,570 gram/cm3
Dari kesimpulan tersebut dapat dikatakan pada berat volume padat jauh lebih
besar dari pada berat volume gembur.

2.3 Agregat kasar

2.3.1 Pendahuluan
Agregat kasar merupakan kerikil yang dihasilkan dari proses disintegrasi alami
dari bebatuan atau berupa batu yang pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu.
Agregat kasar merupakan agregat dengan ukuran butir yang lebih besar dari 4,75mm
(saringan no 4). Sifat kekerasan agregat sangat diperlukan, karena sewaktu pembuatan
beton akan mengalami gerakan-gerakan yang keras di dalam mixer dan akan mengalami
gesekan pada saat pengecoran dan pemadatan. Agregat harus bisa menopang pengausan,
pemecah degradasi dan juga disintegrasi (penguraian).
2.3.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
1. Maksud dan tujuan
Maksud dari metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk
menentukam berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat
jenis semu dan angka penyerapan air dalam agregat kasar.
Tujuan pengujian ini adalah supaya mahasiswa dapat memahami tentang
kondisi dan klarifikasi agregat dan cara mencari data untuk mendapatkan angka
berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu
dan angka penyerapan air dalam agregat kasar.
2. Alat 
Alat yang digunakan dalam pengujian ini sebagai berikut:
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih, dengan ketelitian 0,1 gram dan
dilengkapi alat penggantung keranjang
b. Keranjang kawat dengan ukuran 3,35 mm (no.6) atau 2,36 mm (No.8)
dengan kapasitas 5000 gram
c. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sama untuk pemeriksaan,
tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air tetap
d. Alat pemisah contoh
e. Saringan No.4 (4,75 mm)
f. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai
suhu (110±5)℃
g. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1℃
h. Kain lap, sekop kecil, dan lain lain
3. Bahan
Benda uji adalah agregat kasar dengan berat 5000 gram 
4. Cara Pengujian
a. Siapkan agregat 5000 gram dengan kondisi jenuh kering permukaan (SSD)
b. Letakkan benda uji pada keranjang dan masukkan ke dalam air
c. Lalu goyangkan kerikil tersebut agar udara yang ada keluar 
d. Lalu timbang beratnya di dalam air
e. Keluarkan agregat yang diuji ke pan yang telah disediakan.
f. Selanjutnya masukkan pan ke dalam oven dengan suhu ±110℃ dengan
waktu selama ± 24, kemudian ditimbang dan dicatat beratnya
5. Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian yang didapatkan sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel
2.7

Tabel 2.8 Pengujian berat agregat kasar

Uraian Hasil Pengamatan Satuan 

Berat Kerikil kering mutlak (Bk) 4891 gram

Berat kerikil Jenuh kering muka (Bj) 5000 gram

Berat piknometer berisi pasir dan air 3079,4 gram


(Ba)

Berat jenis curah BK/(Bj-Ba) 2,546 gram

Berat jenis jenuh kering muda (SSD) 2,603 gram


Bj/(Bj-Ba)

Berat jenis semu Bk/(Bk-Ba) 2,699 gram

Penyerapan air (Bj-Bk)/BK х 100% 2,228% %


TABEL 2.8.1 LANJUTAN TABEL 2.8

6. Analisis pengujian
Analisis pengujian mencari berat jenis agregat kasar sebagai berikut
Bk
a. Berat jenis curah = 
Bj−Ba
4891
=
5000−3079,4
= 2,546 
Bj
b. Berat jenis jenuh kering permukaan =
Bj−Ba
5000
=
5000−3079,4
=  2,603
Bk
c. Berat jenis semu =
Bj−Bk
4891
=
4892−3121
=  2,699
Bj−Bk
d. Penyerapan air =
Bk x 100 %
5000−4891
=
4891 x 100 %
= 2,228%
Keterangan :
Bk : Berat pasir kering oven (gram)
Bj : Berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)
Ba : Berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gram).
7. Pembahasan
Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
25°C. Berat jenis Jenuh Kering Permukaan (SSD) adalah perbandingan antara
berat agregat jenuh kering permukaan dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C. Berat Jenis Semu
adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat suling yang isinya
sama dengan isi egregat dalam keadaan kering pada suhu 25°C. Penyerapan
adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering.

