PENDAHULUAN
Untuk kenyamanan dan keamanan, kondisi jalan harus baik atau tidak rusak.
Oleh sebab itu, jalan dengan perkerasan aspal sebagai penyusunnya harus
adalah disebabkan oleh adanya genangan air yang berasal dari air hujan, air
laut, sistem drainase yang kurang baik dan naiknya air akibat kapilaritas.
jalan terutama daya ikat aspal berkurang. Perkerasan jalan yang terendam oleh
bentuk pada perkerasan jalan. Akibatnya, pada saat dilewati beban lalu lintas
parah.
Rob atau banjir air laut adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut
1
terjadi di daerah yang lebih rendah dari muka air laut. Di samping itu air rob
yang berasal dari laut yang memiliki kandungan tingkat keasaman, kadar
sulfat (SO4 2), dan tingkat alkalinit tinggi yang bisa melemahkan kemampuan
jalan. Kondisi ini dapat diperparah, apabila jalan terendalam dalam waktu
lebih dari 24 jam (standar kekuatan sisa marshall), dan terbebani oleh beban
kendaraan yang melebihi batas yang telah ditentukan. Hal ini dapat
empat hal utama, yakni material kontruksi, lalu lintas, iklim dan air
yang direndam selama waktu T1 dengan nilai stabilitas yang direndam selama
waktu T2. Nilai IKS yang disyaratkan oleh Bina Marga adalah minimum
maka perlu dilakukan penelitian dengan uji laboratorium dalam bentuk tugas
2
“ Pengaruh Lama Perendaman Air Hujan Dan Air Laut Terhadap Nilai
2. Bagaimana pengaruh perendaman Air Hujan dan Air Laut terhadap nilai
lama perendaman menggunakan air hujan dan air laut terhadap nilai
1. Untuk menganalisis pengaruh perendaman air hujan dan air laut terhadap
2. Untuk menganalisis pengaruh perendaman air hujan dan air laut terhadap
Agar pembahasan dalam Tugas Akhir dapat lebih spesifik dan terarah, penulis
3
Perkerasan Jalan Universitas Muslim Indonesia
3. Jenis aspal yang digunakan adalah aspal PT. Pertamina dengan penetrasi
60/70.
5. Rendaman yang digunaan adalah air laut dan air hujan. Pada penelitian ini
air laut yang digunakan diperoleh dengan pengambilan sampel air laut di
pantai Losari.
sisa.
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik secara praktis maupun manfaat
secara teoritis.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
4
a. Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu penelitian ini dapat dijadikan
BAB I
Dalam bab pendahuluan ini memuat tentang latar belakang, rumusan masalah,
penelitian.
BAB II
Bab ini berisi tentang teori yang berupa pengertian dan definisi yang di ambil
dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan skripsi serta beberapa
BAB III
Bab ini berisi tentang metode-metode yang digunakan pada saat pengambilan
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lapisan aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri
dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded) di
campur, di hamparkan dan di padatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
Jenis agregat yang di gunakan terdiri dari agregta kasar, agregat halus, dan filler,
sedangkan aspal yang di gunakan sebagai bahan pengikat untuk lapis aspal beton
harus terdiri dari salah satu aspal keras penetrasi 40/50, 60/70, dan 80/100, tidak
mengandung air bila di panaskan sampai suhu 175 0 c tidak berbusa dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan yang di tetapkan. Pembuatan lapis aspal beton (laston)
(binder) pada perkerasan jalan yang mampu memberikan sumbangan daya dukung
yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi
permukaan (surface). Persyaratan lapisan ini (surface) kedap air, yaitu lapisan ini
harus dapat mengalirkan air ke tepi badan jalan. Sifat kedap air ini untuk
melindungi lapis perkerasan yang ada dibawahnya agar tidak kemasukan air. Bila
air dapat meresap kedalam lapisan bawahnya, maka jalan akan segera rusak dan
tidak akan bertahan lama sesuai dengan umur rencana. AC-WC merupakan
7
terhadap cuaca, dan mempunyai kekesatan yang disyaratkan dengan tebal nominal
vertikal), gaya rem (Horizontal) dan pukulan Roda kendaraan (getaran). Karena
sifat penyebaran beban, maka beban yang diterima oleh masing-masing lapisan
Aspal beton (hot mix) adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari
berdasarkan jenis aspal apa saja yang akan digunakan (Sukirman, 2003).
pembentuk aspal beton dan fungsi aspal beton. Berdasrkan temperatur ketika
1. Aspal beton campuran panas (hotmix), adalah aspal beton yang material
2. Aspal beton campuran sedang (warm mix), adalah aspal beton yang
3. Aspal beton campuran dingin (coldmix), adalah aspal beton yang material
1. Aspal beton untuk lapisan aus (wearing course), adalah lapisan perkerasan
8
yang berhubungan langsung dengan ban kendaraan, merupakan lapisan
yang kedap air, tahan terhadap cuaca dan mempunyai kekesatan yang
disyaratkan.
3. Aspal beton pembentuk dan perata lapisan aspal beton yang sudah lama,
yang pada umumnya sudah aus dan seringkali tidak lagi berbentuk crown.
2.3 Aspal
Aspal pada lapisan keras jalan berfungsi sebagai bahan ikat antar agregat
kekuatan yang sangat besar dari pada kekuatan masing-masing agregat. Selain
sebagai bahan pengikat campuran, aspal juga berfungsi sebagai pelumas pada saat
Walker 1970). Hydrocarbon adalah bahan dasar utama dari aspal yang umum
disebut bitumen, sehingga aspal sering juga disebut bitumen (Sukirman, 1999).
Aspal dibuat dari minyak mentah melalui proses penyulingan atau dapat
ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang
ditemukan bersama - sama material lainnya seperti ada cekungan bumi yang
pemadatan sifat aspal dapat ditunjukkan dari nilai viscositas, sedangkan pada
9
sebagian besar kondisi saat masa pelayanan aspal mempunyai sifat viscositas yang
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam
sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan
meleleh bila dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang
kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil
pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan
minyak bumi atau derivatnya (ASTM, 1994). Aspal yang dipergunakan sebagai
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada
yaitu proses pencampuran prahampar dan pascahampar itu berbeda. Pada proses
menyelimuti butir-butir agregat, mengisi pori antar butir, dan meresap kedalam
lapisan agregat.
Untuk mendapatkan mutu aspal beton yang baik, dalam proses perencanaan
10
a. Stabilitas
Kemampuan beton aspal menerima repetisi beban lalu lintas seperti berat
kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan, serta
menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air,
terjadi retak
Kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air ataupun udara
11
g. Mudah dilaksanakan ( workability)
dipadatkan.
3. Aspal harus memberikan lapisan yang elastis atau tidak getas sehingga
dilapisi.
8. Aspal harus dapat melapisi agregat dan mengisi rongga antar agregat
12
Dalam kaitannya sebagai unsur hidrokarbon yang sangat kompleks.
1. Pengujian Penetrasi.
memiliki sifat kedap air (waterproof). Umumnya aspal terbagi atas bentuk cair,
semi pada, dan padat pada suhu ruang (25ºC). (Sulaksono, 2001)
dalam keadaan cair dan panas aspal ini berbentuk padat pada keadaan
13
25°C ataupun berdasarkan nilai viskositasnya). Semakin meningkatnya besar
angka penetrasi aspal maka tingkat kekerasan aspal semakin rendah, sebaliknya
semakin kecil angka penetrasi aspal maka tingkat kekerasan aspal semakin tinggi.
