Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH SEMINAR LITERATUR

Nano Komposit Hidroksida Berlapis Ganda NiCo2S4 /

NieCo dengan Metode Hidrotermal fasa uap untuk aplikasi

kapasitor elektrokimia

DISUSUN OLEH :

Kelompok I

1. RIVI IKHSAN QASTHARI (F1C114022)


2. RANI OKTAVIA (F1C114008)
3. PATRICIA THEODORA SIRAIT (F1C114050)
4. PUTRI CYNTHIA DIUTARI (F1C114060)
5. RIA AFRINATA SIMAMORA (F1C114066)
6. NURHIDAYAH (F1C114068)

DOSEN PENGAMPU :

Restina Bemis, M.Si.

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya

maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Nano

Komposit Hidroksida Berlapis Ganda NiCo2S4 / Ni-Co dengan Metode

Hidrotermal fasa uap untuk aplikasi kapasitor elektrokimia

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan

dalam mata kuliah Seminar literatur. Dalam Penulisan makalah ini penulis

merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,

mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran

dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan

makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada ibu Restina Bemis, M.Si. selaku dosen pengampu dan kepada semua

anggota kelompok yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Oleh karena itu penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan

yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat

menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Jambi, 20 Maret 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................ 2
1.4 Manfaat..................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
2.1 Komposit....................................................................................... 3
2.2 Pembuatan Nanokomposit............................................................6
2.3 Kelebihan Nanokomposit...............................................................6
2.4 Aplikasi dan penggunaan Nanokomposit......................................7
2.5 Semikonduktor Metal Nanokomposit..........................................7
2.6 Superkapasitor.............................................................................. 8
2.7 Metode Hidrotermal....................................................................13
III. METODE PENELITIAN...................................................................11
3.1 Bahan.......................................................................................... 11
3.2 Sintesis NieCo LDH Pada Busa Nikel............................................11
3.3 Sintesis NiCo2S4/ NieCo LDH Pada Busa Nikel..............................11
3.4 Karakterisasi bahan....................................................................11
3.5 Pengukuran elektrokimia............................................................12
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................13
V. PENUTUP.......................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan................................................................................. 18
5.2 Saran.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19

2
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pengembangan energi bersih dan terbarukan dianggap penting sebagai cara

untuk memecahkan permasalahan kekurangan energi dan dan polusi udara.

Dimana beberapa energi bersih dan terbarukan seperti solar, angin dan energi

dari air pasang sifatnya tidak stabil dan bersifat sementara, selain itu juga

perangkat ataupun peralatan penyimpanan energi biasanya lebih dibutuhkan

untuk pemurnian yang efisien dari energi ini. Superkapasitor sebagai alat

penyimpanan energi terbaru telah menimbulkan perhatian intensif karena

manfaatnya seperti kekuatan densitasnya tinggi, ultrafast dalam hal tingkat

pengisian-pengosongan, kisaran temperatur operasi yang luas dan juga siklus

hidup yang panjang. Ditinjau dari mekanisme biaya penyimpanan,

superkapasitor biasanya diklasifikasikan pada dua jenis : yang pertama yaitu

electrical double layer capasitor (EDLCs) dan yang lainnya yaitu

pseudocapasitors.

EDLCs sendiri, memiliki biaya penyimpanan secara elektrostatis pada

antarmuka elektroda dan elektrolit serta memiliki kapasitansi spesifik yang

terbatas yang bisa direalisasikan. Disisi lain, biaya penyimpanan

pseudocapasitors melalui reaksi redoks faradaic yang cepat dan reversible.

Dalam beberapa tahun terakhir berbagai jenis bahan elektroda seperti oksida

logam transisi, hidroksida dan sulfide telah dipelajari secara ekstensif untuk

penyimpanan energi elektrokimia. Tipe material baterai yang sangat mirip

dengan bahan pseudocapacitive dalam hal mekanisme biaya penyimpanan, dan

dianggap sebagai bahan elektroda yang menjanjikan untuk superkapasitor

hybrid kinerja tinggi .Baru-baru ini, Spinel NiCO2S4 telah menarik banyak minat

sebagai electrodematerial aktif untuk penyimpanan energi elektrokimia karena

kimia redoks yang kaya dan konduktivitas yang sangat baik. banyak NiCO2S4

struktur nano dengan kemampuan tinggi telah dilaporkan, seperti

nanonetworks berpori 3D, Nanoplates heksagonal berongga, Array nanotube,

nanosheets, flaky array, Nanopartikel mesopori dan nanoboxes berongga.

1
Selain struktur nano single-komponen yang disebutkan di atas, beberapa

nanostruktur NiCO2S4 dengan kapabilitas tinggi telah dilaporkan

nanocomposites seperti Nico hirarkis 3D nanocomposites seperti NiCO2S4@MnO2

hirarkis 3D array nanosheet coreshell array nanosheet, Hirarkis NiCO2S4@

NiMoO 4 core/nanospheres, NiCO2S4@Co(OH)2 array nanotube core-shell array ,

3D hirarkis mesoporus NiCO2S4@Ni(OH)2core-shell array nanosheet dan hirarki

dibangun NiCO2S4@Ni1-xCox(OH)2 core / shell nanoarrays, juga telah dilaporkan

aplikasinya penyimpanan energi elektrokimia.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti pada penelitian ini melaporkan

fabrikasi NiCO2S4 / Ni-Co berlapis ganda hidroksida (LDH) nanokomposit dan

aplikasinya untuk penyimpanan energi elektrokimia. NiCO2S4 / Ni -Co LDH

nanokomposit disintesis dengan Co LDH sebagai prekursor melalui metode

hidrotermal fase-uap. pengamatan SEM menunjukkan bahwa ultrathin NiCO2S4

nanosheets dengan ukuran yang lebih kecil di Ni-Co LDH nanosheets, struktur

hirarki tersebut dapat menghindari agregasi dari nanosheets sehingga

meningkatkan aktivitas elektrokimia dari bahan. Nico meningkatkan aktivitas

elektrokimia dari bahan. NiCO2S4 / Ni-Co LDH langsung ditanam di busa nikel,

yang dapat diterapkan sebagai elektroda binder-free tanpa perawatan lebih

lanjut. Diasumsikan sintesis NiCO2S4/Ni-Co LDH elektroda menunjukkan

kemampuan lebih tinggi dari Ni Co LDH elektroda menunjukkan kemampuan

lebih tinggi dari Ni-Co LDH nanosheets dan NiCo2S4 nanosheets berpori.

I.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana metode sintesis nanokomposit NiCO2S4/Ni-Co LDH?


2. Bagaimana aplikasi nanokomposit NiCO2S4/Ni-Co LDH sebagai

superkapasitor ?
3. Bagaimana pengukuran elektrokimia dan kapasitif dari NiCO2S4/Ni-Co

LDH dengan Ni-Co LDH nanosheets dan NiCO2S4 nanosheets berpori?

I.3 Tujuan

1. Mengetahui bagaimana metode sintesis nanokomposit NiCO2S4/Ni-Co

LDH
2. Mengetahui bagaimana aplikasi nanokomposit NiCO2S4/Ni-Co LDH

sebagai superkapasitor

2
3. Mengetahui bagaimana pengukuran elektrokimia dan kapasitif dari
NiCO2S4/Ni-Co LDH dengan Ni-Co LDH nanosheets dan NiCO2S4
nanosheets berpori

I.4 Manfaat

1. Menambah wawasan dalam bidang sintesis khususnya nanokomposit

dan aplikasinya sebagai superkapasitor.


2. Meningkatkan kegunaan dari nanokomposit dengan metode yang lebih

efesien.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau

lebih material, dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda.

Oleh karena karakteristik pembentuknya berbeda-beda, maka akan dihasilkan

material baru yaitu komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik

yang berbeda dari material-material pembentuknya. Secara umum bentuk dasar

suatu bahan komposit adalah tunggal dimana merupakan susunan dari paling

tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk menghasilkan sifat-sifat

bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusunnya. Pada

prakteknya komposit terdiri dari 2 bagian utama yaitu fase kontinu (matriks)

dan fase diskontinu (penguat). Matriks berfungsi untuk perekat atau pengikat

dan pelindung. Matriks yang umum digunakan adalah polimer, metal, keramik,

dan lain-lain. Penguat (reinforcing) dapat berupa serat atau partikel, yang

berfungsi sebagai penguat dari matriks. Penguat yang umum digunakan adalah

glass, karbon, aramid, keramik alami dan kevlar.

Pembentukan komposit bertujuan untuk (Deborah, 2010) :

a. Memperbaiki sifat mekanik dan/atau sifat spesifik tertentu

b. Mempermudah design yang sulit pada manufaktur

c. Keleluasaan dalam bentuk/disain yang dapat menghemat biaya

d. Menjadikan bahan lebih ringan

Ciri-ciri bahan komposit adalah energi retakan besar, mudah dibuat dari

berbagai zat penguat dan matriks, dengan sifat-sifat sebagai berikut:

- Memiliki kekuatan yang besar.

- Dapat dibuat sangat tegar (kaku)

- Rapatannya rendah (ringan)

- Kuat lelehan (fatigue) besar

- Sifat produk dapat diatur, disesuaikan terapannya (Hartomo,1995).

Bahan komposit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis,

bergantung pada penyusunan dan jenis seratnya. Serat merupakan bahan

utama dalam komposit tersebut. Sifat-sifat mekanik bahan komposit seperti

kekuatan, kekakuan, keliatan dan ketahanan tergantung dari penyusunan dan

sifat-sifat seratnya.

4
Gambar 2.1. Diagram klasifikasi bahan komposit (Nicolais, dkk. 2011).

Serat merupakan bahan yang kuat, kaku, dan getas. Karena serat yang

terutama menahan gaya yaitu: perekatan (bonding) antara serat dan matriks

(interfacial bonding) sangat baik dan kuat. Sehingga serat tidak mudah lepas

dari matriks (debonding). Kelangsingan (aspect ratio) yaitu perbandingan antara

panjang dan diameter serat cukup besar.

Pengisi (filler) berfungsi sebagai penguat dari matriks. Secara garis besar

ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat (reinforcement) yang

digunakannya, yaitu komposit serat, komposit laminat atau komposit struktur

dan komposit partikel. Adapun ilustrasi dari komposit berdasarkan penguatnya

dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Ilustrasi komposit berdasarkan reinforcement


a. Partikel b. Fiber c. Struktur (Ashby, dkk. 1980).

5
Istilah nanoteknologi digunakan untuk mendeskripsikan kreasi dan

ekploitasi suatu material yang memiliki ukuran struktur diantara atom dan

material ukuran besar yang didimensikan dengan ukuran nanometer (1 nm =

10-9m). Sifat dari material dengan dimensi nano sangat berbeda secara

signifikan dari atomnya juga dari partikel besarnnya. Kontrol yang baik

terhadap sifat tersebut bias menuntun ke pengetahuan baru yang sesuai

dengan peralatan dan teknologi baru. Pentingnya nanoteknologi pertama kali

dikemukakan oleh Feynman pada tahu 1959 (Muller, 2006).

Terjadi perkembangan yang sangat cepat dari ilmu dan teknologi nano

pada beberapa tahun terakhir, terutama karena ketersediaan strategi baru

untuk mensintesis nanomaterial dan alat-alat baru untuk karakterisasi dan

manipulasi. Terdapat banyak contoh untuk mendemonstrasikan pergeseran

hasil dan paradigma terakhir pada masalah ini. Beberapa metode sintesis

nanopartikel (kabel nano dan tabung nano) dan perakitanya telah ditemukan.

Kabel nano dan tabung nano dengan variasi materi anorganik telah ditemukan,

disamping atom karbonnya. Nanostruktur juga cocok untuk simulasi dan

pemodelan komputer, ukuranya menjadi cukup kecil untuk mendukung

kekuatan yang tinggi (Rao,et.al, 2004).

Tuntutan membuat segala sesuatu menjadi ringan dan kuat adalah hal

yang wajar di era teknologi seperti saat ini. Misalnya, tuntutan menghasilkan

mobil berbobot ringan. Hal ini mendorong produsen komponen mencari material

baru yang lebih ringan dari logam, tapi memiliki kekuatan lebih baik. Dan,

material komposit dipandang sebagai alternatif pengganti material logam karena

bobotnya sangat ringan tapi superkuat. BIDANG material nanokomposit akhir-

akhir ini mendapat perhatian serius dari para ilmuwan. Berbagai penelitian pun

terus didilakukan, mengacu pada ide yang sangat sederhana, yaitu menyusun

sebuah material yang terdiri atas blok-blok partikel homogen dengan ukuran

nanometer.

Hasil penelitian tersebut sungguh mengejutkan. Sebuah material baru

lahir dengan sifat-sifat fisis yang jauh lebih baik dari material penyusunnya. Hal

ini memicu perkembangan material nanokomposit di segala bidang dengan,

memanfaatkan ide yang sederhana itu.

6
Salah satu contoh yang terkenal dan terjadi dengan sendirinya di alam

adalah tulang. Tulang memiliki bangunan nanokomposit yang bertingkat-

tingkat, yang terbuat dari tablet keramik dan ikatan-ikatan organik. Partikel-

partikel nanokomposit tersebut memiliki struktur, komposisi, dan sifat yang

berbeda-beda. Hal ini memberikan fungsi yang beragam.

Dengan demikian, material ini menjadi multiguna, yang pada akhirnya

didapatkan material baru yang memiliki beberapa fungsi dalam waktu sama

dan dapat digunakan dalam beberapa aplikasi.

Dari sinilah para ilmuwan mulai memikirkan berbagai cara untuk

memeroleh material nanokomposit, karena material tersebut memiliki beberapa

keunggulan dibandingkan dengan material konvensional. Definisi Komposit Kata

komposit memiliki pengertian luas dan berbeda-beda, mengikut situasi dan

perkembangan bahan itu sendiri. Gabungan dua atau lebih bahan merupakan

suatu konsep yang diperkenalkan untuk menerangkan definisi komposit.

Meski demikian, defenisi ini terlalu umum. Pasalnya komposit

merangkum semua bahan termasuk plastik yang diperkuat dengan serat,

logam alloy, keramik, kopolimer, plastik berpengisi, atau apa saja campuran dua

bahan atau lebih untuk mendapatkan bahan baru.

Sedangkan nanokomposit dapat dianggap struktur padat dengan

dimensi berskala nanometer yang berulang pada jarak antarbentuk penyusun

struktur yang berbeda. Material-material dengan jenis seperti itu terdiri atas

padatan inorganik yang tersusun atas komponen organik. Selain itu, material

nanokomposit dapat pula terdiri atas dua atau lebih molekul

anorganik/organik, dalam beberapa bentuk kombinasi dengan pembatas

antarkeduanya minimal satu molekul atau memiliki ciri berukuran nano.

2.2 Pembuatan Nanokomposit


Pembuatan material nanokomposit dapat dilakukan dengan melakukan

pendekatan-pendekatan yang mudah dan kompleks. Salah satunya adalah

menggunakan pendekatan simple mixing.

Dalam metode ini, peningkatan kekuatan mekanik material terjadi

akibat penambahan nanopartikel SiO2 pada epoxy resin. Permukaan

nanopartikel yang sangat luas berinteraksi dengan rantai polimer, sehingga

mereduksi mobilitas rantai polimer. Interaksi ini meningkatkan kekuatan

7
mekanik komposisit tersebut jauh di atas kekuatan polimer itu sendiri. Hasil

yang diperoleh adalah material yang ringan dengan kekuatan tinggi. Makin

banyak jumlah SiO2 yang dimasukkan, kekuatan material nanokomposit juga

bertambah sampai titik kritisnya (Nano, 2009).

2.3 Kelebihan Nanokomposit


Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan

bahan konvensional seperti logam. Misalnya memiliki densiti yang jauh lebih

rendah daripada bahan konvensional. Hal ini jelas memberi implikasi yang

penting dalam konteks penggunaan. Pasalnya, komposit akan mempunyai

kekuatan dan kekakuan spesifik yang lebih tinggi dari bahan konvensional.

Komposit juga memiliki kekuatan yang dapat diatur (tailorability),

tahanan lelah (fatigue resistance) yang baik, tahan korosi, dan memiliki

kekuatan jenis (rasio kekuatan terhadap berat jenis) yang tinggi

(Hadiyawarman,dkk, 2008).

2.4 Aplikasi dan penggunaan Nanokomposit


Beberapa aplikasi penting teknologi yang didasarkan material nano

antara lain: produksi bubuk nano keramik dan material lain, nanokomposit,

pengembangan sistem nanoelektrokimia, aplikasi penggunaan tabung nano

untuk menyimpan hidrogen, chip DNA dan chip untuk menguji kadar logam

dalam kimia ataupun biokimia. Teknologi nano juga digunakan dalam

mendeteksi gen maupun mendeteksi obat dalam bidang kedokteran. Selain itu,

juga dapat digunakan dalam alat-alat nanoelektronik. Pengembangan teknologi

nano lebih lanjut dapat diaplikasikan dalam pebuatan laser jenis baru,

nanosensor, nanokomputer (yang berbasis tabung nano dan material nano), dan

banyak lagi aplikasi lainnya. (Rao,et.al, 2004)

Struktur nano yang diperkuat dengan memamfaatkan materi keramik

dan metalik penting dipertimbangkan dalam membuat bahan super kuat

generasi baru, tipe baru dari ferromagnets, serta semen kuat yang mudah

dibentuk. Contoh materi dari struktur nano yaitu nanokomposit Co/WC serta

Fe/TiC. (Rao,et.al, 2004)

8
2.5 Semikonduktor Metal Nanokomposit
Dengan mendisain semikonduktor-metal komposit partikel nano

memungkinkan untuk meningkatkan sifat katalis dari photocatalysts (gambar

berikut)

Proses transfer muatan antar permukaan pada metal-semikonduktor partikel

nano. Pertemuan antara logam dengan semikonduktor secara tidak langsung

mempengaruhi energi dan proses transfer muatan antarmuka. Deposisi dari

logam inert pada partikel nano semikonduktor merupakan sebuah faktor yang

penting untuk memaksimalkan efisiensi dari reaksi fotokatalitik. Dalam reaksi

ini, secara normal dianggap bahwa logam inert berperan sebagai pusat untuk

pembawa muatan pada induksi foto dan proses transfer muatan antar

permukaan. (Rao,et.al, 2004)

Dalam industri angkasa luar, ada kecenderungan untuk mengganti

komponen yang dibuat dari logam dengan komposit karena terbukti komposit

mempunyai rintangan terhadap fatigue yang baik, terutama komposit yang

menggunakan serat karbon. Penggunaan bahan komposit pun sangat luas,

yaitu untuk komponen kapal terbang, helikopter, satelit, industri pertahanan,

jembatan, terowongan, kaki palsu, dan yang terpopular adalah penggunaan

bahan baku mobil Formula One (F1).

Manfaat utama penggunaan komposit adalah mendapatkan kombinasi

sifat kekuatan serta kekakuan tinggi dan berat jenis yang ringan. Dengan

memilih kombinasi material serat dan matriks yang tepat, kita dapat membuat

material komposit dengan sifat yang tepat sama dengan kebutuhan sifat untuk

struktur dan tujuan tertentu (Hadiyawarman,dkk, 2008).

9
2.6 Superkapasitor
Superkapasitor merupakan teknologi baru yang dikembangkan dari

kapasitor konvensional yang dikembangkan untuk penyimpan energi yang

modern. Kapasitor ini memanfaatkan permukaan elektroda yang luas dan

bahan dielektrik yang tipis untuk mencapai nilai kapasitansi yang jauh lebih

besar daripada kapasitor konvensional. Hal ini memungkinkan superkapasitor

akan memiliki rapat energy yang jauh lebih besar disbanding dengan kapasitor

konvensional dan memiliki rapat daya jauh lebih besar daripada baterai.

Sehingga, superkapasitor akan menjadi solusi yang sangat baik sebagai piranti

penyimpan energi.

Dalam kehidupan yang serba modern saat ini, energy listrik menjadi

kebutuhan utama yang tidak dapat dielakkan. Bebagai teknologi yang ada saat

ini, sebagaian besar membutuhkan piranti penimpan energy listrik. Sebagai

contohnya telepon selular dan laptop membutuhkan baterai sebagai piranti

penyimpan energi. Namun, kendalanya baterai memiliki rapat daya yang cukup

kecil disamping itu juga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengecas

(penimpanan) enegi listrik kedalam piranti tersebut. Oleh sebab itu, dibutuhkan

teknologi yang memiliki rapar energi dan rapat daya yang lebih besar serta

waktu pengecasan yang lebih singkat untuk memenuhi kebutuhan teknologi

dimasa mendatang.

Sejauh ini telah terdapat minat yang besar dikalangan para peneliti

untuk mengembangkan dan menyempurnakan perangkat penyimpanan energi

yang lebih efisien. Salah satu perangkat tersebut ialah superkapasitor.

Superkapasitor, juga dikenal sebagai ultrakapasitor atau kapasitor elektrokimia,

memanfaatkan permukaan elektroda dan larutan elektrolit dielektrik tipis

untuk mencapai kapasitansi beberapa kali lipat lebih besar dibandingkan

kapasitor konvensional.

Kapasitor konvensional terdiri dari dua elektroda yang dipisahkan oleh bahan

dielektrik. Saat tegangan listrik diberikan pada kapasitor, muatan berlawanan

(berbeda) akan terakumulasi pada setiap permukaan elektroda. Muatan-muatan

tersebut akan tetap terpisah oleh bahan dielektrik yang mengisi ruang

antarpelat kapasitor, sehingga menghasilkan medan listrik yang menyebabkan

kapasitor dapat menyimpan energi. Kapasitansi didefinisikan sebagai

10
perbandingan antara muatan yang tersimpan dalam kapasitor (Q) dengan

potensial listrik (V) yang diberikan.


Q
C= V (1)

Untuk kapasitor konvensional berbanding lurus dengan luas permukaan pada

setiap permukaaan dan banding terbalik dengan jarak antar muatan


A
C = 0r D (2)

Dengan 0 ialah konstanta dielektrik atau permitivitas ruang vakum dan r


ialah konstanta dielektrik bahan isolasi antara elektroda. Untuk mengukur

kerapatan dapat dihitung sebagai jumlah per satuan massa atau per unit

volume. Energi E yang tersimpan dalam kapasitor berbanding lurus dengan

kapasitansi:
1
E= 2 cv2 (3)

Secara umum, daya P adalah energi yang dikeluarkan per satuan waktu. Untuk

menentukan daya kapasitor, kita harus mempertimbangkan bahwa kapasitor

umumnya direpresentasikan sebagai sirkuit seri dengan hambatan eksternal R,

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

11
Gambar 1. Kapasitor konvensional

Komponen internal kapasitor (misalnya kolektor, elektroda, dan bahan

dielektrik) juga berkontribusi terhadap resistansi (hambatan), yang diukur

secara akumulatif dengan kuantitas yang dikenal sebagai equivalent series

resistance (ESR). Tegangan selama tidak dalam proses pengisian ditentukan

oleh resistensi ini. Ketika diukur pada impedansi penyesuaian (R=ESR), yang

daya maksimum untuk sebuah kapasitor diberikan oleh:


2
V
Pmax = 4 x ESR (4)

Hubungan ini menunjukkan bagaimana ESR dapat membatasi daya

maksimum sebuah kapasitor. Kapasitor konvensional memiliki kerapatan daya

yang relatif tinggi, namun relatif rendah kepadatan energi bila dibandingkan

dengan baterai elektrokimia dan baterai. Baterai dapat menyimpan lebih banyak

energi dibanding kapasitor, tetapi tidak dapat dilakukan pengisian (pengecasan)

secara cepat, yang berarti bahwa kerapatan daya rendah. Disisi lain, kapasitor

menyimpan energi per satuan massa atau volume relatif lebih kecil, tapi energi

12
listrik dapat disimpan dengan cepat untuk menghasilkan banyak daya, sehingga

kerapatan dayanya tinggi relatif lebih tinggi.

Superkapakitor mengikuti prinsip-prinsip dasar yang sama seperti

konvensional kapasitor. Namun, pada superkapasitor luas area permukaan

elektroda A dibuat lebih besar dan ketebalan bahan dielektrik dibuat jauh lebih

tipis sehingga menurunkan jarak D antara elektroda. Dengan demikian,

menurut persamaan 2 dan 3, hal ini dapat menyebabkan peningkatan baik

kapasitansi dan energi pada kapasitor. Selain itu, dengan mempertahankan

karakteristik low ESR kapasitor konvensional, supercapacitors juga dapat

mencapai kepadatan daya yang sebanding.

Selain itu, supercapacitors memiliki beberapa keunggulan dibandingkan

baterai elektrokimia dan baterai, yaitu kerapatan daya lebih tinggi, pengisian

lebih pendek, dan siklus hidup dan umur simpan yang lebih lama. Gambar 2

memberikan diagram skematik superkapasitor.

Gambar 2. Skema Superkapasitor

13
Gambar 3. Performa Superkapasitor

Performa superkapasitor ditunjukkan pada Gambar 3, grafik tersebut

disebut dengan "Ragone plot." Grafik tersebut menyajikan rapat daya berbagai

perangkat penyimpanan energi dibandingkan dengan rapat energinya. Pada

Gambar 3, terlihat bahwa supercapakitor menempati daerah antara kapasitor

konvensional dan baterai. Meskipun, kapasitansi memiliki yang lebih besar

daripada kapasitor konvensional, supercapacitors belum mencapai rapat energi

yang dimiliki baterai dan fuel cell. Dalam makalah ini dideskripsikan taksonomi

dan prinsip kerja superkapasitor sehingga dapat memberikan gambaran nyata

mengenai superkapasitor yang telah dikembangkan oleh para peneliti.

Taksonomi Superkapakitor Berdasarkan perkembangan riset saat ini,

superkapakitor dapat dibagi menjadi tiga kelas utama yaitu:

kapasitor elektrokimia double-layer, pseudokapasitor, dan kapasitor hibrid.

Setiap kelas memiliki mekanisme yang unik dalam menyimpan muatan, yaitu

dengan mekanisme non-Faradaic, Faradaic, dan kombinasi dari dua. Proses

Faradaic terjadi sebagaimana reaksi oksidasi-reduksi yang melibatkan transfer

muatan antara elektroda dan elektrolit. Sebaliknya, mekanisme non-Faradaic

tidak menggunakan mekanisme kimia. Muatan didistribusikan pada

permukaan oleh proses fisik yang tidak melibatkan terbentuk atau terputusnya

ikatan kimia.

14
1. Electrochemical double-layer capacitors (EDLCs)

Electrochemical double-layer capacitors (EDLCs) tersusun atas dua

elektroda berbasis karbon, elektrolit, dan pemisah. Gambar 2 menunjukkan

skema EDLCs. Sebagaimana kapasitor konvensional, EDLCs menyimpan

muatan secara elektrostatis (non-Faradaic) dan tidak ada transfer muatan

antara elektroda dan elektrolit.

EDLCs memanfaatkan muatan elektrokimia double-layer untuk

menyimpan energi. Bila tegangan diterapkan, muatan terakumulasi pada

permukaan elektroda. Ion-ion dalam larutan elektrolit mengalir melalui

separator ke dalam pori-pori elektroda muatan pada elektroda yang berlawanan

muatan. Namun, elektroda direkayasa untuk mencegah rekombinasi ion.

Sehingga, muatan doble layer dihasilkan di setiap elektroda elektroda. Double-

layer tersebut, tercipta seiring dengan peningkatan luas permukaan dan

penurunan jarak antara elektroda, hal memungkinkan EDLCs untuk mencapai

energy yang lebih tinggi kepadatan dibandingkan kapasitor konvensional.

Karena tidak ada transfer muatan antara elektrolit dan elektroda, tidak

terdapat bahan kimia atau komposisi muatan yang terkait dengan proses non-

Faradaic. Untuk alasan ini, muatan yang tersimpan di EDLCs sangat reversibel

yang memungkinkan muatan tersebut dapat mencapai kestabilan siklus. EDLCs

umumnya beroperasi dengan performa yang stabil dengan banyak siklus charge-

discharge, kadang-kadang sebanyak 106 siklus. Di sisi lain, baterai elektrokimia

umumnya terbatas pada hanya sekitar 103 siklus. Karena stabilitas siklusnya,

EDLCs sangat cocok untuk aplikasi pada wilayah yang sulit dijangkau seperti

laut, pegunungan, dan laut dalam.

Performa sebuah EDLCs dapat disesuaikan dengan mengubah sifat

elektrolit. Sebuah EDLCs dapat memanfaatkan larutan atau elektrolit organik.

Elektrolit seperti H2SO4dan KOH, umumnya memiliki ESR yang lebih

rendah dan memiliki ukuran pori lebih kecil dibandingkan dengan elektrolit

organik, seperti asetonitril. Namun, larutan elektrolit juga memiliki tegangan

breakdown yang lebih rendah. Oleh karena itu, pemilihan antara larutan

elektrolit atau organik, harus mempertimbangkan kapasitansi, ESR, dan

tegangan.

2. Psudokapasitor

15
Berbeda dengan EDLCs yang menyimpan muatan secara elektrostatis,

psudokapasitor menyimpan muatan secara Faradaic melalui transfer muatan

antara elektroda dan elektrolit. Hal tersebut terjadi melalui electrosorption,

reaksi reduksi-oksidasi, dan proses interkalasi. Proses Faradaic ini

memugkinkan psudokapasitor mencapai kapasitansi yang lebih besar dan rapat

energi yang lebih besar dari EDLCs. Terdapat dua material elektroda yang

digunakan untuk menyimpan muatan dalam psudokapasitor yaitu polimer

konduktif dan logam oksida (metal oxide).

3. Kapasitor Hibrid

Kapasitor hibrid mencoba untuk mengeksploitasi manfaat dan

mengidentifikasi kerugian EDLCs dan psudokapasitor unntuk menciptakan

performa superkapasitor yang lebih baik. Kapasitor ini memanfaatkan proses

Faradaic dan non Faradaic untuk menyimpan energi. Kapasitor hibrid dapat

mencapai dapat mencapai rapat energi dan daya lebih besar dibandingkan

EDLCs tanpa mengurangi stabilitas siklusnya. Saat ini riset telah difokuskan

pada tiga jenis kapasitor hibrid yaitu kapasitor dengan elektroda komposit,

asimetri, dan tipe baterai.

2.7 Metode Hidrotermal


Hidrotermal merupakan proses yang menggunakan panas dan air yang

sifatnya merubah larutan menjadi padatan. Sintesis hidrotermal merupakan

teknik atau cara kristalisasi suatu bahan atau material dari suatu larutan

dengan kondisi suhu dan tekanan tinggi. Sintesis metode hidrotermal umumnya

dilakukan pada temperatur maksimum 400oC dan bertekanan tinggi (tekanan

maksimum pada alat 400 Bar). Proses pelarutan dan pertumbuhan kristalnya

dilakukan dalam bejana tertentu yang disebut otoklaf (autoclave), yaitu berupa

suatu wadah terbuat dari baja yang tahan pada suhu dan tekanan tinggi.

Pada tahun 1839, ahli kimia Jerman Robert Whilhelm Bunsen

menggunakan larutan encer sebagai media dan menempatkannya dalam tabung

pada keadaan temperatur diatas 200C dan tekanan diatas 100 barr. Hal

tersebut digunakan untuk proses hidrotermal pada suatu material. Material

yang digunakan adalah barium karbonat dan stronsium karbonat. Kristal yang

terbentuk pada material dalam kondisi tersebut merupakan proses hidrotermal

yang pertama kali dilakukan dengan menggunakan larutan encer sebagai

16
media. Bateman (1956) menyatakan bahwa larutan hidrotermal adalah suatu

cairan atau fluida yang panas, kemudian bergerak naik ke atas dengan

membawa komponen-komponen mineral logam, fluida ini merupakan larutan

sisa yang dihasilkan pada proses pembekuan magma.

17
III. METODE PENELITIAN

3.1 Bahan
Kobalt klorida heksahidrat (CO(NO3)2.6H2O), nikel klorida heksahidrat
(Ni(NO3)2.6H2O), heksametilenatetramina (HMT,C6H12N4), tioacetamida (TAA,
CH3C5NH2) dan kalium hidroksida (KOH) dibeli dari Sinopharm Chemical
Reagent Co. Dengan tingkat analisis dan digunakan tanpa pemurnian lebih
lanjut.

3.2 Sintesis NieCo LDH Pada Busa Nikel


Dalam prosedur khusus, 1,1645 g CO(NO3)2.6H2O 4 mmol, 0,581 g

Ni(NO3)2.6H2O 2 mmol dan 1,12 HMT 8 mmol ditambahkan dalam 50 mL air

deionisasi dengan pengadukan (stirer). Setelah bahan kimia larut sempurna,

larutan di pindahkan dalam 60 mL teflon berbahan stainless steel yang disusun

dalam autoklaf. Sepotong busa nikel (2 cm, 2 cm) yang telah dicuci dengan

aseton, etanol dan air deionisasi direndam ke dalam larutan di atas. Autoklaf

dikunci dan dipanaskan pada 100C selama 10 jam. Setelah itu, Busa nikel

yang mengandung NieCo LDH berulang kali dicuci dengan air deionisasi untuk

digunakan lebih lanjut.

3.3 Sintesis NiCo2S4/ NieCo LDH Pada Busa Nikel

Pertama, tioasetamida (0,038 g, 5 mmol) dilarutkan dalam 30 mL air

suling. Kemudian larutan dipindahkan ke dalam 60 mL teflon stainless steel

yang disusun dalam autoklaf. Busa nikel yang mengandung NieCo LDH

ditempatkan pada sebuah teflon dibantu larutan tioasetamida yang diatas.

Autoklaf dikunci dan dipanaskan pada 107 C selama 10 jam. Setelah itu, busa

nikel berulang kali dicuci dengan air deionisasi, dan dikeringkan di bawah

vakum pada 50 C selama 2 jam. Massa pemuatan NiCo2S4 / NieCo LDH pada

busa nikel adalah sekitar 3,8 mg cm2

3.4 Karakterisasi bahan

Informasi kristalografi dari sampel dalam bentuk bubuk diukur dengan

X-ray difraksi (XRD, Bruker D8 Advance). komposisi unsur dianalisis

dengan X-ray fotoelektron spektroskopi (XPS, ESCALab MKII). Morfologi dari

sampel yang diamati oleh mikroskop elektron scanning (SEM, Hitachi S-4800),

mikroskop elektron transmisi (TEM) dan resolusi tinggi TEM (HRTEM, FEI

11
Tecnai G2 20).

3.5 Pengukuran elektrokimia

Sifat elektrokimia dari elektroda diukur dengan tiga sel elektroda.

Bahan aktif busa nikel dimuat (1,0 cm 1,0 cm) bertindak sebagai elektroda

kerja, piring platinum menjabat sebagai elektroda counter dan elektroda Hg /

HgO sebagai elektroda referensi. larutan KOH dengan konsentrasi 3 mol L 1

bertindak sebagai elektrolit.

12
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nanokomposit merupakan material padat multi fase, dimana setiap fase

memiliki satu, dua, atau tiga dimensi yang kurang dari 100 nanometer (nm),

atau struktur padat dengan dimensi berskala nanometer yang berulang pada

jarak antar bentuk penyusun struktur yang berbeda. Material-material dengan

jenis seperti itu terdiri atas padatan anorganik yang tersusun atas komponen

organik. Contoh nanokomposit yang ekstrem adalah media berporos, koloid, gel,

dan kopolimer. Nanokomposit dapat ditemukan di alam, contohnya adalah kulit

tiram dan tulang.

Ikatan antar partikel yang terjadi pada material nanokomposit

memainkan peran penting dalam peningkatan dan pembatasan sifat material.

Partikel-partikel yang berukukuran nano itu mempunyai luas permukaan

interaksi yang tinggi. Makin banyak partikel yang berinteraksi, kian kuat pula

material. Inilah yang membuat ikatan antarpartikel makin kuat, sehingga sifat

mekanik materialnya bertambah. Namun penambahan partikel-partikel nano

tidak selamanya akan meningkatkan sifat mekaniknya. Ada batas tertentu yang

mana saat dilakukan penambahan, kekuatan material justru makin berkurang.

Namun pada umumnya, material nanokomposit menunjukkan perbedaan sifat

mekanik, listrik, optik, elektrokimia, katalis, dan struktur dibandingkan dengan

material penyusunnya (Hadiyawarman,dkk, 2008).

13
Pertemuan antara logam dengan semikonduktor secara tidak langsung

mempengaruhi energi dan proses transfer muatan antarmuka. Deposisi dari

logam inert pada partikel nano semikonduktor merupakan sebuah faktor yang

penting untuk memaksimalkan efisiensi dari reaksi fotokatalitik. Dalam reaksi

ini, secara normal dianggap bahwa logam inert berperan sebagai pusat untuk

pembawa muatan pada induksi foto dan proses transfer muatan antar

permukaan (Rao,et.al, 2004).

Manfaat utama penggunaan komposit adalah mendapatkan kombinasi

sifat kekuatan serta kekakuan tinggi dan berat jenis yang ringan. Dengan

memilih kombinasi material serat dan matriks yang tepat, kita dapat membuat

material komposit dengan sifat yang tepat sama dengan kebutuhan sifat untuk

struktur dan tujuan tertentu (Hadiyawarman,dkk, 2008).

Pada pembahasan ini perlakuan nya yaitu NiCO2S4/Ni-Co LDH

nanokomposit disiapkan di twosteps. Dalam Langkah pertama, hidrolisis HMT

merilis banyak OH yang bertindak sebagai pengendap untuk produksi Ni e Co

LDH. Pada langkah kedua, hidrolisis TAA dirilis H 2 S, dan reaksi antara Ni e Co

LDH dan H2S dalam hasil fase uap dalam pembentukan NICO2S4 pada

permukaan Ni e Co LDH. Teknik XRD diterapkan untuk menganalisis informasi

kristalografi dari sampel asobtained. Untuk menghindari efek dari busa nikel,

sampel dipisahkan dari nikel melalui ultrasonifikasi.

14
Pada gambar ini menunjukkan pola XRD khas dari Ni e Co LDH, puncak

difraksi dapat diindeks sebagai campuran fase rhombohedral Sebuah- Ni (OH) 2

(JCPDS No. 38-715) dan Sebuah- Co (OH) 2. Pola XRD dari NICO 2 S 4 /Ni e Co

LDH sampel ditunjukkan pada Ara. 1 b, selain puncak difraksi dari Ni e Co

LDH, tiga puncak lemah di 31,1 , 38,0 dan 54,9 dapat diindeks ke fase kubik

Nico 2 S 4 ( JCPDS no. 43-1477). Puncak difraksi lemah Nico 2 S 4

menunjukkan kandungan rendah Nico 2 S 4 di Nico 2 S 4 / Ni e Co LDH

komposit.

