Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN PASIR

(Pengujian Kadar Lumpur)


Dosen Pengampu:
Maris Setyo Nugroho S.Pd., M.Eng.

Disusun oleh:
Nicolas Lenno Billthyro Halawa
20540141016

Program Studi S1 Teknik Sipil


Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Teknik Sipil S1
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus atas Berkat dan
Karunia-Nya sehingga tugas laporan Pengujian Kadar Air Pasir Alam ini dapat
diselesaikan. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi memberi materi maupun pikiran.
Besar harapan saya laporan Pengujian Kadar Air Pasir Alam ini dapat
menambah pengetahuan bagi yang telah membacanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca supaya laporan ini dapat menjadi lebih baik.

Yogyakarta, 06 April 2021


Penulis

Nicolas Lenno Billthyro Halawa

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi ..........................................................................................................ii
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Pengujian Pasir...........................................................1
2. Tujuan..................................................................................................1
B. Kajian Teori
1. Definisi dan Deskripsi Umum Tentang Pengujian...............................2
2. Jenis-jenis dan Spesifikasi Bahan yang Digunakan..............................2
3. Standar Bahan, Alat dan Pengujian......................................................3
C. Metode Pengujian
1. Langkah Kerja.....................................................................................6
D. Hasil Pengujian
1. Pelaporan Hasil Pengujian...................................................................11
2. Analisis Data........................................................................................11
E. Pembahasan...............................................................................................11
F. Kesimpulan ...............................................................................................12
G. Kesulitan Pelaksanaan Praktikum.............................................................13
H. Saran-Saran................................................................................................13
I. Daftar Pustaka............................................................................................13
J. Lampiran ...................................................................................................14

ii
Daftar gambar
Gambar 1.1.......................................................................................................3
Gambar 1.2 ......................................................................................................3
Gambar 1.3.......................................................................................................4
Gambar 2.1.......................................................................................................4
Gambar 2.2.......................................................................................................4
Gambar 2.3.......................................................................................................5
Gambar 2.4.......................................................................................................5
Gambar 2.5.......................................................................................................5
Gambar 2.6.......................................................................................................5
Gambar 3.1.......................................................................................................6
Gambar 3.2.......................................................................................................6
Gambar 3.3.......................................................................................................6
Gambar 3.4.......................................................................................................7
Gambar 3.5.......................................................................................................7
Gambar 3.6.......................................................................................................7
Gambar 3.7.......................................................................................................8
Gambar 3.8.......................................................................................................8
Gambar 3.9.......................................................................................................8
Gambar 4.0.......................................................................................................9
Gambar 4.1.......................................................................................................9

iii
Daftar Tabel
Tabel 1..............................................................................................................11

iv
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Pengujian Pasir
Berdasarkan PBI (1971), beton adalah bahan yang diperoleh dari
pencampuran agregat halus, agregat kasar, semen Portland dan air. Beton
banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena harganya relatif murah,
kuat tekannya tinggi dan dapat dibuat sesuai ukuran dan bentuk yang
diinginkan, dan masih banyak lagi kelebihan kelebihan lain (Tjokrodimuljo,
1996 dalam Ginting, A.).
Pasir merupakan salah satu material yang membuat beton. Berdasarkan
SNI 03 – 6820 – 2002, Agregat halus adalah agregat dengan besar butir
maksimum 4,76 mm berasalah dari alam atau olahan. Agregat halus alam
adalah agregat halus hasil disintegrasi dari batuan. Sebagian orang tidak
memperhatikan campuran beton yang baik terutama pada campuran agregat
yang digunakan. Padahal agregat tersebut belum tentu bagus kadang-kadang
masih terdapat lumpur didalamnya. Hal ini mengakibatkan kekuatan beton
juga akan terganggu.
Bahan-bahan penyusun beton sebaiknya memenuhi syarat . Kandungan
lumpur yang melekat pada setiap agregat dibatasi atau tidak boleh berlebihan,
Menurut SNI 03–4428–1989 yaitu untuk agregat halus kandungan lumpur
maksimal 5%, sedangkan agregat kasar maksimal 1 %. Kandungan kadar
lumpur yang melebihi 5% maka akan menggangu pengikatan semen,
sehingga hal ini akan berakibat kekuatan beton menurun. Oleh karena itu
pengujian kadar lumpur pada agregat halus perlu dilakukan untuk mengetahui
kadar lumpur pada agregat halus, sehingga mendapakan kuat tekan beton
yang maksimal.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kualitas pasir yang diuji berdasarkan kadar lumpurnya.
Pasir yang digunakan untuk adukan beton, kandungan lumpurnya tidak boleh
melebihi 5% dari berat keseluruhan.

