Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HISAB

( METODE MENENTUKAN MASUKNYA BULAN RAMADHAN )

DOSEN PEMBIMBING

DR. H. MASHYAR IDRIS, M.Ag

DISUSUN OLEH:

KLP III:

HAIRIAH : 219190112

SERLY DWI ERIANTI : 219190095

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE-PARE

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa saya ucapkan kepada guru pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh sebab itu penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga Dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Aamiin...

Pare-Pare Okteber 2021

Peyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................... 2

C. TUJUAN................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HISAB........................................................................................... 3

B. DALIL METODE HISAB....................................................................................... 3

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN........................................................................................................ 9

B. SARAN ..................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 10

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penetapan awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah mendapat perhatian khusus

dari masyarakat Islam, sejak masa Rasulullah SAW hingga kini, karena

keterkaitannya dengan ibadah puasa, sosial dan politik. Bahkan ia dapat

mempengaruhi stabilitas, ketentraman dan keamanan masyarakat. Oleh karena itu

para ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang berwenang


1
melakukannya, prosedur dan mekanismenya.

Hampir setiap tahun di Indonesia terjadi perbedaan dalam penetapan awal

Ramadan atau Syawal. Perbedaan Idul Fitri misalnya, terjadi pada masa orde baru

pasca hadirnya Badan Hisab Rukyat milik pemerintah RI, yaitu pada tahun

1985, 1992, 1993, 1994 dan 1998 M. Dan perbedaan ini kembali terulang pada

tahun 2002, 2006, 2007, 2011 dan 2012 M. Padahal keberadaan Badan Hisab

Rukyat bertujuan untuk mengusahakan bersatunya umat Islam dalam menentukan

awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah. Tak jarang perbedaan ini membuat

2
masyarakat bingung dalam menentukan pilihan.

Perbedaan awal bulan kamariah terjadi karena perbedaan akan penafsiran

dari penggalan hadis Nabi Muhammad SAW terkait hisab rukyat, umat Islam

mengalami perbedaan dalam memahami dan mengaplikasikan

pesan hadis Rasulullah SAW yang artinya :


Secara garis besar perbedaan itu muncul dari pemahaman lafaz li

ru’yatihi yang artinya “karena melihat bulan”, apakah melihat di sini

secara langsung dengan mata telanjang ataukah “bi al-nadzhar” (melihat

4
dengan penalaran melalui hisab).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu hisab

2. Bagamana metode Hisab ( penentuan awal bulan ramadhan )

C. Tujuan

1. Mengetahui apa iitu hisab

2. Menjelaskan bagamana metedo hisab (menentukan awal ramadhan)


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hisab

hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk


menentukan posisi bulan dalam penentuan dimulainya awal bulan pada
kalender hijriyah.

Dalam dunia Islam istilah (terminologi) hisab sering digunakan


dalam ilmu falak untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap
Bumi. Karena posisi matahari menjadi patokan umat Islam dalam
menentukan masuknya waktu sholat. Sementara posisi bulan digunakan
untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode
bulan baru dalam kalender hijriyah.

B. Dalil Metode Hisab

1. Q.S Yasiin (36:39)

‫َاز َل َحتَّى عَا َد َك ْالعُرْ جُو ِن ْالقَ ِد ِيم‬


ِ ‫َو ْالقَ َم َر قَدَّرْ نَاهُ َمن‬
“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga
(setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia seperti
pelapah yang tua” (QS 36:39).

2. Q.S Ar-Rahman: 5

ٍ ۙ َ‫اَل َّش ْمسُ َو ْالقَ َم ُر بِ ُح ْسب‬


‫ان‬

Tahapan dan Lokasi Rukyatul Hilal

Artinya: Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS. Ar


Rahman: 5)

Ustaz Muhammad Saiyid Mahadlir menjelaskan, metode


penentuan awal Ramadhan dengan hisab bukanlah sesuatu yang
tercela, bahwa memang dahulunya ada sebagian ulama yang menilai
ilmu hisab seperti ini adalah ilmu yang terlarang, namun ilmu hisab
yang dimaksud oleh para ulama itu adalah ilmu perbintangan yang
biasa digunakan oleh para normal untuk mengetahui perkara ghaib.
Tentunya untuk ilmu perdukunan tersebut semua ulama menyepakati
ketidakbolehannya.

Mutharrif bin Abdillah adalah seorang pembesar tabiin yang


memulai memberikan pendapat tentang penggunaan ilmu hisab setelah
memahami hadits Rasulullah SAW yang menyatakan; “Jika bulan tidak
terlihat, maka taqdirkanlah”. Kata “faqdurulah” ditafsirkan dengan: ‫قدروه‬
‫بحسب المنازل‬. (perkirakanlah dengan ilmu hisab), dan yang senada juga
diaminkan oleh Abu Al-Abbas bin Suraij, salah satu pembesar ulama
Syafiyah.