(AASHTO, 1982)
Adapun Persyaratan Aspal pen 60/70 pada tabel 2.1 dibawah ini:
(lalu lintas dengan volume tinggi) sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi
14
4. AC per 120-150 yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150.
Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras
dan padat. ASTM (1974) mendefinisikan agregat sebagai suatu bahan yang terdiri
dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun berupa fragmen-
ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dangan material lain.
tekstur permukaan porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis, dan
15
daya pelekatan dengan aspal (Sukirman, 2003).
Agregat atau batu, atau granular material adalah material berbutir yang
keras dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah,
abu batu, dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
prasarana transportasi, khususnya dalam hal ini pada perkerasan jalan. Daya
dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang
digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat
lalu lintas. Semua lapis perkerasan jalan lentur memerlukan agregat yang
terdistribusi dari besar sampai kecil. Penggunaan partikel agregat dengan ukuran
16
1. Kemudahan pelaksanaan pekerjaan berkurang
Sifat agregat yang menentukan kualitas sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan
saringan.
c. Ukuran agregat dari kecil sampai besar yang dibutuhkan. Batasan ukuran
direncanakan.
17
aspal. Bentuk dan tekstur agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan
ayakan No.4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet
dan bebas dari lembung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi
18
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah – Direktorat
Jendral PrasaranaWilayah, (2004).
Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan terdiri bahan yang lolos ayakan No. 4 (4,75 mm).
Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
19
No. 200 0,075 4 – 10 4 – 10
(Sumber : Bina Marga 2018 (Revisi 2))
Bahan pengisi mineral adalah abu mineral lolos ayakan No.200 mesh. Jenis
bahan filler secara umum terdiri dari: debu batu kapur, debu dolomit, semen
portland, abu layang atau fly ash, atau bahan bahan mineral tidak plastis lainnya.
Berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010, bahan pengisi (Filler) untuk
beton aspal, mempunyai ketentuan bahwa bahan pengisi yang ditambahkan harus
bebas dari bahan yang tidak dikehendaki dan tidak menggumpal. Debu batu
20
(stone dust) dan bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari
VI Bina Marga, 2010 harus mengandung bahan yang lolos saringan No.200 (75
Air hujan adalah air yang jatuh dari atmosfer ke permukaan bumi dalam
uap air, pembentukan awan, dan akhirnya, kondensasi menjadi tetes air yang
cukup besar untuk jatuh. Kandungan air hujan umumnya bersih, dengan pH
Kandungan air hujan dapat mencakup zat-zat seperti oksigen, nitrogen, dan
karbon dioksida yang terlarut dari udara. Selain itu, hujan dapat mengandung
partikel-partikel kecil seperti debu, serbuk sari, dan mikroorganisme yang ada
geografis, aktivitas manusia, dan kondisi atmosferik tertentu pada saat hujan
terjadi.
21
2.2 Air Laut
Air laut adalah kumpulan air asin yang sangat banyak dan luas di
dengan benua lainnya dan suatu pulau dengan pulau lainnya. Kandungan
garam adalah salah satu perbedaan antara air tawar dengan air laut, rata-
rata di laut negara Indonesia terdapat 3,5% kandungan garam per 1 liter air
laut. Selain faktor air, faktor suhu juga berperan besar mempengaruhi
luas mencapai 70% dari seluruh permukaan dunia, dan memiliki sifat
korositas yang sangat agresif. Secara umum derajat keasaman air laut
berkisar antara 8,2 sampai dengan 8,4 dimana mengandung air sebanyak
96,5%, sedangkan material terlarut dalam bentuk molekul dan ion sebanyak
3,5%. Material yang terlarut tersebut 89% terdiri dari garam chlor sedangkan
(55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), dan
sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromide, asam borak,
22
Beberapa hal yang menyebabkan air laut sangat bersifat agresif dan
4. Ion klorida yang terkandung pada air laut merupakan ion agresif.
Air laut yang digunakan sebagai air rendaman benda uji marshall diambil
dari air laut di jalan Metro Tanjung Bunga di pantai Losari yang
air laut dan mempunyai suhu permukaan sebesar 28,0°C sampai 29,7°C.
besar pula flownya, dan begitu juga sebaliknya. Jadi semakin besar
sebaliknya. Dan jika flow semakin tinggi maka aspal semakin mampu
menahan beban.
hubungan antara presentase kadar aspal dengan presentase rongga terisi aspal
23
stabilitas, dan perbandingan antara stabilitas dan kelelehan (MQ). Berikut ini
1. Stabilitas Marshall
maksimum beban yang dapat diterima oleh suatu campuran beraspal saat
2. Kelelehan (flow)
millimeter (mm) yang terjadi pada sampel padat dari campuran perkerasan
merupakan nilai dari masing-masing yang ditunjukkan oleh jarum dial. Hanya
saja jarum dial flow biasanya dalam satuan mm (millimeter). Menurut Fredy,
suatu campuran yang memiliki kelelehan yang rendah akan lebih kaku dan
campuran akan
24
semakin tinggi, dan campuran akan semakin rentan terhadap keretakan.
stabilitas
Marshall Quotient= ………………...………….……(2.1)
flow
Rongga terisi aspal (VFA) adalah persen rongga yang terdapat diantara
Partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang
VMA−VIM
VFA=100 X …………………………………..………(2.2)
VMA
Dimana:
VFA : Rongga udara yang terisi aspal, persentase dari VMA (%)
VMA: Rongga udara pada mineral agregat, persentase dari volume total (%)
Rongga antar agregat (VMA) adalah ruang rongga diantara partikel agregat
pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif (tidak
dari campuran total, maka VMA dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
VMA=100− ( Gmb∗Ps
Gsb )
………………………………………..(2.3)
Dengan pengertian :
25
VMA : Rongga dalam agregat mineral (persen volume curah)
Gmb 100
VMA=100− X 100 …………………..……(2.4)
Gsb 100+ Pb
Dengan pengertian :
Rongga udara dalam campuran (Va) atau VIM digunakan untuk mengetahui
perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang
Gmm – Gmb
VIM =100 X ………………...............................(2.5)
Gmm
Dengan pengertian:
VIM : Rongga udara dalnam campuran padat persen dari total volume
26
3.5.4 Durabilitas
dari penghancur (disintegrasi) akibat pengaruh cuaca atau air. Kondisi jalan yang
selalu terendam oleh air akan menurunkan sifat durabilitas lapisan perkerasan
aspal. Hal ini menjadi lebih buruk lagi jika pada saat proses pembuatan campuran
pelayanan terjadi proses penuaan pada campuran aspal, sehingga akibatnya dapat
menurunkan kinerja perkerasan aspal seperti nilai stabilitas rendah, rongga antar
aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas campuran
beraspal. Penuaan aspal ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu penguapan
fraksi minyak ringan yang terknadung dalam aspal dan oksidasi (penuaan jangka
pendek, short-team aging) dan oksidasi yang progresif (penuaan jangka panjang,
long-team aging).
campuran beraspal adalah Indeks Kekuatan sisa Indeks Kekuatan Sisa adalah
parameter yang digunakan oleh Bina Marga (2010) dengan membandingkan nilai
27
merupakan parameter tunggal yang dikembangkan oleh Craus, J. et al (1981)
Sisa (IKS). Durabilitas atau keawetan adalah kemampuan beton aspal menerima
beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan
permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca atau iklim, seperti
a. Film aspal atau selimut aspal, selimut aspal yang tebal akan membungkus
agregat secara baik, beton aspal akan lebih kedap air, sehingga
b. Voids InMix (VIM) sehingga lapis kedap air dan udara tidka masuk
besar pori yang tersisa semakin tidak kedap air dan semakin banyak
durabilitasnya menurun.
c. Voids Mineral Aggregate (VMA) sehingga film aspal dapat dibuat tebal.
