Anda di halaman 1dari 47

TEKNOLOGI PENGOLAHAN FISIK (PELET )

NAMA DAN NO.BP KELOMPOK 2


1. RAHMATUL USQA P 1710613077
2. AFIRA VIONA ZAHRA 1810611058
3. TAUFIK RAHMAN 1810611070
4. ALDI RAMADDUDIN 1810612028
5. ARDANI RIZKI E 1810612091

Dosen pengampu :
PROF. DR. IR. NURAINI, MS
PENGOLAHAN FISIK

O Pengolahan Fisik merupakan upaya mengubah sifat


pakan melalui proses atau perlakuan perubahan
temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan
mengalami penurunan kandungan air.

O Besarnya temperatur dan lama proses pengolahan


harus diperhatikan untuk mencegah hal-hal sebagai
berikut : Terjadinya kerusakan asam amino esensial ,
Perubahan sifat kimia dan fisik pati menajdi bentuk
seperti gelatin, Merusak vitamin yang thermolabil dan
Merusak ikatan lama tak jenuh.
KEUNTUNGAN PENGOLAHAN FISIK
O Memperpanjang masa simpan bahan pakan.
O Pengeringan beku mampu menekan kehilangan
4,8% nitrogen dan 1,3% energi, sementara
dengan vacum dry pada suhu 40 derajat C
menyebabkan kehilangan 28,0% nitrogen dan 12,0%
energi.
O Menginaktifkan beberapa zat antinutrisi
contoh : antitrypsin dalam kedelai mentah dan
HCN dalam ubi kayu . Kandungan total HCN
ketela pohon dapat hilang hingga 86% selama
pengeringan dengan sinar matahari.
TIPE PENGOLAHAN FISIK

1. Tipe Pengolahan Alami dengan menggunakan


kekuatan alam yaitu panas matahari dan angin.
Keuntungan :
- Proses pengeringan dengan biaya murah dan
memperoleh sinar ultraviolet yang dapat membantu
pertumbuhan mikroba yang merugikan.
Kelemahan :
- Prosesnya tergantung cuaca.
- Perlu banyak tenaga .
- Tempat yang luas dan waktu yang lama.
2. Tipe Pengolahan Buatan dengan bantuan mesin
pengering (oven, pengering terowongan/tunnel,
pengering berputar dan lainnya).
Kelebihan :
- Hemat tempat, waktu dan tenaga.
Kelemahan :
- Hilangnya zat-zat yang sifatnya volatile.
- Terjadinya perubahan sifat fisik dan kimia bahan.
- Kemungkinan hilangnya vitaminyang thermolabil.
Proses Pembuatan Pellet
O Ada 2 cara yang dapat ditempuh dalam pembuatan
ppakan berbentuk pellet, yaitu secara manual dan
menggunakan mesin.

Proses Pengolahan Pellet terdiri dari 3 tahap, yaitu


O Pengolahan Pendahuluan
Bertujuan : Untuk pemecahan dan pemisahan
bahan-bahan pencemar atau kotoran dari bahan
yang akan digunakan.
Contoh : Jagung, dedak, bungkil kedelai dan bungkil
kelapa digiling halus .
O Pembuatan Pellet
Proses pengaliran uap adalah proses pemanasan
dengan uap air pada bahan yang ditujukan untuk
gelatinisasi agar terjadi perekatan antar partikel bahan
penyusun sehingga penampakan pellet menjadi kompak,
durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus.
Proses conditioning ditujukan untuk gelatinisasi dan
melunakkan bahan agar mempermudah pencetakan.
Disamping itu juga bertujuan untuk membuat pakan
menjadi steril, terbebas dari kuman atau bibit penyakit;
menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai
perekat; pakan menjadi lebih lunak sehingga ternak
mudah mencernanya; menciptakan aroma pakan yang
lebih merangsang nafsu makan ternak.
Pencetakan,
Setelah semua bahan baku tercampur secara homogen, langkah
selanjutnya adalah mencetak campuran tadi menjadi bentuk pellet.
Banyak jenis mesin yang dapat digunakan, mulai mesin sederhana hingga
mesin yang biasa digunakan pada industri pakan. Mesin pencetakan
sederhana bisa merupakan hasil modifikasi gillingan daging yang diberi
penggerak berupa motor listrik atau motor bakar.

