Beranda Bab V
SEMINAR HASIL
Muhammad Ayzadt
NIM. M1C119024
Ir. Ade Nurdin, S.T., M.T. Dr. Drs. Harmes, M.T.
Pembimbing I Penguji I
Dr. Ir. Fetty Febriasti Bahar, S.T., M.T. Ir. Dila Oktarise Dwina, S.T., M.T.
Pembimbing II Penguji II
PEMBAHASAN
BAB BAB
I III
PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB BAB
II IV
TINJAUAN PUSTAKA HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Pendahuluan
Latar Belakang
Proses pembuatan campuran beraspal panas dimulai dengan pembuatan rumusan rancangan
campuran atau dikenal Design Mix Formula (DMF) dilaboratorium untuk menentukan proporsi takaran
agregat yang dapat menghasilkan komposisi yang optimum. DMF dibuat dengan menggunakan
material yang sama dengan material yang akan digunakan di lapangan. Hasil rancangan campuran
(DMF) di laboratorium berupa komposisi (perbandingan agregat dengan aspal) tergantung pada fraksi
agregat yang digunakan di lapangan dan yang dirancang di laboratorium. DMF kemudian
diinterpretasikan di Asphalt Mixing Plant (AMP) yang dikenal dengan Job Mix Formula (JMF). Mutu
campuran yang diterapkan di AMP harus memberikan hasil yang sama dengan DMF.
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Pendahuluan
Latar Belakang
Namun pada kenyataan di lapangan untuk mendapat kondisi gradasi campuran agregat yang ideal tidak
mudah. Hal yang seringkali terjadi di lapangan, gradasi campuran agregat yang didapatkan berada di antara
batas atas dan batas ideal serta di antara batas ideal dan batas bawah. Untuk itu perlu diketahui
perbandingannya antara gradasi sebelum dan setelah penghamparan dengan Job Mix Formula. Untuk
memisahkan agregat dengan aspal dilakukan dengan cara ekstraksi.
Permasalahan yang terjadi pada pekerjaan overlay ruas Bts. Kab. Muaro Jambi / Kab. Tanjabtim – Bts. Kab.
Tanjabbar (STA 16+000 – 16+400) yang mana aspal yang dihamparkan kebanyakan material tertentu sehingga
bertekstur lunak/cair. Hal ini dilihat dari pemadatan dan pemerataan lapisan aspal yang dilakukan beroperasi
dengan jumlah lintasan (phassing) yang tidak sesuai dengan hasil yang telah ditetapkan pada saat trial mix.
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Pendahuluan
Rumusan Masalah
Evaluasi komposisi material campuran aspal panas mix design AC-WC terhadap
rekonstruksi pada ruas jalan Bts. Kab. Muaro Jambi / Kab. Tanjabtim – Bts. Kab.
Tanjabbar
Tujuan Penelitian
Mengevaluasi komposisi material campuran aspal panas mix design lapis AC-WC
terhadap rekonstruksi pada ruas jalan Bts. Kab. Muaro Jambi / Kab. Tanjabtim –
Bts. Kab. Tanjabbar.
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Pendahuluan
Manfaat Penelitian
1
Mengetahui kualitas dan mutu aspal yang terkandung di dalam campuran.
3
Dapat memberikan pemahaman dan pertimbangan bagi semua pihak dalam
penanganan pembangunan jalan.
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Pendahuluan
Batasan Masalah
1 2 3
Tinjauan Pustaka
Aspal
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat
berwarna hitam sampai cokelat gelap, bersifat perekat
(cemnetious) yang akan melembek dan meleleh bila dipanasi. Aspal
tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuannya
terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau
hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari
bahan bitumen dengan minyak bumi.
Fungsi aspal pada material perkerasan adalah sebagai bahan
pengikat material agregat dan bahan pengisi rongga butiran antar
agregat dan pori-pori yang ada di dalam butiran agregat tersebut.
Bilamana perlu aspal tersebut harus dipanaskan sampai suhu
tertentu, agar bisa menyelimuti agregat secara merata dan mengisi
rongga antar agregat guna mendapatkan campuran yang lebih baik.
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
Rumusan Campuran Rancangan Rumusan Campuran Kerja (JMF) Gradasi Campuran AC-WC
Rancangan campuran bertujuan untuk Menurut spesifikasi umum Bina Gradasi agregat merupakan campuran dari
mendapatkan formula campuran dari Marga 2018 Revisi 2, Perancangan berbagai diameter butiran agregat yang
material yang terdapat dilokasi campuran melalui AMP dan membentuk susunan campuran tertentu,
sehingga dihasilkan campuran yang penghamparan serta pemadatan di ditentukan analisis saringan butiran (grain
memenuhi spesifikasi. lapangan menghasilkan Rumusan size analysis) dengan menggunakan 1 set
Campuran Kerja atau Job Mix saringan (dengan ukuran saringan 19,1 mm;
Formula, dimana hasil perancangan 12,5mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18
ini diharapkan harus sama dengan mm; 0,600 mm; 0,300 mm; 0,150 mm dan
hasil perencanaan campuran di 0,075 mm) dimana saringan paling kasar
laboratorium yang memenuhi diletakkkan paling atas dan saringan paling
persyaratan campuran menurut halus (pan) diletakkan paling bawah, dimulai
spesfikasi Teknik yang ditetapkan dengan pan dan diakhiri dengan tutup.
