Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Alhamdulillh Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Atas Kehadirat

Allah SWT yang Telah Memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Usulan

Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik InsyaAllah dengan judul “Respon

Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill)

Terhadap Pupuk Organik Padat Dan Pupuk Hayati” Shalawat bertangkaikan

salam ke Ruh Nabiyullah Muhammad SAW yang diharapkan Syafa’at-Nya di

Yaumil Qiyamah kelak, Aamiin.

Dengan selesainya Usulan Penelitian ini penulis tidak lupa mengucapkan

Terima Kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu yaitu :

1. Kepada Bapak Dr.Ir. Muhammad Rizwan, M.P. selaku Ketua Komisi

Pembimbing.

2. Kepada Ibu Dr. Ir. Murni Sari Rahayu, MP. selaku Anggota Komisi

Pembimbing.

3. Kepada Ibu Dr. Yayuk Purwaningrum, S.P.,M.P. selaku Ketua Program Studi

Agroteknologi.

4. Kepada Ibu Dr. Ir. Murni Sari Rahayu, M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Sumatera Utara.

5. Kepada Ibunda Tercinta dan Ayahanda yang telah memberikan dukungan

moril dan materil kepada saya serta selalu mendoakan akan keberhasilan saya

sehingga saya dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Akhirul kalam, penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam tulisan

ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

guna kesempurnaan Usulan Penelitian ini. Semoga Usulan Penelitian ini

i
memberikan manfaat untuk para pelaku dunia pertanian terkhusus untuk Budidaya

Tanaman Kedelai.

Kepada Allah SWT penulis mohon ampun, Taufik dan Hidayah-Nya

semoga usaha ini senantiasa dalam Keridhoan-Nya. Aamiin Yarabbal’Alamiin.

Medan, 25 November 2022

Desi Wahyuni

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iii

I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Penelitian 3
1.3. Hipotesis Penelitian 3
1.4. Kegunaan Penelitian 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 5


2.1 Morfologi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) 5
2.1.1. Akar 5
2.1.2. Batang 6
2.1.3. Daun 6
2.1.4. Bunga 7
2.1.5. Polong 7
2.1.6. Biji 7
2.2. Syarat Tumbuh 8
2.3. Pupuk Organik 8
2.4. Pupuk Hayati 9

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 10


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 10
3.2.Bahan dan Alat 10
3.3 Metode Penelitian 10
3.4 Analisis Data Penelitian 12
3.5 Prosedur Penelitian 12
3.5.1. Analisis Tanah 12
3.5.2. Pembukaan Lahan 12
3.5.3. Pembuatan Plot 13
3.5.4. Persiapan Benih 13
3.5.5. Penanaman 13
3.6. Pemeliharaan Tanaman 13
3.6.1. Pengairan 13
3.6.2.Penyiangan 14
3.6.3. Pemupukan Pupuk Organik 14
3.6.4. Pemupukan Pupuk Hayati 14
3.6.5. Pengendalian Hama dan Penyakit 14
3.6.6. Panen 14
3.7. Parameter Tanaman 15
3.7.1. Tinggi Tanaman 15
3.7.2. Diameter Batang 15
3.7.3. Jumlah Polong Per Tanaman Sampel 15
3.7.4. Jumlah Polong Berisi per tanaman (polong) per sampel 15
3.7.5. Jumlah Polong Hampa per tanaman (polong) per sampel 16
3.7.6. Bobot Biji Per Tanaman 16

iii
3.7.7. Bobot 100 Biji (g) 16
3.7.8 Berat Biji Per Plot 16

DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 20

iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah terus mendorong pengembangan kedelai nasional, baik melalui

ekstensifikasi maupun intensifikasi untuk menumbuhkan minat petani menanam

kedelai pemerintah memberikan bantuan sarana produksi berupa benih unggul.

Bahkan pemerintah mewacanakan wajib tanam bagi para importir kedelai.

Bersamaan dengan itu, pemerintah juga akan terus melakukan upaya-upaya yang

dilakukan baik melalui perluasan areal tanam maupun peningkatan produktivitas.

Untuk mengatasi keterbatasan lahan, pengembangan kedelai diarahkan

penanaman di lahan kering, integrasi dengan perkebunan, perhutanan dan

budidaya tumpangsari (Kementrian Pertanian, 2022). 

Kacang kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama di Indonesia.