Spesifikasi berat jenis agregat menurut SNI 03-1750-1990 adalah sebesar 2,5
– 2,7. Dari hasil analisis yang dilakukan maka berat jenis semu tidak memenuhi
spesifikasi SNI 03-1750-1990. Faktor yang memengaruhi berat jenis jenuh tidak
memenuhi spesifikasi adalah kesalahan pembacaan alat timbang, adanya benda
uji agregat yang terjatuh saat melakukan pengujian, dan pan yang tidak bersih. 

8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian ini kami mendapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.9 Kesimpulan Pengujian

NO. JENIS BERAT Nilai BJ Satuan


1. Berat Jenis Curah 2,54 Gram
2. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2,603 Gram
3. Berat Jenis Semu 2,69 Gram
4. Persen Penyerapan Air 2,228 %

Sehingga berat jenis efektif yang di dapat dalam percobaan ini adalah 2,603.

2.3.3 Analisa Agregat Kasar


1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengujian ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam
pengujian untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar dengan
saringan.
Tujuan dari pengujian ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat memahami
tentang cara pengujian serta klasifikasi agregat kasar berdasarkan butirannya.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam analisa saringan adalah sebagai berikut :
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih dengan ketelitian 0.2 % dari
berat contoh
b. Satu set saringan dengan ukuran 40 mm, 20 mm, 10 mm, dan 4.8 mm.
c. Pan untuk setiap ukuran agregat
d. Mesin pengguncang/ayakan
e. Oven
f. Talam/sikat
3. Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengujian kerikil/agregat kasar kering oven
4. Cara Pengujian
a. Siapkan kerikil/agregat kasar kering oven
b. Kemudian masukkan kedalam ayakan dengan ukuran 40 mm, 20 mm, 10
mm, dan 4,8 mm
c. Ayak selama 10 - 15 menit
d. Pisahkan setiap agregat dengan ukuran yang berbeda pada ayakan di pan
yang telah disediakan 
e. Jangan lupa untuk menyikat saringan supaya tidak ada agregat yang
tertinggal
f. Timbang kemudian catat
5. Hasil Pengujian
TABEL 2.10 ANALISA AGREGAT KASAR
Ukuran Saringan Persen Lolos

4.8 mm 0.12

10 mm 15.82

20 mm 47.5

40 mm 100

TABEL 2.11 BATAS ATAS DAN BAWAH UKURAN 40 mm

Ukuran MAX 40 mm

Data Saringan Batas Atas Batas Bawah

100 40 100 95

47,5 20 70 30

15,82 10 35 10

0,12 4,8 5 0

Ukuran MAX 20 mm

Data Saringan Batas Atas Batas Bawah

100 40 100 100

47,46 20 100 95

15,82 10 55 25

0,12 4,8 10 0
120
100
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

BB BA DATA

Gambar 2.2 Ukuran Maksimum 40 mm Agregat Kasar

6. Pembahasan
Analisa Saringan adalah penentuan prosentase berat butiran agregat yang
lolos dari satu set saringan, kemudian angka-angka persentase digambarkan pada
grafik pembagian butir.

Modulus halus butir adalah suatu index yang dipakai untuk mengukur
kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Pada pengujian analisa saringan
didapatkan modulus kasar butir sebesar 7,3652. Gradasi agregat kasar masuk
dalam daerah ukuran 40 mm. Mungkin adanya ketidaksesuaian dalam
pelaksanaan praktikum disebabkan kurang teliti dalam pembacaan alat pengujian
maupun kurangnya ketelitian pada saat mengeluarkan agregat yang tersangkut
pada saringan. Sesuai dengan SNI 03-1968-1990 batas minimun dan maksimum
modulus halus agregat halus sebesar 5 – 8. Sehingga pengujian telah sesuai
dengan syarat yang ada.

7. Kesimpulan
Bedasarkan hasil analisa dari kelompok kami bahwa agregat kasar yang
telah diuji masuk kedalam nilai maksimum agregat 40 mm dengan batas atas dan
batas bawah dengan nilai MHB 7.365%.