Proses pendinginan (cooling),


merupakan proses penurunan temperatur pellet dengan menggunakan
aliran udara sehingga pellet menjadi lebih kering dan keras. Proses ini
meliputi pendinginan butiran-butiran pellet yang sudah terbentuk, agar
kuat dan tidak mudah pecah. Pengeringan dan pendinginan dilakukan
pada tahap ini untuk menghindarkan pellet itu dari serangan jamur
selama penyimpanan.
Proses pengeringan,
Bisa dilakukan dengan penjemuran di bawah terik
sinar matahari atau menggunakan mesin. Keduanya
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penjemuran secara
alami tentu sangat tergantung kepada cuaca, higienitas
atau kebersihan pakan harus dijaga dengan baik, jangan
sampai tercemar debu atau kotoran dan gangguan hewan
atau unggas yang dikhawatirkan akan membawa
penyakit. Jika alat yang digunakan mesin pengering,
tentu akan memerlukan biaya investasi dan biaya
operasional yang cukup tinggi.
O Perlakuan Akhir
- Sortasi/ Penyortiran
- Pengepakan
- Pegudangan

O Keuntungan pakan bentuk pelet adalah:


meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan, meningkatkan
kadar energi metabolis pakan, membunuh bakteri patogen,
menurunkan jumlah pakan yang tercecer, memperpanjang
lama penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi
pakan dan mencegah oksidasi vitamin.
Contoh Teknologi Pengolahan Fisik
( Pelet )

O JURNAL 1 tentang :
“PENGARUH TEMPERATUR DAN KADAR
AIR PEMBUATAN PELLET TERHADAP
KECERNAAN BAHAN KERING DAN
PROTEIN RANSUM AYAM BROILER FASE
FINISHER “
O
O   Proses pembuatan pellet perlu memperhatikan beberapa
faktor, diantaranya adalah temperatur dan kadar air, karena akan
mempengaruhi kualitas ransum yang dihasilkan, yaitu perubahan
struktur, tekstur, daya cerna, serta kandungan anti nutrisi. Nilai
kecernaan penting untuk diketahui karena dapat dipakai untuk
menentukan nilai atau mutu ransum, nilai kecernaan yang biasa
diukur adalah kecernaan bahan kering dan kecernaan protein.

O Percobaan dengan menggunakan tingkat suhu dari C sampai


C menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi dapat menurunkan
efisiensi pakan yang berkaitan dengan pertumbuhan yang lambat
dari ayam pedaging. Hal tersebut dikarenakan adanya kerusakan
nutrient pada proses pembuatan pellet dengan suhu
yang tinggi .
O Selama proses pengkondisian terjadi penurunan
kandungan bahan kering sampai 20% akibat
peningkatan kadar air bahan dan menguapnya sebagian
bahan organik. Proses pengkondisian
akan optimal bila kadar air bahan berkisar 15 – 18%.
O Bahan dan Metode :
1. Ternak Percobaan
2. Kandang dan Perlengkapan
3. Peralatan penelitian ( timbangan analitik, timbangan
duduk, hummer mill, mixer, Pelleting Machine tipe
ulir tunggal, wadah, thermometer, terpal, kalkulator,
Kandang metabolis ayam, plastik dan label ).
4. Ransum Penelitian
O Tabel 1. Komposisi Ransum Penelitian

Bahan Pakan Penggunaannya ( % )


Dedak Halus 8.00
Jagung Kuning 57.00
Tepung Ikan 6.00
Minyak Kelapa 4.50
Bungkil Kedelai 21.00
Tepung Tulang 1.50
CaCO3 1.00
Premix 0.50
Jumlah 100.00
Sumber : Hasil Perhitungan
O Tabel 2. Kandungan Energi Metabolis dan Nutrient Ransum
Penelitian

Kandungan Zat Makanan Jumlah


Protein Kasar (%) 19.23
Lemak Kasar (%) 8.43
Serat Kasar (%) 3.36
Energi Metabolis (Kkal/Kg) 3031.75
Calcium (%) 1.38
Phospor (%) 0.30
Lisin (%) 1.07
Metionin (%) 0.37

Sumber : Hasil penelitian


5. Metode Penelitian ; Tahap Penelitian ada Tahap Persiapan, Tahap
Pembuatan Pellet.,Tahap Pemeliharaan, Tahap Analisis Data.
6. Peubah yang diamati adalah kecernaan bahan kering dan protein.