Selain itu, biji Kacang kedelai juga mengandung lemak dan vitamin yang

dibutuhkan tubuh. Faktanya, banyak olahan makanan dan minuman yang bisa

dilihat disekitar kita yang menggunakan kacang kedelai sebagai bahan utama,

seperti tahu, tempe, tepung kacang kedelai, susu kacang kedelai, makanan ringan,

dan juga minyak Kacang kedelai. Minyak kacang kedelai diolah dan dijadikan

produk lain seperti sabun, plastik, tinta, resin, pelarut, krayon hingga kosmetik

(Fai, 2021).

Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman

yang jika diberikan ke tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman, pupuk erat kaitanya dengan pemupukan. Pemupukan merupakan suatu

cara pemberian unsur hara atau pupuk kepada tanah yang tujuannya agar dapat

diserap olah tanaman (unsur hara adalah makanannya tanaman). Untuk

1
mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan pupuk berkualitas. Tingginya harga

pupuk yang berkualitas menyebabkan diburunya pupuk bersubsidi oleh petani

sehingga keberadaan pupuk bersubsidi menjadi langka. Kondisi tersebut juga

disebabkan banyaknya petani yang menggunakan pupuk kimia berlebihan.

Asupan bahan organik yang rendah, pemberian pupuk yang tidak tepat waktu,

penempatan pupuk yang kurang sesuai serta tidak tepatnya  jenis pupuk yang

digunakan juga dapat mempengaruhi kesuburan tanah (Kementrian Pertanian,

2021).

Kementrian Pertanian, 2021 menyatakan, dalam proses budidaya tanaman

tidak semua unsur hara harus ditambahkan cukup tambahkan unsur hara  yang

kurang dan dibutuhkan, ilustrasi misalnya unsur N cukup P kurang K cukup

berarti P yang ditambah. Sumbernya tidak harus pupuk an organi kimia tetapi bisa

menggunakan pupuk organik, seperti pupuk kandang petogranik dan  kompos.

Pupuk yang kadarnya tinggi adalah anorganik jika kecil tetapi punya manfaat lain

yang banyak adalah pupuk organik  ada juga pupuk hayati yang dapat membantu

melarutkan P menangkap N.

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal

tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman.

Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada

kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik

itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah

dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai

pembenah tanah organik (Balittanah, 2022).

2
Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroba dan bermanfaat

untuk membantu pertumbuhan tanaman. Kebutuhan tanaman akan nutrisi hara

dalam tanah itu spesifik. Oleh karena itu, pembuatan pupuk yang terbuat dari

tanaman ini sekarang dikembangkan dengan sifat yang spesifik.  Kebutuhan

utama nutrisi tanaman adalah nitrogen, fosfat, dan kalium yang mampu memacu

pertumbuhan tanaman (Dinas Pertanian, 2022).

Aplikasi pupuk hayati sudah dikembangkan secara luas pada tanaman

rempah dan obat. Pupuk hayati menjaga lingkungan tanah yang kaya hara mikro

dan makro melalui fiksasi nitrogen, pelarutan fosfor dan mineralisasi kalium,

pelepasan zat pengatur tumbuh tanaman, produksi antibiotik dan biodegradasi

bahan organik tanah. Mikroorganisme yang digunakan dalam pupuk hayati terdiri

dari berbagai macam, seperti mikoriza, fungi dan bakteri, baik yang bersimbiosis

dengan tanaman (Kartikawati, Trislaeati dan Darwati, 2017).

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas maka perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui “Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman

Kedelai (Glycine max L. Merrill) Terhadap Pupuk Organik Dan Pupuk

Hayati”.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon penggunaan jenis Pupuk

Organik dan Pupuk Hayati terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman

Kacang Kedelai.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Interaksi antara Pupuk Organik dan

Pupuk Hayati terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman Kacang Kedelai.

1.3. Hipotesis Penelitian

3
1. Diduga pengaruh Pupuk Organik pada pertumbuhan Tanaman Kacang

Kedelai.

2. Diduga pengaruh jenis Pupuk Anorganik pada pertumbuhan Tanaman

Kacang Kedelai.

3. Diduga Interaksi Pupuk Organik dan Anorganik pada pertumbuhan Tanaman

Kacang Kedelai.

I.4. Kegunaan penelitian

1. Sebagai bahan dasar dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu

syarat untuk menempuh gelar sarjana S1 di Fakultas Pertanian Universitas

Islam Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam penggunaan

Pupuk Organik dan Anorganik pada pertumbuhan Tanaman Kacang Kedelai.

