Anda di halaman 1dari 101

laporan praktikum kimia analisa

situs ini uraian tetntang laporan praktikum di labopratorium kimia analisa, departemen teknik kimia,
fakultas teknik, universitas sumatera utara,

Rabu, 11 November 2009

KIMIA ANALISA KUALITATIF

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISA KUALITATIF

Semester : III

Kelompok : II ( Dua )

Tanggal percobaan : 22 Agustus 2009

NAMA

NIM

DEDY ANWAR

080405009
LABORATORIUM KIMIA ANALISA

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

LABORATORIUM KIMIA ANALISA

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA / NIM : Dedy Anwar

KELOMPOK : II (dua)

MODUL : Kimia Analisa Kualitatif

TGL. PERCOBAAN : 22 Agustus 2009


Medan, 2009 Asisten,

(Rudiansyah)

LABORATORIUM KIMIA ANALISA

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENUGASAN

NAMA / NIM : Dedy Anwar / 080405009

Andriani Dewi / 080405030

Juliananta Sitepu / 080405060

KELOMPOK : II (dua)

MODUL : Kimia Analisa Kualitatif


TGL. PERCOBAAN : 22 Agustus 2009

Medan, 2009 Asisten,

(Rudiansyah)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Kimia Analisa Kualitatif dengan sebaik-
baiknya dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia
Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik
Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari
percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum
Kimia Analisa.
Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta
literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.

Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.

2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.

3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan


dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.

Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada
kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran
dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan
serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.

Medan, 5 Oktober 2009

Penulis,

Dedy Anwar

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR . v

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Percobaan 1

1.4 Manfaat Percobaan 2


1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2

BAB II TEORI ANALISA KUALITATIF 3

2.1 Metode Analisa Kualitatif 3

2.1.1 Analisis Kualitatif Berdasarkan sifat fisis bahan 3

2.1.2 Identifikasi Kation berdasarkan H2S 3

BAB III IDENTIFIKASI ANION 7

3.1 Ringkasan Percobaan 7

3.2 Tinjauan Pustaka 7

3.2.1 Barium Karbonat (BaCO3) 12

3.2.2 Natrium Khromat (NaCrO4) 14

3.2.3 Natrium Klorida (NaCl) 16

3.2.4 Perak Bromida (AgBr) 18

3.2.4 Hidrogen Iodida (HI) 20

3.2.5 Reagensia 22

3.3 Prosedur Praktikum 19

3.3.1 Identifikasi Anion Karbonat 26

3.3.2 Identifikasi Anion Khromat 26

3.3.3 Identifikasi Anion Klorida, Bromida, Iodida 26

3.4 Flowchart 28

3.4.1 Flowchart Identifikasi Anion Karbonat 28

3.4.2 Flowchart Identifikasi Anion Khromat 29

3.4.3 Flowchart Identifikasi Anion Klorida 30

3.4.4 Flowchart Identifikasi Anion Bromida 31

3.4.5 Flowchart Identifikasi Anion Iodida 32

3.5 Reaksi Spesifikasi 33

BAB IV IDENTIFIKASI KATION 34

4.1 Ringkasan Percobaan 34


4.2 Tinjauan Pustaka 34

4.2.1 PbSO4 (Timbal (II) Sulfat) 41

4.2.2 HgCl2 (Merkuri Klorida) 43

4.2.3 Regensia 45

4.3 Prosedur Praktikum 48

4.3.1 Identifikasi Kation Pb+ 48

4.3.2 Identifikasi Kation Hg+ 48

4.4 Flowchart 49

4.4.1 Flowchart Identifikasi Kation Pb+ 49

4.4.2 Flowchart Identifikasi Kation Hg+ 50

4.5 Reaksi Spesifikasi 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 52

5.1. Kesimpulan 52

5.2. Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN A LA-1

LAMPIRAN B LB-1

LAMPIRAN C LC-1

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Flowsheet Pembuatan BaCO3 13

