PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
aspal terhadap oksidasi, retak, lendutan, dan gelombang yang diakibatkan oleh
diakibatkan oleh roda kendaraan. Pembangunan jalan raya juga dihadapkan pada
banyak tantangan selain kebutuhan terhadap jumlah dan panjang jalan yang terus
meningkat, juga menghadapi masalah seperti lapisan aspal yang rusak sebelum waktu
yang direncanakan juga masalah dana yang terbatas. Untuk itu, diperlukan cara-cara
yang ekonomis dan efisien sehingga diperoleh hasil yang optimal. Tantangan tersebut
menganalisa penggunaan sisa proses pembuatan semen sebagai bahan pengisi pada
Adapun pengertian bahan pengisian adalah bahan yang berbutir halus yang
dijadikan sebagai bahan tambah pada suatu campuran, persentase berat butir
B. Tujuan Penelitian
pengisi (fuler) dalam campuran Hot Rolled Aspalt (yang menggunakan sisa proses
1
2
Nilai stabilitas
Kelelahan (flow)
Dengan demikian penelitian ini hanya akan dibatasi pada hasil percobaan
Marshall terhadap benda uji laboratorium, dan untuk mengetahui apakah sisa proses
pembuatan semen ini bisa digunakan sebagai bahan tambah yang baik serta
C. Batasan Masalah
Bahan pengisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sisa proses
pembuatan semen dari pabrik PT Semen Baturaja (OKU). Sejauh mana pengaruhnya
bila dijadikan sebagai bahan tambah pada campuran Hot Rolled Asphalt terhadap
D. Manfaat Penelitian
sedikit, biaya pembangunan jalan permeter panjang memerlukan biaya yang sangat
mahal, dan bila kontruksi jalan yang dibuat tersebut tidak memenuhi karakteristik
seperti yang telah direncanakan maka akan menyebabkan harga pembangunan jalan
tersebut menjadi semakin mahal karena akan memerlukan biaya pemeliharaan dan
Baturaja sebagai bahan pengisi pada campuran Hot Rolled Asphalt. Dengan
langsung dari penambahan sisa proses pembuatan semen sebagai bahan pengisi
E. Metode Penelitian
1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
Pemahaman mengenai teori dan sifat dasar semen dan Hot Rolled Asphalt.
3. Tahap penelitian
4. Penyajian hasil
Memuat keismpulan dan saran dari hasil seluruh pengujian yaitu dari
Mulai
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Pelaksanaan Penelitian
Pembahasan
Penyajian Hasil
Selesai
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang
telah mengalami proses pemadatan. Adaput fungsi dari lapisan perkerasan jalan
adalah untuk mendukung beban lalu lintas dan menyebarkannya ke badan jalan
yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi antar
lapisan keras ini bersifat mendukung dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar.
(PC), plat beton atau tanpa lapisan ponasi tanah, beban lalu lintas sebagian besar
5
6
Antara lapisan pondasi atas (base course) dengan lapisan permukaan (surface
Sebagai lapis aus (wearing course), agar tidak mudah menjadi aus akibat
Tingginya temperatur, curah hujan yang berkala, besarnya perbedaan temperatur dan
spektrum lalu lintas yang luas adalah penyebab utama terjadinya keruntuhan. Untuk
dan cuaca tropis maka diperlukan suatu bahan pengikat yang dimodifikasi.
7
B. Karakteristik Perkerasan
permukaan dengan menggunakan alat test Marshall, maka harus direncakan terlebih
1. Fleksibel (fleksibility)
kemampuan dari campuran lapisan perkerasan untuk dapat melendut berulang kali
mempengaruhi fleksibelitas adalah kadar aspal yang tinggi dan gradasi batuan yang
relatif terbuka.
2. Stabilitas (stability)
menerima beban lalu lintas. Adapun faktor-faktor yang mempungaruhi stabilitas ini
adalah, adanya pengaruh dari lingkungan yang tidak tetap, banyaknya tipe-tipe
pembebanan, dan juga pengaruh dari tekanan alat pemadat serta pengaruh dari variasi
3. Durabilitas (durability).
atau kehancuran yang diakibatkan oleh lalu lintas dan pengaruh cuaca. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi durabilitas adalah dapat masuknya air diantara agregat dan
4. Impermeabilitas (impermeability)
Untuk mencegah agar tidak terjadi hal-hal tersebut, maka disaat dilakukannya
pemadatan lapisan perkerasan agar sekiranya dapat dilakukan dengan baik dan
C. Bahan Penyusun
dan aspal. Untuk mendapatkan kualitas jalan yang baik maka bahan yang digunakan
1. Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik berupa hasil dari alam maupun dari pembuatan atau pengolahan
(penyaringan, pemecahan) yang digunakan sebagai bahan utama lapis keras jalan
lentur dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu agregat alam, agregat yang
mengalami proses pengolahan terlebih dahulu, dan yang terakhir adalah agregat
buatan.
