Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MAKALAH

MAKNA DAN HIKMAH PUASA BULAN RAMADHAN


MATA PRLAJARAN ; PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SUSUN OLEH ;
ZAHRANA

KELAS ; VIII A

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


SMP NEGRI 1 PELAIHARI
KATA PENGANTAR
Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW dan para
sahabatnya, yang telah memberikan teladan baik sehingga akal dan pikiran penyusun mampu
menyelesaikan Laporan Agama ini, semoga kita termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafaat
dalam menuntut ilmu. Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari masih banyak kekurangan baik
dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini, karenanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan. Semoga laporan ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan juga bermanfaat bagi saya khususnya.

DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................
HALAMAN MOTTO...............................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah...........................................................................
Rumusan Masalah...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Puasa......................................................................................
Macam-macam Puasa..............................................................................
Puasa Wajib....................................................................................
Puasa Sunnah.................................................................................
Puasa Makruh...............................................................................
Puasa Haram.................................................................................
Syarat-syarat Puasa................................................................................
Rukun Puasa..........................................................................................
Sunat Puasa Dan Puasa Sunat................................................................
Hari-hari Yang Diharamkan Berpuasa.....................................................
Hari-hari Yang Dimakruhkan Berpuasa...................................................
Ketetapan Hilal....................................................................................
Hikmah Puasa........................................................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................
Saran.................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam pengertian sempit sebagai
suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan
ramadhan. Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah menahaN diri untuk melakukan
perbuatan yang dilarang oleh agama.
Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap umat lain yang berada
pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi sosial dapat digambarkan pada konsepsi
lapar dan haus yang dampaknya akan memberikan kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat
manusia.
Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi seluruh kehidupan
manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan, ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu
universal dan kompleksnya makna puasa hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam
mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat
dijadikan pedoman hidup.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana pengertian puasa ?
B. Bagaimana syarat dan rukun puasa ?
C. Bagaimana puasa sunah dan hari-hari yang di haramkan untuk berpuasa ?
D. Bagaimana menentukan Hilal ?
E. Bagaimana hikmah puasa ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa
Sebelum kita mengkaji lebih jauh materi tentang puasa, terlebih dahulu kita akan mempelajari
pengertian puasa baik itu menurut bahasa arab maupun menurut istilah. Pengertian puasa (Saum)
menurut bahasa Arab artinya menahan dari segala sesuatu seperti menahan makan, minum, nafsu,
menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan puasa menurut istilah ajaran
islam yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya, lamanya satu hari, mulai dari
terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat. Firman Allah SWT : “Hai
orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqarah . 183).
2.2 Macam-macam Puasa
2.2.1 Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban perintah allah SWT, apabila
ditinggalkan mendapat dosa. Adapun macam-macam puasa adalah sebagai berikut:
1. Puasa di bulan Ramadhan
Puasa ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan yang dilaksanakan selama
29 atau 30 hari. Puasa dimulai pada terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa ramadhan ini
ditetapkan sejak tahun ke-2 H. Puasa ini hukumnya wajib, yaitu apabila dikerjakan mendapat pahala
dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Bulan Ramadhan menurut pandangan orang-orang
mukmin yang berfikir adalah merupakan bulan peribadatan yang harus diamalkan dengan ikhlas