3. Sebagai informasi bagi pihak yang ingin membudidayakan Tanaman Kacang

Kedelai.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

Varietas unggul kedelai dikembangkan sejak tahun 1916 dengan cara

memasukan varietas kedelai dari luar negeri antara lain dari Cina, Taiwan,

Manzhuria, dan Amerika Serikat. Kegiatan perbaikan varietas kedelai melalui

hibridisasi baru dimulai pada tahun 1930-an (Widyawati, 2008). Pada tahun 2009

sebanyak 71 varietas unggul kedelai telah dilepas oleh pemerintah dari yang

berbiji kecil hingga yang berbiji besar. Karakteristik tinggi tanaman, umur tanam,

ukuran biji dan potensi hasil varietas unggul kedelai memiliki keragaman yang

cukup besar.

Keungulan suatu varietas dapat dinilai berdasarkan hasil, mutu hasil,

ketahanan terhadap hama dan penyakit dan toleransi terhadap cekaman

lingkungan abiotik. Pemilihan jenis tanaman yang tepat dan lokasi spesifik

merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas lahan, varietas

berdaya hasil tinggi, berumur genjah sampai sedang, tahan terhadap serangan

hama dan penyakit dan stabil terhadap keragaman lingkungan (Sirapa dan

Susanto, 2008).

2.1. Morfologi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill)

2.1.1. Akar

Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang

terbentuk dari calon akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat

5
barisan sepanjang akar tunggang, cabang akar sekunder, dan cabang akar adventif

yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Bintil akar pertama terlihat 10 hari

setelah tanam, panjang akar tunggang ditentukan oleh berbagai faktor, seperti

kekerasan tanah, populasi tanaman, varietas, dan sebagainya (Carlson 1973 dalam

Adhi dan Krisnawati, 2016).

2.1.2. Batang

Batang Tanaman Kedelai Hipokotil pada proses perkecambahan

merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar hingga kotiledon. Hipokotil

dan dua keping kotiledon akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang

kecambah yang berada di atas kotiledon dinamakan epikotil. Kedelai berbatang

semak dengan tinggi batang antara 30-100 cm. Ciri-ciri tanaman berbatang semak

adalah memiliki banyak cabang dan tinggi yang lebih rendah, batang bertekstur

lembut dan hijau, tumbuh cepat.

Pertumbuhan batang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate

dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas

keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate

ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai

berbunga. Pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang

tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga

(Adisarwanto dan Wudianto, 2008).

2.1.3. Daun

Daun Tanaman Kedelai Daun kedelai ada dua bentuk, yaitu bulat (oval)

dan lancip (lanceolate). Bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik.

Daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah yang tinggi sangat cocok untuk

6
varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun yang lebar. Daun mempunyai

stomata yang berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Adisarwanto, 2005). Daun

kedelai mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlah yang bervariasi. Tebal

tipisnya bulu pada daun kedelai berkaitan dengan tingkat toleransi varietas kedelai

terhadap serangan jenis hama tertentu.

2.1.4. Bunga

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna (hermaphrodite), artinya dalam

setiap bunga terdapat alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Penyerbukan

terjadi pada saat mahkota bunga masih tertutup, sehingga kemungkinan terjadi

kawin silang secara alami sangat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang,

berwarna ungu atau putih dan tidak semua bunga menjadi polong walaupun telah

terjadi penyerbukan sempurna (Rukmana, 2006).

2.1.5. Polong

Jumlah polong bervariasi mulai 2-20 dalam satu pembungaan dan lebih

dari 400 dalam satu tanaman. Satu polong berisi 1-5 biji, namun pada umumnya

berisi 2-3 biji per polong. Polong berlekuk lurus atau ramping dengan pa jang

kurang dari 2-7 cm. Polong masak berwarna kuning muda sampai kuning kelabu,

coklat, atau hitam. Warna polong tergantung pada keberadaan pigmen karoten

dan xantofil, warna trikoma, dan ada tidaknya pigmen antosianin. Ketika terjadi

pembuahan, ovari mulai berkembang menjadi buah, namun tangkai putik dan

benang sari mongering, kelopak bunga kedelai tetap ada selama perkembangan

buah dan kadang mahkota bunga kedelai juga masih tersisa ketika buah masak

(Adhi dan Krisnawati, 2016).

