Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRATIKUM KIMIA ANALISA

TITRASI PERMANGANOMETRI

Nama Mahasiswa : Dwi Muthia Sari


NIM : 2107124943
Kelompok : VIII-C
Anggota Kelompok
1. Asriezza Geuthena Rahman 2107135432
2. Audry Fenanda Siregar 2107124941
3. Ditha Ramanda Pratiwi 2107125646
4. Hanni Sijabat 2107124343

Asisten Praktikum:
Tiara Indah Fitrianingrum

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR KENDALI

Nama Mahasiswa : Dwi Muthia Sari


NIM : 2107124943
Kelompok : VIII (Delapan)
Anggota Kel. : Asriezza Gheutena Rahman 2107135432
Audry Fenanda Siregar 2107124941
Ditha Ramanda Pratiwi 2107125646
Hanni Sijabat 2107124343
Hari , Tanggal Revisi Keterangan Paraf
- Cover
- Bab I
02 April 2023 I - Bab II
- Bab III
- Bab IV
- Bab V
- Perhitungan
- Dokumentasi
- Pertanyaan
- Cover
- Lembar Kendali
09 April 2023 - Bab I
II - Kutipan Bab II
- Bab III
- Tabel Bab IV
- Bab V
- Perhitungan
- Dokumentasi
16 April 2023 - Lembar Kendali
III - Bab III
- Lampiran B
- Lampiran C
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permanganometri adalah salah satu titrasi redoks yang dimana anion dari
permanganate berwarna dan pengoksidasi (KMnO 4) digunakan untuk mengukur
jumlah larutan yang dapat teroksidasi dalam suatu sampel. Jadi dapat disimpulkan
bahwa permanganometri merupakan suatu proses yang dilakukan berdasarkan
dengan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO 4) sebagai larutan beku dalam
suasana asam. Reaksi berdasarkan serah terima elektron yang dimana elektron
yang diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi
(Hasanah dkk, 2019).
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang dapar bereaksi dengan
cara berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatan sebagai oksidator
juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu.
Reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan.
Penentuan kalium permanganat dengan menggunakan titrasi permanganometri
tidak membutuhkan indikator sebagai penentu titik akhir titrasi. Hal ini
disebabkan karena kalium permanganat selain bertindak sebagai titran juga
bertindak sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Warna merah muda
tersebut timbul akibat dari kelebihan ion permanganat. Satu tetes kelebihan
ion permanganat maka akan menimbulkan warna merah muda yang cukup
jelas terlihat (Kurniawati dan Alfanah, 2018).
Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya.
Maka dari itu dilakukan percobaan titrasi permanganometri untuk mengetahui
konsentrasi KMnO4 dan Fe2+ .

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan titrasi permanganometri ini adalah untuk
menentukan konsentrasi KMnO4 dan Fe2+
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Permanganometri


Dalam titrasi redoks terbagi beberapa jenis titrasi yaitu permanganometri,
dikromatometri, serimetri, iodo – iodimetri, dan bromatometri. Permanganometri
adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO 4 (oksidator kuat) sebagai titran.
Dalam permanganometri tidak diperlukan indikator, karena titran sudah bertindak
sebagai indikator (auto indikator). Kalium permanganate bukan larutan baku
primer, maka larutan KMnO4 harus distandardisasi, antara lain arsen (III), oksida
(As2O3 ), dan Natrium Oksalat (N2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk
penentuan kadar besi, kalsium, hidrogen peroksida. Pada penentuan besi pada
bijih besi mula-mula dilarutkan asam klorida, kemudian semua besi direduksi
menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada penetapan
kalsium, mula-mula kalsium diendapkan, dilarutkan dan oksalatnya dititrasi
dengan permanganat. Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak
memerlukan indikator. Sedangkan kelemahannya adalah dalam medium HCl. Cl-
dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas
(Khopkar, 1990).
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan
atas titrasi reduksi dan oksidasi. Kalium permanganat telah digunakan sebagai
pengoksidasi secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh,
murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat
encer. Permanganat bereaksi secara beraneka karena mangan dapat memiliki keadaan
oksidasi secara +2,+3,+4,+6 dan +7 (Underwood. 2002).
Kalium pemanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu jika berada dalam
HCl akan mengoksidasi ion Cl– yang menyebabkan terbentuknya gas klor dan
kestabilan ion ini juga terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N.
Namun, beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk mempercepat
reaksi. Seandainya banyak reaksi itu tidak lambat, akan dijumpai lebih banyak
kesulitan dalam menggunakan reagensia ini (Svehla, 1995).
2.2 Kalium Permanganat
Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan indikator.
Kelemahannya adalah dalam medium HCl. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga
larutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas. Kalium permanganat jarang
dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang
sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk
memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan
itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah
dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser (Dahlia, 2016).
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta
bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan
lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh,
permanganat adalah agen unsur pengoksidasi, yang cukup kuat untuk
mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan (Mursyidi, 2006) :

