Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI SURFACTANT AND BIOENERGY RESEARCH CENTER


(SBRC) LPPM IPB BOGOR

oleh

Muhammad Hanif 15.61.08130

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri

Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK

Bogor

2019
ii

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI SURFACTANT


AND BIOENERGY RESEARCH CENTER (SBRC) LPPM IPB
BOGOR

Pengaruh Variasi NaOH pada Proses Netralisasi Metil Ester Sulfonic Acid
(MESA) dengan Pemanasan

Sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Lisan Semester Akhir Sekolah Menengah
Kejuruan – SMAK Bogor Tahun Ajaran 2018/2019

oleh

Muhammad Hanif

15.61.08130

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri

Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK

Bogor

2019

ii
iii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Disetujui oleh,
Pembimbing Institusi Asisten Pembimbing Institusi

Ari Imam Sutanto S.TP. M.Si. Shaeful Firmansyah S.Si


NIK 20060626 008

Pembimbing Sekolah

Sulistiowati, S.Si, M.Pd


NIP 19590506 198403 2001

Disahkan oleh,
Kepala Sekolah SMK-SMAK Bogor

Dra. Dwika Riandari


NIP 19660726 200212 2 001

i
iii
iv
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan kerunianya
sehingga panduan dalam pembuatan laporan ini dapat selesai pada waktunya.
Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul " Pengaruh Variasi NaOH pada
proses netralisasi Metil Ester Sulfonic Acid dengan pemanasan " ini merupakan
laporan kegiatan Praktik Kerja Industri selama empat bulan yang dimulai dari 2
Januari 2019 sampai 30 April 2019 di Laboratorium IPB Surfactant Bioenergy
Research and Center.

Adapun sebagian besar isi laporan ini meliputi pendahuluan, tinjauan


pustaka, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan kerunianya
sehingga panduan dalam pembuatan laporan ini dapat selesai pada waktunya.
Dan, ucapan terima kasih pantas disampaikan kepada:

1. Prof. Erliza Hambali selaku Kepala Pusat Penelitian Surfactant and Bioenergy
Research Center (SBRC) LPPM IPB, Bogor.
2. Ari Imam Sutanto S.TP M.Si. dan Shaeful Firmansyah S.Si selaku
pembimbing instansi di Pusat Penelitian Surfactant and Bioenergy Research
Center (SBRC) LPPM IPB, Bogor.
3. Sulistiowati S.Si M.Pd selaku pembimbing dari sekolah yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran, nasehat, koreksi, dorongan semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
4. Tim Hubungan Kejasama Industri SMK – SMAK Bogor.
5. Mba Rista, Mba Agatha, Kak Miranti, Kak Latifah, Mas Feri, serta seluruh
karyawan Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) LPPM IPB.
6. Sahabat dan rekan seperjuangan yang juga melaksanakan prakerin di SBRC
LPPM IPB dan seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran sangat saya harapkan
dari pembaca guna memperbaiki pembuatan laporan pada waktu mendatang.

Bogor, Januari 2019

Penyusun

ii
iv
v
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iv

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Praktik Kerja Industri 2

C. Status Praktik Kerja Industri 2

D. Materi Praktik Kerja Industri 3

E. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri 3

F. Pembimbing Praktek Kerja Industri 4

G. Tujuan Penyusunan Laporan Praktek Kerja Industri 4

BAB II INSTITUSI TEMPAT PRAKTIK KERJA INDUSTRI 5

A. Tinjauan Umum Perusahaan 5

B. Kebijakan Mutu 6

C. Kepegawaian 6

D. Kedisiplinan Kerja 7

E. Ruang Lingkup Kegiatan 8

F. Fasilitas Operasional 9

G. Struktur Organisasi SBRC 10

BAB III KEGIATAN DI LABORATORIUM 13

A. Tinjauan Pustaka 13

1. Metil Ester Sulfonic Acid (MESA) 13

2. Tegangan Antarmuka 14

3. Zat Aktif 15

B. METODE ANALISIS 16

1. Netralisasi Metil Ester Sufonic Acid 16

v iii
vi
iv

2. Pengukuran Tegangan Antarmuka (Interfacial Tension) 16

3. Pengukuran Kadar Zat Aktif 16

4. Pengukuran pH 17

5. Pengukuran Densitas 17

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 18

A.Hasil Analisis 18

1. Rekapitulasi Data Hasil Pengukuran pH 18

2. Rekapitulasi Data Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka 18

3. Rekapitulasi Data Hasil Pengukuran Densitas 19

4. Rekapitulasi Data Hasil Pengukuran Kadar Zat Aktif 20

B.Pembahasan 20

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 24

vi iv
v vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Logo Institusi....................................................................................... 5


Gambar 2.Struktur Organisasi SBRC ................................................................ 10
Gambar3. Struktur Metil Ester Sulfonic Acid ..................................................... 13
Gambar 4.Reaksi Netralisasi Metil Ester Sulfonic Acid (MESA) ......................... 14
Gambar 5. Bentuk droplet Minyak dalam Tabung .............................................. 14
Gambar 6. Grafik Pengaruh Jumlah NaOH terhadap Densitas .......................... 21

vii
vi
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengukuran pH ........................................................................... 18


Tabel 2. Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka .............................................. 19
Tabel 3. Hasil Pengukuran Densitas .................................................................. 19
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kadar Zat Aktif ........................................................ 20

viii
vii ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Grafik Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka (IFT) ..................... 24


Lampiran 2. Grafik Hasil Pengukuran pH ........................................................... 24
Lampiran 3. Alat yang digunakan di laboratotium .............................................. 25
Lampiran 4.Foto Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka ................................. 25
Lampiran 5.Perubahan Warna Titrasi untuk Pengukuran Kadar Zat Aktif .......... 27
Lampiran 6.Hasil Netralisasi Metil Ester Sulfonic Acid ....................................... 27
Lampiran 7.Data Pengukuran Kadar Zat Aktif .................................................... 28

ix
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi


khususnya di bidang industri maka tuntutan dan tantangan pada
masyarakat industri pun semakin meningkat. Mulai dari komponen yang
menggerakkan industri itu seperti Sumber Daya Manusia (SDM), sistem
yang dianut masyarakat, serta komponen penyedia barang dan jasa. Untuk
meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) lembaga pendidikan
dapat mempersiapkan dan menyediakannya dengan berbagai materi dan
pelatihan yang diberikan akan memberikan SDM yang berkualitas untuk
dapat terjun langsung ke dalam dunia industri. Sehingga SDM yang
berkualitas akan banyak bermuculan dengan beragam keahlian dan
kualitas yang prima dapat bersaing. Persaingan ini seharusnya menjadi
pemacu semangat bagi lembaga-lembaga terkait untuk menyediakan SDM
yang berkualitas, baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan.

SMK-Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMK-SMAK Bogor)


sebagai salah satu lembaga penyedia SDM pada bidang industri
khususnya bidang analisis kimia harus mampu menghadapi tuntutan dan
tantangan tersebut. Sesuai dengan Visi dan Misi SMK-SMAK Bogor,
“Menjadi sekolah menengah analis kimia nasional bertaraf internasional
yang menghasilkan lulusan profesional dan bermartabat”. SMK-SMAK
Bogor telah memberikan berbagai materi dan latihan-latihan yang
berhubungan dengan analis kimia. Selain itu, SMK-SMAK Bogor juga
merasa perlu memberikan pengalaman kerja kepada calon lulusan untuk
lebih melengkapi agar calon lulusan lebih terampil di bidang analis kimia.

Program Prakerin akan membuka pendangan peserta didik mengenai


dunia indsutri. Progam Prakerin memberikan pengalam pada peserta didik
mengenai dunia industri yang harus mereka hadapi setelah lulus. Peserta
didik dapat mengamati, mempelajari, dan mempraktikkan prosedur serta
kegiatan praktik yang mungkin tidak pernah dilakukan di sekolah. Melalui
Prakerin peserta didik dapat belajar bekerja sama dengan rekan kerja.

1
2

B. Tujuan Praktik Kerja Industri

Pelaksanaan program Praktik Kerja Industri memiliki beberapa tujuan,


di antaranya, yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan keterampilan peserta


didik sebagai bekal kerja yang sesuai dengan program studi kimia
analisis.

2. Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap profesional peserta


didik dalam rangka memasuki lapangan kerja.

3. Meningkatkan wawasan peserta didik pada aspek-aspek yang


potensial dalam dunia kerja, antara lain: struktur organisasi, disiplin,
lingkungan dan sistem kerja.

4. Meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam hal penggunaan


instrument kimia analisis yang lebih modern, dibandingkan dengan
fasilitas yang tersedia di sekolah.

5. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan


mengembangkan pendidikan di SMK-SMAK Bogor.

6. Memperkenalkan fungsi dan tugas seorang analis kimia (sebutan bagi


lulusan SMK-SMAK Bogor) kepada lembaga-lembaga penelitian dan
perusahaan industri di tempat pelaksanaan Prakerin (sebagai
konsumen tenaga analis kimia).

C. Status Praktik Kerja Industri

Praktik Kerja Industri merupakan kegiatan intrakurikuler yang wajib


diikuti oleh seluruh peserta didik. Peserta didik yang melaksanakan Praktik
Kerja Industri ialah peserta didik kelas XIII. Praktik Kerja Industri ini sesuai
dengan struktur program kurikulum yang berlaku di SMK-SMAK Bogor.
Praktik Kerja Industri mempengaruhi nilai semester akhir peserta didik
kelas XIII yangjuga merupakan syarat kelulusan. Maka dari itu Praktik Kerja
Industri merupakan bagian penting dari program kurikulum di SMK-SMAK
Bogor.
3

D. Materi Praktik Kerja Industri

Salah satu misi SMK-SMAK Bogor ialah menghasilkan sumber daya


manusia dalam bidang kimia analisis tingkat menengah yang terampil dan
produktif. Oleh karena itu, materi yang diberikan meliputi:

1. Struktur organisasi, fungsi organisasi, disiplin kerja, dan administrasi


(terutama administrasi laboratorium) industri dimana peserta didik
melaksanakan Prakerin.
2. Pengetahuan tentang komoditas yang dianalisis, baik secara teoritis
maupun secara praktis.
3. Pengetahuan tentang metoda analisis kimia yang dilaksanakan secara
teoritis maupun praktis.
4. Pengetahuan tentang instrumen analisis kimia yang digunakan secara
teoritis maupun praktis.
5. Pengetahuan tentang proses pengendalian mutu (terutama bagi yang
melaksanakan Prakerin di perusahaan industri).

Materi yang diberikan dititikberatkan pada latihan analisis kimia. Yang


merupakan pekerjaan sehari-hari, dan bukan penelitian seperti halnya pada
program diploma atau sarjana.

Yang dilakukan di laboratorium tersebut merupakan materi utama


Prakerin. Perlu disampaikan bahwa sebelum melaksanakan Prakerin,
peserta didik SMK-SMAK Bogor telah melakukan praktik analisis dasar.
Seperti gravimetri, titrimetri, analisis instrumental meliputi Spektrofotometer
UV-Visibel dan Inframerah, Flamefotometer, Spektroskopi Serapan Atom
(SSA), Konduktometer, pH-meter, Kromatografi gas, Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) dan Karl Fisher.

E. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri

Pada semester akhir peserta didik kelas XIII melaksanakan Praktik Kerja
Industri. Praktik Kerja Industri dijadwalkan berlangsung selama empat
bulan. Praktik Kerja Industri ini dimulai pada tanggal 2 Januari 2018 sampai
30 April 2018. Bertempat di Laboratorium Uji Surfaktan dan Bioenergi milik
4

Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC). Beralamat di Kampus


IPB Baranangsiang, Jalan Raya Pajajaran No.1, Bogor - Jawa Barat.

F. Pembimbing Praktek Kerja Industri

Pembimbing adalah tenaga ahli yang ditunjuk oleh pimpinan institusi yang
bersangkutan. Pembimbing diangkat secara formal berdasarkan surat
keputusan sekolah, yang terdiri dari:

1. Pembimbing industri terdiri atas: pembimbing teori dan asisten


pembimbing. Pembimbing industri bertugas membimbing peserta didik
selama melaksanakan Prakerin sampai pembuatan laporan dan
membimbing sedikitnya dua orang peserta didik praktikan, kecuali
praktikan di institusi hanya satu orang.
2. Pembimbing sekolah; yang bertugas membantu/ mengarahkan
praktikan selama melaksanakan Prakerin dan bekerjasama dengan
pembimbing institusi.

G. Tujuan Penyusunan Laporan Praktek Kerja Industri

Selama melaksanakan program Prakerin peserta didik mencatat segala


kegiatan yang dilakukan dalam bentuk laporan. Laporan tersebut disahkan
oleh pembimbing dan diketahui kepala sekolah sebagai syarat untuk
mengikuti ujian lisan. Laporan ini merupakan dokumen dan bukti tanggung
jawab yang diembannya selama melaksanakan tugas. Tujuan penyusunan
laporan Praktik Kerja Industri agar peserta didik dapat:

1. Memantapkan peserta didik dalam pengembangan dan penerapan


pelajaran dari sekolah di institusi tempat Prakerin.
2. Peserta didik mampu mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah
analisis kimia, secara lebih rinci dan mendalam (seperti yang terungkap
dalam laporan Prakerin yang dibuatnya).
3. Menambah koleksi pustaka di perpustakaan sekolah maupun di institusi
Prakerin, sehingga dapat menambah pengetahuan, baik bagi dirinya
(penulis) maupun para pembaca.
4. Peserta didik dapat membuat laporan kerja dan
mempertanggungjawabkannya.
5

BAB II INSTITUSI TEMPAT PRAKTIK KERJA INDUSTRI

A. Tinjauan Umum Perusahaan

Pusat Penelitian Surfaktan dan


Bioenergi atau Surfactant and Bioenergy
Research Center (SBRC) adalah salah
satu lembaga/pusat penelitian yang berada
di bawah Lembaga Penelitian dan
Gambar 1.Logo Institusi
Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)
Institut Pertanian Bogor (IPB), dengan kegiatan utamanya adalah
penelitian dan pengembangan surfaktan dan bioenergi. Pusat penelitian ini
diresmikan pada Juni 2004 dengan nama Surfactant Research and
Development Center (SRDC) berfokus pada surfaktan yang berasal makhluk
hidup (biobased). Setelah diresmikan sebagai SRDC, isu-isu tentang krisis
energi dan perubahan iklim meningkat dan dipicu menjadi pusat perhatian dari
penelitian serta pengembangan yang berhubungan dengan bioenergi. Pada
tahun 2006, SRDC berubah nama menjadi SBRC.
Penelitian pengembangan surfaktan terdiri dari proses dan teknologi
pengembangan penelitian, diikuti dengan pengaplikasian produk pada
berbagai macam industri. Pengembangan penelitian bioenergi terdiri dari
kegiatan penelitian terpadukan dari hulu hingga ke hilir. Kegiatan penelitian di
sini meliputi teknik pembenihan, teknik kultivasi, diseminasi, proses dan
teknologi, model untuk pengembangan kelembagaan pada bisnis bioenergi,
sosialisasi dan promosi. Tanaman utama yang dikembangkan adalah
Jatropha curcas. untuk biodiesel, singkong unedible untuk bioetanol, mikro
alga ataupun makro alga sebagai bahan baku biofuel alternatif yang ramah
lingkungan, dan kelapa sawit untuk pembuatan surfaktan. Pengembangan
dan aplikasi dari surfaktan difokuskan pada Enhanced Oil Recovery (EOR),
Improved Oil Recovery (IOR), Personal Care Product dan juga formulasi untuk
herbisida.
Pada penelitian bioenergi yang akan datang, akan difokuskan pada
konversi biomassa dari limbah pertanian. Penelitian dan pengembangan
untuk aspek bisnis dan manajemen dilakukan untuk mendukung kelayakan
dan keberlanjutan dari industri biofuel hulu dan hilir. Kegiatan penelitian dan
6

pengembangan yang dilakukan meliputi studi kelayakan, rantai suplai


(pasokan) dan manajemen risiko, dan penilaian berkelanjutan dari
pengembangan bioenergi di Indonesia yang meliputi lingkungan, sosial, dan
ekonomi.
Visi Surfactant and Bioenergy Research Center LPPM IPB
Visi SBRC adalah menjadi pusat penelitian surfaktan dan bioenergi
terkemuka yang melibatkan multidisiplin keilmuan dan mampu memberikan
manfaat yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan industri baik nasional
maupun global.
Misi Surfactant and Bioenergy Research Center LPPM IPB
1. Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam tropis.
2. Diversifikasi pemanfaatan surfaktan pada berbagai industri.
3. Revitalisasi potensi sumber daya alam berbasis pemanfaatan
surfaktan dan bioenergi.

B. Kebijakan Mutu

Penelitian dan jasa yang diberikan oleh SBRC LPPM IPB tidak
semuanya dilakukan atas inisiatif sendiri, namun sebagian besar dilakukan
atas permintaan dan kerja sama dengan perorangan atau institusi lainnya.
Dalam meningkatkan kepercayaan pelanggan perorangan maupun institusi
lain di luar IPB sebagai pengguna jasa/layanan dari SBRC LPPM IPB, maka
dalam penjaminan mutu jasa layanan yang diberikan terutama mutu pengujian
dan hasil analisis laboratorium, diterapkan akreditasi untuk Laboratorium
Pengujian yang sesuai dengan ISO 17025:2008.

C. Kepegawaian

Kepegawaian di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi ini terdiri


dari PNS yang berjumlah 6 orang tenaga kontrak dan tenaga honorer yang
berjumlah 32 orang, dengan latar belakang pendidikan seluruh pegawai mulai
dari lulusan SLTP hingga S3.
7

D. Kedisiplinan Kerja

Untuk kedisiplinan kerja, Laboratorium Pusat Penelitian Surfaktan


dan Bioenergi memiliki petunjuk pelaksanaan dalam bekerja, yaitu:

1. Hari kerja dimulai hari Senin hingga Jumat.


2. Jam kerja dimulai pada pukul 08:00 sampai pukul 17:00.
3. Setiap staf dan pegawai SBRC wajib mengisi daftar hadir harian (check
clock) yang telah disediakan pada saat datang dan jam pulang.
4. Check clock tidak dapat diwakilkan.
5. Bagi staf yang sudah melakukan check clock, secara otomatis harus
melaksanakan tugasnya.
6. Segala peraturan mengenai kehadiran/jam kerja, sistem lembur, dan cuti
dituangkan dalam tata tertib.
7. Pengguna laboratorium dianjurkan menggunakan baju/jas laboratorium
terutama bagi yang bekerja dengan bahan-bahan berbahaya atau yang
dapat merusak atau mengotori pakaian.
8. Pengguna laboratorium dilarang melakukan aktivitas makan, minum,
ataupun merokok.
9. Pengguna laboratorium dilarang mengoperasikan alat sebelum ada
penjelasan cara mengoperasikannya atau harus didampingi oleh teknisi
atau pengguna laboratorium yang telah terbiasa menggunakan alat
tersebut.
10. Pengguna dapat menggunakan alat-alat gelas yang ada di rak alat
dengan memastikan terlebih dahulu bahwa alat tersebut akan dipakai
oleh pengguna laboratorium yang lain.
11. Sebelum menggunakan alat gelas, atau alat lain, pastikan terlebih dahulu
bahwa alat tersebut dalam keadaan baik. Jika menemukan alat dalam
keadaan rusak, pecah, retak, dan lain-lain laporkan terlebih dahulu untuk
mencegah adanya sanksi penggantian alat bagi pemakai.
12. Bagi pengguna yang menggunakan bahan-bahan berbahaya, tidak
diperkenankan bekerja seorang diri, minimal harus ditemani.
13. Pengguna dapat bekerja di meja kerja dengan tetap menjaga kebersihan
daerah kerjanya.
14. Bagi pengguna yang bekerja dengan bahan yang dapat mengotori meja
kerja dan sulit dibersihkan, maka harus menggunakan alas kertas.
8

15. Alat-alat yang telah selesai digunakan harus segera dicuci dan
ditempatkan dalam tempat pengeringan. Cara pencucian alat dapat dilihat
pada prosedur pencucian alat.
16. Bagi alat yang memerlukan waktu perendaman terlebih dahulu, maka
perendaman tidak boleh lebih dari 24 jam, atau harus segera dicuci
keesokan harinya.
17. Alat-alat yang sudah kering harus segera dikembalikan ke rak peralatan
yang ada, agar tempat pengeringan dapat digunakan untuk alat lain yang
baru dicuci.
18. Setelah selesai bekerja, semua alat dirapihkan dan meja kerja
dibersihkan atau dilap. Untuk bahan penelitian yang pengerjaannya tidak
selesai dalam hari yang sama dan ditinggalkan, maka harus diberi label
dan kepemilikan.
19. Sebelum meninggalkan laboratorium, harus dipastikan semua alat yang
terhubung dengan listrik diputus untuk menghindari terjadinya arus
pendek, kecuali alat yang memang masih digunakan.
Demikian diharapkan petunjuk pelaksanaan budaya kerja ini dapat
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab

E. Ruang Lingkup Kegiatan

Riset SBRC LPPM IPB difokuskan pada riset surfaktan dan bioenergi
sesuai dengan roadmap yang telah disusun. Kegiatan pengembangan dari
surfaktan dan bioenergi dilakukan dengan optimalisasi strategi pemanfaatan
sumber daya hayati untuk menghasilkan produk yang dapat diperbaharui dan
ramah lingkungan. Kegiatan pengembangan dari surfaktan meliputi eksplorasi
bahan baku, teknologi dan pemrosesan surfaktan, dan aplikasi dari produk
surfaktan pada berbagai macam industri. Kegiatan pengembangan bioenergi
merupakan kegiatan yang terpadukan dari upstream ke downstream. Aktivitas
ini meliputi penelitian pada teknik pembenihan dan penanaman untuk
berbagai tanaman yang dapat digunakan sebagai penghasil bioenergi,
teknologi dan pemrosesan, bisnis dan manajemen, serta kegiatan sosialisasi
dan promosi pada bidang bioenergi.
Pada Divisi Bioenergi berbagai macam kegiatan penelitian yang
dilakukan antara lain:
1. Pengembangan tanaman bioenergi, yang meliputi:
9

a. Pembenihan
b. Kultivasi
c. Sistem dan teknik pengambilan hasil panen
2. Biodiesel, bioetanol, dan biomassa, yang meliputi:
a. Pemrosesan
b. Pemanfaatan hasil samping dan produk turunannya
3. Rantai suplai, manajemen dan keberlanjutan penelitian
4. Pengembangan mikro alga dan makro alga, yang meliputi :
a. Pengumpulan, isolasi, screening, dan karakterisasi dari mikro alga dan
makro alga
b. Kultivasi mikro alga dan makro alga

Pada divisi Surfaktan berbagai macam kegiatan penelitian yang


dilakukan antara lain:
1. Pemrosesan pengembangan surfaktan dan aplikasinya untuk EOR
(Enhanced Oil Recovery), zat pembersih, dan produk perawatan tubuh.
2. Pemrosesan pengembangan dan aplikasinya sebagai Dispersant agent.
3. Pemrosesan pengembangan dan aplikasinya untuk produk perawatan
tubuh (Personal Care Product).
4. Pemrosesan pengembangan dan aplikasinya untuk industri.
5. Pemrosesan pengembangan dan aplikasinya untuk herbisida.

F. Fasilitas Operasional

Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) LPPM IPB


memiliki fasilitas yang permanen berupa:
1. Laboratorium pengujian IFT dan Formulasi
2. Laboratorium Polimer
3. Laboratorium Uji Core Flood
4. Laboratorium Phase Behavior
5. Laboratorium Uji Filtrasi
6. Laboratorium Preparasi Core
7. Laboratorium Bioproses
8. Laboratorium Bioetanol
9. Reaktor Biodiesel
10. Laboratorium Kultivasi dan Isolasi Mikroalga
10

11. Kolam Kultivasi Mikroalga


12. Fasilitas Injeksi CO2 untuk Kultivasi Mikroalga
13. Fasilitas Kultivasi Makroalga
14. Laboratorium Kultur Jaringan
15. Green House
16. Laboratorium Instrumen (Spinning Drop Tensionmeter, Viskometer,
Densitymeter, pH meter, Spektrofotometer)
17. Ruang Timbang
18. Ruang Rapat
19. Musholla
20. Dapur

G. Struktur Organisasi SBRC

Organisasi merupakan alat bagi manajemen agar tujuan perusahaan


semakin tercapai, adapun struktur organisasi di Laboratorium Uji Surfaktan
dan Bioenergi adalah sebagai berikut:

Gambar 2.Struktur Organisasi SBRC


11

1. Kepala Laboratorium
Mengelola kegiatan laboratorium secara efektif dan efisien meliputi
pengelolaan terhadap aspek sumber daya manusia, persediaan material
laboratorium, anggaran operasional ataupun investasi, pemeliharaan
sarana dan fasilitas kerja serta sistem manajemen mutu di laboratorium.
2. Manager Mutu
Mengelola kegiatan sistem manajemen mutu laboratorium secara
efektif dan efisien, meliputi pengelolaan terhadap aspek sumber daya
manusia, persediaan material laboratorium, anggaran operasional ataupun
investasi, pemeliharaan sarana dan fasilitas kerja serta sistem manajemen
mutu di laboratorium.
3. Manager Teknis
Mengelola kegiatan teknis di laboratorium secara efektif dan
efisien, meliputi pengelolaan terhadap aspek sumber daya manusia,
persediaan material laboratorium, anggaran operasional ataupun investasi,
pemeliharaan sarana dan fasilitas kerja serta sistem manajemen mutu di
laboratorium.
4. Deputi Manager Mutu
Membantu melakukan pengawasan terhadap kegiatan sistem
manajemen mutu laboratorium secara efektif dan efisien, meliputi
pengelolaan terhadap aspek sumber daya manusia, persediaan material
laboratorium, anggaran operasional ataupun investasi, pemeliharaan
sarana dan fasilitas kerja serta sistem manajemen mutu di laboratorium.
5. Deputi Manager Teknis
Membantu melakukan pengawasan terhadap kegiatan teknis
secara efektif dan efisien, meliputi pengelolaan terhadap aspek sumber
daya manusia, persediaan material laboratorium, anggaran operasional
ataupun investasi, pemeliharaan sarana dan fasilitas kerja serta sistem
manajemen mutu di laboratorium.
6. Staff Administrasi
Melakukan pengawasan dam memberikan pelayanan terhadap
kegiatan dokumentasi dan pengarsipan secara efektif dan efisien, meliputi
pengelolaan terhadap aspek sumber daya manusia, persediaan material
laboratorium, anggaran operasional ataupun investasi, pemeliharaan
sarana dan fasilitas kerja serta sistem manajemen mutu di laboratorium.
12

7. Staff Keuangan
Melakukan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap
kegiatan keuangan secara efektif dan efisien, meliputi pengelolaan
terhadap aspek sumber daya manusia, persediaan material laboratorium,
anggaran operasional ataupun investasi, pemeliharaan sarana dan fasilitas
kerja serta sistem manajemen mutu di laboratorium.
8. Supervisor Laboratorium Bioenergi dan Surfaktan
Melakukan koordinasi dan pengawasan kegiatan teknis pengujian
di laboratorium secara efektif dan efisien, meliputi pengelolaan terhadap
aspek sumber daya manusia, persediaan material laboratorium, anggaran
operasional ataupun investasi, pemeliharaan sarana dan fasilitas kerja
serta sistem manajemen mutu di laboratorium.
9. Teknisi / Analis
Melakukan pengujian terhadap sampel uji, dan melaksanakan
segala kegiatan analisis maupun teknis dilakukan di laboratorium.
13

BAB III KEGIATAN DI LABORATORIUM

A. Tinjauan Pustaka

Metil Ester Sulfonic Acid (MESA) merupakan salah satu jenis surfaktan
anionik yang bersifat asam. MESA yang masih asam dapat menyebabkan
korosi pada alat saat di injeksi pada proses peningkatan perolehan minyak
atau Enhanced Oil Recovery (EOR). Oleh karena itu MESA harus dinetralisasi
terlebih dahulu dengan Senyawa Basa salah satunya NaOH sehingga menjadi
Metil Ester Sulfonate (MES) atau Sodium Metil Ester Sulfonate (SMES).
Penambahan NaOH akan mengubah Beberapa karakteristik dari MESA. Oleh
karena itu, dilakukan penelitian dengan topik “Pengaruh Variasi NaOH pada
proses netralisasi Metil Ester Sulfonic Acid dengan pemanasan”. Penelitian ini
difokuskan pada beberapa faktor diantaranya penentuan Nilai Tegangan
Antarmuka, pH, Densitas dan Kadar Zat Aktif sehingga didapatkan
konsentrasi NaOH yang optimum untuk proses netralisasi MESA.

1. Metil Ester Sulfonic Acid (MESA)

Metil Ester Sulfonic Acid (MESA) merupakan Senyawa Ester


yang memiliki gugus SO3H yang bermuatan negatif sehingga bersifat
hidrofilik dan gugus alkil yang bersifat hidrofobik. Surfaktan dapat
dikelompokkan berdasarkan muatan pada “kepala” surfaktan tersebut.
Jika“kepala” surfaktan tersebut bermuatan positif disebut surfaktan
kationik, sedangkan jika “kepala” surfaktan tersebut bermuatan negatif
disebut surfaktan anionik. Sehingga MESA termasuk surfaktan Anionik.
Struktur MESA secara umum sebagai berikut

Gambar3. Struktur Metil Ester Sulfonic Acid

Metil Ester Sulfonic Acid (MESA) yang bersifat asam dinetralisasi


dengan NaOH sampai netral yaitu pada range pH 6-8 sehingga

13
14

menghasilkan Metil Ester Sulfonate (MES) atau Sodium Metil Ester


Sulfonate (SMES) dengan reaksi sebagai berikut:

Gambar 4.Reaksi Netralisasi Metil Ester Sulfonic Acid (MESA)

2. Tegangan Antarmuka

Tegangan antar muka merupakan tegangan yang terbentuk pada


lapisan antarmuka dalam campuran dua zat yang tidak saling bercampur
(immiscible). Lapisan antarmuka terbentuk karena perbedaan kepolaran
antara kedua zat tersebut seperti saat air dicampur dengan minyak.

Analisis tegangan antarmuka dapat dilakukan dengan


menggunakan alat spinning drop tensiometer. Prinsip pengukuran
tegangan antarmuka dengan metode spinning drop adalah dengan
menginjeksikan tetes cairan sampel dalam tabung yang berisi cairan yang
tidak bercampur dengan cairan sampel dengan densitas yang lebih tinggi.
Ketika tabung diputar pada bagian panjangnya, tetes sampel terdorong ke
tengah akibat gaya sentrifugal sehingga bentuknya menjadi memanjang
(Farn, 2006).

Gambar 5. Bentuk droplet Minyak dalam Tabung

Nilai tegangan antar muka dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan Vonnegut yaitu:

Y = ¼ ω2 D3 Δp, dengan syarat : (L/D >= 4)

Keterangan :

y = nilai tegangan antar muka (dyne/cm)

ω = kecepatan angular (s-1)


15

D = radius (diameter) droplet (cm)

Δp = perbedaan densitas fluida minyak dan larutan surfaktan (g.cm3)

L= lebar droplet (cm)

Besarnya tegangan antarmuka dipengaruhi dari besar perbedaan


densitas antara kedua cairan, kecepatan angular tabung dan bentuk
(panjang dan diameter) dari tetes sampel yang ada dalam tabung

3. Zat Aktif

Bahan aktif merupakan salah satu parameter yang menunjukkan


kualitas surfaktan. Parameter ini sudah diterapkan pada industri
surfaktan, yang digunakan untuk menilai apakah suatu jenis surfaktan
memiliki kinerja yang baik atau tidak, dimana makin tinggi nilai bahan aktif
suatu jenis surfaktan maka kinerjanya akan semakin baik pula. Prosedur
yang digunakan untuk menguji kadar bahan aktif adalah metode titrasi
dua fasa, berdasarkan metode ASTM D 3049-89 (2003). Prinsip dasar
dari uji ini adalah titrasi bahan aktif anionik menggunakan surfaktan
kationik dengan menggunakan Indikator yang terdiri dari campuran
disulphine blue dan dimidium bromide.

Pengukuran didasarkan pada reaksi antagonis dimana surfaktan


MES yang anionik dititrasi dengan surfaktan kationik yang memiliki
muatan berlawanan sehingga terbentuk garam yang larut dalam air .

Awalnya surfaktan yang anionik akan bereaksi dengan indikator


yang ditambahkan membentuk senyawa kompleks berwarna pink yang
tidak larut dalam air sehingga akan memberikan warna pink pada lapisan
kloroform. Setelah dilakukan titrasi dengan Hiamine (surfaktan kationik),
maka warna biru yang semula berada pada lapisan kloroform secara
perlahan akan bergerak menuju fasa air, hingga dicapai titik akhir titrasi
dimana warna pink pada lapisan kloroform sudah hilang.
16

B. METODE ANALISIS

1. Netralisasi Metil Ester Sufonic Acid

Metil Ester Sulfonic Acid (MESA) dibuat sebanyak 9 deret dengan


jumlah NaOH 50% yang ditambahkan sebanyak 0% sampai 8%
dengan interval 1% dimana total bobot MESA dan NaOH masing
masing sama yaitu 100 gram. Masing masing deret dipanaskan
terlebih dahulu dengan suhu 60 derajat Celcius. Kemudian
ditambahkan NaOH sesuai konsentrasinya masing masing. Kemudian
diaduk dengan Homogenizer selama 30 menit dengan kecepatan 3000
rpm.

2. Pengukuran Tegangan Antarmuka (Interfacial Tension)

Masing masing Deret MESA yang telah dinetralisasi kemudian


ditimbang dan diencerkan dengan Air Injeksi Rantau sampai
konsentrasi 0.03% berat/berat. MESA yang telah diencerkan diaduk
dengan magnetic stirrer selama 30 menit dengan suhu 60 derajat
celcius. Densitas larutan surfaktan dan minyak bumi diukur.
Pengukuran tegangan antarmuka minyak-air dengan menggunakan
Spinning Drop Interfacial Tensiometer dilakukan dengan memasukkan
minyak bumi sebanyak 1 mikroliter dimasukkan dalam tube yang berisi
larutan surfaktan. Kemudian tube dimasukkan dalam alat yang
kecepatan putarnya disetting 6000 rpm pada suhu 60oC, lalu diukur
lebar dan diameter droplet minyak yang terbentuk.

3. Pengukuran Kadar Zat Aktif

Masing masing Deret MESA yang telah dinetralisasi ditimbang


sebanyak 0.29 gram lalu dilarutkan dalam labu ukur 500 ml. Kemudian
ditambahkan 2-3 tetes indikator pp lalu dinetralkan sampai merah
muda seulas. Kemudian dari Labu Ukur 500 ml dipipet 20 ml ke dalam
Gelas Ukur 100 ml bertutup asah.

Kemudian ditambahkan 10 ml air, 15 ml chloroform, dan 10 ml mix


indicator. Kemudian dikocok selama 30 detik. Lalu didiamkan sampai
17

terpisah menjadi 2 fase sehingga fase bawah akan berwarna pink.


Kemudian larutan tersebut di titrasi dengan Hiamin 0.004 M sampai
warna pink di fase bawah hilang. Setiap penambahan titran dilakukan
pengocokan selama 15 detik. Lalu didiamkan sampai terpisah menjadi
2 fase

Hiamin distandarisasi dengan memipet 10 ml Larutan Sodium


Lauril Sulfate (SLS) 0.004 M ke dalam Gelas Ukur 100 ml bertutup.
Kemudian ditambahkan 10 ml air, 15 ml chloroform, dan 10 ml mix
indicator. Kemudian dikocok selama 30 detik. Lalu didiamkan sampai
terpisah menjadi 2 fase sehingga fase bawah akan berwarna pink.
Kemudian larutan tersebut di titrasi dengan Hiamin 0.004 M sampai
warna pink di fase bawah hilang. Setiap penambahan titran dilakukan
pengocokan selama 15 detik. Lalu didiamkan sampai terpisah menjadi
2 fase

4. Pengukuran pH

Masing masing Deret MESA yang telah dinetralisasi ditimbang


dan diencerkan dengan Air Suling sampai konsentrasi 1 % berat/berat.
MESA yang telah diencerkan diaduk dengan magnetic stirrer selama
30 menit dengan suhu 60 derajat celcius. diukur dengan pH meter
yang telah dikalibrasi dengan buffer pH 4, 7 dan 10.

5. Pengukuran Densitas

Masing masing Deret MESA yang telah dinetralisasi dipanaskan


pada suhu 60 derajat celcius di oven sampai mencair. Kemudian
diukur densitasnya menggunakan alat Density meter pada suhu
pengukuran 60 oC.
18

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis

1. Rekapitulasi Data Hasil Pengukuran pH

Pada Tabel, dipaparkan hasil pengukuran pH dengan


menggunakan pH meter pada sampel Methy Ester Sulfonic Acid (MESA)
yang telah dinetralisasi dan diencerkan dengan Air Suling sampai
konsentrasi 1 % berat/berat.

Jumlah NaOH yang ditambahkan (%) pH

0% 2.06
1% 2.34
2% 3.77
3% 4.52
4% 5.33
5% 6.81
6% 6.95
7% 7.5
8% 8.69
Tabel 1. Hasil Pengukuran pH

2. Rekapitulasi Data Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka

Pada Tabel, dipaparkan hasil pengukuran Tegangan Antarmuka


dengan menggunakan Spinning Drop Interfacial Tensiometer pada
sampel Methy Ester Sulfonic Acid (MESA) yang telah dinetralisasi dan
dilakukan formulasi dalam Air Injeksi Rantau 0.3%.

NO Jumlah NaOH 50% yang Tegangan Antarmuka (dyne/cm)


ditambahkan (%) Ulangan 1 Ulangan 2
1 0% 2.21E-02 2.44E-02

18
19

2 1% 1.50E-02 1.62E-02
3 2% 1.09E-02 1.02E-02
4 3% 6.97E-03 5.52E-03
5 4% 1.56E-03 1.24E-03
6 5% 2.70E-03 5.26E-03
7 6% 5.97E-03 5.83E-03
8 7% 8.24E-03 7.27E-03
9 8% 2.95E-02 2.95E-02

Tabel 2. Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka

3. Rekapitulasi Data Hasil Pengukuran Densitas

Pada Tabel, dipaparkan hasil pengukuran Densitas dengan


menggunakan Density Meter pada sampel Methy Ester Sulfonic Acid
(MESA) yang telah dinetralisasi.

Jumlah NaOH 50% yang Densitas


ditambahkan (%) ulangan 1 ulangan 2
0% 0.89523 0.89545
1% 0.89544 0.89549
2% 0.8959 0.8957
3% 0.89617 0.89639
4% 0.89643 0.89681
5% 0.90161 0.90167
6% 0.90303 0.90289
7% 0.91047 0.91085
8% - -

Tabel 3. Hasil Pengukuran Densitas

Keterangan: pada MESA yang dinetralisasi dengan penambahan NaOH


50% sebanyak 8% tidak dapat diukur densitasnya karena tetap berwujud
padat pada suhu 60 derajat celcius
20

4. Rekapitulasi Data Hasil Pengukuran Kadar Zat Aktif

Pada Tabel, dipaparkan hasil pengukuran Kadar Zat Aktif


dengan menggunakan titrasi dua fasa dengan metode ASTM D 3049 2003
pada sampel Methy Ester Sulfonic Acid (MESA) yang telah dinetralisasi.

Jumlah NaOH 50% yang ditambahkan (%) Kadar Zat Aktif (%)
0% 11.24
1% 11.74
2% 11.36
3% 11.34
4% 12.12
5% 12.76
6% 12.68
7% 12.61
8% 12.91

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kadar Zat Aktif

B. Pembahasan

Berdasarkan persyaratan bahan kimia untuk proses Enhanced Oil


Recovery (EOR) atau Peningkatan Perolehan Minyak Kembali dari SKK
Migas yaitu:

Parameter Persyaratan
pH 6-8
Tegangan Antarmuka (dyne/cm) ≤10-3

Tabel 5. Persyaratan Bahan Kmia Untuk Proses EOR

MESA yang dinetralisasi dengan Penambahan NaOH 50%


sebanyak 5% sampai 7% memenuhi syarat pH dan nlai Tegangan
Antarmuka yang ditetapkan. Dimana nilai Tegangan Antarmuka yang
terendah pada saat penambahan NaOH sebanyak 5%.
21

Tegangan Antarmuka merupakan parameter yang penting dalam


hal Injeksi surfaktan untuk EOR. Semakin kecil nilai Tegangan Antarmuka
maka semakin bagus kualitasnya untuk EOR. Karena ketika larutan
surfaktan yang akan digunakan memiliki tegangan antarmuka yang kecil
dengan minyak, maka minyak akan semakin mudah larut atau bersatu
dengan air yang diinjeksikan sehingga minyak dapat terdorong ke
permukaan.

Penambahan NaOH dapat menurunkan nilai Tegangan


Antarmuka karena menurut Lakatos-Szabo dan Lakatos (1999) asam
organik dalam minyak bumi dapat bereaksi dengan alkali membentuk
senyawa aktif permukaan petroleum soap. Namun terlalu Banyak NaOH
yang ditambahkan dapat menaikkan nilai Tegangan Antarmuka karena
terjadi peningkatan densitas yang cukup besar. Dimana Densitas antara
MESA yang dinetralisasi dengan NaOH sebanyak 4% memiliki perbedaan
yang cukup besar dengan MESA yang dinetralisasi dengan NaOH
sebanyak 5%. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik berikut

Gambar 6. Grafik Pengaruh Jumlah NaOH terhadap Densitas

Kadar Bahan Aktif pada pada MESA yang digunakan cukup besar
sehingga dapat memiliki nilai tegangan antarmuka yang rendah. Bahan
Aktif pada MESA tidak berubah jumlahnya saat dilakukan netralisasi
dengan NaOH sehingga kadar zat aktifnya hampir sama.
22

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Pada proses Netralisasi Metil Ester Sulfonic Acid (MESA) didapatkan


Jumlah NaOH 50% yang optimum dengan nilai Tegangan Antarmuka terendah
dan memiliki pH netral sesuai dengan persyaratan dari SKK MIGAS adalah pada
penambahan NaOH 50% sebanyak 5% dimana nilai tegangan antarmuka 2,70E-
03 dyne/cm (ulangan 1) dan 5,26E-03 dyne/cm (ulangan 2) dan memiliki pH
6.81.

Berdasarkan hasil pengukuran Kadar Zat Aktif dari Metil Ester Sulfonic
Acid yang digunakan pada proses netralisasi memiliki kadar zat aktif sekitar 11%
sampai 12%. Nilai Kadar Zat Aktif yang semakin tinggi akan meningkatkan
kemampuan surfaktan dalam menurunkan nilai tegangan antarmuka.

Disarankan untuk dilakukan Percobaan yang sejenis pada sampel Metil


Ester Sulfonic Acid (MESA) dengan kode yang berbeda untuk mengetahui
apakah NaOH memberikan pengaruh yang sama pada sampel dengan
karakteristik yang berbeda atau tidak.

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Rivai,Mira. 2011. Produksi dan Formulasi Surfaktan Berbasis Metil Ester Sulfonat
dari Olein Sawit untuk Aplikasi Enhanced Oil Recovery. Bogor: Institut
Pertanian Bogor

Chalim A, Wibowo A, dkk. 2017. Studi Kinetika Reaksi Metanolisis Pembuatan


Metil Ester Sulfonat (MES) Menggunakan Reaktor Batch Berpengaduk.
Malang: Politeknik Negeri Malang

Darmanto, AdI.2014. Sifat Korosif Surfaktan MES (Metil Ester Sulfonat) terhadap
Aplikasi EOR (Enhanced Oil Recovery)

Rivai M, Suryani A, dkk. 2011. Perbaikan Proses Produksi Surfaktan Metil Ester
Sulfonat dan Formulasinya untuk Aplikasi Enhanced Oil Recovery (EOR).
Bogor: Institut Pertanian Bogor

Farn R.J., 2006, Chemistry and Technology of Surfactants, Blackwell Publishing,


Oxford.

Lakatos-Szabo J dan Lakatos I. 1999. Effect of alkaline materials on interfacial


rheological properties of oil-water system. Colloid Polym Sci 277: 41-47.

23
24

LAMPIRAN

Lampiran 1. Grafik Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka (IFT)

Ulangan 1
3,50E-02
3,00E-02
2,50E-02
2,00E-02
IFT
1,50E-02
1,00E-02
5,00E-03
0,00E+00
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi NaOH

Ulangan 2
3,50E-02
3,00E-02
2,50E-02
2,00E-02
IFT
1,50E-02
1,00E-02
5,00E-03
0,00E+00
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi NaOH

Lampiran 2. . Grafik Hasil Pengukuran pH

10
8
6
pH
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi NaOH

24
25

Lampiran 3. Alat yang digunakan di laboratotium

Densitymeter Anton Paar DMA 4500 M Spinning Drop Tensiometer


Model TX500C

Lampiran 4.Foto Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka

Jumlah NaOH yang


No Ulangan 1 Ulangan 2
ditambahkan (%)

1 0

2 1

3 2
26

4 3

5 4

6 5

7 6

8 7

9 8
27

Lampiran 5.Perubahan Warna Titrasi untuk Pengukuran Kadar Zat Aktif

Warna Awal Sebelum Titrasi Warna Mendekati Titik Akhir

Warna Titik Akhir Warna Saat lewat Titik Akhir

Lampiran 6.Hasil Netralisasi Metil Ester Sulfonic Acid


28

Lampiran 7.Data Pengukuran Kadar Zat Aktif

NO Bobot Volume Penitar (ml) Kadar Zat


Jumlah NaOH yang
sampel Aktif
ditambahkan (%) Ulangan 1 Ulangan 2
(gram) (%)
1 0 0.3134 0.8 0.8 11.24
2 1 0.3001 0.8 0.8 11.74
3 2 0.2908 0.75 0.75 111.36
4 3 0.2912 0.75 0.75 11.34
5 4 0.2905 0.8 0.8 12.12
6 5 0.2940 0.85 0.85 12.76
7 6 0.2950 0.85 0.85 12.68
8 7 0.2967 0.85 0.85 12.61
9 8 0.30701 0.90 0.90 12.91

Data Standarisasi Hiamin

NO Volume Penitar Volume SLS Molaritas


Ulangan 1 Ulangan 2 SLS
1 0.8 0.8 10,00 ml 0.004 M

𝑉𝑝𝑋𝑀𝑝𝑋𝑀𝑟𝑋𝐹𝑃
%Zat Aktif = x100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:

Vp =volume penitar

Mp =Molaritas penitar = 0.0042 M

Mr = Mr Methyl Ester Sulfonic Acid = 419.31

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑈𝑘𝑢𝑟 500


FP = Faktor Pengenceran = = = 25
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑝𝑒𝑡 20

Anda mungkin juga menyukai