Anda di halaman 1dari 9

MAKALA HSTUDY FIQIH

PERBEDAAN DALAM PENENTUAN PUASA DAN HARI RAYA

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. MUNIRUL ABIDIN,M.Ag

Disusun Oleh : INDAH RIFATUD DINIYAH

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 24 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4

3. Manfaat ................................................................................................................................ 4

BAB 11 PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5

1. Metode untuk menentukan awal puasa dan hari raya .......................................................... 5

2. Peran Pemerintah dan Masyarakat Terkait Penentuan Awal Bulan dan Hari Raya ............ 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 8

1. Saran .................................................................................................................................... 8

2. Kesimpulan .......................................................................................................................... 8

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perbedaan dalam penentuan awal bulan sering menjadi permasalahan yang dihadapi
khususnya awal bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah. Perbedaan tersebut seringkali
menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam, mengganggu dalam proses beribadah
bahkan mengancam kesatuan dan persaudaraan antar umat islam.
Perbedaan ini bahkan bisa mengancam eksistensi umat islam khususnya di Indonesia. Dalam
penetuan awal puasa dan hari raya ini pemerintah sendiri dalam pelaksanaan sidang isbath
telah melibatkan seluruh golongan maupun organisasi masyarakat Islam yang dinilai memiliki
pengaruh di masyarakat. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus perbedaan tersebut tidak
juga dapat teratasi.masing-masing ormas tersebut tetap saja mengeluarkan keputusannya
sendiri sesuai dengan apa yang diyakini oleh golongan tersebut.Walaupun di Indonesia sendiri
sebaigian besar menganut madzab Imam Syafi’I tetapi madzab tersebut didalamnya terpecah
lagi menjadi beberapa golongan

2. Rumusan Masalah
1. Apa saja metode yang digunakan untuk menentukan awal puasa dan hari raya?
2. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat terkait penentuan awal bulan dan hari raya?

3. Manfaat
1. Untuk mengetahui apa saja metode yang digunakan dalam menentukan awal puasa dan
hari raya
2. Untuk mengetahui apa peran pemerintah dan masyarakat terkait pentuan awal puasa dan
hari raya

4
BAB 11
PEMBAHASAN

1. Metode untuk menentukan awal puasa dan hari raya


Walaupun banyak perbedaan dan masalah yang timbul yang melatar belakangi
penentuan awal puasa dan hari raya, mengerjakannya tetap diwajibkan karena telah
diperintahkan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an metode yang banyak digunakan dengan
Rukyah Hilal, Hisab atau metode keduanya :
1 Metode rukyah digunakan oleh NU Dana Brunei Darussalam
2 Metode Hisab digunakan oleh Muhammadiyah, Persia dan Singapura
3 Sedangkan yang menggunakan keduanya yakni Malaysia, Majelis Ulama’
Indonesia (MUI dan Kementrian Agama Republik Indonesia) KEMENAG RI.
Sedangkan pengertian dari Rukyatul hilal sendiri adalah Kata “rukyat” menurut
kamus bahasa Arab berasal dari kata: )‫رس زأ‬ٚ ‫ (زؤرح‬- - ra‟a – yaro – ru‟yatan yang secara
harfiyah diartikan melihat. Sedangkan ada yang mendefinisikan kata ra‟a atau rukyah
َ ْ‫ أَت‬, melihat. Ada yang memaknai, melihat tersebut harus dengan objek
dengan arti ‫صررس‬
(maf‟ul bih) yang berbentuk benda konkrit, atau dapat dilihat oleh mata kepala. Sehingga
melihat yang dimaksud adalah penglihatan mata kepala (rukyat / observasi). Pendapat ini
digunakan oleh kelompok yang menggunakan rukyah dengan mata kepala, yakni melihat
langsung keberadaan hilal dengan mata kepala pada tanggal 29 saat terbenamnya matahari
sebagai pedoman penetapan awal bulan Qamariyah. Pendapat ini digunakan oleh
Nahdhatul Ulama‟ (rukyatul hilal bil fi‟li) Dan ada juga yang mengartikan ‫ ز عهررىرأ‬yakni
memahami melihat dengan akal pikiran (dengan menghitung / hisab). Ada juga yang
mengartikan ‫ ٍّرحعة ظ‬yakni menduga / yakin/ berpendapat/ melihat dengan hati. Pendapat
kedua dan ketiga digunakan oleh kelompok yang menggunakan pedoman hisab atau
menghitung keberadaan hilal sudah ada di atas ufuk pada saat terbenam matahari tanggal
29 bulan Kamariah. Pendapat ini digunakan oleh Muhammadiyah (hisab wujudul hilal)
mereka berpendapat bahwa hisab adalah sistem alternatif untuk penentuan awal bulan
Kamariah. Pengertian dari Hisab Secara bahasa, hisab berasal dari Bahasa Arab yakni - -
kata: ) )‫حعة حعة‬ٚ ‫ حعاتا‬hasiba – yahsibu – hisaban yang memiliki arti menghitung. Secara
etimologi kata hisab diserap dari bahasa Arab hasiba – yahsibu – hisaban – mahsab –

5
mihsabatan ( ‫ يحعثح يحعة حعاتا‬- - - )‫حعة حعة‬ٚ - yang artinya menghitung mashdar-nya ialah
hisabah )‫ (حعاتح‬dan hisab (‫ ) ب حعا‬yang artinya perhitungan, kata hisab menurut kamus Ilmu
Falak diartikan Arithmatic. Dalam Bahasa inggris yang diartikan Aritmathic yang berarti
ilmu hitung Dalam dunia Islam istilah (terminologi) hisab sering digunakan dalam ilmu
falak untuk memperkirakan posisi Matahari dan Bulan terhadap Bumi. Karena posisi
Matahari menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu sholat.
Sementara posisi bulan digunakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda
masuknya periode bulan baru dalam kalender hijriyah. Pengertian hisab adalah perhitungan
secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam penentuan
dimulainya awal bulan pada kalender hijriyah.