Jika VMA besar dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan
28
terjadinya bleeding besar. Untuk mencapai VMA yang besar ini
durabilitas standar menurut Bina Marga yaitu dilakukan perendaman benda uji
pada temperatur 60oC selama 30 menit dan 24 jam. Perbandingan stabilitas yang
Indeks Kekuatan Sisa. Indeks kekuatan sisa dapat dihitungan dengan persamaan
sebagai berikut:
MS 2
IKS = x 100 % ............................................................................................
MS 1
(2.10)
Dengan:
(Kg)
(Kg)
berurutan dari kurva keawetan. Indeks Durabilitas Pertama dinyatakan dalam (r)
29
n −1
s i−¿ s
r=∑ i+ 1
¿...............................................................................................(2.11)
i=0 t i+1−t i
Dengan :
r
R= . S …..................................................................................................(2.12)
100 0
Dengan:
kekuatan yang terbentuk diantara kurva keawetan dengan garis So = 100%. Indeks
Dengan:
30
Si = Persentase kekuatan sisa pada waktu t1
31
2.12 Penelitian Terdahulu
Metode
No Judul Penelitian Tujuan Penelitian Penelitian Hasil dan Kesimpulan
1. “Pengaruh Terendamnya Untuk mengetahui - Pengujian 1. Dari hasil Rekapitulasi Hasil Pengujian
Perkerasan Aspal Oleh pengaruh air laut Marshall Marshall Pada Campuran AC-WC
Air Laut Yang Ditinjau terhadap konstruksi dengan Variasi Suhu dan Durasi
Terhadap Karakteristik jalan lapis aspal beton Perendaman Air Tawar untuk suhu 25
Marshall ” AC- WC yang dilihat °C dengan durasi perendaman 24 jam
dari pengujian mendapatkan stabilitas 1811.14
Marshall, khususnya kg,kelelehan 4,58 mm, dan MQ 395,13
terhadap nilai kg/mm.
Stabilitas, Flow, dan 2. Setelah pengujian perendaman air tawar
Marshall Quotient, dan Marshall Test, maka dilanjutkan
sesuai Spesifikasi dengan pengujian perendaman air laut
Umum Kementrian menggunakan variasi suhu, durasi
Pekerjaan Umum, perendaman, dan variasi kadar
Divisi 6, tahun 2010 garamnya yang dilanjutkan dengan
revisi 2 Marshall Test.
-
2. Perbandingan Lama Tujuan dari penelitian Pengujian Dapat disimpulkan bahwa semakin
Perendaman ini adalah untuk Marshall lama campuran aspal terendam oleh air
Campuran Aspal mengetahui bagaimana laut dan air hujan, nilai stabiltas
(AcWc) Dengan pengaruh yang semakin menurun, akan tetapi terjadi
Memakai Air Hujan ditimbulkan akibat perbedaan penurunan pada perendaman
32
Dan Air Laut perendaman aspal menggunakan air laut dan air hujan
Terhadapkarakteristik memakai air laut dan terhadap nilai stabilitas
Marshall air hujan terhadap nilai
Menggunakan struktural pada
Material Lokal campuran AC-WC
Pringgabaya serta bagaimana
perbandingan yang
terjadi pada aspal
akibat lama
perendaman dengan
memakai air laut dan
air hujan terhadap
karakteristik marshall
3. Analisa Pengaruh Air 1. bertujuan untuk - Pengujian 1. Perendaman dengan durasi 30 Menit
Hujan Terhadap melihat pengaruh Marshall nilai stabilitas perendaman air tawar
Kinerja Campuran infiltrasi air terhadap 1380.16 Kg, 1326.60 Kg untuk
Asphalt Concrete penurunan kekuatan perendaman air hujan, nilai Flow
Wearing Course(Ac- campuran beraspal perendaman air tawar 3.79 mm, 3.67
Wc) akibat masuknya air mm untuk perendaman air hujan, nilai
kedalam campuran Marshall Quotient perendaman air
yang akan tawar 364.25 Kg/mm, 361.44 Kg/mm
menyebabkan untuk perendaman air hujan, nilai VIM
hilangnya ikatan perendaman air tawar 4.09 %, 4.01 %
adhesi antara agregat untuk perendaman air hujan, nilai VMA
dan aspal. Untuk perendaman air tawar 17.59 %, 17.30 %
mengidentifikasi untuk perendaman air hujan, nilai VFB
karakteristik perendaman air tawar 76.97 %, 76.30 %
campuran terhadap untuk perndaman air hujan.
33
Marshall Test, maka 2. Perendaman dengan durasi 24 Jam nilai
dalam penelitian ini stabilitas perendaman air tawar 1322.25
dilakukan dengan 2 Kg, 1226.66 Kg untuk perendaman air
tahap pengujian yaitu hujan, nilai Flow perendaman air tawar
pengujian dengan 3.80 mm, 3.68 mm untuk perendaman
perendaman air tawar air hujan, nilai Marshall Quotient
dan air hujan masing- perendaman air tawar 348.13 Kg/mm,
masing 1x30 menit 342.50 Kg/mm untuk perendaman air
dan 1x24 jam. hujan, nilai VIM perendaman air tawar
3.80 %, 3.69 % untuk perendaman air
hujan, nilai VMA perendaman air tawar
16.90 %, 16.77 % untuk perendaman
air hujan, nilai VFB perendaman air
tawar 75.26 %, 72.64 % untuk
perendaman air hujan.
4. Kuat Tekan Beton dan 1. Tujuan dari penelitian Pengujian yang Hasil kuat tekan menunjukkan bahwa
Nilai Penyerapan ini untuk menjelaskan dilakukan seluruh benda uji dengan perawatan air
dengan Variasi pengaruh dari jenis air berupa laut lebih tinggi dibandingkan dengan
Perawatan pada perawatan beton, pemeriksaan beton menggunakan perawatan air
Perendaman Air Laut khususnya pada beton workabilitas, sungai. Sedangkan nilai penyerapan
dan Air Sungai yang digunakan yang kuat tekan dan menunjukkan bahwa pada umur 28 hari
berhubungan nilai dengan menggunakan air laut
langsung dengan air. penyerapan. menghasilkan nilai yang lebih tinggi
Pada penelitian ini dibandingkan perawatan menggunakan
menggunakan tiga air sungai.
jenis produk semen
yaitu Holcim, Tiga
34
Roda dan Gresik
dengan total 12
variasi dan 108 benda
uji berbentuk silinder
berdiameter 15 cm
dan tinggi 30 cm.
Seluruh variasi
menggunakan standar
mix design yang sama
dengan 6 variasi
menggunakan
perbedaan jumlah
superplasticizer dan 6
variasi menggunakan
bahan tambah fly ash.
5. Durabilitas Beton Untuk mengetahui Pengujia kuat 1. Hasil menunjukan beton PCC pada
Sekat Kanal Terpapar kekuatan dan tekan. umur 0 hari perendaman kuat tekan
Air Gambut berdurabilitas agar sudah mencapai pada mutu
Dan Air Laut struktur tersebut yang direncanakan tetapi mengalami
. tahan lama dan kenaikan dan penurunan kuat tekan.
memiliki masa layan Pada beton PCC– FA pada umur 0
yang panjang hari perendaman
pada air gambut dan belum mencapai pada mutu beton
air laut yang direncanakan tetapi seiring
. dengan lama nya
perendaman dengan 3 jenis air, mutu
beton masih terus mengalami kenaikan
sampai pada umur 56 hari dan
35
pada 91 hari baru mengalami
penurunan kuat tekan.