O Hasil dan Pembahasan

Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata


(P<0,05) terhadap kecernaan bahan kering dan Protein ayam broiler
fase finisher. Uji lanjut digunakan untuk mengetahui perbedaan antar
perlakuan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya
disajikan pada Tabel berikut.
Perlakuan Kecernaan bahan Kecernaan Protein
Kering
P1
P2
P2
P3
P3
P4
P4
P5
P5
P6
P6
O   Keterangan : Superskrip yang berbeda dalam satu
kolom menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
O Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P2
(ransum berbentuk pellet yang dibuat dengan
menggunakan temperatur dengan kadar air 20%)
berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan
dengan perlakuan ransum yang lainnya. Tidak terdapat
perbedaan (P>0,05) antara perlakuan P1 dan P3 juga
perlakuan antara P4, P5 dan P6. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan
pengaruh yang berbeda atau memberikan pengaruh
yang sama terhadap kecernaan bahan kering ayam
broiler fase finisher.
O Perlakuan lain memiliki kisaran nilai kecernaan yang
sama tingginya, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
dengan menggunakan kombinasi antara temperatur dan
kadar air pada pembuatan pellet berpengaruh
meningkatkan nilai kecernaan bahan kering pada ayam
broiler fase finisher. Banyaknya kandungan bahan
kering yang diserap berhubungan dengan banyaknya
pula kandungan nutrisi yang tercerna.
O Tingginya nilai kecernaan bahan kering pada ransum
perlakuan karena rendahnya bahan kering ransum yang
diekskresikan kembali pada feces. Hal ini menunjukkan
bahan kering yang diserap oleh saluran pencernaan
tinggi. Tingginya penyerapan nutrient pada ransum
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
gelatinisasi pada pati yang optimum, berkurangnya
kandungan mikroba pada bahan, tidak rusaknya
vitamin, dan oksidasi pada lemak yang tidak berlebih.
Kesimpulan

O Temperatur dan kadar air pada pembuatan pellet


berpengaruh terhadap kecernaan bahan kering dan
protein ransum ayam broiler fase finisher.
O Pembuatan pellet dengan temperatur 40-800C dan
kadar air 30% menghasilkan nilai kecernaan bahan
kering dan protein yang optimal pada ayam broiler
fase finisher.
O JURNAL 2 tentang :
“Uji Sifat Fisik Ransum Ayam Broiler Bentuk Pellet yang
Ditambahkan Perekat Onggok Melalui Proses Penyemprotan
Air”

O Pendahuluan
Pelet adalah hasil modifikasi dari mash yang dihasilkan dari
pengepresan mesin pelet menjadi lebih keras. Bentuk fisik
pakan berupa pelet ini sangat dipengaruhi oleh jenis bahan
yang digunakan, ukuran pencetak, jumlah air, tekanan dan
metode setelah pengolahan sertapenggunaan bahan
pengikat/perekat untuk menghasilkan pelet dengan struktur
yang kuat, kompak dan kokoh sehingga pelet tidak mudah
pecah.
O Bahan perekat sintetis yang biasa digunakan
dalam pembuatan pakan ternak di Industri Makanan
Ternak antara lain Carboksil Metil Cellulosa (CMC)
yang harganya mahal
sehingga akan meningkatkan harga dari pellet
itu sendiri, untuk itu perlu dicari bahan perekat
alternatif untuk menggantikan bahan-bahan
perekat tersebut yang berharga murah,
ketersediaannya banyak, mempunyai daya
rekat yang tinggi, mudah dicerna oleh
organisme, dapat bersatu dengan bahan-bahan
ransum lainnya dan tidak mengandung racun.
O Onggok merupakan hasil sampingan industri
tapioka yang berbentuk padat. Komponen penting
yang terdapat pada onggok adalah pati dan serat kasar.
Kandungan ini berbeda untuk setiap daerah asal, jenis
dan mutu ubi kayu, teknologi yang digunakan dan
penanganan ampas itu sendiri. Kandungan pati onggok
adalah sekitar 69,9% dan dari setiap 100 kg umbi
segar akan menghasilkan 5-10 kg onggok atau sekitar
5-10% onggok, sehingga dengan kandungan patinya
yang tinggi dan banyak tersedia, onggok sangat
potensial untuk dijadikan sebagai bahan perekat.
O Materi dan Metode
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi ialah tepung ikan, bungkil kedelai, tepung jagung,
bungkil kelapa, CGM (Corn Gluten Meal) dan dedak
halus, premix, minyak ikan dan tepung tapioka.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah


mesin penggiling tepung (burr mill), mesin pencetak pellet
(farm pelleter), alat penimbang/penakar, alat pengaduk,
kompor minyak, panci pengukus, akuarium, stop watch,
gelas ukur 100 ml, akuades, vibrator ball mill, neraca
analitik, cooling fan, batu pemberat, ember, plastik dan
semprotan air.
O Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada uji uji pellet dengan proses
pengukusandan proses penyemprotan 5 % air panas ;
Kadar air, Aktivitas air, Kadar kehalusan, Berat jenis,
Kerapatan tumpukan, Kerapatan pemadatan tumpukan,
Sudut tumpukan, Ketahanan benturan pelet.
O Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian pertama dilakukan uji ketahanan
benturan pellet. Hasil analisis menunjukkan kisaran
98,70-99,39%. Setelah uji lanjut dihasilkan nilai yang
berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji lanjut ketahanan
benturan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ketahanan Benturan Ransum Penelitian
Pertama (%)
Ulangan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan
A1 A2 A3 A4
1 98,97 99,39 99,20 98,20
22 99,19
99,19 99,59
99,59 99,20
99,20 98,49
98,49
33 98,04
98,04 99,19
99,19 98,99
98,99 98,79
98,79

Rataan
Rataan
O Keterangan : superskrip yang berbeda
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
A1 = ransum basal + penyemprotan air 0% air
A2 = ransum basal + penyemprotan air 5% air
A3 = ransum basal + penyemprotan air 10% air
A4 = ransum basal + penyemprotan air 15% air

O Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan


penyemprotan air 5% dapat meningkatkan
ketahanan benturan pellet sedangkan
penyemprotan air lebih dari 5% dapat menurunkan
ketahanan benturan pellet.
O Penelitian Kedua , Kadar Air Hasil analisis dari pengukuran
kadar air pellet menunjukkan kisaran 9,17% sampai 13,09%.
Setelah diuji lanjut dihasilkan nilai yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) antara R1, R2 dan R3, sedangkan antara R3 dan R4 tidak
menunjukkan nilai yang berbeda. Nilai rataan tertinggi
ditunjukkan oleh R1 (13,09%) dan terendah (9,17%)..

Hasil uji lanjut kadar air pelet dapat dilihat pada Tabel 4.

ulangan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan


R1 R2 R3 R4
1 13,48 10,46 9,38 8,58
2 12,58 11,15 9,48 9,69
33 13,22
13,22 10,59
10,59 1,12
1,12 9,23
9,23

Rataan
Rataan
Keterangan : superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01)
A1 = ransum basal + penyemprotan air 5% air + onggok 0%
A2 = ransum basal + penyemprotan air 5% air + onggok 2%
A3 = ransum basal + penyemprotan air 5% air + onggok 4%
A4 = ransum basal + penyemprotan air 5% air + onggok 6%