1
B. KAJIAN TEORI
1. Definisi dan Deskripsi Umum Tentang Pengujian
Berdasarkan SNI 03 – 6820 – 2002, Agregat halus adalah agregat dengan
besar butir maksimum 4,76 mm berasalah dari alam atau olahan. Agregat
halus alam adalah agregat halus hasil disintegrasi dari batuan. Pengertian
Lumpur adalah bagian–bagian yang berasal dari agregat alam (kerikil dan
pasir) yang dapat melalui ayakan 0,075 mm, dengan berat jenis kurang dari
2.0 t/m3 (SK SNI S–04–1989–F). Sebagian orang tidak memperhatikan
campuran beton yang baik terutama pada campuran agregat yang digunakan.
Padahal agregat tersebut belum tentu bagus kadang-kadang masih terdapat
lumpur didalamnya. Hal ini mengakibatkan kekuatan beton juga akan
terganggu.
Bahan-bahan penyusun beton sebaiknya memenuhi syarat . Kandungan
lumpur yang melekat pada setiap agregat dibatasi atau tidak boleh berlebihan,
Menurut SNI 03–4428–1989 yaitu untuk agregat halus kandungan lumpur
maksimal 5%, sedangkan agregat kasar maksimal 1 %. Kandungan lumpur
yang berlebihan pada agregat akan mengurangi daya lekat agregat dengan
pasta semen. Kadar lumpur yang berlebih pada agregat dapat membuat
kekuatan beton menjadi rendah, sehingga mutu beton yang diinginkan tidak
tercapai.
2. Jenis-jenis dan Spesifikasi Bahan yang Digunakan
Agregat (kerikil maupun pasir) harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan
SK SNI S–04–1989–F, ”Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A”. Salah satu
syarat yang harus dipenuhi yaitu kadar lumpur, untuk masing–masing agregat
kadar lumpur yang diijinkan berbeda. Kadar lumpur agregat normal menurut
SK SNI S–04–1989–F adalah :
a. Agregat Halus (Pasir) : kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70
mikro (0,075 mm) maksimum 5%.
b. Agregat Kasar (Split) : kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70
mikro (0,075 mm) maksimum 1%

2
W 1−W 2
Rumus kandungan lumpur total : P= ×100 %
W2
3. Standar bahan, alat dan pengujian
Berdasarkan SNI 1970 : 2008 standar bahan, alat dan pengujian
dijelaskan sebagai berikut,
Bahan:
a. Agregat halus, pasir alam sebagai hasil disintegrasi ’alami’ batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 4,75 mm. Agregat halus ditunjukkan pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Agregat halus


(Sumber: http://notoprasetio.blogspot.com, 2013)
Alat:
a. Timbangan, timbangan yang digunakan dengan ketelitian 0,1 gr atau 0,1%
dari massa yang diuji. Timbangan ditunjukkan pada gambar 1.2.

Gambar 1.2 Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr


(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com, 2013)

3
b. Oven, oven yang dapat dipergunakan harus memiliki kapasitas yang
sesuai, dilengkapi pengatur temperatur dan mampu memanaskan sampai

temperatur (110+5) oC. Oven ditunjukkan pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Oven


(Sumber: https://www.kimiapost.net, 2016)
c. Ayakan pasir 4,8 mm, berguna untuk mengayak pasir yang akan diuji agar
terpisah dari kerikil. Ayakan pasir ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Ayakan pasir 4,8 mm


(Sumber: https://docplayer.info, 2018)
d. Splitter, berguna untuk membagi agregat menjadi dua bagian sama.
Splitter ditunjukan pada Gambar 2.2.