Hasil UPV pada beton PC
C dan PCC-FA selama 56 hari
disetiap rendaman masih memiliki
kerapatan beton yang sangat bagus
namun, di 91 hari perendaman
mengalami penurunan, dan secara
pengamatan visual, penetrasi asam
belum terjadi pada beton tipe PCC dan
tipe PCC-FA
36
BAB III
METODE PENELITIAN
terhadap benda uji gregat kasar, agregat halus, dan aspal untuk mengetahui
pengaruh lama perendaman menggunakan air hujan dan air laut terhadap
a) Pemeriksaan agregat
b) Pemeriksaan aspal
37
2. Data sekunder adalah data diperoleh dari Peraturan pengujian sesuai
SNI
b) Studi Literatur
kasar, agregat halus, dan aspal. Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan untuk
b. Agregat yang di gunakan yaitu Agregat kasar, Agregat halus dan abu batu
c. Air hujan diambil dengan cara menampung air hujan langsung dari langit
d. Air laut diambil dari Pantai Losari berlokasi di jalan metro tanjung bunga.
38
3.5.2 Pemeriksaan Bahan
perkerasan jalan.
1. Tahap pertama di lakukan ialah pemeriksaan air laut. Sampel air laut yang
diambil berasal dari pantai Losari Jalan Metro Tanjung Bunga pada bulan
penampungan air hujan pada ruangan terbuka pada saat hujan turun. Cara
ini dilakukan agar air hujan yang digunakan tidak terkontaminasi dengan
Sipil UMI yang mengacu pada SNI (Standart Nasional Indonesia) dan
dari air laut dan air hujan. Kertas lakmus adalah strip kertas yang
mengandung asam atau basa (alkalin). Yang paling banyak adalah merah
(yang mengandung asam yang bereaksi terhadap basa) dan biru (yang
mengandung basa dan bereaksi terhadap asam). Strip merah menjadi biru
jika zatnya adalah alkalin, dan strip biru menjadi merah jika mengandung
asam. Tingkat asam dan basa didefinisikan oleh ion hidrogen yang
39
adalah zat yang menerima ion hidrogen tambahan.
1. Pemeriksaan Aspal
lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum, beban dan
2456-1991).
air suling pada suhu tertentu dengan volume yang sama (SNI 06-2456-
1991).
b. Berat jenis isi yaitu untuk mengetahui rasio antara berat agregat dengan
c. Berat jenis dan penyerapan yaitu untuk menentukan berat jenis (bulk),
40
e. Kelekatan agregat terhadap aspal yaitu untuk mengetahui persentase
gabungan memenuhi :
spesifikasi ideal yaitu nilai salah satu dari spesifikasi ideal yang
41
dengan jenis yang ada, dalam hal agregat kasar dan agregat
telah kita ambil dan jika sudah mendekati salah satu nilai
Pb = 0,035a + 0,045b + Kc + F
Dimana :
No. 200
42
- Untuk LASTON dan AC = 1
- Untuk HRS = 2
pembuatan benda uji dengan kadar aspal rencana, selanjutnya aspal &
ditumbuk sebanyak 75 kali di tiap sisi. Setelah itu benda uji di keluarkan
dan didinginkan 24 jam & diukur tingginya dengan ketelitian 0.1 mm.
Setelah itu rendam benda uji selama 24 jam dan timbang Kembali benda
aspal.
43
Jumlah 15 buah briket
Aggregate (VMA), Voids Filled with Asphalt (VFA), Void in Mix (VIM) dan
aspal beton.
pembuatan benda uji dengan kadar aspal rencana, selanjutnya aspal & agregat
dalam cetakan dan dipadatkan dengan cara ditumbuk sebanyak 75 kali di tiap
sisi. Setelah itu benda uji di keluarkan dan didinginkan 24 jam & di ukur
tingginya dengan ketelitian 0.1 mm. Selanjutnya timbang dalam kondisi kering
untuk mendapatkan berat isi. Setelah itu rendam benda uji selama 24 jam dan
timbang Kembali benda uji dalam air dan dalam keadaan kering permukaan.
44
Gambar 3.2 Alat Marshall Test
2.6.2 Durabilitas
permukaan benda uji serta letakkan pada tempat yang tersedia pada alat
uji Marshall. Setelah dial pembacaan stabilitas dan kelelehan yang telah
Baca dan catat besar angka pada dial untuk memperoleh nilai stabilitas
proving ring pada alat Marshall dapat diperoleh nilai stabilitas (stability)
45
60⁰. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui keawetan dan
bebas. Variabel terikat pada penelitian ini berupa aspal beton (AC-WC)
sedangkan variabel bebas pada pada penelitian ini adalah variasi pada
menerus.
46
iterasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
maka untuk ini dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi harus kecil
Y = a + b1 X1 + b2 X2 …….. + bn Xn
Dimana:
47
3.8 Diagram Alir
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Bahan
Pemeriksaan Bahan
TIDAK
Memenuhi
Spesifikasi
YA
A
48
A
Perencanaan Campuran
Pengujian Marshall
Pengujian Durabilitas
Pengujian Marshall
Pengolahan Data
selesai
49
50
BAB IV
Agregat yang digunakan pada campuran aspal adalah agregat kasar dan
halus yang diambil di sekitar daerah Bili-Bili, Kab Gowa. Sifat agregat menjadi
salah satu faktor penentuan kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu
lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Oleh karena itu perlu pemeriksaan yang
bentuk butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan menyerap air, dan berat
jenis.
memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga 2018 seperti yang tercantum dalam
Tabel 4.1 sampai Tabel 4.2 dibawah ini. Data hasil pemeriksaan gradasi agregat
44
Tabel 4. 1 Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar
Jenis Saringan % Lolos Saringan
Agregat 1-2 Agregat 0,5-1
3/4” (19,1 mm) 100
1/2” (12,7 mm) 66,39 100
3/8” (9,52 mm) 33,11 74,16
No. 4 (4,75 mm) 0,90 13,97
No. 8 (2,36 mm) 0,63
Data hasil pemeriksaan karakteristik agregat kasar dapat dilihat pada Tabel
4.2 berikut :
Data hasil pemeriksaan gradasi halus (abu batu) dapat dilihat pada Tabel 4.3
berikut :
45
Tabel 4. 3 Hasil Pemeriksaan Gradasi Abu Batu
Jenis Saringan % Lolos Saringan
Abu Batu
No. 4 (4,75 mm) 100
No. 8 (2,36 mm) 72,39
No. 16 (1,18 mm) 48,32
No. 30 (0,6 mm) 32,32
No. 50 (0,3 mm) 23,01
No. 100 (0,15 mm) 17,51
No. 200 (0,075 mm) 11,31
PAN 0,00
Data hasil pemeriksaan karakteristik agregat halus (abu batu) dapat dilihat
46
Dari hasil Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan karakteristik
agregat halus (abu batu) yang digunakan telah memenuhi persyaratan Spesifikasi
47
No. 30 32,3 17,7 17,7
0 0 14 - 30 22
0,00 0,00 2 7 7
No. 50 23,0 12,6 12,6
0 0 9 - 22 15,5
0,00 0,00 1 6 6
No. 17,5
0 0 9,63 9,63 6 - 15 10,5
100 0,00 0,00 1
No. 11,3
0 0 6,22 6,22 4 - 9 6,5
200 0,00 0,00 1
No.100
No50
No30
No16
No,8
No,4
3/8"
1/2"
3/4"
Pan
100
90
80
70
% LOLOS
60
50
40
30
20
10
0
48
PENGGABUNGAN AGREGAT
No.100
No16
No50
No30
No16
No,8
No,4
3/8"
1/2"
3/4"
Pan
100
90
80
70
% LOLOS
60
50
40
30
20
10
49
PENGGABUNGAN AGREGAT
No. 100 0,00 0,00 17,51 9,06 0 0 7,88 0,91 8,79 6 - 15 10,5
No. 200 0,00 0,00 11,31 0,26 0 0 5,09 0,03 5,11 4 - 9 6,5
No.100
No16
No50
No30
No16
No,8
No,4
3/8"
1/2"
3/4"
Pan
100
90
80
70
% LOLOS
60
50
40
30
20
10
50
PENGGABUNGAN AGREGAT
No. 100 0,00 0,00 17,51 9,06 0 0 7,00 1,36 8,36 6 - 15 10,5
No. 200 0,00 0,00 11,31 0,26 0 0 4,52 0,04 4,56 4 - 9 6,5
No.100
No16
No50
No30
No16
No,8
No,4
3/8"
1/2"
3/4"
Pan
100
90
80
70
% LOLOS
60
50
40
30
20
10
51
PENGGABUNGAN AGREGAT
No. 100 0,00 0,00 17,51 9,06 0 0 6,13 1,81 7,94 6 - 15 10,5
No. 200 0,00 0,00 11,31 0,26 0 0 3,96 0,05 4,01 4 - 9 6,5
No.100
No16
No50
No30
No16
No,8
No,4
3/8"
1/2"
3/4"
Pan
100
90
80
70
% LOLOS
60
50
40
30
20
10
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal Pertamina 60/70.
pengujian penetrasi, titik lembek, daktilitas, berat jenis, titik nyala dan titik bakar.