2.3.3 Pemeriksaan Berat Volume Gembur dan Padat Agregat Kasar


1. Maksud dan Tujuan
Maksud metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengujian untuk
menentukan berat volume padat/gembur agregat kasar.
Tujuan tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
tentang cara pengujian serta klasifikasi agregat kasar berdasarkan berat volume.
2. Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Timbangan kapasistas 20000 gram atau lebih dengan ketelitian 0,1 % dari
berat contoh
b. Silinder/tabung kapasistas 10 liter
c. Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm
d. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai suhu
(110 ± 5)o C
e. Talam, sekop, dan lain-lain.
3. Benda Uji
Benda uji adalah agregat kasar/kerikil/split dan sejenisnya yang telah
dikeringkan.
4. Cara Pengujian
a. Gunakan benda uji keadaan jenuh kering permukaan (SSD)
b. Letakkan silinder ukur pada tempat yang datar. Untuk pengujian berat
volume padat, masukkan benda uji per 1/3 bagian dan tiap bagian ditumbuk
25 kali merata, lalu diratakan, dikerjakan sampai volume penuh. Sedang
untuk pengujian berat volume gembur, benda uji dimasukkan dalam silinder
sampai penuh (tanpa pemadatan) lalu diratakan.
c. Timbang berat silinder berisi benda uji dan dicatat beratnya
d. Hitung volume silinder.
5. Analisis Pengujian
a. Volume Tabung Gembur
1
V = x π x D2 x t
4
1
V = x π x (15,34 )2 x 30,32
4

V =5603,634463 c m 3

b. Berat Agregat Gembur


W 3=W 2−W 1

W 3=18702−12700

W 3=5802 gram

c. Berat Volume Gembur


W3
Berat Volume Gembur=
V

5802
Berat Volume Gembur=
5603,634463

Berat Volume Gembur=1,035gram/c m3

d. Volume Tabung Padat


1
V = x π x D2 x t
4

1
V = x π x (15,34 )2 x 30,32
4

V =5603,634463 c m3

e. Berat Agregat Padat


W 3=W 2−W 1
W 3=20650−12900
W 3=7750 gram

f. Berat Volume Padat


W3
Berat Volume Padat=
V
7759
Berat Volume Padat=
5603,634463

Berat Volume Padat=1,383 gram/c m 3

6. Hasil Pengujian 
Tabel 2.12 Pengujian Berat Volume Gembur Kerikil

Uraian Hasil Pengamatan Satuan

Berat Tabung (W1) 12900 gram

Berat Tabung + Agregat kering tungku (W2) 18702 gram

Berat Agregat (W3) 5802 gram

Diameter Tabung (d) 15,34 cm

Tinggi Tabung (t) 30,32 cm

Volume Tabung (V) 5603,634463 cm3

Berat Volume Gembur 1,035399443 gram/cm3


Tabel 2.12.1 Lanjutan Tabel 2.12
Tabel 2.13 Pengujian Berat Volume Padat Kerikil

Uraian Hasil Pengamatan Satuan

Berat Tabung (W1) 12900 gram

Berat Tabung + Agregat kering tungku (W2) 20650 gram

Berat Agregat (W3) 7750 gram

Diameter Tabung (d) 15,34 cm

Tinggi Tabung (t) 30,32 cm

Volume Tabung (V) 5603,634463 cm3

Berat Volume Padat 1,383030969 gram/cm3


7. Pembahasan
Berat Volume Padat merupakan nilai antara berat agregat dibagi dengan
volume tabung. Dalam pengujian dilakukan penumbukan secara bertahap untuk
mengurangi rongga yang ada sehingga celah antara agregat yang satu dan yang
lain menjadi kecil sehingga agregat dapat mencapai kondisi padat.

Berat volume gembur merupakan nilai indek dari massa agregat per
satuan volume dalam kondisi gembur atau tidak dipadatkan. Dalam pengujian
ini tidak dilakukan penumbukan sehingga terdapat rongga didalam tabung.Berat
volume gembur yang diperoleh dari pengujian ini yaitu sebesar 1,035399443
gram/Cm3. Berat volume ini memenuhi spesifikasi berat volume gembur agregat
kasar tercantum pada SNI 03-4840-1998 yaitu 1,2 sampai 1,7 gram/Cm3.