Sebagian ulama yang mendukung metode ini menilai bahwa


observasi mata yang dilukan oleh masyarakat terdahulu didasari atas
kenyataan bahwa dahulunya belum ada orang yang memumpuni untuk
melakukan penghitungan dengan ilmu pengetahuan.

Prase yang diungkap Rasulullah SAW: “bahwa kami ini adalah ummat
yang tidak bisa membaca dan berhitung” dinilai sebagai illah (alasan)
keberadaan observasi mata (rukyat) sebagai penanda awal Ramadhan yang
Rasulullah SAW sabdakan.

Dalam hal ini beliau memberikan contoh tentang hadits puasa


ramadhan dan rukyat, sabda Rasulullah SAW:

‫ فإن غم عليكم فاقدروا له‬،‫صوموا لرؤيته ـ أي الهالل ـ وأفطروا لرؤيته‬

“Berpuasalah kalian dengan meliaht (bulan) dan berbukalah (berlebaran)


dengan melihat bulan, jika terhalang oleh kalian melihat bulan maka
taqdirkanlah”

Hadf (tujuan) utama dari hadits ini adalah hendaklah seluruh ummat Islam
berpuasa penuh satu bulan pada bulan Ramadhan, dan jangan pernah
meninggalkan satu haripun tanpa adanya halangan yang membolehkan
baginya untuk berpuasa.

Terlebih bahwa saat ini ilmu pengetahuan ini sudah berkembang hampir
diseluruh belahan bumi. Ilmu ini bukanlah ilmu yang hanya diketahui oleh
segilintir orang saja. Di Indonesia ilmu ini terus berkembang, hingga kini
ada dua metode besar yang sering dipakai dalam penentuan awal
Ramadhan:

Wujud Al-Hilal (Keberadaan Bulan)

Ini adalah salah satu metode hisab yang digunakan oleh sebagian ormas di
negara kita Indonesia, khususnya Muhammadiyah. Sederhanyan, kriteria
metode Wujud Al-Hilal ini harus memenuhi tiga perkara:

1. Telah terjadi ijtimak (konjungsi),


2. Ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan
3. Pada saat terbenamnya matahari piringan atas bulan berada di atas ufuk
(bulan baru telah wujud).

Jika dalam hitungan ilmu hisab ketiga ini sudah terpenuhi, maka
bisa dipastikan bahwa pada malam tersebut sudah masuk bulan baru, dan
esoknya kita sudah berpuasa, walau tanpa memperhatikan ketinggian bulan,
asalkan posisinya sudah berada di atas ufuk.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penetapan awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah mendapat


perhatian khusus dari masyarakat Islam, sejak masa Rasulullah SAW
hingga kini, karena keterkaitannya dengan ibadah puasa, sosial dan
politik. Bahkan ia dapat mempengaruhi stabilitas, ketentraman dan
keamanan masyarakat. Oleh karena itu para ahli hukum Islam
menentukan lembaga-lembaga mana yang berwenang melakukannya,
1
prosedur dan mekanismenya.
Hampir setiap tahun di Indonesia terjadi perbedaan dalam
penetapan awal Ramadan atau Syawal. Perbedaan Idul Fitri misalnya,
terjadi pada masa orde baru pasca hadirnya Badan Hisab Rukyat milik
pemerintah RI, yaitu pada tahun 1985, 1992, 1993, 1994 dan 1998 M.
Dan perbedaan ini kembali terulang pada tahun 2002, 2006, 2007, 2011
dan 2012 M. Padahal keberadaan Badan Hisab Rukyat bertujuan untuk
mengusahakan bersatunya umat Islam dalam menentukan awal
Ramadan, Syawal dan Zulhijah.

B. Saran

Dari penjelasan diatas ada beberapa hal yang disarankan :

1. Setiap permasalahan ibadah dalam agama dikembalikan Al-qur’an dan


hadis-hadis Nabi Saw dan ijma para ulama.
2. Menjalin persatuan dan kesatuan sesame muslim dan tetrmasuk
mengikuti kebanyakan kaum muslimin adlah merupakan salah satu
persatuan
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Susiknan, Ensiklopedia Hisab Rukyah, Yokyakarta: Pustaka Pelajar

2005.

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama Alamanak Hisabb Rukyat, Jakarta:

Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.

Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Bakar, Bahrun Abu, Penjelasan Hukum-Hukum Syariat Islam ( Terjemah

Ibaabatul ahkam ), Bandung Penerbit Sinar Baru

Algesindo,1994.

Anda mungkin juga menyukai