Data hasil pemeriksaan karakteristik aspal dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut:
52
Pengujian Hasil Pengujian Spesifikasi
Penetrasi pada 25°C (0,1 mm) 62,8 60 – 79
Titik Lembek (°C) 52,5 48 – 56
Daktilitas pada 25°C (cm) 146 > 100
Berat Jenis 1,030 1,0-1,16
Dari hasil Tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil pengujian aspal yang
Rumus :
P = 0,035a + 0,045b + Kc + F
Dimana :
- Untuk HRS = 2
Penyelesaian :
c = 6,22
53
K = 0,18 untuk 6 – 10 % lolos saringan No. 200
Jadi,
= 5,7393 → 5,74
Catatan : Diambil kadar aspal 4,7%, 5,2%, 5,7%, 6,2%, dan 6,7%
Karena setiap penambahan variasi bahan tambah Pasir Kuarsa nilai KAR
nya mendekati KAR penggabungan agregat dengan bahan tambah 0%, jadi KAR
karakteristik Marshall yang terdiri dari Stabilitas, Flow, Voids in Mix (VIM),
Voids in Mineral Aggregate (VMA), Voids Filled with Asphalt (VFA), Density,
dan Marshall Quotient (MQ) dengan menggunakan beberapa variasi kadar aspal
untuk mendapatkan kadar aspal optimum. Variasi kadar aspal yang digunakan
adalah 4,7%, 5,2%, 5,7%, 6,2%, dan 6,7% dengan masing-masing 2 kali 75
54
tumbukan. Berikut merupakan hasil rekapitulasi karakteristik Marshall dapat
karakteristik campuran seperti pada Tabel 4.8 Dari hasil pengujian tersebut kita
dapat menentukan nilai kadar aspal optimum. Diperoleh keadaan kadar aspal
beban lalu lintas yang bekerja diatasnya tanpa mengalami perubahan bentuk tetap
55
Stabilitas campuran dalam pengujian Marshall ditunjukkan dengan
pembacaan nilai stabilitas dan dikoreksi dengan angka koreksi ketebalan atau
Grafik hubungan antara kadar aspal dan stabilitas dapat dilihat pada grafik 4.2
1100.0
1000.0
Stability ( kg )
900.0
800.0
700.0
4.7 5.2 5.7 6.2 6.7
Binder Content ( % )
Dari hasil analisis grafik 4.6 menunjukkan bahwa campuran dengan kadar
aspal 4,7% hingga kadar aspal 6,7% memenuhi spesifikasi. Semakin besar nilai
kadar aspal yang di gunakan akan meningkatkan nilai stabilitas hingga kadar aspal
optimum. Tetapi seiring dengan penambahan kadar aspal melebihi nilai optimum
maka stabilitasnya akan menurun. Karena tebal selimut aspal bertambah dan dapat
berulang hingga terjadi deformasi sementara akibat beban lalu lintas, tanpa
56
Semakin banyak aspal yang digunakan dalam suatu campuran maka akan
Grafik hubungan antara kadar aspal dan flow dapat dilihat pada grafik 4.3
Spesifikasi 2-4 mm
5.00
4.50
4.00
Flow ( mm )
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
4.7 5.2 5.7 6.2 6.7
Binder Content ( % )
Dari hasil analisis grafik 4.7 menunjukan bahwa nilai flow dari kadar aspal
5,2% mengalami penurunan sampai kadar aspal 6,2% dan mengalami peningkatan
pada kadar aspal 6,7%. Hal ini disebabkan semakin bertambah kadar aspal maka
aspal akan megisi rongga yang kosong sehingga membuat campuran antara
agregat dan aspal saling mengikat dengan baik dan nilai keruntuhan yang terjadi
akan rendah.
yang berisi udara dalam campuran aspal yang terdiri atas ruang udara diantara
partikel agregat yang terselimuti aspal dan dapat dinyatakan dalam persentase (%)
campuran aspal, rongga udara yang dihasilkan ditentukan oleh susunan partikel
agregat dalam campuran serta ketidak seragaman bentuk agregat. Rongga udara
57
merupakan indikator durabilitas campuran beraspal sedemikian sehingga rongga
Grafik hubungan antara kadar aspal dan VIM dapat dilihat pada grafik 4.4
Spesifikasi 3-5 %
9.00
8.00
7.00
6.00
VIM ( % )
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
4.7 5.2 5.7 6.2 6.7
Binder Content ( % )
Dari hasil analisis grafik 4.8 menunjukkan bahwa nilai VIM kadar aspal
4,7% tidak memenuhi spesifikasi yaitu 3%-5%. Pada kadar aspal 5,2%, 5,7%,
6,2% dan 6,7% memenuhi spesifikasi. Dapat dilihat pada grafik 4.4 setiap
diantara butir-butir agregat dari suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan
termasuk didalamnya rongga udara dan rongga yang berisi aspal yang dinyatakan
antara agregat halus, agregat kasar, dan filler. Atau biasa disebut dengan rongga
menerus memberikan rongga antar butiran VMA yang kecil dan menghasilkan
58
stabilitas yang tinggi tetapi membutuhkan kadar aspal yang rendah untuk
mengikat agregat.
Grafik hubungan antara kadar aspal dan VMA dapat dilihat pada grafik 4.5
19.00
VMA ( % )
17.00
15.00
13.00
4.7 5.2 5.7 6.2 6.7
Binder Content ( % )
Dari hasil analisis grafik 4.9 menunjukkan bahwa setiap variasi kadar
aspal pada campuran secara menyeluruh memenuhi nilai VMA pada campuran
berdasarkan spesifikasi Bina Marga yaitu minimal 15%. Nilai VMA semakin
semakin besar.
4.5.5 Hubungan Kadar Aspal terhadap Voids Filled with Asphalt (VFA)
Void filled with Asphalt (VFA) adalah persen rongga yang terisi aspal pada
nilai VFA adalah gradasi agregat, kadar aspal, jumlah dan temperature pemadatan.
VFA adalah bagian dari rongga yang berada di antara mineral agregat (VMA)
yang terisi oleh aspal efektif yang di nyatakan dalam persen. Dan secara umum
59
menurut Silvia Sukirman,1999 VFA adalah persen rongga yang terdapat diantara
partikel agregat VMA yang terisi aspal, tetapi tidak termasuk aspal yang diserap
oleh agregat.