kepada Allah SWT. Harus kita sadari bahwa Allah Maha Mengetahui segala gerak-gerik manusia dan
hati mereka .Dalam pelaksanaannya, khusus puasa Ramadhan, kita akan menjumpai beberapa
masalah yang penting dipecahkan antara lain: Cara penempatan waktu Cara mengetahui puasa ini ada
dua macam yaitu: hisab dan rukyat. Kemajuan teknologi belakangan ini dirasakan semakin
memudahkan proses hisab dan rukiyah tersebut. Disiplin ilmu astronomi dan kelengkapan teknologi
semacam planetarium atau teleskop atau secara khusus ilmu falaq yang berkembang di dunia Islam,
semuanya mendukung validitas penetapan waktu puasa. Rukyat : adalah suatu cara untuk
menetapkan awal awal bulan Ramadhan dengan cara melihat dengan panca indera mata timbulnya /
munculnya bulan sabit dan bila udara mendung atau cuaca buruk. Sehingga bulan tidak bisa dilihat
maka hendaknya menggunakan istikmal yaitu menyempurnakan bulan sya’ban menjadi 30 hari. Di
Indonesia pelaksanaan rukyat untuk penetapan puasa Ramadhan telah dikoordinasi oleh Departemen
Agama (DEPAG) RI. Hisab : adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan dengan cara
menggunakan perhitungan secara astronomi, sehingga dapat ditentukan secara eksak letak bulan.
Seperti cara rukyat yang telah dikoordinasikan oleh pemerintah, maka cara hisab pun sama. Di
Indonesia penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan ini dengan cara yang manapun memang telah
diambil kewenangan koordinatifnya oleh pemerintah. Adapun lembaga-lembaga keagamaan seperti
Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, PERSIS, Jami’at al-Khair dan sebagainya berfungsi sebagai
pemberi masukan hasil rukyat dan hisabnya dalam rangka pengambilan ketetapan awal dan akhir
Ramadhan oleh pemerintah. Firman Allah SWT surat Yunus ayat 5: Artinya:“Dia-lah yang
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-
tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui”.(QS. Yunus :5) Sabda Nabi SAW
Artinya:“Dari Abu Umar ra: bahwasanya Rasulullah SAW, menceritakan bulan Ramadhan lalu
memukul kedua tangannya lalu bersabda: “Bulan adalah itu sekian dari sekian bulan,kemudian beliau
melengkungkan ibu jarinya pada perkataan yang ketiga kali (termasuk menunjukkan bahwa bulan itu
jumlahnya terdiri dari 29 hari), maka berpuasalah kamu karena melihat bulan. Jika kamu sekalian
tidak dapat melihatnya karena tertutup awan / mendukung, maka pastikanlah bilangan itu menjadi 30
hari.(HR. Muslim).
2. Puasa Nazar (karena berjanji untuk berpuasa)
Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena menginginkan sesuatu, maka ia wajib puasa
setelah yang diinginkannya itu tercapai, dan apabila puasa nazar itu tidak dilaksanakannya maka ia
berdosa dan ia dikenakan denda / kifarat. Misalnya bernazar untuk lulus ke perguruan tinggi, maka ia
wajib melaksanakan puasa nazar tersebut apabila ia berhasil.Ibnu Majjah meriwayatkan, bahwa
seorang wanita bertanya kepada Nabi Muhammad SAW. Artinya:“Sesungguhnya ibuku telah
meninggal dunia. Ia mempunyai nazar berpuasa sebelum dapat memenuhinya. Rasulullah SAW
menjawab: “Walinya berpuasa untuk mewakilkannya”.
3. Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa untuk menebus dosa karena melakukan hubungan suami istri (bersetubuh)
di siang hari pada bulan Ramadhan, maka denda (kafaratnya) berpuasa dua bulan berturut-turut.
2.2.2 Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak
mendapat dosa. Adapun puasa sunnah adalah sebagai berikut:
1. Puasa enam hari pada bulan syawal
Disunnahkan bagi mereka yang telah menyelesaikan puasa Ramadhan untuk mengikutinya dengan
puasa enam hari pada bulan Syawal. Pelaksanaannya tidak mesti berurutan, boleh kapan saja selama
masih dalam bulan Syawal, karena puasa enam hari pada bulan Syawal ini sama dengan puasa
setahun lamanya. Akan tetapi diharamkan pada tanggal 1 syawal karena ada hari raya Idul Fitri.
Dalam sebuah hadits dikatakan yang artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa
pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka sama
dengan telah berpuasa selama satu tahun" (HR. Muslim).
2. Puasa Arafah
Orang yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunahkan untuk melaksanakan puasa pada tanggal
sembilan Dzulhijjah atau yang sering disebut dengan puasa Arafah. Disebut puasa Arafah karena pada
hari itu, jemaah haji sedang melakukan Wukuf di Padang Arafah. Sedangkan untuk yang sedang
melakukan ibadah Haji, sebaiknya tidak berpuasa. Nabi Muhammad SAW bersabda: Dari Abu
Qotadah al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah
ditanya mengenai puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu dan
yang akan datang.: (Riwayat Muslim) Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang untuk berpuasa hari raya arafah di Arafah. (Riwayat Imam
Lima selain Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim. Hadits munkar menurut
Al-'Uqaily.)
3. Puasa Senin Kamis
Rasulullah saw bersabda yang Artinya dari Aisyah : Nabi Muhammad SAW memilih waktu puasa
hari senin kamis.
4. Puasa Bulan Sya’ban
Dalam berbagai keterangan disebutkan bahwa Rasulullah saw berpuasa pada bulan Sya'ban hampir