2. Peran Pemerintah dan Masyarakat Terkait Penentuan Awal Bulan dan Hari Raya
Menentukan awal bulan puasa dan hari raya bukan merupakan hal yang mudah
karena banyaknya ormas yang ada di masyarakat yang membuat perbedaan awal bulan dan
hari raya, perbedaan tersebut bisa membuat kekacauan dalam masayarakat khususnya umat
muslim di Indonesia, maka dari itu perlu adanya peran pemerintah serta masyarakat sendiri
untuk mengatasi perbedaan tersebut . oleh karena itu kantor kementrian agama
menggunakan sidang isbat untuk menentukan awal bulan puasa dan hari raya yang
melibatkan berbagai ormas, dan keputusan sidang ini diambil ketika telah mendapat
laporan dari pengamat rukyatul (pemantauan) hilal dan perhitungan hisab. Penggunaan
kedua metode ini masih menghasilkan keputusan yang berbeda, beberapa upaya ditempuh
baik oleh pemerintah maupun oleh Majelis Ulama’ Indonesia (MUI).
Sedangkan peran dari masyarakat sendiri yaitu perlu adanya sikap saling
menghargai dan toleransi yang dimiliki umat Islam atas adanya perbedaan penetapan awal
bulan puasa dan hari raya , sangatlah diperlukan dan perlu digalakkan. Akan tetapi, sikap
tersebut harus diikuti oleh ikhtiar yang nyata untuk melakukan upaya taqrîb (pendekatan)
menuju kesatuan dan penyatuan umat. Maka dari itu, dalam hal penetapan awal
bulan,campur tangan ulîl amri sangatlah menentukan peranan yang sangat signifikan. Di
Indonesia, perananulîl amri pada dasarnya sudah teraplikasikan me lalui Kementerian
Agama Republik Indonesia. KementerianAgama dalam hal ini bertindak sebagai
representasi pemerintah dalam menetapkan awal bulan. Namun realita di lapangan,

6
keputusan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah (Kementerian Agama) tidak
sepenuhnya bulat dilaksanakan oleh semua golongan masyarakat. Padahal dalam
kepanitiaannya melibatkan seluruh ormas-ormas besar Islam, seperti Muhammadiyah,
Nahdlatul Ulama, Persis, dan lembaga-lembaga ilmiah seperti Lembaga Anta riksa Dan
Penerbangan Nasional (LAPAN) dan Observatorium Boscha. Dan dalam al-Qur’an telah
dijelaskan sebagaimana berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulîl amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.” (QS: al-Nisa’ (04): 59)
Dengan memperhatikan kandungan hukum dari ayat tersebut. Bahwa pemerintah
dalam hal perintahnya wajib dipatuhi dan dilaksanakan, sebatas perintah tersebut tidak
menyuruh kepada kemungkaran. Nampak nya ayat tersebut dijustifikasi dengan kaidah
fikih yang berbunyi:
“Keputusan pemerintah itu mengikat (wajib dipatuhi) dan menghilangkan silang
pendapat.”

7
BAB III
PENUTUP

1. Saran
Tentunya penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis meminta maaf dan nantinya akan segera dilakukan perbaikan
susunan makalah ini dengan berpedoman pada sumber –sumber yang lebih relevan dan
semoga makalah ini bisa meningkatkan sedikit pengetahuan pembaca tentang perbedaan
penentuan awal bulan puasa dan hari raya.

2. Kesimpulan
Dengan berdasarkan makalah diatas, maka dapat disimpukan bahwa :
1. Metode yang digunakan untuk menentukan awal puasa dan hari raya yakni dengan metode
rukyatul hilal dan perhitungan hisab
2. Peran pemerintah dan masyarakat dalam menentukan awal puasa dan hari raya yakni
pemerintah akan mengadakan sidang isbath dengan melibatkan banyak ormas dan dari
masyarakat sendiri harus bisa menghargai perbedaan dan menerima keputusan pemerintah
karena sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

8
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat M. Nur. (2012). Otoritas Pemerintah Dalam Penetapan Awal Bulan Qamariyah
Perspektif Fiqih Siyasah Yusuf Qardhani. 3 (1), 78-91
Arifin Jaenal ( 2014 ). Fiqih Hisab Rukyah di Indonesia (Telaah Sistem
Penetapan Awal Bulan Qamariyyah). 5(2). 403-422

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/23/173100765/mengenal-hisab dan-rukyat
duametode-penentuan-awal-ramadhan?page=all

Jayusman. ( 2014 ). Kebijakan Pemerintah Dalam Penetapan Awal Bulan Kamariyh di


Indonesia

Anda mungkin juga menyukai