2.1.6 Biji

7
Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis.

Bentuk biji kedelai beragam dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai

yang ada di Indonesia berkriteria lonjong. Pengelompokan ukuran biji kedelai

berbeda antarnegara, di Indonesia kedelai dikelompokkan berukuran besar (berat

>14 g/100 biji), sedang (10-14 g/100 biji), dan kecil (< 10 g/100 biji). Biji

sebagian besar tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit biji (testa). Antara

kulit biji dan kotiledon terdapat lapisan endosperm (Muchlish Dan Krisnawati,

2016).

2.2. Syarat Tumbuh

Tanaman kacang kedelai pada tanah yang cocok dan sesuai dengan kondisi

tanaman kedelai. Ciri-ciri tanah yang sesuai untuk kacang kedelai diantaranya pH

tanah antara 4,5-5,5, bertekstur lempung, berpasir, ataupun liat berpasir. pilih

lokasi dan tanah yang terbebas dari penyakit endemik.suhu tanah yang sesuai

adalah sekitar 30°C, panjang hari (photoperiode) tanaman kedelai merupakan

jenis tanaman hari pendek atau maksimal 15 jam per hari dan optimalnya 12 jam,

kebutuhan air selama masa pertumbuhan kedelai rata-rata adalah antara 350 – 450

mm (Kementrian Pertanian, 2022).

2.3. Pupuk Organik

Pupuk organik sendiri merupakan pupuk yang tersusun dari materi

makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk

organik dapat berbentuk padat ataucair yang digunakan untuk memperbaiki sifat

fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik

daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupakompos, pupuk hijau,

pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan

8
sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian,

dan limbah kota (sampah) (Munanto, 2013).

Bahan pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer

menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan

ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi

tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami atau

sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding

dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.

Pupuk organik atau bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting

seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn,

Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan

bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah

yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang;

(2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk

senyawa kompleks dengan ion logam yang meracunitanaman seperti Al, Fe, dan

Mn (Simanungkalit, Suriadikarta, Saraswati, Setyorini, dan Hartati, 2006)

2.4. Pupuk Hayati

Pupuk hayati adalah mikrobia ke dalam tanah untuk meningkatkan

pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara. Umumnya

digunakan mikrobia yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman

inangnya. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan

tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan

organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya. Mikroba yang digunakan sebagai

pupuk hayati (biofertilizer) dapat diberikan langsung ke dalam tanah, disertakan

9
dalam pupuk organik atau disalutkan pada benih yang akan ditanam. Penggunaan

yang menonjol dewasa ini adalah mikrobia penambat N dan mikrobia untuk

meningkatkan ketersedian P dalam tanah (Ladiku, 2016).

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Sumatera Utara, Jln. Karya Wisata, Kecamatan Medan Johor,

kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Ketinggian tempat ±25 m dpl, dengan

topografi datar, dengan jenis tanah ordo inceptisol. Penelitian ini akan dimulai

bulan November 2022 sampai Selesai.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : Benih Tanaman

Kedelai, Pupuk Organik Padat dan Pupuk Organik Cair dan bahan yang

mendukung terlaksananya penelitian ini.

Alat

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : Cangkul, Garuk,

Tali Plastik, Meteran, Bambu Patok dan alat-alat yang mendukung terlaksananya

penelitian ini.

3.3. Metode Penelitian

10
Penelitian ini dilakukan Analisa tanah awal dan Analisa tanah akhir,

Metode Penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu :

1. Faktor Pertama menggunakan berbagai macam pupuk organik (P) sebagai

faktor yang pertama yang terdiri atas :

P0 = Tanpa Perlakuan

P1 = Pupuk organik (Humic Acid) 210 kg/ha

P2 = Pupuk organik (Tricoderma) 10 ton/ha

P3 = Pupuk organik (kandang lembu) 30 ton/ha

2. Faktor Kedua menggunakan beberapa jenis varietas tanaman kedelai (C)

sebagai sssfaktor yang terdiri atas :

C1 = Pupuk Hayati 0,5 l/15 l air

C2 = Pupuk Hayati 1 L/15 l air

C3 = Pupuk Hayati 1,5 l/15 l air

Dengan demikian diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 4 x 4 = 16, yaitu :