a. Agregat Alam
Agregat diperoleh langsung dari alam dan dapat langsung digunakan tanpa
harus melalui proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses erosi dan
10
degradasi dan bentuk partikel dari agregat alam ditentukan dari proses
pembentukannya. Dua bentuk agregat alam yang sering digunakan yaitu kerikil dan
pasir.
digunakan sebagai agregat kontruksi perkerasan jalan. Di sungai juga sering dijumpai
Agregat ini harus melalui proses pengolahan atau pemecahan terlebih dahulu agar
dapat diperoleh:
sehingga gradasi yang diharapkan dapat mencapai sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan.
c. Agregat buatan
Agregat buatan ini adalah agregat yang dibuat khusus sebagai pengganti
agregat alam atau agregat dari hasil pengolahan yang bertujuan mempunyai daya
tahan yang tinggi dan ringan untuk digunakan pada lapisan perkerasan jalan. Dalam
pemilihan agregat yang akan digunakan pada lapisan perkerasan yang diperlukan
Sifat-ifat dari agregat yaitu gradasi dan ukuran maksimum, kekerasan dan
merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan stabilitas perkerasan. Gradasi
agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas
bagian yaitu:
(2,36 mm).
b. Agregat halus, agregat yang besar parikelnya lolos dari saringan No. 8
Untuk mendapatkan ukuran agregat seperti yang diatas, maka kita harus
menggunakan beberapa ukuran saringan yaiu 2”, 3/2”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”, no. 3, no. 4,
no. 10, no. 16, no. 30, no. 40, no. 50, no. 80, no. 100, no. 200 dan pan.
daya tahan terhadap degradasi (pemecahan) yang mungkin timbul selama proses
Daya tahan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak ahncur/pecah oleh
pengaruh mekanis ataupun kimiawi, pengaruh mekanis bisa terjadi pada saat
perbedaan temperatur sehari-hari. Untuk uji kekuatan dan kekerasan dapat kita
3. Bentuk Butir
mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan yang dibentuk oleh agregat tersebut.
bergantung pada bentuk butirsan batuan. Batuan yang berbentuk menyerupai kubus
dan bersudut tajam dapat memberikan kemampuan saling mengunci daripada bentuk
4. Tekstur permukaan
Gesekan yang timbul atar partikel menentukan juga stabilitas dan daya
dukung dari lapisan perkerasan. Besarnya gesekan dipengaruhi oleh jenis permukaan
permukaan kasar, sedangkan agregat dari sungai biasanya halus dan licin.
permukaan batuan yang tertutup aspal terhadap seluruh luas permukaan. Nilai
kelekatan agregat terhadap aspasl untuk bahan campuran dengan aspal minimal 95%.
14
dibedakan menjadi dua bagian yaitu aspal mekanis dan sifat kimiawi. Disamping itu
daya lekat aspal terhadap agregat juga dapat dipengaruhi oleh sfat agregat terhadap
air.
Granit dan batuan yang mengandung silica merupakan agregat yang bersifat
hydrophilie yaitu agregat yang senang terhadap air. Agergat yang demikian tidak
baik untuk campuran aspal karena mudah terjadi stripping, yaitu lepasnya lapisan
aspal dari argegat akibat pengaruh air. Sebaiknya agregat seperti dioritandesit disebut
agregat hydrophobie, adalah agregat yang tidak mudah terikat dengan air sehingga
ikatan aspal dan agregat sangat baik dan stripping yang terjadi sangat kecil.
2. Aspal
Aspal adalah material berwarna hitam atau coklat tua yang berbentuk padat
atau agak padat yang jika dipanaskan sampai pada temperatur tertentu akan menjadi
lunak/mencair. Aspal adalah salah satu material kontruksi perkerasan jalan. Siat aspal
akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh sehingga
daya adhesinya terhadap artikel agregat akan berkurang. Perubahan ini dapat
ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Berdasarkan proses cara diperolehnya
bahan pengikat kuat antara aspal dan agregat dan aspal itu sendiri. Disamping itu
aspal juga berfungsi sebagai pengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori
Hot Rolled Asphalt adalah campuran bahan perkerasan jalan yang terdiri dari
mortar yaitu campuran agregat halus, filler, dan biumen keras sebagai bahan
pengikatnya dengan tambahan agregat kasar sebagai penguin dan rangka campuran.