Gambar 3.2 Flowsheet Pembuatan NaCrO4 15

Gambar 3.3 Flow Proses Pembuatan Garam 17

Gambar 3.4 Flowsheet Pembuatan AgBr 19

Gambar 3.5 Flowsheet Pembuatan HI 21

Gambar 3.6 Flowchart Identifikasi Anion Karbonat 28

Gambar 3.7 Flowchart Identifikasi Anion Kromat 29

Gambar 3.8 Flowchart Identifikasi Anion Klorida 30

Gambar 3.9 Flowchart Identifikasi Anion Bromida 31

Gambar 3.10 Flowchart Identifikasi Anion Iodida 32

Gambar 4.1 Skema Pemisahan Kation 37

Gambar 4.2 Flowsheet Pembuatan Timbal (II) Sulfat 43

Gambar 4.3 Flowsheet Pembuatan HgCl2 45

Gambar 4.4 Flowchart Identifikasi Kation Pb+ 49

Gambar 4.5 Flowchart Identifikasi Kation Hg+ 50

Gambar A.1 Flowchart Pembuatan Ekstrak Soda LA-1


DAFTAR TABEL

Tabel B.1. Alat dan Fungsi LB-1


BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kimia analisa adalah ilmu yang mempelajari cara – cara penganalisaan zat kimia yang terdapat
didalam suatu senyawa atau larutan yang akan dianalisa baik jenis maupun kadarnya :

1. Analisa Kualitatif Adalah penyelidikan kimia mengenai jenis unsur atau ion yang terdapat dalam
suatu zat tunggal atau campuran.

2. Analisa Kuantitatif Adalah penyelidikan kimia mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat dalam
suatu zat tunggal atau campuran.

Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analisis dalam titrasi-titrasi, dalam
penetapan gravimetri, dan dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya
(Underwood, 1986). Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari
susunanpersenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel.

Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation. Analisa anion dan kation bertujuan untuk
menganalisa adanya ion dalam sample. Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah
dibanding analisa terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat sehingga kita dapat secara
cepat mendapatkan hasil percobaan.

Analisa anion - kation dapat juga digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam
pemeriksaan darah, urine, dan sebagainya.

1.2Perumusan Masalah

Menganalisa adanya anion dalam sampel dengan langkah-langkah pendahuluan, yaitu dengan
pemberian karbon aktif untuk adsorbsi warna tambahan, uji logam berat, lalu dilakukan identifiksi
anion. Dan bagaimana kelarutan ion-ion Pb2+, Hg+, Ag+, Cd2+, dan Cu2+ setelah direaksikan dengan
HCl encer dan gas H2S jenuh.
1.3Tujuan Percobaan

Mengidentifikasi anion – anion sulfat, phospat, khromat, dan halida dengan pereaksi spesifik
membentuk endapan. Dan memisahkan kation-kation Pb+2, Hg+, Ag+, Cd+2 dan Cu+2, berdasarkan
kelarutannya dengan HCl encer dan gas H2S (jenuh). Dan selanjutnya diidentifikasi dengan reaksi
spesifik.

1.4Manfaat Percobaan

Agar mahasiswa mengerti dan mampu mengaplikasikan analisa anion dan kation dalam dunia kerja.

1.5Ruang Lingkup percobaan

Praktikum Kimia Analisa Kualitatif ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik,
Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.

Menggunakan bahan–bahan antara lain ”Fanta hijau”, ”You C1000”, Na2CO3, HNO3, HCl, Ba(OH)2,
BaCl2, NH4OH, AgNO3, Hac, K2CrO4, KI, dan H2S. Dan dalam percobaan ini digunakan alat-alat
seperti tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas ukur, beaker glass, batang pengaduk, corong,
pipa kapiler, bunsen, penjepit tabung, sentrifuse dan, penganas air.
BAB II

TEORI ANALISA KUALITATIF

2.1 Metode Analisis Kualitatif

Analisa kualitatif atau disebut juga analisa jenis adalah untuk menentukan macam atau jenis zat atau
komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kita mempergunanakan sifat-
sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel
cairan dalam gelas kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cair itu maka kita lakukan analisa kualitatif
terhadap sampel cairan itu. Caranya ialah kita tentukan sifat-sifat fisis sampel tersebut. Misalnya
bagaimanakah warna, bau, indeks bias, titik didih, massa jenis serta kelarutan. Begitu pula bila
sampel berupa padatan, kita tentukan bagiamanakah warna, bau, warna nyala, titik leleh, bentuk
kristal, serta kelarutannya. Harus disadari bahwa untuk melakukan analisa kualitatif yang cepat dan
tepat diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat fisis bahan-bahan yang dianalisa.