Grafik hubungan antara kadar aspal dan VFA dapat dilihat pada grafik 4.6
80.00
75.00
70.00
65.00
VFA ( % )
60.00
55.00
50.00
45.00
40.00
4.7 5.2 5.7 6.2 6.7
Binder Content ( % )
tidak memenuhi spesifikasi. Tetapi nilai VFA mengalami kenaikan dari kadar
aspal 5,2% sampai kadar aspal 6,7%. Semakain tinggi kadar aspal dalam
campuran maka semakin tinggi nilai VFA dalam campuran. Hal ini disebabkan
oleh besarnya kadar aspal yang mengisi rongga agregat sehingga bukan hanya
rongga pada agregat yang akan terisi oleh aspal melainkan rongga yang terdapat
diantara butiran agregat (VIM) juga terisi oleh aspal. Pada kadar aspal 4,7%
persentase VFA tidak memenuhi spesifikasi artinya kadar aspal yang digunakan
60
4.5.6 Hubungan Kadar Aspal terhadap Density
Density atau kerapatan adalah rasio antara berat benda uji kering dengan
komposisi, kadar bahan tambah, pemadatan, dan kadar aspal. Semakin tinggi nilai
stabilitasnya maka semakin tinggi pula nilai densitynya. Grafik hubungan antara
3.00
2.80
2.60
2.40
Density ( kg/mm³ )
2.20
2.00
1.80
1.60
1.40
4.7 5.2 5.7 6.2 6.7
Binder Content ( % )
Dari hasil analisis grafik 4.11 menjelaskan bahwa nilai density atau
kepadatan pada kadar aspal 4,7% nilai density naik sampai kadar aspal 5,7%
setelah melewati kadar aspal optimum nilai density mengalami penurunan. Kadar
aspal 4,7% hingga 6,7% nilai density campuran telah memenuhi spesifikasi.
Semakin besar kadar aspal yang digunakan pada campuran maka semakin tinggi
nilai density atau kepadatan dan setelah melewati kadar aspal optimum nilai
61
4.5.7 Hubungan Kadar Aspal terhadap Marshall Quotient (MQ)
nilai kekuatan campuran beraspal dalam menerima yang dinyatakan kg/mm. nilai
besarnya nilai MQ tergantung dari besarnya nilai stabilitas yang dipengaruhi oleh
gesekan antar butiran dan saling mengunci antar butiran yang terjadi antara
partikel agregat dan kohesi campuran bahan susun, serta nilai flow yang
dipengaruhi oleh viskositas, kadar aspal, gradasi, dan jumlah tumbukan. Grafik
hubungan antara kadar aspal dan density dapat dilihat pada grafik 4.12
350.00
300.00
Marshall Qultment (kg/mm)
250.00
200.00
150.00
4.7 5.2 5.7 6.2 6.7
Binder Content ( % )
nilai kadar aspal mulai dari 4,7% sampai kadar 6,7% memenuhi spesifikasi dan
pada kadar aspal 6,2%. Hal ini disebabkan stabilitas akan menurun dengan
disamping itu kelelehan akan semakin tinggi dengan meningkatnya kadar aspal.
62
4.5.8 Hubungan Kadar Aspal terhadap Karakteristik Campuran AC-WC
Void in Material Agregates (VMA), VFA, Stability, Flow dan Marshall Quotient.
Dari hasil analisis grafik 4.13 mengenai penentuan nilai KAO dengan
Marshall Test. Mulai dari nilai minimum yang didapatkan yaitu 4,7% dan nilai
spesifikasi mulai 5,2% dan 6,7%. Penentuan KAO sebesar 5,9%. Dengan cara
sebagai berikut :
5 ,2+6 ,7
KAO = = 5,9%
2
Nilai kadar aspal optimum (KAO) yang akan digunakan pada perencanaan
campuran AC-WC dengan variasi subtitusi Pasir Kuarsa 0%, 5%, 10%, 15%,
63
20%.
4.6 Hasil dan Analisa Pengujian Marshall Test dengan Subtitusi Pasir
Kuarsa
menghitung karakteristik campuran aspal yang terdiri dari data Stabilitas, Flow,
VIM, VMA, VFA, Density dan Marshall Quotient dengan menggunakan Metode
64
Marshall Test. Dari hasil pengujian Laboratorium lalu kemudian akan didaptakan
variasi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Dengan masing-masing 2 kali 75 tumbukan
setiap variasi kadar aspal bahan tambah. Berikut merupakan hasil rekapitulasi
dipengaruhi oleh penetrasi aspal, kadar aspal, gesekan (internal friction), sifat
65
1100.0
1000.0
Stability ( kg )
900.0
f(x) = − 0.350001675200002 x² + 7.35280930080006 x + 841.78408184
R² = 0.95456911824125
800.0
700.0
600.0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Binder Content ( % )
Stabilitas Optimum
2
Y =−0 ,35 x +7,3528 x + 841,78
dx
=2 (−35 x ) +7,3528
dy
¿−0 , 70 x + 7,3528
dx
Jika dicari puncaknya maka samakan dengan nol, lalu dicari nilai x,
dy
dx
=¿ −0 , 70 x + 7,3528 = 0
dy
−0 , 70 x = 7,3528
7,3528
x=
0 , 70
¿ 10 , 50 %
2
y=−0 ,35 ( 10 , 50 ) +7,3528(10 , 50) + 841,78
¿ 880 , 40 kg
66
Dari hasil analisis grafik 4.14 menunjukkan bahwa campuran dengan
variasi Pasir Kuarsa 0% hingga variasi Pasir Kuarsa 20% memenuhi spesifikasi.
Semakin besar nilai variasi Pasir Kuarsa yang digunakan akan meningkatkan
nilai stabilitas hingga kadar aspal optimum pada variasi kadar Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa melebihi nilai optimum maka stabilitas akan menurun pada variasi
berulang hingga terjadi deformasi sementara akibat beban lalu lintas, tanpa
Spesifikasi min 2 – 4 mm
5.00
4.50
4.00
3.50
Flow ( mm )
2.00
1.50
1.00
0 5 10 15 20
Binder Content ( % )
67
Dari analisis grafik 4.15 menunjukan bahwa semakin tinggi penambahan
subtitusi Pasir Kuarsa maka semakin rendah nilai kelelehan atau keruntuhan
(flow) campuran. Nilai flow dari variasi Pasir Kuarsa 0% mengalami penurunan
sampai pada variasi Pasir Kuarsa 10%. Akan tetapi benda uji dengan subtitusi
Pasir Kuarsa 15% hingga 20% mengalami peningkatan. Hal ini di sebabkan
kelelehan atau keruntuhan pada campuaran aspal dan besarnya nilai flow pada
perubahan bentuk yang terjadi. Semakin kecil nilai flow maka campuran tersebut
lebih tahan terhadap kelelehan atau keruntuhan yang akan terjadi pada campuran.
berpengaruh terhadap keawetan dari campuran aspal agregat, semakin tinggi nilai
Spesifikasi 3 – 5 %
9.00
8.00
7.00
6.00
VIM ( % )
5.00
f(x) = 0.00236380020510638 x² − 0.0971911751916707 x + 5.03212732578931
R² = 0.991334961372041
4.00
3.00
2.00
1.00
0 5 10 15 20
Binder Content ( % )
68
Dari hasil analisis grafik 4.16 menunjukkan bahwa nilai VIM pada
kuarsa dari 0% hingga 20%. Hal ini disebabkan oleh rongga antara butiran cukup
kecil sehingga apabila ditingkatkan kembali aspal akan masuk ke dalam rongga-
rongga dengan sangat mudah dan menjadikan campuran semakin rapat dan nilai
VIM akan lebih kecil. Variasi Pasir Kuarsa yang memenuhi sepsifikasi yaitu dari
4.6.4 Pengaruh Pasir Kuarsa Terhadap Nlai Void Filled with Asphalt
(VFA)
Void Filled With Asphalt (VFA) adalah rongga terisi aspal pada campuran
rongga antar butiran agregat (VMA). Mengecilnya nilai VMA pada kadar aspal
Spesifikasi min 65 %
85.00
80.00
75.00
f(x) = − 0.0188273520011325 x² + 0.663602969887462 x + 69.519828695493
70.00 R² = 0.998790208117377
65.00
VFA ( % )
60.00
55.00
50.00
45.00
40.00
0 5 10 15 20
Binder Content ( % )
Grafik 4. 17 Pengaruh Pasir Kuarsa Terhadap Nilai Void Filled with Asphalt
(VFA)
69
Hasil analisis grafik 4.17 menunjukkan bahwa semakin besar subtitusi
pasir kuarsa maka nilai Void Filled with Aspahlt (VFA) semakin tinggi dari 0%
hingga 20%. Peningkatan nilai VFA disebabkan oleh rongga antara butiran cukup
kecil sehingga aspal akan masuk kedalam rongga-rongga campuran dengan sangat
mudah dan menjadikan campuran semakin rapat dan nilai VIM akan lebih kecil.
