EVALUASI GIZI
Disusun oleh:
NIM : 2019C1A019
FAKULTAS PERTANIAN
2022
BAB I. PENDAHULUAN
Struktur fisik pati, dalam hal ini adalah granula pati, mempengaruhi sifat
pati ketika digunakan dalam produk-produk pangan. Bentuk granula pati dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop, baik ynag sederhana maupun yang
canggih. Bentuk granula pati pada penelitian ini diamati dengan menggunakan
alat photomicrograph. Istilah gelatinisasi digunakan untuk menggambarkan
proses pengembang-an dan perubahanstruktur yang terjadi dalam granula pati
ketika dipanaskan dengan adanya air (Rohman, 2013).
Air dingin dapat menembus daerah amorf granula tanpa merusak miselia,
dan maksimum kandungan air yang dapat dicapai sekitar 30 persen.
Pengembangan granula tidak dapat dilihat kecuali di bawah pengamatan
mikroskop, dan granula ini akan mengendap jika campuran tidak diaduk. Jika
campuran tidak dipanaskan sampai suhu cukup tinggi untuk memberikan energi
yang dibutuhkan untuk memutuskan beberapa ikatan hidrogen antar molekul pada
daerah amorf maka granula mulai mengembang. Pengembangan ini menye-
babkan hilangnya orientasi lingkungan dari miselia dan hilangnya sifat
birefringent, yaitu sifat granula pati yang dapat merefleksikan cahaya terpolarisasi
sehingga di bawah mikroskop terlihat kristal hitam putih. Secara umum pati yang
berasal dari umbi mulai mengembang pada suhu yang lebih rendah daripada pati
serealia (Andarwulan, 2011).
Pati dapat terhidrolisis dengan asam klorida (hidrolisis asam0. Asam kuat
akan menghidrolis ikatan glokisida pada pati sehingga panjang rantaumenjadi
lebih pendek dan berat molekul pati menjadi lebih rendah. Pati dapat juga
dihidrolisis oleh enzim pullulanase di titik percabangan α-(1,6) pada amilopektin
sehingga akan dihasilkan amilosa rantai pendek. Pross hidrolisis oleh asam dan
pemotongan titiok cabang dapat mereduksi panjang rantai α-glukan sehingga
derajat polimerisasi (DP) menjadi lebih rendah. Nilai DP sekitar 10-35 adalah
yang cukup optimal untuk meningkatkan RS (Faridah, 2010).
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
b. Tepung Beras
0,105 N
AT =(7,9 ml−2,3 ml)×
0,1 N
0,105 N
AT =(5,6 ml )×
0,1 N
AT = 5,8
Jadi, antara nomor 5 dan 6 = 6 – 5
= 14,7 – 12,2
= 2,5
(5,8) AT = 12,2 + (0,8 x 2,5)
= 12,2 + 2
= 14,2
( 14,2 X 10 ) x 0,9
% Pati= × 100
2,0884 x 1000
142 x 0,9
% Pati= ×100
2.088,4
% Pati=6,12 %
BAB V. PEMBAHASAN
Pati terhidrolisis melalui dua cara yaitu hidrolisis oleh enzim amilase dan
hidrolisis oleh asam kuat. Hidrolisis pati oleh enzim amilase menghasilkan
maltosa sebagai produk akhir. Namun, jika hidrolisis pati dilakukan dengan
penambahan asam kuat, akan diperoleh glukosa pada akhir proses hidrolisis. Pada
manusia, pencernaan (hidrolisis) pati berlangsung di mulut dengan bantuan air
liur. Air liur disekresi oleh tiga pasang kelenjar, yaitu: parotis, submaxillaris dan
sublingualis. Air liur terdiri dari 99.5% benda padat. Dua per tiga dari benda-
benda padat tersebut terdiri dari bahan-bahan organik, terutama enzim amilase dan
musin. Air liur memiliki pH 6.8. Enzim amilase memiliki pH optimum 6.5-7 dan
suhu optimum 37 oC. Enzim amilase menjadi tidak aktif pada pH 4 atau lebih
rendah. Musin dalam air liur berfungsi sebagai pelumas dalam rongga mulut dan
membasahi makanan saat dikunyah dan memudahkan ditelan. Benda-benda padat
lainnya yang terdapat dalam air liur adalah ion-ion anorganik seperti SO42-, PO43-,
HCO3-, Cl-, Ca2+, Mg2+ dan K+
Pada percoban ini terlebih dahulu di siapkan sampel yakni beras, dan
tepung beras. Kadar pati dapat menggunakan beberapa metode. Metode tersebut,
antara lain metode Luff Schoorl dan metode polarimetri. Pada praktikum ini
menggunakan metode Luff Schoorl untuk menganalisis kandungan pati dalam pati
gembili. Metode ini menggunakan reagen Luff Schoorl yang mengandung
tembaga sitrat (CuO) sebagai oksidator bagi gula pereduksi hasil hidrolisis pati
dalam keadaan asam. Gula pereduksi mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Ion Cu
berasal dari reagen Luff Schoorl yang memiliki tembaga sitrat (CuO). Gula
pereduksi yangdipanaskan dengan KI dan H2SO4 akan membebaskan iodium.
Suasana yang sedikit asam akan membuat zat oksidator tereduksi dan
membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan banyaknya oksidator (Winarno
1997).
Berdasarkan hasil analisis kadar pati pada beras dan tepung beras
menunjukkan bahwa kadar pati pada beras lebih tinggi yaitu sebanyak (6,64%)
daripada kadar pati pada tepung beras (6,12%). Terjadinya perbedaan pada kadar
disebabkan oleh adanya proses pengolahan yang dapat menyebabkan kadar pati
pada beras berkurang setelah menjadi tepung beras.
BAB VI. PENUTUP
6.1. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan
a) Analisis kadar pati dengan metode Luff Schoorl di lakukan dengan
menggunakan reagen alkalin yang di panaskan kemudia ditambahkan
iodin.
b) Dari hasil penelitian analisis kadar protein di Di laboratorium kimia
fakultas pertanian lantai II Universitas Muhammadiyah Mataram dapat
disimpulkan kadar pati pada beras sebesar 6,64 % sedangkan untuk
tepung beras sebesar 6,12%.
c) Penurunan kadar pati dari bahan dasar menjadi olahan disebabkan oleh
adanya proses pengolahan
6.2. Saran
a) Pada saat praktikum diharapakan dilakukan dengan hati-hati dan teliti,
sehingga didapatkan data yang akurat.
b) Terimakasih kepada asisten dosen yang telah membantu kegiatan
praktikum evaluasi gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Erika, C. 2010. Produksi pati termodifikasi dari beberapa jenis pati. Jurnal
Rekayasa Kimia & Lingkungan, 7(3).
Faridah, D. N., Fardiaz, D., Andarwulan, N., & Sunarti, T. C. 2010. Perubahan
Struktur Pati Garut (Maranta Arundinaceae) Sebagai Akibat Modifikasi
Hidrolisis Asam, Pemotongan Titik Percabangan Dan Siklus Pemanasan-
Pendinginan [Structure Changes of Arrowroot (Maranta arundinaceae)
Starch as Influenced b. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, 21(2), 135.