4
Gambar 2.2 Splitter
(Sumber: http://peralatansipil.com, 2014)

e. Nampan/panci, berguna sebagai wadah benda uji. Ditunjukkan pada


Gambar 2.3

Gambar 2.3 Nampan


(Sumber: https://www.duniamasak.com, 2021)
f. Sarung tangan, berguna untuk melindungi tangan dari luka. Ditunjukkan
pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Sarung tangan


(Sumber: https://teknikece.com, 2021)
g. Desiccator, berguna untuk menghilangkan kadar air dari benda uji.
Ditunjukkan pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Desiccator


(Sumber: https://pixabay.com, 2021)
h. Cetok, berguna untuk menyendok benda uji. Ditunjukan pada Gambar 2.6

5
Gambar 2.6 Cetok
(Sumber: https://id.wikipedia.org, 2021)
C. METODE PENGUJIAN
1. Langkah kerja
a. Menyiapkan pasir sebanyak 500 gr, tuangkan ke dalam splitter.
Ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Menuangkan pasir ke dalam splitter


(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)
b. Menimbang pasir lebih kurang 500 gr. Ditunjukkan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Menimbang pasir lebih kurang 500 gr.


(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)
c. Memasukkan pasir kedalam oven, selama 24 jam dengan suhu 105 derajat
celcius. Ditunjukkan pada Gambar 3.3

6
Gambar 3.3 Memasukkan pasir kedalam oven.
(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)
d. Mendinginkan pasir yang dioven dengan Dessicator selama lima menit.
Ditunjukkan pada Gambar 3.4

Gambar 3.4Mendinginkan pasir yang dioven dengan Dessicator


(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)
e. Menimbang pasir sebanyak 2 x 200 gram. Ditunjukkan pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Menimbang pasir sebanyak 2 x 200 gram.


(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)
f. Masukkan pasir pertama pada panci dan masukkan air. Ditunjukkan pada
Gambar 3.6

7
Gambar 3.6 Masukkan pasir pertama pada panci dan masukkan air
(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)

g. Menyaring pasir dengan ayakan nomor 200. Ditunjukkan pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Menyaring pasir dengan ayakan nomor 200


(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)
h. Mencuci pasir berulang kali hingga bersih. Ditunjukkan pada Gambar 3.8

Gambar 3.8 Mencuci pasir berulang kali hingga bersih


(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)

i. Melakukan hal yang sama pada benda uji kedua

8
j. Memasukkan pasir kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 105 derajat
celcius. Ditunjukan pada Gambar 3.9

Gambar 3.9 Memasukkan pasir kedalam oven selama 24 jam


(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)

k. Mendinginkan pasir dengan Dessicator selama 5 menit. Ditunjukan pada


Gambar 4.0

Gambar 4.0 Mendinginkan pasir dengan Dessicator


(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)

l. Menimbang pasir yang sudah didinginkan. Ditunjukan pada Gambar 4.1

9
Gambar 4.1 Menimbang pasir yang sudah didinginkan
(Sumber: Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam, 2021)

10
Mulai

Pasir dimasukan ke dalam Splitter sebanyak 500 gram

Menimbang pasir lebih kurang 500 gr

Memasukkan pasir kedalam oven, selama 24 jam


dengan suhu 105 derajat celcius.