Ciri campuran jenis adalah menggunakan agregat yang bergradasi senjang (gap
graded) dengan proporsi mortar antara 50% - 80% dari total campuran. Sedangkan
proporsi agregat kasar lebih kurang 30% - 40% yang ditentukan berdasarkan
(stiffness) mortar, filler dan aspal. Keuntungan jenis campuran ini tahan terhadap
keausan, lebih lentur dan karena fleksibilitas yang tinggi dapat mengakomodasikan
beban berat tanpa mengalami keretakan leleh, juga mempunyai ketahanan terhadap
cuaca dan kemudahan dalam pengerjaannya. Namun demikian campuran ini juga
lain.
Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan bahan kontruksi lapis keras lentur yang
menjadi lapis keras Hot Rolled Sheet (HRS) sebagai lapis keras non struktural.
Stabilitas HRA pada kadar batuan tinggi dipengaruhi oleh bentuk bentuk batuan
kasarnya tetapi nilai Marshal Quotient nya sangat dipengaruhi oleh bentuk batuan
halusnya. Namun begitu bila jumlah batuan meningkat, nilai stabilitas HRA naik
dalam campuran dan diskontinuitas gradasinya dengan cara saling mengunci antara
sehingga deformasi yang etrjadi adalah deformasi pada mortarnya. Oleh sebab itu,
saringan BS 2,36 mm) dapat digunakan batu pecah atau kerikil, agregat halus (lolos
saringan BS 2,36 mm dan tertahan saringan 0,075 mm) dapat digunakan pasir alam,
pecahan halus batuan pecah. Sedangkan untuk mineral filler bisa digunakan semen
(Portland Cement), debu batuan kapur atau debu batuan lain dengan ukuran lolos
saringan BS 0,075 mm. Bitumen yang digunakan campuran ini adalah jenis bitumen
permukaan.
campuran (VITM), persen (%) rongga dalam agregat (VFWA) dan kadar bitumen
optimum.
HRA untuk lapisan aus (wearing course) sering digunakan pada daerah-
daerah yang mempunyai iklim tropis dan subtropis karena sifatnya yang tahan
terhadap cuaca, air dan keausan. Menurut BS 954 : 1985, HRA lapis permukaan
dibagi menurut tipe gradasi agregat halusnya yaitu HRA time fine (F) dan Caorse
(C). Tipe F ditandai dengan gradasi senjang yang khas dari campuran lapisan
halus dengan agregat tertahan disaringan BS 2,36 mm tidak lebih dari 5% berat dan
berhubungan penggunaan batu pecah atau slag agregat halus dengan agregat tertahan
saringan BS 2,36 mm lebih dari 10% berat dan lolos saringan BS 0,075 mm tidak
lebih dari 17% persyaratan gradasi agregat HRA tipe C dapat dilihat pada tabel 2.1.
18
British Standar juga menentukan pencampuran dengan dua cara yaitu resep
(recipe design) dan metode perencanaan campuran (mix design). Metode resep
memiliki kondisi yang berbeda dengan negara asal dikembangkannya campuran ini
pemilihan tipe agregat, gradasi dan kadar aspal dalam campuran HRA, sesuai dengan
yang paling mungkin dari sifat-sifat teknis campuran HRA berdasarkan hasil uji
Marshall. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perencanaan
campuran.
Analisa Marshall adalah prosedur yang paling sederhana dan yang aling luas
mencakup penerapan tingkat deformasi yang konstan pada suatu sampel. Nilai beban
deformasi pada sampel, pada saat runtuh dilaporkan sebagai stabilitas (S) dan
aspal optimum diterapkan pada batasan kriteria yang berdasarkan perilaku campuran
yang diinginkan. Serangkaian kriteria untuk kondisi Indonesia disusun oleh Croney
(Croney 1982)
VIM 4 – 8%
Studi oleh Marias (1974) dan Brein (1978) menunjukkan bahwa hasil yang
didapat dari metode ini cukup berkorelasi dengan tes sumatif jejak roda, khususnya
TAHAP PENELITIAN
A. Asal Bahan
pengisi pada campuran Hot Rolled Asphalt ini, digunakan bahan untuk percobaan
a. Bahan agregat kasar dan halus yang digunakan berasal dari quarry sungai
Lematang, Muara Enim dan diperoleh dari hasil mesin pemecah batu.
b. Filler yang digunakan adalah bahan-bahan debu semen yang diperoleh dari
c. Aspal yang digunakan adalah aspal keras (asphalt cement) dengan angka
B. Spesifikasi bahan
Persyaratan bahan yang digunakan untuk agregat kasar dan halus, dan aspal
a. Aspal
Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal dengan jenis AC 80-
20
21
Syarat
No Pengajian Satuan
Min Max
0
1 Penetrasi (25 C, 5 detik) 80 99 0,1 mm
0
2 Titik lembek (ring & ball) 42 54 C
0
3 Titik Nyala (cleveland open cup) 225 - C
4 Kehilangan berat (1630C, 5 jam) - 0,4 % berat
5 Kelarutan pada CCL4 99 - % berat
6 Daktilitas (250C, 5 cm/menit) 100 - cm
7 Penetrasi setelah kehilangan berat 75 - cm
8 Berat jenis (250 C) 1,0 - Gr/cc
Sumber : Spesifikasi Teknik Bina Marga (1983), P3TN (1993)
b. Agregat
Persyaratan pemeriksanaan agregat dapat dilihat pada table 3.2 dibawah ini:
No Pengajian Satuan
1 Keausan dengan mesin Los Angeles (500 putaran) Max 40%
2 Kelekatan terhadap aspal Min 95%
3 Peresapan agregat terhadap air Max 3 %
4 Berat jenis semu Min 2,5
Sumber : Spesifikasi Teknik Bina Marga (1983), P3TN (1993)
Persyaratan Gradasi agregat dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini:
c. Filter
22
Filter yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat macam yaitu:
2. Semen bersih, yaitu semen asli dan berkualitas bagus yang dijual di pasar
S1O2 (%) AL2O1(%) Fe2O1 (%) CaO (%) MgO (%) K2O (%) SO3 (%)
21,23 6,31 2,87 64,91 1,17 0,36 2,61
Sumber : Laboratorium PT. Semen Baturaja OKU
3. Semen tercemar, yaitu semen dari pabrik yang tercecer/tertumpah dari alat
utama yang terkandung dalam semen tercemat dapat dilihat pada tabel 3.5
S1O2 (%) AL2O1(%) Fe2O1 (%) CaO (%) MgO (%) K2O (%) SO3 (%)
19,86 6,17 3,21 64,23 1,00 0,47 3,39
Sumber : Laboratorium PT. Semen Baturaja OKU
4. Raw Meal, yaitu bahan untuk membuat semen namun masih perlu
Bahan utama terkandung dalam Raw Meal dapat dilihat pada tabel 3.6
3. Ejaktor, berfungsi untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari
alat cetak
a. Panci pemanas,
d. Sendok pengaduk,
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Persiapan
Jenderal Bina Marga dan menggunakan saringan standar America Society for
- Daktilitas (PA-0306-76)
Urutan jalannya penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1. berikut ini:
Persiapan Bahan
Pengujian
Mix Desing
Campuran HRA
Agregat+debu semen
Sifat Marshall
Pembahasan
dahulu, kemudian disaring dengan saringan yang telah ditentukan. Setelah itu
ditimbang sesuai dengan kebutuhannya. Berat total agregat yang dibutuhan untuk
membuat satu benda uji sebesar 1100 gram yang terdiri dari agregat kasar,
agregat halus dan filler. Persentase masing-masing agregat yang dibutuhan dalam
ada. Adapun komposisi agregat yang digunakan dalam penelitian ini dapat
mengenai kadar aspal optimum pada tiap jenis agregat. Kadar aspal optimum
digunakan sebagai penentu kadar aspal untuk benda uji yang diteliti pengaruh
kadar debu semen pada aspal untuk keperluan ini dibuat 12 benda uji yang
diteliti dengan nilai kadar aspal 6,5% dan dibuat 3 buah benda uji atau triplo
airnya. Setelah cukup kering kemudian campuran agregat seberat 110 gr tersebut
agar suhu tetap konstan maka pencampuran dilakukan dalam pengangas, diaduk
sampai homogen. Sementara itu cetakan benda uji dibersihkan terlebih dahulu
dari kotoran dan diberi vaselin agar memudahkan pengelauran benda uji setelah
suhu tidak terlalu cepat dan bagian alasnya diberi selembar kertas berkode,
pinggi dan 10 kali disebelah tengah dengan maksud agar benda uji tidak terlalu
berongga. Kemudian benda uji didiamkan hingga suhunya turun sampai dengan
suhu pemadatan, yaitu 140oC setelah suhu pemadatan turun benda uji dan
setelah benda uji dibalik dan dilakukan penumbukan kembali sebanyak 75 kali,
dikeluarkan dari alat penumbuk otomatis lalu keping alas dan leher cetakan atas
dilepas kemudian benda uji didinginkan dengan kipoas angin dengan maksud
agar diperoleh pendinginan yang lebih cepat. Setelah benda uji cukup dingin
kadar aspal. Dari tes tersebut dihitung nilai kerapatan campuran (mix density),
(“VFWA”) stabilitas dan kelalahan (“flow”), kemudian dicari besar kadar aspal
yang menghasilkan semua sifat-sifat Marshall yang paling baik atau optimum.
semen. Kedua bahan dipanaskan sehingga menjadi cair. Pada saat dalam
keadaan cair, kedua bahan itu dicampur dan diaduk dengan kuat dengan cepat
kurang lebih 2 menit. Dalam pemanasan jangan sampai melebihi suhu 160 oC.
Campuran aspal disimpan dalam oven untuk menjaga suhunya tetap selanjutnya
campuran aspal panas untuk menerima beban sampai kelelehan plastis yang
c. Setiap benda uji diukur tingginya sebanyak 3 kali pada tempat yang berbeda
e. Direndam dalam air selama 24 jam agar benda uji menjadi jenuh air,
f. Benda uji dikeluarkan di dalam air untuk mendapat isi benda uji.
g. Benda uji dikeluarkan dari bak perendam, dikeringkan dengan kain supaya
tidak ada air yang melekat pada permukaannya, kemudian ditimbang pada
h. Benda uji direndam dalam bak perendam (Water Batch) pada suhu 60o selama
30 menit.
j. Benda uji dikeluarkan dari Water Batch segera diletakkan pada segmen
bawah kepala penekan. Segmen atas kepala penekan dimasukan pada batang
k. Arloji kelelehan (flow mater) dipasang pada kedudukan diatas salah satu
batang penuntun,
l. Kepala penekan benda uji dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin penguji,
mulai kembali berputar menurun. Pada saat itu pula dibaca jarum arloji
kelelehan (flow),
n. Setelah pembebanan selesai, segmen atas diangkat dan benda uji diambil dari
4. Anggapan Dasar
lapis keras. Pengaruh yang akan ditinjau adalah nilai-nilai “VITM”, “VFWA”.
digunakan variasi penggunaan agregat, yaitu agregat kasar, agregat halus dan
debu semen yang terdapat pada bahan ikat. Aspal yang digunakan dianggap
tidak mengandung debu semen sebelumnya atau pengaruh debu semen pada
dilapangan.
5. Cara Analisis
Berat jenis agregat merupakan suatu hasil gabungan antara berat jenis
agregat kasar, agregat halus dan filler untuk nilai berat jenis tersebut
( X x F 1 ) + ( Y x F 2 ) +(Z x F 3)
BJ agregat =
100
Dengan:
1. Density
g = c/f ; f=d–e
Dengan:
Untuk memperoleh nilai VFWA atau persen rongga terisi aspal, dihitung
dulu nilai-nilai:
a
b= x 100
100+ a
k = 100 I j
bxg
i=
BJ aspal
( 100−b ) x g
j=
BJ agregat
I = 100 – j
33
Dengan:
Dari data tersebut diatas maka dapat dihitung nilai VFWA sebagai
berikut:
digunakan rumus:
Dengan:
100
h =
{ 100−b
BJ agregat +b /BJ aspal }
34
4. Stabilitas
Angka stabilitas benda uji didapat dari pembacaan arloji stabilitas alat
tekan Marshall. Angka stabilitas ini masih harus dikoreksi terhadap harga
kalibrasi alat dan angka koreksi ketebalan benda uji. Angka koreksi
ketebalan benda uji dapat dilihat pada tabel 3.8 yang diambil dari “The
intructor’s Guide”.
Dengan:
60 1,095 71 0,835
61 1,065 72 0,825
62 1,035 73 0,810
63 1,015 74 0,791
64 0,960 75 0,772
65 0,935 76 0,762
66 0,900 77 0,752
67 0,885 78 0,742
68 0,865 79 0,733
69 0,855 80 0,724
70 0,845 - -
Sumber: “American Society for Testing and Materials (ASTM C-0201-76)
35
5. Kelelehan (flow)
Nilai kelelehan atau (flow) dibaca dari pembacaan arloji flow yang
Dengan:
Nilai Marshall Quotient diperoleh dari hasil bagi rata antara nilai
stabilitas dan nilai kelelehan (flow) dengan satuan kg/mm nilai QM digunakan
semakin besar nilai QM, berbarti semakin kaku suatu campuran sebaliknya