DOSEN PEMBIMBING
JASMAN ST. MT
DISUSUN OLEH:
NAMA : HAIRIAH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Pengujian material dan Beton” ini dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai struktur beton. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Hairiah
DAFTAR ISI
SAMPUL ……………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
Latar Belakang ………………………………………………….. 1
Rumusan Masalah ………………………………………………. 1
Tujuan …………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………… 2
Pengujian Material …………………………………………………. 4
Sifat-Sifat Beton …………………………………………………. 4
Jenis-Jenis Beton …………………………………………………. 6
Bahan – Bahan Penyusunan Beton ……………………………… 10
Air Dan Bahan Campuran ………………………………….. 11
BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 17
Kesimpulan ……………………………………………………… 17
Saran ……………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 18
BAB I
PEDAHULUAN
1.Latar Belakang
2.Rumusan Masalah
3.Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengujian Material
1. portland cement
2. Air
3. Agregat
4. Bahan tambahan (admixture atau additive).
B. Sifat-sifat Beton
massa jenis γc sekitar 2400 kg/m3 bahan ini memiliki berat jenis 23,54
kN/m3 ( 1000g kg setara dengan 1 kN, di mana gravitasi dalam cm/dt 2),
mengakibatkan bangunan beton sangat berat
15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa
susut dan rangkak.
3) Beton Non-Pasir
Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir,
melainkan hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya
rongga udara di celah-celah kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih
rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan semen pada beton ini juga
lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur ringan,
kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.
4) Beton Hampa
Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air
pengencer adukan beton memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun
hanya mengandung air yang telah bereaksi dengan semen saja sehingga
memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton hampa banyak sekali
dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit.
5) Beton Bertulang
Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja.
Perlu diketahui, beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah
dengan gaya tarik. Oleh karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke
dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik meningkat. Beton
bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai,
kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.
6) Beton Pra-Tegang
Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton
bertulang. Perbedaan tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal
dimasukkan ke beton harus ditegangkan terlebih dahulu. Tujuannya supaya
beton tidak mengalami keretakan walaupun menahan beban lenturan yang
besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk menyangga
struktur bangunan bentang lebar.
7) Beton Pra-Cetak
Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut
beton pra-cetak. Beton ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar
kualitasnya lebih baik. Selain itu, pemilihan beton tersebut juga kerap didasari
pada sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang tersedia. Beton
pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang pembangunan dan pengadaan material.
8) Beton Massa
Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak.
Penuangan beton ini juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula
dengan perbandingan antara volume dan luas permukaannya pun sangat
tinggi. Pada umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran lebih
dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi besar,
pilar bangunan, dan bendungan.
9) Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar
sebagai bahan pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut
berkisar antara 15-20 cm. Bahan ini lantas ditambahkan ke adukan beton
normal sehingga dapat meningkatkan kekuatannya. Beton siklop seringkali
dibangun pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.
Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu,
air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air
yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur
dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu
diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai
sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk
pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk
mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang diuji,
hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat dipakai
untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung
garam yang dapat menyebabkan baja berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki
sifat beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua
kelompok: yang pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus
diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu
diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan yang kedua
disebut zat campuran. Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas
adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu
terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah. Ada beberapa jenis
zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan zat
untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk
memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum
udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat
untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam
semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah.
Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk
golongan zat pendispersi.
BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan
air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa
padat. Bahan penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi
yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan
pada bagian pembahasan.
Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa
hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan
penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan
abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di
Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia.
Disamping mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton
mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai
struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat
dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.
2 Saran
http://duniatekniksipil.web.id/category/struktur-beton/
http://sukamabar.blogspot.co.id/2013/06/tentang-struktur-beton-
bertulang.html
http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40304/mod_resource/content/1/Panduan
%20Belajar%20SBD%20Rev%201.pdf
SNI 1974:2011, “Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder”,
Badan Standar
Nasional, 2011
SNI 4431:2011, “Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik
pembebanan”,