P 0 C1 P 0 C2 P 0 C3

P 1 C1 P 1 C2 P 1 C3

P 2 C1 P 2 C2 P 2 C3

P 3 C1 P 3 C2 P 3 C3

Jumlah Perlakuan : 12 Perlakuan

Jumlah Ulangan : 3 Ulangan

Jumlah Plot Penelitian : 36 plot

Ukuran Plot : 2 x 2 cm

Jarak Antar tanaman : 40 x 20 cm

11
Jarak Antar Plot : 50 cm

Jarak Antar Ulangan : 100 cm

Jumlah Tanaman / plot : 50 Tanaman

Tanaman Sampel : 5 Sampel Tanaman

Jumlah Tanaman Keseluruhan : 1.800 Tanaman

3.4. Analisis Data Penelitian

Menurut Gomez dan Gomez (1996) Model Linear yang diasumsikan untuk

Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial adalah :

Yijk = µ + βi + Tj + kk + (KT)jk + €ijk

Dimana :

Yijk = Hasil Pengamatan dari faktor T pada taraf ke-j dan faktor M pada

taraf ke-k dalam ulangan ke-i

µ = Efek dari nilai tengah

βi = Efek dari blok pada taraf ke-i

Tj = Efek dari faktor M pada taraf ke-j

kk = Efek dari faktor T pada taraf ke-k

(KT)jk = Efek kombinasi dari faktor T pada taraf ke-j dan faktor P pada taraf

ke-j

€ijk = Efek error dari faktor T pada taraf ke-j dan faktor P pada taraf ke-k

dalam ulangan.

3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1 Analisis Tanah

12
Analisis tanah aktivitas menganalisis sampel tanah untuk mengetahui

kondisi dan karakteristik tanah, seperti nutrien, kontaminasi, komposisi,

keasaman. Dan analisis tanah ini dilakukan di BPTP (Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian) Sumatera Utara

3.5.2 Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan adalah salah satu langkah awal untuk bercocok tanam,

pada suatu areal atau lahan yang digunakan sebagai tempat untuk

membudidayakan tanaman. Lahan dibuka dengan cara membersihkan vegetasi –

vegetasi yang berada di atas lahan yang ingin digunakan, lalu tanah di gemburkan.

3.5.3. Pembuatan Plot

Pembuatan plot bertujuan agar tanaman yang dibudidaya tidak mudah

terkena banjir dan lain sebagainya yang dapat mengganggu pertumbuhan dan

produksi tanaman. Cara kerja Pembuatan plot dimulai dengan mempersiapkan alat

dan bahan yang diperlukan seperti patok, tali plastik, palu, cangkul dan lainnya.

Kemudian menancapkan patok perulangan dan tancapkan pada bagian sudut tanah

yang ingin dijadikan plot. Kemudian mengukur dari samping 2 meter dan

dibagian lainnya 2 meter menggunakan meteran sehingga berbentuk persegi.

3.5.4 Persiapan Benih

Benih yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Devon yang merupakan

benih kedelai yang dapat dipanen pada umur 69-73 hari, kedelai varietas ini agak

tahan terhadap penyakit karat daun, dan adaptif pada lahan sawah. Kebutuhan

benih berkisar 3.600 butir atau berkisar 1 kg/seluruh plot.

13
3.5.5 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara ditugal, dengan jarak tanam 40 x 20cm.

Setiap lubang diisi dengan 2-3 benih kemudian ditutup tipis dengan tanah,

penanaman dilakukan pada saat tanah dalam kondisi basah.

3.6. Pemeliharaan Tanaman

3.6.1 Pengairan

Tanaman kedelai sangat peka terhadap kekurangan air. Fase pertumbuhan

yang sangat membutuhkan air adalah pada awal pertumbuhan vegetatif yaitu umur

15 – 21 hari setelah tanam, pada fase pembungaan yaitu umur 25 – 35 hari setelah

tanam dan pada fase pengisian polong yaitu umur 55 – 70 hari setelah tanam.

Pada fase-fase tersebut tanaman kedelai sangat membutuhkan air dan harus

dilakukan pengairan jika tidak turun hujan.

3.6.2. Penyiangan

Penyiangan gulma atau rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman kedelai

sebaiknya dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan kedelai karena akan

mengakibatkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi.

3.6.3 Pemupukan Pupuk Organik

Pemupukan pupuk organik ini di lakukan 1 kali sesuai dosis anjuran yaitu

pada saat setela selesai penanaman benih.

3.6.4 Pemupukan Pupuk Hayati

Pemupukan pupuk pupuk hayati diberikan sesuai perlakuan yang ada.

Pemberian pupuk hayati di lakukan pada saat tanaman mau memasuki fase

generatif, yaitu pada saat munculnya bunga.

14
3.6.5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan sanitasi lahan dan

menggunakan pestisida, apabila serangan hama dan penyakit sudah mendekati

ambang ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan, lakukan

penyemprotan pada pagi hari.

3.6.6. Panen

Panen dilakukan jika biji atau polong benar benar sudah matang atau tua,

dan daun menguning dan mudah rontok, polong biji mengering dan berwarna

kecoklatan. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang atau menyabit

dengan sabit.

3.7 Parameter Tanaman

3.7.1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman (cm) diukur mulai tanaman 2 minggu setelah tanam.

Pengukuran pertama dilakukan pada 1 MST dan pengukuran kedua dilakukan

pada 2 MST. Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ke ujung

titik tumbuh tanaman sampel. Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi

tanaman yaitu meteran untuk mencegah kesalahan dalam melakukan pengamatan

tanaman sampel tanaman di berikan patok kayu atau bambu sebagai tanda.

3.7.2. Diameter Batang

Diameter batang adalah dimensi pohon yang paling mudah diperoleh atau

diukur terutama pada pohon bagian bawah. Diameter batang didefinisikan sebagai

panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di sekeliling batang yang

melalui titik pusat (sumbu) batang. Diameter batang (mm) tanaman kedelai diukur

pada akhir masa vegetatif.

15
3.7.3. Jumlah Polong per tanaman sampel

Penghitungan bobot polong dilakukan dengan cara menghitung semua jum

lah polong yang telah terbentuk, baik yang sudah masak maupun yang masih ment

ah. Penghitungan dimulai pada saat tanaman telah berbuah sampai panen terakhir.

3.7.4. Jumlah Polong Berisi per tanaman (polong) per sampel

Penghitungan polong berisi ilakukan dengan cara menghitung semua jumla

h polong berisi pertanaman, Penghitungan dimulai pada saat tanaman telah panen

terakhir.

3.7.5. Jumlah Polong Hampa per tanaman (polong) per sampel

Penghitungan polong hampa dilakukan dengan menghitung semua jumlah

polong berisi pertanaman, Penghitungan dimulai pada saat tanaman telah panen te

rakhir.

3.7.6. Bobot biji per tanaman

Penghitungan berat biji dilakukan dengan cara menghitung berat biji yang

telah panen dan masak pada 1 tanaman, Penghitungan dimulai pada saat tanaman t

elah panen terakhir.

3.7.7. Bobot 100 Biji (g)

Pemilihan bobot 100 biji dipilih yang bernas dari hasil penen/perlakuan, k

emudian dibandingkan dengan bobot total/perlakuan lalu ditimbang dengan meng

gunakan timbangan analitik.

3.7.8. Berat Biji per plot

16
Penghitungan berat biji dilakukan dengan cara menghitung berat biji yang

telah panen dan masak pada satu plotmya. Penghitungan dimulai pada saat tanama

n telah panen terakhir.

DAFTAR PUSTAKA

Adie M, Muchlish Dan Krisnawati Ayda, 2016. Biologi Tanaman Kedelai.


Balitkabi, Malang: http://repository.pertanian.go.id/ .

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Jakarta : Penebar Swadaya.

Adisarwanto, T dan Wudianto, R., 2008. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai.


Jakarta : Penebar Swadaya.

Balittanah 2022. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Penelitian Tanah.
Balitbang – Dinas Pertanian.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id

Calvin, M.S.P. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan


dan Hasil Tanaman kacang kedelai . Skripsi. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. 3 (4): 35 – 42

Daryanto,2014 , Produksi kedelai nasional ,http : // repository.ipb.ac.id/handle


/123456789/ 73016 pustaka ipb.

Dinas Pertanian. 2022. Dinar Pertanian, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan
Perkebunan Kabupaten Luwu Utara. https://dtphp.luwuutarakab.go.id/

17
Fai. 2021. Manfaat Kacang Kedelai Untuk. Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara – Medan. Kesehatan. https://umsu.ac.id/
Fitrina. 2005. Pengaruh Kerapatan Awal Umbi Teki (Cyperus rotundus L.) dan
Dosis Pupuk K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang kedelai. Artikel:
Instansi Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Jalan
Raden Saleh No. 4 Padang.
nesia, 5(2):83-89.

Harjadi, M. 1998. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta.

Ida, SR. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Universitas Tulung Agung Bonorowo. Vol 1. No. 1

Kartikawati,A., O. Trisilawati, dan I. Darwati. 2019. Pemanfaatan Pupuk Hayati


(Biofertilizer) Pada Tanaman Rempah Dan Obat. Biofertilizer Utilization
on Spices and Medicinal Plants. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat. I: http://dx.doi.org/ 10.21082/psp.v16n1.2017

Kementerian Pertanian. 2016. Database Pertanian. www.Pertanian.go.id. Diakses


pada tanggal 10 Maret 2016.

Kementrian Pertaian. 2021. Pemupukan Berimbang untuk Pertanian Lebih Baik.


https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/.

Kementrian Pertanian. 2021. Kementan Wacanakan Kebijakan Wajib Tanam


Kedelai untuk Importir. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
https://www.pertanian.go.id/

Kementrian Pertanian, 2022. Budidaya Kedelai. Kementrian Pertanian Republik


Indonesia. Pusat Perputakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.
https://pustaka. setjen.pertanian.go.id/index-berita/budidaya-kedelai

Ladiku. S. 2016. Makalah Teknologi Pembuatan Pupuk Hayati. Universitas Negri


Gorontalo. https://mahasiswa.ung.ac.id/613413012

Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Melati., M, A. Asiah dan D. Rianawati.2008. Aplikasi Pupuk Organik dan Residu-


nya untuk Produksi Kedelai Panen Muda. https://journal.ipb.ac.id/

Mustakim. 2012. Budidaya Kacang kedelai Secara Intensif. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

Munanto, B. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik. https://www.academia.edu/


9892500/ Manfaat_Penggunaan_Pupuk_Organik

18
Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya.

Republika. 2022. Sumut Prediksi Produksi Kedelai 5.193 Ton Hingga Juli 2022.
https://www.republika.co.id/

Rukmana. R. 2006. Budidaya kedelai. Kanisius, Yogyakarta

Saputra, W. 2013. Pengaruh Beberapa Varietas dan Dosis Pupuk Kandungan


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Pada
Skripsi Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar Meulaboh. Aceh Barat.

Sirappa, M. P. dan A. N. Susanto. 2008. Pengembangan tanaman kacang-


kacangan pada lahan sawah irigasi di pulau buru, maluku. Jurnal Budidaya
Pertanian,4(1) : 64-72

Simanungkalit, Didi Ardi Suriadikarta, Rasti Saraswati, Diah Setyorini, dan


Wiwik Hartati. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati. Organi
FertilizerAnd Biofertilizer. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sutanto. 2002. Kedelai dan Cara Budidayanya. CV Yasaguna. Jakarta. Sutejo,


M.M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sutanto,R. 2002. Penerapan Pertanian Organik.Pemasyarakatan dan


Pengembangan-nya. Yogyakarta: Kanisius.

Subandi. 2007. Teknologi produksi dan strategi pengembangan kedelai pada lahan
kering masam. Iptek Tanaman Pangan

Widyawati, W. 2008. Kajian perkembangan varietas unggul dan perbenihan


kedelai (Glicine max (L) Merr.). Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor

19
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Areal Penelitian

Ulangan II Ulangan III Ulangan I

P0 C1 P2 C3 P2 C3
U
P1 C1 P3 C1 P2 C2

P1 C2 P1 C2 P1 C3

P2 C1 P1 C1 P3 C1

P2 C2 P3 C3 P1 C2
S
P2 C2 P1 C3 P2 C1

P2 C1 P2 C1 P3 C2

20
P1 C1 P2 C1 P2 C3

P3 C3 P3 C2 P1 C1

P3 C1 P2 C2 P3 C3

P1 O 3 P1 O 2 P1 C2

P3 O 2 P3 O 1 P3 C1

P3 O2 P3 O 2 P3 C2

21
Lampiran 2. Bagan Plot Tanaman

U S
X X x X x X x X x x

X X S X S X x S x x

bb
X X X S x S X X x x

X X x X X X x X x x

X X X X X X X X X X

Keterangan :

Jarak tanam : 40 x 20 cm

Jumlah tanaman plot : 50 tanaman

Sampel Tanaman (S) : 5 (10%)

22

Anda mungkin juga menyukai