(VMA)
volume rongga udara diantara butir-butir agregat dalam campuran beraspal dalam
kondisi padat.
Spesifikasi min 15 %
21.00
19.00
VMA ( % )
15.00
13.00
0 5 10 15 20
Binder Content ( % )
Kuarsa pada campuran secara menyeluruh memenuhi nilai VMA pada campuran
bertambahnya variasi Pasir Kuarsa nilai VMA semakin menurun. Nilai VMA
70
meningkatkan kerapatan dan kepadatan campuran. Hal ini disebabkan oleh aspal
setelah dilakukan proses pemadatan. Semakin tinggi nilai density suatu campuran
maka kerapatannya akan semakin baik. Nilai density dipengaruhi oleh gradasi
agregat, kualitas agregat, kadar aspal, bahan additive dan proses pemadatan.
2.80
2.60
2.40
Density ( kg/mm³ )
1.80
1.60
1.40
0 5 10 15 20
Binder Content ( % )
pasir kuarsa sebagai bahan subtitusi abu batu berpengaruh pada nilai kepadatan.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa seiring penambahan kadar subtitusi abu
batu nilai kerapatannya semakin tinggi. Variasi Pasir Kuarsa yang memenuhi
sepsifikasi yaitu dari variasi kadar Pasir Kuarsa 0% sampai 20%. Semakin besar
variasi Pasir Kuarsa yang digunakan pada campuran maka semakin tinggi nilai
71
4.6.7 Pengaruh Pasir Kuarsa Terhadap Nilai Marshall Quotient (MQ)
nilai kekuatan campuran beraspal dalam menerima yang dinyatakan kg/mm. nilai
besarnya nilai MQ tergantung dari besarnya nilai stabilitas yang dipengaruhi oleh
gesekan antar butiran dan saling mengunci antar butiran yang terjadi antara
partikel agregat dan kohesi campuran bahan susun, serta nilai flow yang
300.00
f(x) = − 0.356880546719952 x² + 7.56972275640198 x + 258.823223342933
R² = 0.993905911323484
Marshall Qultment (kg/mm)
250.00
200.00
150.00
0 5 10 15 20
Binder Content ( % )
dx
=2 (−0,3946 x )+ 8,3235
dy
¿−0,7892 x + 8,3235
72
dx
Jika dicari puncaknya maka samakan dengan nol, lalu dicari nilai x,
dy
dx
=¿ −0,7892 x + 8,3235 = 0
dy
−0,7892 x = 8,3235
8,3235
x=
0,7892
¿ 10 , 55 %
2
y=−0,3946 ( 10 ,55 ) + 8,3235(10 , 55) + 258,26
¿ 302 ,15 kg
Dari hasil analisis grafik 4.20 dimana terlihat nilai MQ variasi Pasir
Kuarsa 0%, 5%, 10% mengalami peningkatan, dan optimum pada variasi 10,55%
berdasarkan penurunannya. Setelah itu kembali turun pada variasi Pasir Kuarsa
15% dan 20%. Hal ini disebabkan stabilitas akan menurun dengan penambahan
kadar Pasir Kuarsa yang telah melampaui nilai maksimum stabilitas, di samping
itu kelelehannya akan semakin tinggi dengan meningkatnya Pasir Kuarsa. Nilai
Pasir Kuarsa maka makin tinggi nilai stabilitas dan nilai kelelehan yang di
dapatkan, tetapi jika terlalu banyak kadar aspal, maka nilai stabilitas mengalami
penurunan.
73
Stabilitas Optimum %+ Marshall Quotient Optimum %
KPKO=
2
10 , 50 %+10 , 55 %
KPKO=
2
KPKO=¿ 10,53 %
Dari hasil analisis mengenai penentuan jumlah Pasir Kuarsa menggunakan
metode Regresi Polynomial Equartion Orde 2. Jika di lihat dari nilai marshallnya
kadar Pasir Kuarsa 10,53% memberikan nilai stabilitas yang baik terhadap
nilai stabilitas semakin kecil. Hal ini di sebabkan karena sifat Pasir Kuarsa sebagai
keawetan suatu campuran aspal beton. Untuk melihat tingkat kinerja durabilitas
campuran aspal digunakan beberapa indikator yaitu Indeks Kekuatan Sisa (IKS).
Perendaman benda uji dilakukan selama 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4, hari dan 5 hari
pada suhu 60º C. Nilai perbandingannya disebut dalam indeks stabilitas sisa atau
Indeks Kekuatan Sisa (IKS) yang dinyatakan dalam persen (%). Standar kekuatan
sisa atau stabilitas Marshall sisa yang disyaratkan Spesifikasi Umum Bina Marga
74
S1
IKS= X 100
S2
Dimana :
Indeks Kekuatan Sisa (IKS) sebesar 90% merupakan nilai minimum yang
75
Tabel 4.17 Indeks Kekuatan Sisa
lama perendaman
suhu 4
Sampe stabilitas 1 2 3
perendama 5
l awal (So) kg
n stabilitas stabilitas stabilitas IKS stabilitas stabilitas
IKS (%) IKS (%) IKS (%) IKS (%)
(kg) (kg) (kg) (%) (kg) (kg)
1 838,89 699,08 83,33 677,23 80,73 643,37 76,69 632,08 75,35 620,80 74,00
2 60º C 838,89 734,03 87,50 665,95 79,38 632,08 75,35 609,51 72,66 598,22 71,31
3 850,55 677,23 79,62 677,23 79,62 632,08 74,32 609,51 71,66 564,36 66,35
Rata-Rata 842,78 703,45 83,49 673,47 79,91 635,85 75,45 617,03 73,22 594,46 70,56
75
Nilai Indeks Kekuatan Sisa (IKS) diambil dari perbandingan nilai
stabilitas campuran pada komposisi perendaman 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari dan 5
hari. Penurunan nilai IKS masing-msing campuran dapat dilihat pada grafik 4.17
60
50
40
30
20
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Lama Perendaman (Hari)
dengan lama perendaman (hari). Bahwa nilai Indeks Kekuatan Sisa (IKS) dengan
variasi penambahan pasir kuarsa 10,53% dan normal dengan variasi perendaaman
rendaman.