Mendinginkan pasir yang dioven dengan


Dessicator selama lima menit

Menimbang pasir sebanyak 2 x 200


gram

Masukkan pasir pertama pada panci dan masukkan air

Menyaring pasir dengan ayakan nomor 200

Mencuci pasir berulang kali hingga bersih

Memasukkan pasir kedalam oven selama 24 jam

Mendinginkan pasir dengan Dessicator selama 5 menit

Melakukan hal yang sama pada benda uji kedua

Menimbang pasir yang sudah didinginkan

Selesai 11
D. HASIL PENGUJIAN
Berdasarkan hasil praktikum didapat data hasil pengujian, yakni sebagai
berikut:
1. Pelaporan Hasil Pengujian
Berat pasir sebelum dicuci:
a. Pengujian 1: 200 gram
b. Pengujian 2: 200 gram
Berat pasir kering oven dan sudah dicuci:
a. Pengujian 1: 198,16
b. Pengujian 2: 196,11
2. Analisis Data
Tabel 1 Hasil Analisis Data
Berat pasir
Berat pasir Kadar air =
kering oven A−B
Pengujian ke : sebelum dicuci × 100 %
dan sudah
A (gram) B
dicuci B (gram)
1 200 198,16 0,93%
2 200 196,11 1,98 %
Rerata 200 197,135 1,45 %

E. PEMBAHASAN
Tabel 1 Hasil Analisis Data
Berat pasir
Berat pasir Kadar air =
kering oven A−B
Pengujian ke : sebelum dicuci × 100 %
dan sudah
A (gram) B
dicuci B (gram)
1 200 198,16 0,93%
2 200 196,11 1,98 %
Rerata 200 197,135 1,45 %

Berdasarkan analisis data diatas, dapat dilihat bahwa benda uji memilki
perubahan berat. Pada pengujian ke-1 berat pasir sebelum dicuci yakni 200 g,
sedangkan setelah dioven dan sudah dicuci berubah menjadi 198,16 g. Hal
yang sama juga terjadi pada pengujian ke-2 yakni sebelum dicuci memiliki
berat 200 g, setelah dioven dan sudah dicuci berubah menjadi 196,11 g.
Perubahan yang terjadi pada berat pasir sebelum dicuci dengan sesudah
dioven dan dicuci terjadi karena pasir memiliki kadar lumpur yang
terkandung dalam pasir.

12
Berdasarkan SNI 03 – 4428 – 1997, Lumpur adalah bagian–bagian yang
berasal dari agregat alam (kerikil dan pasir) yang dapat melalui ayakan 0,075
mm, dengan berat jenis kurang dari 2.0 t/m3. Berdasarkan hal tersebut kadar
air yang terkandung dalam pasir dihitung menggunakan rumus:
W 1−W 2
P= ×100 %..................................................................................
W2
(1)
Keterangan:
P = kadar lumpur benda uji dalam satuan persen
W1 = massa benda uji dalam satuan g
W2 = massa benda uji kering oven dan sudah dicuci dalam satuan g

Pada praktikum ini W 1 dan W 2 dimisalkan menjadi A dan B. Perhitungan


kadar lumpur pada pengujian ke-1 didapatkan hasil sebesar 0,93%.
Sedangkan pada pengujian ke-2 didapatkan hasil sebesar 1,98 %. Menurut
SNI 03–4428–1989 yaitu untuk agregat halus kandungan lumpur maksimal
5%, sedangkan agregat kasar maksimal 1 %. Kandungan kadar lumpur yang
melebihi 5% maka akan menggangu pengikatan semen, sehingga hal ini akan
berakibat kekuatan beton menurun. Oleh karena itu, benda uji yang
digunakan pada praktikum ini memenuhi syarat pada camuran beton.

F. KESIMPULAN
Pasir merupakan salah satu material yang membuat beton. Berdasarkan
SNI 03 – 6820 – 2002, Agregat halus adalah agregat dengan besar butir
maksimum 4,76 mm berasalah dari alam atau olahan. Bahan-bahan penyusun
beton sebaiknya memenuhi syarat . Kandungan lumpur yang melekat pada
setiap agregat dibatasi atau tidak boleh berlebihan, Menurut SNI 03–4428–
1989 yaitu untuk agregat halus kandungan lumpur maksimal 5%, sedangkan
agregat kasar maksimal 1 %. Kandungan lumpur yang berlebihan pada
agregat akan mengurangi daya lekat agregat dengan pasta semen. Kadar

13
lumpur yang berlebih pada agregat dapat membuat kekuatan beton menjadi
rendah, sehingga mutu beton yang diinginkan tidak tercapai.
Perhitungan kadar lumpur pada pengujian ke-1 didapatkan hasil sebesar
0,93%. Sedangkan pada pengujian ke-2 didapatkan hasil sebesar 1,98 %.
Menurut SNI 03–4428–1989 yaitu untuk agregat halus kandungan lumpur
maksimal 5%, sedangkan agregat kasar maksimal 1 %. Kandungan kadar
lumpur yang melebihi 5% maka akan menggangu pengikatan semen,
sehingga hal ini akan berakibat kekuatan beton menurun. Oleh karena itu,
benda uji yang digunakan pada praktikum ini memenuhi syarat pada camuran
beton.
G. KESULITAN
Kesulitan yang didapat pada praktikum ini ialah pada saat pencucian pasir
yang tidak tercuci sepenuhnya.
H. SARAN-SARAN
Praktikum selanjutnya agar dapat mencuci pasirnya dengan lebih baik lagi
I. DAFTAR PUSTAKA
Ginting, A., 2011. Pengaruh Kadar Air Agregat terhadap Kuat Tekan Beton.
Jurnal Teknik, (Online), Vol. 1, No. 1, (jurnalteknik.janabadra.ac.id, diakses
1 Maret 2021).
Haris, S., 2017. Pengaruh Kandungan Lumpur pada Agregat Halus Terhadap
Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton Normal. (Online)
(http://eprints.ums.ac.id/54684/11/PUBLIKASI.pdf, diakses pada tanggal 31
Maret 2021)

Purwanto & Priastiwi, Y.A., 2012. Pengaruh Kadar Lumpur pada Agregat Halus
Dalam Mutu Beton. Teknik, (Online), Vol. 33, No. 2,
(https://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik/article/view/4385/4003,
diakses pada tanggal 31 Maret 2021)
SNI 03 – 6820 – 2002 Tentang: Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan
Adukan dan Plesteran dengan Bahan Dasar Semen. Bandar Standar Nasional.
SNI 03 – 4428 – 1997 Tentang: Metode pengujian agregat halus atau pasir yang
mengandung bahan plastik dengan cara setara pasi. Badan Standar Nasional.

14
J. LAMPIRAN
No. Dok :
OHS/51D9CA16/JSA
JOB SAFETY ANALYSIS No. Rev : 1
Tgl Rilis : 09 Maret 2021
Hal : 1 dari 1

No. JSA : 002/HR/HSE/JSA/VII/2021 Terbit : 09 Maret 2021


Nama Pengujian : Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam Departemen : Fakultas Teknik
Pengawas : Maris Setyo N., S.Pd., M. Eng. Pelaksana : 1. Alif Nur
A./20540141001
APD : 1. Masker 2. Dewi P./20540141006
2. Sarung Tangan 3. Febriana
A./20540141008
3. Pakaian Praktek 4. Nicolas
L./20540141016
4. Sepatu 5. Radifan
A./20540141018

No Urutan Kerja Potensi Bahaya Upaya Pengendalian Penanggung Jawab


.
1. Menyiapkan pasir Jika tidak hati-hati Menggunakan sarung Febriana Arum
500 gram. menggunakan tangan, dan lebih Dewi
cetok, tangan berhati-hati ketika
dapat terluka. menyerok/mengambi
l pasir.
2. Mengayak pasir Debu pasir dapat Menggunakan masker Radifan Amalul Ahli
dengan ayakan menganggu untuk menutupi dan Alif Nur Adisty
berdiameter 4,8 pernafasan. hidung dan mulut.
mm
3. Memasukkan Oven panas, jika Menggunakan sarung Dewi Purnama dan
cawan yang berisi terkena anggota tangan, dan pakaian Nicolas Lenno
pasir ke dalam tubuh dapat khusus untuk praktek. Billthyro Halawa
oven. menyebabkan luka
bakar

15
Gambar Agregat Halus Gambar Timbangan

Gambar Oven

Gambar Ayakan Pasir Gambar Splitter

16
Gambar Nampan Gambar Sarung Tangan

Gambar Desiccator Gambar Cetok

17

Anda mungkin juga menyukai