Berat Volume Padat pada pengujian ini memiliki nilai sebesar


1,383030969 gram/cm3.Berat volume ini memenuhi spesifikasi berat volume
padat agregat yang tercantum pada SNI 03-4804-1998 yaitu rentang antara 1,2
gram/cm3 hingga 1,7 gram/cm3.
8. Kesimpulan 
Berdasarkan hasil pengujian berat volume agregat kasar pada kondisi
gembur memenuhi spesifikasi SNI 03-4804-1998 yaitu sebesar 1,035399443
gram/Cm3.

Berdasarkan hasil pengujian Berat Volume Padat maka memenuhi


spesifikasi SNI 03-4804-1998 yaitu sebesar 1,383030969 gram/cm3.

2.4 Pengujian Lolos Saringan No.200


1. Maksud dan Tujuan
Maksud metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengujian untuk
menentukan prosentase kandungan lumpur dalam pasir sebagai syarat untuk
bahan konstruksi bangunan.
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara
pengujian serta klasifikasi agregat halus sebagai syarat untuk bahan konstruksi,
serta mencari data angka kandungan lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam
persen.
2. Ruang Lingkup
Pengujian ini di lakukan pada agregat halus/pasir dan sejenisnya yang lolos
saringan No. 4 (4,75 mm), dalam pencucian di air.
3. Peralatan yang digunakan :
a. Timbangan kapasistas 2500 gram atau lebih dengan ketelitian 0,1 % dari
berat contoh yang ditimbang
b. Saringan 75 mikron (No. 200)
c. Tempat air untuk pencucian (kran) atau saluran air mengalir
d. Cawan, sendok
e. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampaI suhu
(110 ± 5)o C
f. Kain lap dan lain-lain.
4. Benda Uji
Benda uji adalah agregat kering tungku yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm)
dengan ukuran benda uji :
a. maksimum 2,35 mm, berat contoh minimum = 100 gram
b. maksimum 4,75 mm, berat contoh minimum = 500 gram
5. Cara Pengujian
a) Gunakan benda uji keadaan kering oven
b) Letakkan benda uji dalam saringan dan alirkan air diatasnya
c) Gerakkan benda uji dalam saringan dengan aliran air yang cukup deras,
secukupnya sehingga bagian yang halus menembus saringan No. 200 dan
bagian yang kasar tertinggal diatasnya
d) Ulangi pekerjaan diatas hingga air pencucian tetap jernih
e) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)C sampai berat tetap dan
timbang dengan ketelitian 0,1 gram
6. Perhitungan
W 1−W 2
Berat yang lolos No. 200= ∗100 %
W1
500−489,2
¿ ∗100 %
500
= 0,36 %

TABEL 2.14 PENGUJIAN LOLOS SARINGAN NO.200

Uraian Hasil Pengamatan Satuan

Berat Agregat kering Oven (W1) 500 gram

Berat Agregat kering Oven setelah di cuci 498.2 gram


(W2)

Berat yang Lolos Ayakan No.200 0.36% persen

7. Pembahasan 
Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi agregat yang menutupi
agregat dan lolos ayakan no. 200. Kadar Lumpur pada permukaan butir agregat
akan mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat. Hal ini
dapat mempengaruhi kuat tekan dan ketahanan beton. Berdasarkan SNI 03-
4142-1996, spesifikasi kadar lumpur pada agregat adalah ≤5%. Dari hasil dan
Analisa pengujian, diperoleh persentase kandungan lumpur sebesar 0,36%. Nilai
tersebut telah sesuai dengan SNI 03-4142-1996.
8. Kesimpulan
Dari hasil dan Analisa pengujian, diperoleh persentase kandungan lumpur
sebesar 0,88%. Nilai tersebut telah sesuai dengan SNI 03-4142-1996 yaitu kadar
lumpur dalam pasir adalah ≤5%.

Anda mungkin juga menyukai