Pengetauan ini sangat diperlukan dalam manarik kesimpulan yang tepat. Data tentang sifat-sifat fisis
ini dapat ditemukan dalam suatu Hand Book, misalnya dalam Physical and Chemical Data Hand Book.
Berdasarkan metodenya, analisa kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua kelompok. Pertama,
analisis bahan berdasarkan karakterisasi fisis, yaitu penentuan sifat fisis dan keasaman. Kedua,
analisis bahan berdasarkan metode H2S, yaitu analisis kation dan analisis anion. Pada bab ini akan
diuraikan bagaimana cara melakukan analisa kualitatif tersebut.

2.1.1 Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisis bahan

Sebelum kita melakukan penentuan sifat fisis berupa penentuan titik leleh dan bentuk kristal untuk
sampel padat dan penentuan titik didih dan indeks bias untuk sampel cair, lakukanlah terlebih dahulu
analisis pendahuluan. Untuk sampel padat analisis pendahuluan meliputi: warna, bau, bentuk,
kelarutan, pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan untuk sampel cair analisis
penaduluan meliputi: warna, bau, kelarutan serta keasaman.

2.1.2 Idetifikasi kation berdasarkan H2S

Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi
yang spesifik, meskipun agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh
karena itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan
pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus
dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang akan dianalisis
dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba dahulu secara berturut-
turut mulai dari air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air raja (HCl : HNO3 = 3 : 1).
Mula-mula dicoba dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan panas. Bila pelarutnya HCl pekat larutan
harus diuapkan sampai sebagaian besar HCl habis. Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua asam
harus dihilangkan dengan cara menguapkan larutan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan
sedikit HCl, diuapkan lagi sampai volumenya sedikit lalu encerkan dengan air.

Analisa kualitatif merupakan analisa yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar
variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-
variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.
Hubungan antar semantis sangat penting karena dalam analisa kualitatif, peneliti tidak menggunakan
angka-angka seperti pada analisa kuantitatif.

Prinsip pokok teknik analisa kualitatif ialah mengolah dan menganalisa data-data yang terkumpul
menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Prosedur analisa data
kualitatif dibagi dalam lima langkah yaitu:

1.Mengorganisasi data: Cara ini dilakukan dengan membaca berulang kali data yang ada sehingga
peneliti dapat menemukan data yang sesuai dengan penelitiannya dan membuang data yang tidak
sesuai

2.Membuat kategori, menentukan tema, dan pola: langkah kedua ialah menentukan kategori yang
merupakan proses yang cukup rumit karena peneliti harus mampu menglompokkan data yang ada
kedalam suatu kategori dengan tema masing-masing sehingga pola keteraturan data menjadi terlihat
secara jelas

3.Menguji hipotesa yang muncul dengan menggunakan data yang ada: setelah proses pembuatan
kategori maka peneliti melakukan pengujian kemungkinan berkembangnya suatu hipotesa dan
mengujinya dengan menggunakan data yang tersedia

4.Mencari eksplanasi alternatif data: proses berikutnya ialah peneliti memberikan keterangan yang
masuk akal data yang ada dan peneliti harus mampu menerangkan data tersebut didasarkan pada
hubungan logika makna yang terkandung dalam data tersebut; dan

5.Menulis laporan: penulisan laporan merupakan bagian analisa kualitatif yang tidak terpisahkan.
Dalam laporan ini peneliti harus mampu menuliskan kata, frasa dan kalimat serta pengertian secara
tepat yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan data dan hasil analisanya.

Model lain untuk melakukan analisa data kualitatif ialah dengan menggunakan:

1.Analisa Domain,

2.Analisa Taksonomi,

3.Analisa Komponensial,

4.Analisa Tema Kultural dan

5.Analisa Komparasi Konstan.