O Kadar Kehalusan ,
Berdasarkan hasil pengukuran pellet menggunakan Tyler sieve,
kadar kehalusan (KK) ransum penelitian dikategorikan ke
dalam kategori kasar (coarse), berkisar 4,1-7,0, sedangkan rataan
hasil pengukuran berkisar dari 5,93 sampai 6,12
(Tabel 6).
Setelah diuji lanjut menunjukkan hasil yang berbeda
sangat nyata (P<0,05) antar perlakuan, dengan nilai
rataan tertinggi ditunjukan oleh R4 dan terendah R1.
O Berat Jenis,
Hasil uji sidik ragam berat jenis pellet antar perlakuan
tidak berbeda nyata. Rataan berat jenis tertinggi pada R1
yaitu sebesar 1,51 g/cm3 dan terendah pada R4 yaitu
sebesar g/cm3 Hasil uji lanjut berat jenis ditunjukkan
oleh Tabel 7.
O Kerapatan Tumpukan
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kerapatan
tumpukan antar perlakuan berbeda sangat nyata (P<0,01).
Nilai rataan kerapatan tumpukan tertinggi ditunjukkan
oleh R4 dan terendah ditunjukkan oleh R1.
O Ketahanan Benturan,
Pemeletan menyebabkan pengembangan granula pati
dengan masuknya molekul-molekul air berdifusi ke dalam
granula dan tertangkap dalam struktur molekul amilosa dan
amilopektin, granula akan kehilangan kekompakan ikatan
dan kelarutannya akan meningkat karena terjadinya
pelepasan ikatan amilosa pada yang mempunyai derajat
polimerisasi rendah.
Kandungan bahan yang mempengaruhi ketahanan
benturan pellet adalah pati, gula, protein, serta dan lemak.
Standar nilai ketahanan benturan yang baik untuk pelet
broiler yaitu lebih besar dari 80%.
Kesimpulan
O Penambahan onggok sebagai perekat nyata mempengaruhi
sifat fisik pellet, yaitu mengingkatkan kerapatan tumpukan,
kerapatan pemadatan tumpukan, kadar kehalusan bahan,
ukuran partikel dan ketahanan benturan, tetapi menurunkan
sudut tumpukan, kadar air, berat jenis dan aktivitas air.
O Penambahan perekat onggok sebanyak 4% dengan
penyemprotan air 5% sudah dapat dikatakan mempunyai
sifat fisik yang baik dilihat dari kadar air, berat jenis,
aktivitas air, kadar kehalusan, ketahanan benturan, kerapatan
tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut
tumpukan juga setelah dibandingkan dengan ransum
komersil, perlakuan R3 ini menunjukkan nilai yang lebih
baik dari ransum komersil.
Soal diskusi beserta jawabannya
1. Oleh Joni Prianto 1810611020 (kelompok 4)
Apakah ada pengaruh kadar protein nutrisi yang terkandung
dalam pelet pada proses pencetakan pelet dan kualitas kepadatan
pelet yang menyebabkan pelet rapuh sehingga mudah hancur?

Jawabannya :
Dilihat dari penambahan sumber karbohidrat dapat
mempengaruhi ketahanan dan kepadatan pelet dan menurut uji
Duncan penambahan nutrien lainnya dapat meningkatkan nilai
durabilitas dan densitas pelet yang tinggi sehingga pelet tidak
mudah pecah dan hancur, jadi penentu kualitas pelet bukan
hanya dilihat dari suhu pemadatan pelet saja, tapi juga dapat
dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung didalam pelet.
2. Oleh Mayang Ferdian 1810611023 (kelompok 1)

Apa jenis bahan pakan yang digunakan untuk menentukan


kualitas pelet dan Bagaimana cara menentukan
kUalitasnya?
Jawab :
Yaitu Jenis bahannya seperti; jagung, dedak, bungkil
kedelai, bungkil kelapa yang dihaluskan dan tepung
ikan.Pelet yang baik dapat dilihat dari bentuk fisik yang
kokoh dan kuat tidak mudah hancur, warna kuning
kecoklatan sehingga dapat meningkatkan nafsu makan
ternak, aroma yang dapat merangsang nafsu makan ternak,
kandungan air, serta nilai cerna suatu pakan.
3. Oleh Cut Hilda Liza Rahma 1710611089 (kelompok 3)
Berapa suhu optimum untuk proses pengaliran uap dalam
pembuatan pellet serta berapa lama durasi yang di
perlukan?
Jawab :
Yaitu Tergantung pada bahan perekat yang digunakan, kalo
pada tepung gandum 60°c selama 10 menit. Pada tepung
kentang 80°c selama 15 menit. Jadi lebih baik suhu berkisar
antara 60-80°c dengan waktu sekitar 10 menit. Karena
apabila waktu makin lama dan suhu tinggi akan merusak
nutrient pada pellet tersebut.
4. Oleh Oktiva 1810612006 (kelompok 1)
Proses pembuatan pelet ada 2 yaitu manual dan mesin,
bagaimana tahap- tahap pembuatannya!?
Jawab :
Sebenarnya pembuatan pelet secara manual dan
menggunakan mesin otomatis pakan pabrikan yang lebih
canggih tahapannya sama saja. Mulai dari proses
pencampuran bahan baku, pendinginan, pengeringan,
penyortiran, pengemasan hingga di gudangkan sama saja,
namun yang membedakannya yaitu; secara manual lebih
banyak membutuhkan tenaga, waktu dan tempat. Berbeda
dengan menggunakan mesin pelet pabrikan yang lebih hemat
tenaga karena dominan mesin yang bekerja, minim campur
tangan manusia, pembuatan pelet secara banyak hanya
membutuhkan waktu yang singkat.
O kita ambil contoh proses pembuatan secara MANUAL :
- Timbang bahan baku yang sudah halus sebanyak
500g .
- Timbang perekat /bahan perekat seperti tepung tapioka 3-
5% dari berat bahan.
- Larutkan bahan perekat dengan air panas 400-500 ml. Ini
tergantung kondisi bahan.
- Proses pencampuran dan di aduk(alat sederhana seperti
drum) , di kepal dan di masukan ke alat cetak.
- kemudian di keringkan (secara alami) kalo dalam skala
kecil atau manual.
- Terakhir uji ketahanan/kerapuhan pellet. Kita bisa dengan
cara menjatuhkan pellet dari ketinggian seginiii..
misalnya.
O Kemudian dengan MESIN :
- Umum nya sama ,pertama timbang bahan baku
kemudian di haluskan menggunakan mesin
penggiling (hammer mill).
- Kemudian bahan di campurkan menggunakan alat
seperti tabung molen , mixer.
- Proses penguapan .
- Tahap pencetakan.
- Uji kualitas pellet.
5. Oleh Putri Panjaitan 1810612160 (kelompok 5)
Perlakuan apa yang diberikan agar vitamin-vitamin yang
terkandung dalam pellet tidak rusak pada saat pembuatan pellet ?
Jawab :