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Tinjauan Pustaka
Batas-batas Gradasi
Campuran AC-WC
Spesifikasi Bina
Marga 2018 Rev 2
Ukuran Ayakan
% Berat Lolos terhadap total agregat
Laston (AC)
ASTM (mm) WC BC Base
1½“ 37,5 100
1” 25 100 90-100
¾” 19 100 90-100 76-90
½” 12,5 90-100 75-90 60-78
Kadar Aspal
Stabililtas Marshall
Lokasi Penelitian
Tahap Penelitian
➢ Studi Literatur
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan informasi, kajian pustaka, jurnal-jurnal terdahulu dan teori-teori yang mendukung penelitian ini.
Teori-teori yang dikumpulkan mencakup tata cara pengumpulan data, pengolahan dan analisis data.
➢ Pengumpulan Data
Tahapan ini merupakan tahap dimana penulis mengumpulkan data-data penunjang untuk menganalisis penelitian ini. Data yang dikumpulkan
berupa data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait yaitu data DMF Laston Lapis Aus (AC-WC), JMF Komposisi Campuran Laston Lapis
Aus (AC-WC) dan kadar aspal serta gradasi agregat yang didapatkan dari hasil ekstraksi sampel sta 16+000-16+400 dan telah diuji
dilaboratorium
➢ Analisis Data
Dari data yang telah diperoleh selanjutnya diolah dengan melakukan analisa data, yaitu mengevaluasi komposisi campuran aspal beton AC-
WC dengan menguraikan lagi gradasi agregat gabungan dalam campuran AC-WC hasil ekstraksi. Kemudian gradasi agregat hasil ekstraksi
sampel yang diambil pada sta yang ditinjau dibandingkan dengan gradasi dari campuran rancangan rencana (DMF) dan Job Mix Formula AC-
WC. Dari sini akan terlihat perbandingan kandungan material gradasi agregat sebelum dan setelah penghamparan dengan Job Mix Formula.
➢ Hasil dan Pembahasan
Tahapan ini membahas hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data yaitu yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.
➢ Kesimpulan dan Saran
Hasil dari penelitian yang dilakukan lalu ditarik kesimpulan berupa perbandingan komposisi gradasi agregat campuran aspal terhadap Mix
Design dan memberikan saran bagi pembaca terkait penelitian ini.
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Metodologi Penelitian
Data Sekunder
Design Mix Formula (DMF) Job Mix Formula (JMF) Gradasi Ekstraksi
1 1 1
Komposisi Campuran Komposisi Campuran Ekstraksi AC-WC
2 2 2
Analisa Saringan Hasil
Gradasi Campuran Gradasi Campuran Hot Bin
Ekstraksi
3 3 3
Marshall Test Marshall Test Marshall Test
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V
Marshall Test
Gradasi Campuran
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Hasil dan Pembahasan
Marshall Test
Gradasi Campuran
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Hasil dan Pembahasan
Kadar Aspal
Dari data gradasi gabungan campuran AC-WC pada DMF, didapatkan komposisi total campuran
AC-WC dengan agregat halus sebesar 32,97%, agregat sedang sebesar 28,26%, agregat kasar sebesar
18,84%, filler sebesar 1,88% dan aspal 5,80%.
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Hasil dan Pembahasan
Dari data gradasi gabungan campuran AC-WC pada JMF, didapatkan komposisi total campuran AC-WC
dengan agregat halus sebesar 37,68%, agregat sedang sebesar 35,80%, agregat kasar sebesar 18,84%, filler
sebesar 1,88% dan aspal 5,80%.
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Hasil dan Pembahasan
Stabilitas Marshall
Flow VMA
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Hasil dan Pembahasan
VFB MQ
Beranda Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Hasil dan Pembahasan
KESIMPULAN DAN
SARAN
➢ Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kadar aspal yang didapatkan sebesar 5,81% berbeda pada kadar aspal yang direncanakan pada DMF dan JMF yaitu 5,80% dengan
deviasi 0,01%. Nilai tersebut masih masuk kedalam batas toleransi kadar aspal yang disyaratkan dalam Spesifikasi Umum Bina
Marga Tahun 2018 revisi 2 (dua) yaitu ±0,3%.
2. Hasil core drill lapangan yang tidak memenuhi ketebalan sesuai dengan rencana 4,00 cm, didapat pada titik sta 16+250 sebesar
3,90 cm, sta 16+300 sebesar 3,70 cm, dan sta 16+350 sebesar 3,70cm pada R1 dan 3,87 pada R2. Nilai tersebut masih masuk
kedalam toleransi tebal menurut Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Revisi 2 (dua) untuk lapisan campuran beraspal AC-WC yaitu -
3,00 mm.
➢ Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa hal yang dapat disarankan dari peneliti sebagai berikut :
1. Pada pelaksanaan pekerjaan di AMP sebaiknya selalu dilakukan pengontrolan terhadap kalibrasi alat.
2. Lebih mementingkan suhu aspal dan jumlah lintasan pada alat yang beroperasi dalam pemadatan dan pemerataan lapisan aspal
yang dihampar.
Sekian
Terima Kasih