3Mn2+ + 2MnO4 - + 2H2O → 5MnO2 + 4H + ………….……… (4.1)


Kelebihan sedikit dari permanganat yang ada pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO 2 . Mangan
dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari
MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara
permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah
pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya,
pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan
melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2 . Larutan
tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak
diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam
titrasi-titrasi permanganat (Shevla, 1995).
2.3 Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O 4 merupakan standar primer yang baik untuk
permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat
kemurnian tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan nonhigroskopis. Reaksinya
dengan permanganat agak sedikit rumit dan berjalan lambat pada suhu ruangan,
sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60°C. Bahkan pada suhu
yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat
ketika ion mangan(II) terbentuk. Mangan(II) bertindak sebagai katalis, dan
reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu
sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi
dengan cepat dengan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi
menengah (+3 atau +4), di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion
oksalat, kembali ke kondisi divalen (Shevla, 1995).

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri


Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi
ini tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4 sudah
berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4 -berwarna ungu, setelah direduksi
menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator. Sumber-
sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada larutan
pentiter KMnO4 - pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang
lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi
MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat
coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa (Hardjadi, 1990).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat yang Digunakan


Adapun alat - alat yang digunakan dalam percobaan titrasi permanganometri
adalah :
1. Buret 50 mL
2. Erlenmeyer 250 mL
3. Gelas Ukur 10 mL
4. Hot Plate
5. Klem dan statif
6. Labu Ukur 100 mL
7. Pengaduk
8. Pipet Tetes
9. Termometer

3.2 Bahan yang Digunakan


Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan titrasi
permanganometri adalah :
1. C2H2O4 0,05 N
2. Fe2 SO4 4N
3. H2SO4 0,05 N
4. KMnO 4 0,05 N

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum yang dilakukan yaitu :
3.3.1 Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Asam Oksalat
1. Dibuat larutan standar asam oksalat 0,05N dan diukur 10 mL. Larutan
tersebut dimasukkan kedalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 10 mL H2 SO4 4N
3. Dipanaskan sampai suhu sekitar 70oC
4. Dalam keadaan panas titrasi dengan larutan KMnO4 sampai timbul warna
merah muda yang tidak hilang pada pengocokan selanjutnya.
5. Dihitung kenormalan KMnO4.
3.3.2 Menentukan ke Normalan Fe 2+
1. Sebanyak 10 mL larutan FeSO4 sebagai sampel dimasukkan kedalam
erlenmeyer.
2. Ditambahkan 10 mL H2SO 4 4N
3. Dititrasi dengan larutan KMnO 4 sampai timbul warna merah muda yang
tidak hilang pada pengocokan selanjutnya
4. Dihitung kenormalan Fe2+.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Asam Oksalat
Percobaan Prosedur Warna Volume KMnO4
1 10 mL asam oksalat Awal :Bening 1,1 mL
0,05N + 10 mL
Akhir :Merah
H2SO4 4N kemudian
Muda
dipanaskan hingga
suhu 70oC
2 10 mL asam oksalat Awal :Bening 1,0 mL
0,05N + 10 mL
Akhir :Merah
H2SO4 4N kemudian
Muda
dipanaskan hingga
suhu 70oC
3 10 mL asam oksalat Awal : Bening 0,9 mL
0,05N + 10 mL
Akhir :Merah
H2SO4 4N kemudian
Muda
dipanaskan hingga
suhu 70oC

4.1.2 Menentukan ke Normalan Fe 2+


Percobaan Prosedur Warna Volume KMnO4
1 10 mL FeSO4 0,05N Awal : Kuning 0,4 mL
+ 10 mL H 2SO4 4N
Akhir : Merah
Muda
2 10 mL FeSO4 0,05N Awal: Kuning 0,5 mL
+ 10 mL H 2SO4 4N
Akhir: Merah
Muda
3 10 mL FeSO4 0,05N Awal: Kuning 0,5 mL
+ 10 mL H 2SO4 4N
Akhir: Merah
Muda
4.2 Pembahasan
4.2.1 Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Asam Oksalat
Pada percobaan yang telah dilakukan, KMnO4 mula-mula dimasukkan ke
dalam buret 50 mL. Selanjutnya asam oksalat 0,05N ditambahkan dengan asam
sulfat 4N sebanyak 10 mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Fungsi
penambahan asam sulfat adalah untuk memberikan suasana asam. Hal ini
dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan
dalam suasana asam dan reaksi H2 SO4 tidak menghasilkan produk dan tidak
bereaksi dengan titran (Khopkar, 1990). Pada suasana asam zat ini akan
mengalami reduksi menghasilkan ion Mn 2+ yang tidak berwarna sedangkan
apabila reaksi dilakukan dalam suasana pada pH netral atau sedikit basa maka
akan terbentuk padatan MnO 2 yang berwarna coklat yang dapat mengganggu
dalam penentuan titik akhir titrasi. Sebelum dilakukan standarisasi asam oksalat
dipanaskan pada suhu 70 oC, fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi
antara KMnO4 dengan asam oksalat karena pada suhu kamar reaksi antara
keduanya cenderung lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir
reaksi (Harjadi, 1990).
Hasil akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan
menjadi merah muda yang stabil,warna ini didapat dalam percobaan ketika sudah
ditrasi dengan kalium permanganat volume sebanyak 1 ml sehingga diperolehlah
konsentrasi dari kalium permanganat yaitu 0,5N. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut: Berikut persamaan reaksi yang terjadi :
MnO4-+ C2O4- + H+ → Mn2+ + CO2 + H2O ................................(4.2)
Standarisasi KMnO 4 menggunakan asam oksalat ini tidak menggunakan
indikator. Hal ini disebabkan KMnO4 tersebut selain bertindak sebagai titran,
KMnO 4 juga bertindak sebagai indikator (auto indicator). Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Warna
merah muda timbul akibat kelebihan ion permanganat. Kelebihan satu tetes ion
permanganat akan menimbulkan warna merah muda yang cukup jelas terlihat
(Underwood, 2002).
4.2.2 Menentukan ke Normalan Fe 2+
Pada percobaan yang telah dilakukan sebanyak 10 mL FeSO4 dimasukkan
kedalam erlenmeyer dan ditambah 10 mL H2SO 4 4N tanpa adanya dilakukan
pemanasan. Tidak dilakukan pemanasan karena larutan asam sulfat yang di
tambahkan bersifat eksoterm, dengan tujuan agar larutan tidak rusak akibat
ketinggian suhu dengan larutan berwarna kuning. Setelah itu, dititrasi dengan
KMnO 4 untuk standarisasi dan larutan menjadi berwarna merah muda (Shevla,
1985).
Hasil akhir titrasi pada saat proses penentuan kadar besi (II) sulfat yaitu
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah muda, warna
ini didapat dalam percobaan ketika sudah ditrasi dengan kalium permanganat
volume sebanyak 0,46 ml sehingga diperolehlah konsentrasi dari besi (II) sulfat
yaitu 0,023N. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

MnO4 - + 5Fe2+ + 8H+ → Mn+ + 5Fe3+ + 4H2O ..............................(4.3)


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan yakni sebagai
berikut :

1. Titrasi permanganometri merupakan titrasi redoks yang dilakukan


berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO 4).
2. Pada pencampuran asam oksalat ditambahkan asam sulfat dan dititrasi
dengan KMnO4 menghasilkan warna merah muda dan dengan rata rata
normalitas 0,503 N.
3. Pada percobaan kedua ketika FeSO 4 ditambahkan asam sulfat dan dititrasi
dengan KMnO4 menghasilkan warna merah muda dengan rata rata
normalitas 0,023 N.

5.2 Saran
Adapun saran dari percobaan yang telah dilakukan yakni pada saat
melakukan titrasi lakukan titrasi sangat hati-hati jangan melewati batas titik akhir.
Pastikan semua peralatan dalam keadaan bersih dan sudah dibilas dengan akuades,
sehingga pada saat pencampuran dalam alat tidak membuat konsentrasi sebuah
larutan berubah.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlia, (2016). Studi Penggunaan KmnO4 untuk Memperpanjang Umur Simpan


Pisang Muli. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol.5 No. 2: 67-72.
Universitas Lampung. Lampung.
Hardjadi. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia.
Hasanah, U. (2019). Perbandingan Metode Analisis Permanganometri dan
Birokmatometri pada Penentuan Kadar Chemical Oxygen Demand.
Jurnal Prosiding Unimus 2.
Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
Kurniawati dan Alfanah. (2018). Perbandingan Metode Penentuan Kadar
Permangat dalam Air Kran secara Titrimetri dan Spektrofotometri Uv-
Vis . Indonesian Journal of Chemical Analysis 1 (1).
Mursyidi, A. (2006). Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan
Gravimetri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Svehla, G. (1995). Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta : Kalman Media Pustaka.
Underwood, A.L (2002). Analisis Kimia Kuantitatif edisi Kelima. Jakarta
:Penerbit Erlangga
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Pengenceran FeSO4

𝑚 1000
0,05 N = 𝑥 x valensi
𝑚𝑟 𝑣

𝑚 1000
0,05 N = 𝑥 x2
152 250

7,6 = m. 8

m = 0,95 gr

A.2 Pengenceran H2 SO4

N1. V1 = N2. V2

36N . V1 = 4N . 250 mL

V1 = 27,77 mL

A.3 Standarisasi Larutan


N(asam oksalat) : 0,05 N
V(asam oksalat) : 10 mL
V1(KMnO4) : 1,1 mL
V2(KMnO4) : 1,0 mL
V3(KMnO4) : 0,9 mL
1. Percobaan pertama

V1(KMnO4) . N(KMnO4) = V(asam oksalat) . N(asam oksalat)


1,1 . N(KMnO4) = 10 mL . 0,05 N
N(KMnO4) = 0,45 N
2. Percobaan kedua

V2(KMnO4) . N(KMnO4) = V(asam oksalat) . N(asam oksalat)


1,0 . N(KMnO4) = 10 mL . 0,05 N
N(KMnO4) = 0,5 N
3. Percobaan pertama

V3(KMnO4) . N(KMnO4) = V(asam oksalat) . N(asam oksalat)


0,9 . N(KMnO4) = 10 mL . 0,05 N
N(KMnO4) = 0,55 N
4. Rata-rata Kenormalan KMnO4

=0,45 N+0,5 N+0,55 N/3

= 0,5 N
A.4 Menentukan Kenormalan FeSO 4
N(KMnO4) = 0,5 N
V(FeSO4) = 10 mL
V1(KMnO4) = 0,4 mL
V2(KMnO4) = 0,5 mL
V3(KMnO4) = 0,5 mL
1. Percobaan pertama

V1(KMnO4) . N(KMnO4) = V(FeSO4) . N(FeSO4)

0,4 . 0,5 N = 10 mL . N (FeSO4)

N(FeSO4) = 0,02 N
2. Percobaan Kedua

V2(KMnO4) . N(KMnO4) = V(FeSO4) . N(FeSO4)

0,5 . 0,5 N = 10 mL . N (FeSO4)

N(FeSO4) = 0,025 N
3. Percobaan ketiga

V3(KMnO4) . N(KMnO4) = V(FeSO4) . N(FeSO4)

0,5 . 0,5 N = 10 mL . N (FeSO4)

N(FeSO4) = 0,025 N
4. Rata-rata Kenormalan FeSO 4
= 0,02 N + 0,025N + 0,025N/3
=0,023 N
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Proses Titrasi Gambar B.2 Larutan dipanaskan


dengan suhu 700C

Gambar B.3 Hasil titrasi KMnO4 Gambar B.4 Hasil Titrasi larutan
FeSO4
LAMPIRAN C
PERTANYAAN
C.1 Dalam suasana asam 1 gr mol KMnO4 = 31,61 gr ekivalen
MnO4 + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
Sehingga, 1 ekuivalen MnO4 =1/5 mol
BE = 39 + 55 +4,16 / 5
BE = 158/5 = 31,6 gram

C.2 Dalam suasana basa 1 gr mol KMnO4 = 52,68 gr ekivalen


MnO4 + 2H2O + 3e → MnO2 + 4OH
Sehingga, 1 ekuivalen MnO4 = 1/3 mol
BE = 39 + 55 + 4,16 / 3
BE = 158 / 3 = 52,7 gram
C.3 Apa sebabnya untuk pengasaman tidak dipakai HCl?
Jawab : Dikarenakan HCl bersifat oksidator yang dapat teroksidasi sendiri
dengan KMnO4.

C.4 Dapatkah larutan standar KMnO4 dipakai sebagai larutan standar primer.
Sebutkan alasan saudara?
Jawab : KMnO 4 tidak dapat digunakan sebagai larutan standar primer karena
sukar didapatkan dalam keadaan murni dan hamper selalu bercampur dengan
MnO2 , dan mudah tereduksi oleh reduktor organic yang terdapat di dalam air

Anda mungkin juga menyukai