Yang dapat membuat pelet mengalami penurunan kandungan


nutrisi yaitu dari proses perendaman yang dapat melarutkan nutrisi²
pada bahan pakan dan proses steaming atau penguapan yang juga
dapat menurunkan nutrisi bahan pakan namun dapat meningkatkan
daya cerna dari pakan pelet tersebut, jadi perlakuan tersebut
memiliki kekurangan dan kelebihannya masing². Kita tidak bisa
menghilangkan antara proses tersebut namun karena ada fungsinya
masing² namun kita bisa mempertahankan mutu dengan cara
manajemen penyimpanan dengan cara; bahan pakan tidak disimpan
terlalu lama, menghindari kemasan yang rusak, kandungan air
harus stabil tidak lebih dari 14%
6. Oleh Anggita Amalia 1810612061 (kelompok 1)
Adakah proses dlm pengolahan pellet yang bisa
menghilangkan atau menurunkan kadar HCN dalam
onggok sebagai bahan perekat !
Jawab :
Yaitu dengan cara melakukan pemanasan, penjemuran,
dan pemasakan. (Intinya di lakukan pengeringan).
Menurut Lucas Daniel, ada banyak cara pengolahan yang
dapat dilakukan untuk mengurangi kadar HCN dalam
kulit singkong salah satunya ialah dengan cara perebusan
dan perendaman.
7. Oleh Yuni 1810612159 (kelompok 1)
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pellet
?
Jawab :
1. Temperatur dan kadar air, karena akan mempengaruhi
kualitas ransum yang dihasilkan, yaitu perubahan dari
struktur, tekstur, daya cerna, serta kandungan anti nutrisi.

2. Komponen penyusun bahan baku, terutama kandungan


protein, pati, serat, lemak, dan bahan-bahan pengotor
(debu, dan lain-lain)
3. Kelembaban Bahan.
Kandungan air dalam bahan yang akan dicetak sangat membantu
dalam gelatinisasi pati menjadi bahan perekat pelet selama proses
pencetakan. Terutama untuk tepung-tepung yang miskin akan
protein dan lemak, air juga dapat berfungsi sebagai pelicin
menggantikan fungsi lemak. Namun kadar air yang tinggi dapat
merugikan hasil pemeletan.

4. Ukuran partikel.
Semakin halus ukuran partikel bahan yang akan dicetak, semakin
kuat pelet yang akan dihasilkan. Semakin halus ukuran partikel
tersebut, semakin luas juga permukaan kontak antar partikel
sehingga ikatan yang terbentuk semakin kuat.
5. Suhu.
Diperlukan suhu yang agak tinggi agar proses gelatinisasi dapat
terjadi dengan baik yaitu sekitar 70 º C.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai