USULAN
PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
TIM PENGUSUL :
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
RINGKASAN iv
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Urgensi Penelitian 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Defenisi Blotong 3
2.2 Pupuk Organik 6
2.3 Prinsip Pengomposan 9
2.4 Roapmap Penelitian 10
BAB 3. METODE PENELITIAN 11
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 11
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 11
3.3 Pelaksanaan Penelitian 11
3.4 Uji Mutu Pupuk Organik berdasarkan SNI (No : 02-2803 2010,) 12
3.5 Flow Chart Penelitian 13
Bab 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 14
4.1 Anggaran Biaya 14
4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN – LAMPIRAN 17
iii
Ringkasan
Setiap musim giling pabrik gula akan menghasilkan limbah blotong tebu yang
mencapai 4-5% atau 305 kg perhektar tanaman tebu, sehingga tujuan jangka
panjang dari penelitian ini yang akan dicapai adalah memanfaatkan limbah blotong
tebu dari proses pemurnian nira dalam bentuk padat yang mengandung air dan
masih mempunyai temperatur cukup tinggi. Adapun suhu pada tumpukan blotong
dapat mencapai 94oC yang dapat menyebabkan kebakaran spontan. Blotong tebu
masih memiliki kandungan selulosa, yang dapat diolah dan difermentasi menjadi
pupuk organik. Disamping itu kendala yang di hadapi oleh para petani yaitu
ketersediaan pupuk urea yang sangat terbatas pada saat musim tanam tebu. Adapun
tujuan penelitian ini memanfaatkan limbah blotong tebu dari pabrik tebu dan
mendapatkan pasokan pupuk yang memenuhi standar pupuk organik padat
berdasarkan SNI 7763:2018. Adapun target yang akan dicapai adalah membuat
pupuk organik dengan memanfaatkan limbah blotong tebu dan kotoran kambing
yang berlimpah dan memenuhi standar SNI pupuk organik. Penggunaan kotoran
kambing sebagai bahan pada pembuatan pupuk organik dapat memperbaiki
komposisi kimia tanah terutama meningkatkan unsur nitrogen tanah yang diperoleh
dari kotoran kambing. Proses pembuatan pupuk organik menggunakan metode
fermentasi dari limbah blotong dan kotoran kambing dengan variasi waktu
fermentasi, komposisi campuran pupuk organik yang optimal.
Total produksi gula Indonesia pada tahun 2021 hanya mencapai 3,5 juta ton
sementara kebutuhan gula nasional mencapai 6 juta ton pertahun (Ade, 2022).
Adapun produktifitas perkebunan tebu hanya berkisar 67 ton per ha dan diperoleh
produksi tebu 4,67 ton per ha dan rendemennya mencapai 7%, dari kebutuhan gula
nasional maka Indonesia masih membutuhkan penambahan lahan perkebunan tebu
sekitar 89 ton ha (Tawakkal dan Mahyati, 2021). Persentase blotong yang dapat
dihasilkan oleh pabrik gula dari tiap hektar pertanaman tebu sekitar 4-5% dan
diperkirakan mencapai limbah blotong 305 kg perhektar (Badai, 2019). Limbah
blotong pabrik gula belum dimanfaatkan secara maksimal dan sampai saat ini,
masih dibuang secara berkesinambungan dan dibiarkan bertumpuk. Limbah
blotong yang dihasilkan pabrik gula pada proses pembuatan gula yaitu proses
pemurnian nira yang masih memiliki kandungan selulosa dan air. Suhu yang
dimiliki limbah blotong pada masih cukup tinggi pada tumpukan pembuangan
1
Adanya kandungan hara dari blotong dapat diolah menjadi pupuk organik
curah dengan mencampurkan kotoran kambing dan EM4. Dari penelitian
sebelumnya diperoleh menggunakan kotoran sapi diperoleh kandungan nitrogen
sebesar persen 0,6 % dimana kandungan tersebut, belum memenuhi standar pupuk
organik padat berdasarkan SNI 7763:2018 dengan persyaratan minimal 2%
(Tawakkal, 2021). Oleh karena itu, penelitian akan dilanjutkan dengan
menambahkan kotoran kambing untuk meningkatkan kandungan nitrogen pada
pupuk organik dari blotong tebu karena kotoran kambing memiliki kandungan
nitrogen sekitar 2,79 % (Afriadi, 2017).
Beberapa kendala yang dihadapi masyarakat dalam penggunaan pupuk
organik curah antara lain, menimbulkan polusi tanah serta over dosis penggunaan
terhadap pelepasan unsur hara kedalam air irigasi. Suatu solusi yang akan
dikembangkan yaitu memanfaatkan limbah blotong tebu dan kotoran kambing
menjadi pupuk organik yang lebih murah, ramah lingkungan serta mengurangi
ketergantungan terhadap pupuk kimia, khususnya pada perkebunan tebu.
Dari beberapa permasalahan diatas, maka pada penelitian ini akan
dikembangkan suatu metode fermentasi pada limbah blotong tebu menggunakan
variasi waktu fermentasi dan komposisi campuran bahan dari blotong, kotoran
kambing dan EM4 menjadi pupuk organik yang optimal.