15
Unsur-unsur permukaan Nico 2 S 4 / Ni e Co LDH sampel dianalisis

dengan XPS. Ara. S1 menunjukkan spektrum survei XPS dari NICO 2 S 4 / Ni e

Co LDH sampel. Puncak pada 163, 531, 781 dan 855 eV sesuai dengan S 2p, O

1s, Co 2p dan Ni 2p, masing-masing, yang menunjukkan kehadiran S, O, Co

dan Ni elemen dalam NICO 2 S 4 / Ni e Co LDH sampel. The-resolusi tinggi XPS

spektrum setiap elemen ditunjukkan pada Ara. 2 . Puncak XPS di spektrum ini

adalah komputer fitted. Gambar a menunjukkan spektrum XPS dari Co 2p

wilayah, yang puncak yang kuat di 781,2 dan 796,4 eV dikaitkan dengan Co 2p

3/2 dan Co 2p 1/2, sedangkan puncak lemah dan luas di 784,3 dan 803,6 eV

diberikan ke puncak satelit [35] . Kedua Co 2p 3/2 dan Co 2p puncak dapat fi

tted menjadi dua puncak sesuai dengan Co 3 dan Co 2 , masing-masing,

menunjukkan koeksistensi Co 3 dan Co 2 dalam sampel. Ara. 2 b

menunjukkan spektrum XPS Ni 2p, Ni 2p 3/2 di 855,6 eV, Ni 2p 1/2 di 873,1 eV

dan satelit puncak pada 861,1 dan 879,2 eV dapat jelas terlihat. Mirip dengan

Co elemen, Ni 2p 3/2 dan 2p Ni 1/2 puncak juga bisa fi tted ke puncak sesuai

dengan Ni 3 dan Ni 2 , menunjukkan koeksistensi kedua Ni 2 dan Ni 3

16
[ 35] . Perbandingan atom Ni dan Co adalah 1: 1,72, yang dekat dengan rasio di

NiCO2S4. Ara. 2 c menunjukkan O 1s XPS spektrum di 531,2 eVwhich dapat fi

tted menjadi dua puncak. Itu fi puncak tted di 531,1 eV dapat dikaitkan dengan

ion hidroksil dan puncak pada 532,0 eV dapat dikaitkan dengan oksida logam

[36] . XPS spektrum S 2p ditunjukkan pada Ara. 2 d, puncak pada 162,0, 163,5

dan 168,0 eV dapat ditugaskan untuk S 2p 3/2, S 2p 1/2 dan puncak satelit,

masing-masing, konsisten dengan laporan sebelumnya . Morfologi sampel

diamati dengan SEM dan TEM.

Gambar 3 a menampilkan rendah Magni fi kation SEM citra Ni e Co LDH

dimuat busa nikel, menunjukkan bahwa permukaan busa nikel seragam

ditutupi dengan sampel-disintesis. Sesuai resolusi tinggi SEM gambar yang

ditampilkan di Ara. 3 b menunjukkan bahwa Ni-Co LDH sampel terdiri dari

banyak nanosheets tipis dan nanosheets ini saling berhubungan satu sama lain.

Ara. 3 c menunjukkan gambar TEM dari Ni-Co LDH nanosheets di mana

nanosheets tampak transparan di bawah pencahayaan dari berkas elektron,

yang menunjukkan sifat ultrathin mereka. SEM citra NiCO2S4/Ni-Co LDH

17
sampel ditunjukkan pada Ara. 3 d. Hal ini jelas bahwa banyak nanosheets kecil

yang hadir. Melalui perbandingan dengan Ni e Co LDH nanosheets ditampilkan

di Ara. 3 b, dapat disimpulkan bahwa nanosheets ini tumbuh di dasar Ni e

nanosheets co LDH. TEM gambar dari NiCO2S4/Ni-Co LDH sampel ( Ara. 3 e)

menunjukkan beberapa nanosheets kecil di nanosheets lebih besar. gambar

HRTEM ( Ara. 3 f) diambil dari nanosheets lebih kecil menunjukkan pinggiran

kisi 0.54 nmwhich cocok dengan (111) bidang kisi Nico 2 S 4. Pembentukan Nico

2 S 4 / Ni e Co LDH nanokomposit adalah sesuai dengan reaksi berikut:

Reaksi antara Ni-Co LDH dan H2S terjadi di atmosfer uap. Suasana uap

sangat penting untuk pembentukan hirarkis NiCO2S4/Ni-Co LDH nanokomposit.

Kontrol percobaan menunjukkan bahwa ketika Ni-Co LDH direndam dalam

Thioacetamide solusi pada suhu bereaksi sama, berpori NiCO2S4/Ni-Co LDH

nanosheets bukan NiCO2S4/Ni-Co LDH nanokomposit dapat diperoleh dalam

waktu 2 jam, seperti yang ditunjukkan pada Ara. S2 . Hasil ini menunjukkan

bahwa reaksi dalam fase uap jauh lebih lambat dibandingkan dalam larutan.

Alasannya dapat dikaitkan dengan makan lebih lambat dari bahan bereaksi dan

kecepatan difusi lambat dalam fasa uap. Kondisi bereaksi unik mengarah pada

pembentukan struktur hirarkis.

18
Pertunjukan elektrokimia dari NiCO2S4/Ni-Co LDH sebagai baterai-jenis

elektroda diukur dalam sel tiga elektroda dengan menggunakan Pt plat meja

elektroda dan elektroda referensi Hg / HgO di 3mol L 1 KOH elektrolit. Ara. 4 a

menunjukkan voltamogram siklik perwakilan (CV) kurva dari NiCO2S4/Ni-Co

LDH elektroda di jendela potensial 0 e 0,5 V pada tingkat pemindaian mulai dari

10 sampai 100 mV s 1. Pada tingkat pemindaian rendah, sepasang puncak

redoks dapat dilihat di kurva CV, yang kembali fl ECTS perilaku Faradaic

baterai tipe elektroda. Pemisahan oksidasi dan reduksi puncak meningkat

dengan meningkatnya tingkat scan, whichmay berasal efek polarisasi. Ara. S3

menunjukkan kurva CV dari NiCO2S4 / Ni-Co LDH elektroda dan busa Ni murni

pada tingkat scan 100mV s 1. Kurva CV dari busa Ni adalah garis lurus,

mengungkapkan bahwa kinerja kapasitif kontribusi dari Ni busa diabaikan.

19
Jelas bahwa waktu pembuangan NiCO2S4/Ni-Co LDH adalah terpanjang.

spesifik fi c kapasitansi dihitung dari kurva debit ini 1546, 1239 dan 1275 F g 1

untuk NiCO2S4/Ni-Co LDH, Ni-Co LDH dan NiCO2S4 elektroda. NiCO2S4/Ni-Co

LDH menunjukkan yang terbaik pertunjukan kapasitif. Selanjutnya, spesifik

kapasitansi dari NiCO2S4/Ni-Co LDH elektroda juga sebanding atau lebih baik

dari pada sebelumnya dilaporkan NiCO2S4 elektroda, seperti yang ditunjukkan

padatabel.

20
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hirarkis NiCO2S4/Ni -Co LDH nanocomposites disintesis dengan metode

hidrotermal metode hidrotermal fase-uap. Kondisi bereaksi yang unik mengarah

pada pembentukan struktur hirarkis. Nico uap-fase. NiCO2S4/Ni -Co LDH

nanocomposites secara langsung dimuat pada busa nikel, dan dapat diterapkan

untuk diaplikasikan sebagai superkapasitor tanpa perawatan lebih lanjut.

pengukuran elektrokimia menunjukkan bahwa hirarki NiCO2S4/Ni -Co LDH

memiliki spesifik kapasitansi yang tinggi, dan tingkat kapasitif menunjukkan

NiCO2S4/Ni-Co LDH lebih baik dari nanosheets Ni-Co LDH dan nanosheet

berpori NiCO2S4. Uap-fase metode nanosheets. Uap-fase metode nanosheets.

Uap-fase metode nanosheets. Metode hidrotermal fase-uap dapat memberikan

cara yang layak untuk merancang nanocomposites untuk diaplikasikan sebagai

superkapasitor.

5.2 Saran

Untuk selanjutnya dilakukan penelitian lebih lanjut nanokomposit

karena memiliki kegunaan dan aplikasi yang luas..

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., (2008). Pengantar Nanosains. ITB, Bandung.

Anonim. 2009. Nanokomposit Material Superkuat dan Ringan.

www.wikipedia.org/nanokomposit. Diakses pada 23 Maret 2017.

Aric, A. S., P. Bruce, et al. 2005."Nanostructured materials for advanced energy

conversion and storage devices."Nature Materials(4): 366-377.

Ashby, Michael F & Jones, David R H., (1980). Engineering Materials, An

Introduction totheir Properties and Applications. editing by R.J. Brook,

Pergamon Press, New York.

Bateman, A.M., 1981. Mineral Deposit 3rd edition. Jhon Wiley and Sons, New

York.

Burke, A. 2000. "Ultracapacitors: why, how, and where is the technology."

Journal of Power Sources91(1): 37-50.

Chu, A. and P. Braatz 2002."Comparison of commercial supercapacitors and

highpower lithium-ion batteries for power-assist applications in hybrid

electric vehicles I. Initial characterization."Journal of Power Sources

112(1):236-246.

Conway, B. E., V. Birss, et al. 1997. "The role and utilization of

pseudocapacitance for energy storage by supercapacitors.Journal of

Power Sources 66(1-2): 1-14

Conway, B. E., V. Birss, et al. 1997. "The role and utilization of

pseudocapacitance for energy storage by supercapacitors."Journal of

Power Sources 66(1-2): 1-14. supercapacitors."Journal of Power Sources

97-8: 812 815.

Conway, B. E.1999. Electrochemica Supercapacitors : Scientific Fundamentals

and Technological Applications. New York, Kluwer-Plenum.

Deborah D.L. Chung, 2010, Composite Materials Science and Applications,

Springer London Dordrecht Heidelberg NewYork

Dorfner, Konrad dan Anton J. Hartomo. 1995. Iptek Penukar Ion. Edisi Pertama.

Yogyakarta: Andi Offset.

Hadyawarman, dkk. 2008. Fabrikasi Material Nanokomposit Superkuat, Ringan

dan Transparan Menggunakan Metode Simple Mixing. Jurnal Nanosains

& Nanoteknologi. Vol 1, No 1, Februari 2008: 14-21.

19
Hadyawarman, dkk. 2008. Fabrikasi Material Nanokomposit Superkuat, Ringan

dan Transparan Menggunakan Metode Simple Mixing. Jurnal Nanosains

& Nanoteknologi. Vol 1, No 1, Februari 2008: 14-21.

Kim, I. H. and K. B. Kim. 2001. "Ruthenium oxide thin film electrodes for

supercapacitors."Electrochemical and Solid State Letters 4(5): A62-A64.

Kotz, R. and M. Carlen 2000. "Principles and applications of electrochemical

capacitors." Electrochimica Acta 45(15-16): 2483-2498.

Kumar, A.P., Dilip Depan, Namrata Singh Tomer, Raj Pal Singh. (2009).

Nanoscale particles for Polymer Degradation and Stabilization- Trends

and Future Perspectives. Progres in Polymer Science, 34, p.479-515

Manias, E., Polizos,G.,Nakajima,H., dan Heidecker, M.J. 2007. Fundamental of

PolymerNanocomposite Technology. John Wiley & Sons,Inc.

Mastragostino, M., C. Arbizzani, et al. 2001. "Polymer-based highpower lithium-

ion batteries for power-assist applications in hybrid electric vehicles I.

Initial characterization."Journal of Power Sources 112(1): 236-246.

Muller, Ulrich. 2006. Inorganic Strctural Chemistry. USA: Jhon Willey & Sons

Nano. 2009. Nanokomposit Material Superkuat dan Ringan.

http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ppua0158. Diakses pada 23

Maret 2017.

Nicolais, L., Milella, E., Meo, M., (2011). Composite Materials: a Vision for the

Future. Springer-Verlag, London.

Rao, C. N. R. et. al. 2004. The Chemistry of Nanomaterials: Synthesis, Properties

and Applications. Volume 1 : 3-527-30686-2.

Rao, C. N. R. et. al. 2004. The Chemistry of Nanomaterials: Synthesis, Properties

and Applications. Volume 1 : 3-527-30686-2l

Ryu, K. S., K. M. Kim, et al. 2002. "Symmetric redox supercapacitor with

conducting polyaniline electrodes." Journal of Power Sources 103(2): 305-

309.

Schadler, L. S. (2003). Polymer-based and Polymer-filled Nanocomposite. Wiley

VCH,Weinhem.

20

Anda mungkin juga menyukai