lain durasi rendaman semakin lama campuran aspal terendam oleh air
perubahan sifat aspal sebagai bahan pengikat menjadi lemah yang berdampak
penambahan Pasir Kuarsa (1, 2, 3 dan 4 hari) memberikan hasil yang memenuhi
76
syarat yang telah di tentukan oleh Bina Marga 2018 yaitu ≥ 75%. Namun pada
rendaman 5 hari nilai IKS tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Bina
Marga. Berbeda dengan modifikasi rendaman Marshall normal (1, 2 dan 3 hari)
memberikan hasil yang memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Bina Marga
2018 yaitu ≥ 75%. Namun pada rendaman 4 dan 5 hari nilai IKS tidak memenuhi
4.8 Pembahasan
Pengaruh penggunaan pasir kuarsa sebagai variasi subtitusi abu batu pada
campuran laston AC-WC adalah semakin banyak kadar pasir kuarsa dalam
campuran, maka:
kuarsa dalam variasi subtitusi abu batu mempunyai pengaruh yang cukup
Kuarsa pada semua variasi memenuhi spesifikasi bina marga 2018. Dimana nilai
77
stabilitas terus meningkat mulai kadar Pasir Kuarsa 0% sebesar 842,78 kg,
23,30 kg, dan kadar Pasir Kuarsa 10% mengalami peningkatan sebesar 5,07%
yaitu 42,72 kg dari stabilitas tanpa bahan tambah. Hal ini terjadi karena pengaruh
permukaan pasir kuarsa yang kasar, mempunyai tingkat kekerasan yang baik
sehingga dapat meningkatkan kelekatan terhadap aspal. Akan tetapi pada variasi
15% mengalami penurunan sebesar 1,74% yaitu 15,37 kg dan kadar Pasir Kuarsa
20% mengalami penurunan sebesar 4,06% yaitu 35,92 kg dari stabilitas dengan
kadar Pasir Kuarsa 10%. Nilai stabilitas menurun karena penambahan Pasir
yang dibutuhkan dalam variasi yang mempunyai kadar pasir kuarsa lebih banyak
dan dapat menyebabkan variasi campuran tersebut menjadi lebih kaku atau getas.
Dari hasil flow menunjukkan bahwa nilai flow dari kadar Pasir Kuarsa 0%
yaitu 3,27 mm mengalami penurunan pada kadar Pasir Kuarsa 5% sebesar 8,16%
yaitu 0,27 mm dan kadar Pasir Kuarsa 10% mengalami penurunan sebesar 9,18%
yaitu 0,30 mm dari nilai flow tanpa bahan tambah (0%), dan mengalami
peningkatan pada variasi 15% sebesar 1,12% yaitu 0,03 mm sampai pada variasi
20% mengalami peningkatan sebesar 7,87% yaitu 0,23 mm dari nilai Flow dengan
kadar Pasir Kuarsa 10%. Hal ini menjelaskan bahwa bertambahnya Pasir Kuarsa
dapat menurunkan nilai Flow. Besarnya nilai flow pada campuran dapat
78
Dari hasil VIM menunjukkan bahwa semakin bertambahnya Pasir Kuarsa
maka nilai VIM semakin menurun. Dari kadar Pasir kuarsa 0% sampai 20%
rongga yang berisi udara pada campuran semakin mengecil seiring bertambahnya
Pasir Kuarsa. Semakin kecil presentase rongga yang ada pada campuran maka
semakin baik pada kualitas campuran. Kadar pasir kuarsa yang optimum dapat
Dari hasil VFA menunjukkan bahwa semakin tinggi variasi kadar campuran
Pasir Kuarsa maka semakin tinggi nilai VFA dalam campuran. Dari kadar Pasir
Kuarsa 0% sampai dengan 20% mengalami peningkatan sebesar 6,16%. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai VFA atau persentase volume rongga yang berisi aspal
digunakan, dimana semakin besar pula rongga yang dapat terisi aspal sehingga
Dari hasil VMA menunjukkan bahwa setiap variasi kadar Pasir Kuarsa pada
spesifikasi Bina Marga yaitu minimal 15%. Dari kadar Pasir Kuarsa 0% sampai
kadar Pasir Kuarsa, nilai VMA mengalami penurunan karena rongga antar agregat
variasi Pasir Kuarsa 0% sampai dengan 20% sebesar 1,01%. Nilai density
campuran telah memenuhi spesifikasi yaitu min 2.2 kg/mm 3. Semakin besar
79
variasi Pasir Kuarsa yang digunakan pada campuran maka semakin tinggi nilai
Quotient (MQ) mulai dari kadar Pasir Kuarsa 0% sebesar 258,04 kg/mm,
mengalami peningkatan pada variasi 5% sebesar 12,09% yaitu 31,20 kg/mm dan
pada variasi 10% mengalami peningkatan sebesar 15,92% yaitu 41,08 kg/mm dari
nilai Marshall Quotient tanpa bahan tambah (0%). kemudian terjadi penurunan
pada variasi 15% sebesar 2,98% yaitu 8,90 kg/mm dan pada variasi 20% sebesar
10,29% yaitu 30,77 kg/mm dari nilai Marshall Quotient dengan kadar Pasir
Kuarsa (10%). Hasil ini didapatkan dari hasil bagi antara nilai Stabilitas dan Flow.
suatu campuran maka akan semakin kaku (bila terlalu kaku cenderung mudah
retak) campuran tersebut, demikian juga bila semakin kecil nilai MQ maka tingkat
semuanya terpenuhi sekaligus dalam satu jenis atau satu variasi campuran. Setiap
variasi 3 mempunyai nilai stabilitas lebih tinggi dengan nilai flow lebih rendah,
maka cocok untuk lalu lintas dengan beban berat dan repetisi kendaraan lebih
sedikit. Pada variasi 1 mempunyai nilai stabilitas lebih rendah dengan nilai flow
lebih tinggi, maka cocok untuk lalu lintas dengan beban sedang dan repetisi
kendaraan lebih banyak. Perlunya perhatian lebih dalam pada jenis kendaraan,
80
penggunaan pasir kuarsa pada lapisan laston AC-WC perlu diperhatikan agar
perendaman (hari). Bahwa nilai Indeks Kekuatan Sisa (IKS) dengan variasi
Pada rendaman hari pertama kehilangan sebesar 14,93% yaitu 132,17 kg,
hari kedua sebesar 18,4% yaitu 18,42 kg, hari ketiga sebesar 21,82% yaitu 193,22
kg, hari keempat sebesar 23,52% yaitu 208,27 dan hari kelima sebesar 25,22%
lain durasi rendaman semakin lama campuran aspal terendam oleh air
perubahan sifat aspal sebagai bahan pengikat menjadi lemah yang berdampak
hari) memberikan hasil yang masih memenuhi syarat yang telah di tentukan oleh
Bina Marga 2018 yaitu ≥ 75%. Namun pada rendaman 5 hari nilai IKS hampir
tambah) (1, 2 dan 3 hari) memberikan hasil yang masih memenuhi syarat yang
telah ditentukan oleh Bina Marga 2018 yaitu ≥ 75%. Dengan rendaman hari
pertama kehilangan sebesar 16,53% yaitu 139,33 kg, hari kedua sebesar 20,09%
81
yaitu 169,31 kg dan hari ketiga sebesar 24,55% yaitu 206,93 kg dari stabilitas
awal. Namun pada rendaman 4 dan 5 hari nilai IKS hampir memenuhi syarat Bina
Marga yang telah ditentukan. Dengan kehilangan rendaman hari ketiga sebesar
26,79% yaitu 225,74 kg dan hari kelima sebesar 29,46% yaitu 248,32 kg dari
stabilitas awal.
Indeks Kekuatan Sisa (IKS) menurun seiring dengan meningkatnya durasi (lama)
faktor antara lain durasi waktu perendaman semakin lama campuran aspal
adanya perubahan sifat aspal sebagai bahan pengikat menjadi lemah yang
Kuarsa pada variasi 10,53% memiliki nilai Indeks Kekuatan Sisa lebih tinggi
82
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kuarsa sebagai Abu Batu maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Kuarsa Optimum lebih baik dari nilai stabil tanpa pasir kuarsa. Hal ini
kekuatan sisa dengan subtitusi pasir kuarsa lebih tinggi dari pada nilai
Sisa (IKS).
5.2 Saran
83