3
mengalami penguraian secara alamiah, sehingga mengurangi kadar oksigen dalam
air dan menyebabkan air berwarna gelap dan berbau busuk seperti pada gambar 2.1.
Kandungan hara pada blotong tebu sangat baik akan pertumbuhan tanaman.
terutama persentase karbon dan fosfor. Blotong dapat diolah menjadi pupuk
organik, sebagai penyubur untuk perbaikan struktur tanah terutama pada lahan
kering karena blotong banyak mengandung bahan penyubur tanah seperti nitrogen,
fosfor (P2O5), kalsium (CaO), humus dan lain-lain (Taufif, 2013).
Adapun kandungan hara pada blotong tebu dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini.
Tabel 2.1 Komposisi Hara Blotong Tebu
Komposisi Nilai (%)
Karbon(C) 26.51
Nitrogen(N) 1.04
Fosfor(P) 6.142
Kalium(K) 0.485
Natrium (Na) 0.082
Calsium(Ca) 5.785
Magnesium(Mg) 0.419
Sumber : (Fadjri, 2009).
5
dijadikan pupuk organik yang potensial. Namun sementara ini, pemanfatan blotong
sebagai pupuk organik masih belum maksimal dan penggunanya pun terbatas.
Hal ini disebabkan karena pengolahan limbah blotong menjadi pupuk organik
masih bisa dikatakan hanya asal-asalan, masih belum ditangani dengan
menggunakan satu proses yang baik dan benar sehingga pupuk organik yang
dihasilkan masih belum sempurna. Selain itu, karena minimnya pengetahuan petani
akan manfaat penggunaan pupuk organik dari bahan blotong. Blotong harus
dikomposkan atau di fermentasi terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk
organik tanaman. Pengomposan merupakan suatu metode untuk mengkonversikan
bahan-bahan organik komplek menjadi bahan yang lebih sederhana dengan
menggunakan aktivitas mikroba. Pengomposan dapat dilakukan pada kondisi
aerobik dan anaerobik.
Batas toleransi
minimal yang
No. Jenis Satuan Persyaratan dipersyaratkan
uji
1. Nitrogen total* %, b/b Sesuai 8%
2. Fosfor total sebagai P2O5* %, b/b formula 8%
3. Kalium sebagai K2O* %, b/b yang ada di 8%
4. JumLah kadar N, P2O5, K2O %, b/b label 8%
5. Kadar air %, b/b Maks. 3 -
6. Cemaran logam
- Raksa (Hg) mg/kg Maks. 10 -
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 100 -
- Timbal (Pb) mg/kg Maks. 500 -
7 Arsen (As) mg/kg Maks. 100 -
Keterangan : * adalah Jenis uji 1 s/d 3 adbk (atas dasar berat kering)
7
2.2.2. Kotoran Kambing
Kambing dan limbah pakan, sehingga mengandung berbagai senyawa
organik dan unsur-unsur lain yang bermanfaat bagi tanaman maupun hewan seperti
cacing tanah. Kualitas pupuk kotoran kambing akan semakin bagus jika
pencampuran kotoran kambing sebelum proses fermentasi di mulai. Proses
pelapukan secara alamiah oleh berbagai jenis mikroba tersebut membutuhkan unsur
Nitogen (N) yang terkandung pada kotoran kambing tersebut dalam jumlah besar.
Kandungan unsur hara pada kotoran kambing dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan baku pupuk organik. Penambahan kotoran kambing merupakan faktor
yang harus diperhatikan dalam pembuatan kompos. Proses pengomposan juga
membutuhkan bantuan mikroorganisme untuk meliputi nilai C-organik, N-total,
rasio C/N, P-total, K-total, kadar air, temperatur, dan pH.
Adapun penelitian kandungan hara kotoran kambing yang pernah dilakukan
oleh Tim Balittanah (2005), dengan hasil analisis yang dapat dilihat pada tabel 2.4
berikut:
2.2.4 Nitrogen
Nitrogen termasuk unsur yang dibutuhkan dalam jumlah paling banyak
sehingga disebut unsur hara makro primer. Sumber unsur N dapat diperoleh dari
bahan organik, mineral tanah, maupun penambahan dari pupuk organik. Nitrogen
berfungsi untuk menyusun asam amino (protein), asam nukleat, nukleotida, dan
klorofil pada tanaman, sehingga dengan adanya N, dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman serta meningkatkan kandungan protein dari hasil panen.
(Tawakkal dan Mahyati,2021)
9
a). Suhu, pada proses composting populasi hewan mikrobia akan berubah selama
proses composting berlangsung. Kebanyakan proses perombakan
(decomposition) terjadi pada tahap termofilik yakni adanya bakteri-bakteri
perombak yang tahan terhadap suhu tinggi di atas 55 OC
b). Udara, proses kompos dapat berlangsung pada kondisi tanpa udara (kurang
oksigen) maupun ada udara.
c). Kelembaban,tingkat kelembaban optimum untuk proses composting antara
50% - 60% by weight
d). Perbandingan karbon dan nitrogen.
Mandiri
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Pupuk pada
tahun 2025
b. Bahan Penelitian
Blotong limbah tebu, Kotoran kambing, EM4, molase, Ammonium sulfat,
Kalium Hidroksida, Calcium chloride., FeSO4.7H2O, MgSO4.7H2O, : KH2PO4 0,2
%, MgSO4.7H2O 0,1 %, (NH4)2SO4 0,4 %, FeSO4 0,1 %, Akuades, Asam klorida,
Kalsium Hidroksida, C3H7OH, KCl, indikator Conway, dll.
11
Adapun variasi fermentasi menggunakan komposisi yang berbeda sbb:
3.4 Uji Mutu Pupuk Organik sebagai indikator capaian hasil fermentasi
pupuk organik padat berdasarkan SNI (7763:2018)
a. Analisis Nitrogen
b. Analisis Posfor
c. Analisis Kalium
d. Analisis Kadar air
e. Analisis Kadar Abu
3.5 Flow Chart Penelitian
13
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
Daftar Pustaka
Ade. Miranti, 2022, Kebutuhan Gula Nasional Defisit 3,8 Juta Ton, Harus Dipenuhi
dengan Impor, Kemenperin: Kompas.com
Badai, M. dan Mahyati. 2019. Pkm Kelompok Tani Tebu Rakyat di Desa
Pitumpidangeng Kabupaten Bone.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 2015, Tebu 2015, Makassar
Balittanah, 2005
Ilham, 2009, Composting, Energy Equity Epic Pty. Ltd, Sengkang, Sulawesi
Selatan
Kuswurj R., 2009, Blotong (filter cake). Sugar Cane Technology and Research.
http://www.risvank.com/?p=307
Lingga, P. 2001. Petunjuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Bathara Karya Aksara
Murtinah, S. 1990. Penelitian air buangan industri gula proses sulfitasi. Buletin
Penelitian Pengembangan Industri 12 : 7-20.
Peni W.P. dan Teguh P, 2007, Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan
Kotoran Sapi 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Pasuruan.
15
Taufif, Supari, Hendy hendro HS., 2013. Pengkajian Pengelolaan Limbah Padat (Blotong
dan Abu Ketel) Pada Pabrik Kompos Organik (Crusher) Biotan Alam lestari
Koperasi Karyawan Pabrik Gula Trangkil
Tawakkal dan Mahyati, 2021, Pembuatan Pupuk Organik Slow Release Fertilizer
(Srf) Dari Limbah Blotong Tebu Pabrik Gula, Tugas Akhir Politeknik
Negeri Ujung Pandang
Sutrisno dan A. Toharisman. (2009), Ikhtisar Angka Perusahaan Tahun Giling 2008
(Inpress). P3GI. Pasuruan-Jatim.
17
Lampiran 2. Dukungan sarana dan prasarana penelitian
19
Lampiran 4. Biodata ketua dan anggota peneliti
b. Riwayat Pendidikan
c. Riwayat Penelitian
21
d. Riwayat Pengabdian pada Masyarakat
25
B. Anggota Peneliti
1. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengangelar) Muhammad Yusuf, S.TP., M.Si
2. JenisKelamin Laki-Laki
3. JabatanFungsional Asisten Ahli
4. JabatanStruktural Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia, Program
Studi Kimia Analisis
5. NIP/NIK/Identitaslainnya 198311072009121003
6. NIDN 0007118303
7. TempatdanTanggalLahir Ujung Pandang 7 November 1983
8. AlamatRumah Hartaco Indah Blok 1P No. 1 Makassar 90224
9. NomorTelepon/Faks/ HP/E-mail HP 081386030556/yusufpangan07@gmail.com
10. Alamat Kantor Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea
Makassar
11. NomorTelepon/Faks Telepon 0411-585365/ Fax 0411-586043
12. Alamat e-mail -
13. Lulusan yang TelahDihasilkan D3 = 50 S-1= 15orang; S-2= 0 Orang;
S-3= 0 Orang
14. Mata KuliahygDiampu 1. Teknologi Pengolahan Hasil Laut
2. Rancangan dan Pengemasan Pangan
3. AnalisisPangandanLegislasi
4. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan
27
2012 IbM DIPA BOPTN Penyuluhan Bahaya Kota Makassar
Penggunaan Pewarna dan Pengawet Bagi
Makanan
(OrganisasiSosialKemasyarakatanAisyahMuha
mmadiyah Kota Makassar)
2014 IbM DIKTI Masyarakat Pesisir Dan Nelayan Kecamatan Tanete Rilau,
Rumput Laut Di Desa Pao-Pao Kabupaten Barru Kabupaten Barru
2015 IbM DIKTI Kelompok Petani Buah Lokal Di Kecamatan Sinjai Selatan,
Desa Alenangka, Kabupaten Sinjai Berbasis Kabupaten Sinjai
Pascapanen Dan Alih Teknologi Olahan Pangan
31
Lampiran 6: Surat Pernyataan Ketua Peneliti (Original)