semuanya. Beliau tidak berpuasa pada bulan tersebut kecuali sedikit sekali . Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam hadits berikut ini yang artinya: Siti Aisyah berkata: "Adalah Rasulullah saw
seringkali berpuasa, sehingga kami berkata: "Beliau tidak berbuka". Dan apabila beliau berbuka, kami
berkata: "Sehingga ia tidak berpuasa". Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa satu bulan
penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya juga tidak pernah melihat beliau melakukan puasa
sebanyak mungkin kecuali pada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Puasa As-Syura’
Puasa ini dikerjakan pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram. Hadist Rasulullah Saw yang
berbunyi: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa Asyura itu (puasa tanggal sepuluh Muharram), dihitung
oleh Allah dapat menghapus setahun dosa yang telah lalu" (HR. Muslim). Demikian juga sunnah
hukumnya melakukan puasa pada tanggal sembilan Muharram. Hadits Rasulullah: Ibn Abbas berkata:
"Ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari Asyura', dan beliau memerintahkan untuk berpuasa pada
hari tersebut, para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura itu hari yang
dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nasrani". Rasulullah saw menjawab: "Jika tahun depan, insya
Allah saya masih ada umur, kita berpuasa bersama pada tanggal sembilan Muharramnya". Ibn Abbas
berkata: "Belum juga sampai ke tahun berikutnya, Rasulullah saw keburu meninggal terlebih dahulu"
(HR. Muslim).
2.2.3 Puasa Makruh
1. Berpuasa pada hari jum’at
Berpuasa hanya pada hari Jum'at saja termasuk puasa yang makruh hukumnya, kecuali apabila ia
berpuasa sebelum atau setelahnya, atau ia berpuasa Daud lalu jatuh pas hari Jumat, atau juga pas
puasa Sunnah seperti tanggal sembilan Dzulhijjah itu, jatuhnya pada hari Jum'at. Untuk yang
disebutkan di akhir ini, puasa boleh dilakukan, karena bukan dengan sengaja hanya berpuasa pada
hari Jum'at. Dalil larangan hanya berpuasa pada hari Jum'at saja adalah: Artinya: Rasulullah saw
bersabda: "Seseorang tidak boleh berpuasa hanya pada hari Jum'at, kecuali ia berpuasa sebelum atau
sesudahnya" (HR. Bukhari Muslim).
2. Puasa setahun penuh (puasa dahr)
Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setahun penuh. Meskipun orang tersebut kuat untuk
melakukannya, namun para ulama memakruhkan puasa seperti itu. Hal ini sebagaimana disebutkan
dalam hadits berikut ini: Artinya: Umar bertanya: "Ya Rasulullah, bagaimana dengan orang yang
berpuasa satu tahun penuh?" Rasulullah saw menjawab: "Ia dipandang tidak berpuasa juga tidak
berbuka" (HR. Muslim).
3. Puasa Wishal
Puasa wishal adalah puasa yang tidak memakai sahur juga tidak ada bukanya, misalnya ia puasa satu
hari satu malam, atau tiga hari tiga malam. Puasa ini diperbolehkan untuk Rasulullah saw dan
Rasulullah saw biasa melakukannya, namun dimakruhkan untuk umatnya. Hal ini berdasarkan hadits
berikut:Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kalian berpuasa wishal" beliau
mengucapkannya sebanyak tiga kali. Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, anda sendiri melakukan
puasa wishal?" Rasulullah saw bersabda kembali: "Kalian tidak seperti saya. Kalau saya tidur, Allah
memberi saya makan dan minum. Oleh karena itu, perbanyaklah dan giatlah bekerja sekemampuan
kalian" (HR. Bukhari Muslim).
2.2.4 Puasa Haram
Maksudnya ialah seluruh umat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika kita berpuasa
maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka sebaliknya yaitu mendapatkan
pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan,
diantaranya ialah :
1. Puasa pada tanggal 1 syawal dan 10 Dzulhijjah
Artinya: "Rasulullah saw melarang puasa pada dua hari: Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha"
(HR.Bukhari Muslim).
2. Puasa Hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah
Para ulama juga telah sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah)
diharamkan. Hanya saja, bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji dan tidak mendapatkan
hadyu (hewan sembelihan untuk membayar dam), diperbolehkan untuk berpuasa pada ketiga hari
tasyrik tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya: Siti Aisyah dan Ibn
Umar berkata: "Tidak diperbolehkan berpuasa pada hari-hari Tasyrik, kecuali bagi yang tidak
mendapatkan hadyu (hewan sembelihan)" (HR. Bukhari).
2. Puasa pada hari yang di ragukan (hari syak/hari ragu)
Apabila seseorang melakukan puasa sebelum bulan Ramadhan satu atau dua hari dengan maksud
untuk hati-hati takut Ramadhan terjadi pada hari itu, maka puasa demikian disebut dengan puasa
ragu-ragu dan para ulama sepakat bahwa hukumnya haram.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Seseorang
tidak boleh mendahului Ramadhan dengan jalan berpuasa satu atau dua hari kecuali bagi seseorang
yang sudah biasa berpuasa, maka ia boleh berpuasa pada hari tersebut" (HR. Bukhari Muslim).
2.3 Syarat-syarat puasa
Syarat wajib puasa

Anda mungkin juga menyukai