Dalam mengaplikasikan teknik-teknik analisa di bawah ini, penulis menggunakan contoh bidang ilmu
Desain Komunikasi Visual.

1. Analisa Domain: Analisa domain berguna untuk mencari dan memperoleh gambaran umum atau
pengertian yang bersifat secara mneyeluruh. Hasil yang diharapkan ialah pengertian di tingkat
permukaan mengenai domain tertentu atau kategori-kategori konseptual.

2. Analisa Taksonomi: analisa taksonomi didasarkan pada focus terhadap salah satu domain (struktur
internal domain) dan pengumpulan hal-hal / elemen yang sama.

3. Analisa Komponensial: analisa komponensial menekankan pada kontras antar elemen dalam suatu
domain; hanya karakteristik-karaktersitik yang berbeda saja yang dicari.

4. Analisa Tema Kultural: cara melakukan analisa tema kultural ialah dengan mencari benang merah
yang ada yang dikaitkan dengan nilai-nilai, orientasi nilai, nilai dasar / utama, premis, etos,
pandangan dunia dan orientasi kognitif. Analisa berpangkal pada pandangan bahwa segala sesuatu
yang kita teliti pada dasarnya merupakan suatu yang utuh (keseluruhan), tidak terpecah-pecah; oleh
karena itu peneliti dalam menganalisa data sebaiknya menggunakan pendekatan yang utuh (holistic
approach).

5. Analisa Komparasi Konstan (Grounded Theory Research) cara melakukan analisa komparasi
konstan adalah sebagai berikut:

a.Mengumpulkan data untuk menyusun / menemukan suatu teori baru.

b.Berkonsentrasi pada deskripsi yang rinci mengenai sifat atau cirri dari data yang dikumpulkan untuk
menghasilkan pernyataan teoritis secara umum.

c.Membuat hipotesa jalinan hubungan antara gejala yang ada, kemudian mengujinya dengan bagian
data yang lain.

d.Didasarkan dari akumulasi data yang telah dihipotesakan, peneliti mengembangkan suatu teori
baru.
BAB III

IDENTIFIKASI ANION

BERDASARKAN REAKSI PENGENDAPAN

3.1 Ringkasan percobaan

Hari / tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2009

Pukul : 13.30 – 17.30 WIB

Tempat : Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Warna : Hijau

Hasil : Anion Karbonat (CO3-)

Anion Khromat (CrO4-)

Anion Klorida (Cl-)

Anion Bromida (Br-)

Anion Iodida (I-)

3.2 Tinjauan Pustaka

Analisa anion adalah analisa yang bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sampel.
Sedangkan analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat dalam
suatu sampel. Jadi, analisa anion secara kualitatif merupakan analisa yang dilakukan untuk
mengetahui adanya anion serta jenis anion apa saja yang terdapat dalam suatu sampel.

Cara identifikasi anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation. Salah satu cara
penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak, garam-
garam kalsium, barium dan seng. Selain itu ada cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath
dan Vogel.

Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam bariumnya, warna,
kalarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongkan anion berdasarkan
pada kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion
berdasarkan pada proses yang digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan
asam dan identifikasi anion berdasarkan reaksinya dalam larutan. Identifikasi anion yang menguap
bila diolah dengan asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer
atau H2SO4 encer, dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat.
Demikian pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion yang
diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks.

Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat asal dan analisis anion dengan
menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil analisis sebelumnya (data kelarutan) dan pengetahuan
tentang kation yang ada, dapat memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau tak ada
dalam larutan sampel. Sebagai contoh, zat asal larut dalam air panas, kation yang ditemukan Pb2+,
anion yang mungkin ada adalah klorida karena PbCl2 larut dalam air panas. Tidak mungkin nitrat
karena timbal nitrat mudah larut dalam air dingin. Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa
kelas diantaranya :

Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering
dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering
yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi kecil.

Reaksi ini terdapat beberapa macam jenis, diantaraknya :

1. Uji Manik fosfat

Digunakan garam mikroskomik, natrium ammonium hidrogen fosfat tetrahidrat, manik tembus
cahaya tak berwarna mengandung natrium metafosfat.

2. Uji nyala

Bagian terpanas nyala adalah pada zona pelelhan yang terletak pada kira-kira sepertiga ketinggian
nyala, daerah ini dimanfaatkan untuk menguji kedapat lelehan zat dan juga melengkapi dalam
menguji keatsirian relative dari zat-zat atau campuran zat.

3. Uji Spektroskopi

Untuk memisahkan cahaya atau rona-rona komponennya dan mengidentifikasikan kation yang ada
oleh perangkat rona yang khas itu.

4. Pemanasan
Yaitu teknik dengan cara zat disimpan dalam sebuah tabung pengapian

yang dibuat dari pipa kaca lunak, dan dipanasi dalam sebuah nyala Bunsen, mula-mula dengan
lembut dan kemudian dengan lebih kuat.

5. Uji Manik natrium karbonat

Manik natrium karbonat disiapkan dengan melelehkan natrium karbonat pada lingkaran kawat Pt
dalam nyala Bunsen, diperoleh pantulan kecil tak tembus cahaya, jika dibasahi, maka akan
dibenamkan dalam kalium nitrat dan sedikit mangan, sehingga terbentuk manik hijau natrium
manganat

6. Uji Pipa Tiup

Suatu nyala mengoksid diperoleh dengan memegang mulut pipa dengan pipa itu kira-kira sepertiga
kedalam nyala dan meniup dengan lebih kuat dalam arah sejajar dengan puncak pembakar.

7. Uji Manik Borak

Manik dan zat yang menempel mula-mula dipanasi dalam nyala mereduksi bawah, dibiarkan dingin
dan warnanya diamati. Kemudian manik itu dipanasi dalam nyala mengoksida bawah, biarkan dingin
dan warnanya diamati lagi.

Namun, Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah

1. Reaksi nyala dengan kawat nikrom : Sedikit zat dilarutkan kedalam HCl. Diatas kaca arloji kemudian
dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah bersih kemudian dibakar diatas
nyala oksidasi .

2. Reaksi nyala beilstein : Kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala oksida sampai
nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.

3. Reaksi nyala untuk borat : Dengan cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan asam sulfat pekat
dan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada borat akan timbul
warna hijau.

Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang digunakan untuk kation.
Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena beberapa anion termaksud
dalam lebih dari satu golongan.

Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.

b. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.

c. Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau fospat terkondensasi.

d. Anion kompleks halide, seperti TaF6 dan kompleks anion yang mengandung anion berbasa banyak
seperti oksalat
Reaksi-reaksi dalam anion ini akan dipelajari secara sistematis untuk memudahkan reaksi dari asam-
asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama, ini meliputi asetat, format, oksalad, sitrat,
salisilad, benzoad, dan saksinat.

Bila dalam pemeriksaan kation ditemukan kation-kation logam berat (kation golongan I, II, III, IV dan
Mg2+ pada golongan skema H2S) maka pemeriksaan anion menggunakan larutan ekstrak soda.
Larutan ekstrak soda dibuat dengan memasak cuplikan dalam larutan jenuh natrium karbonat selama
10 menit, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh disebut ekstrak soda (ES). Karena ES suasana basa
maka larutan ES ini tidak dipergunakan tanpa pengaturan suasana yang tepat. Biasanya sebelum
digunakan ditabahkan dulu asam.

Sebagai contoh:

Analisis terhadap ion-ion preduksi

Warna KMnO4 hilang menunjukkan ion pereduksi positif ada

ES + H2SO4 (4N) + KMnO4

Warna KMnO4 tidak hilang menunukkan ion

Pereduksi tidak ada

Analisis terhadap ion-ion pengoksida

ES + H2SO4 (4N) kemudian dituangkan dengan hati-hati ke dalam larutan difenil amin dalam H2SO4
pekat. Bila terjadi warna biru tua menunjukkan ion pengoksida ada. Bila bukan biru tua maka
menunjukkan ion pengoksida tidak ada.

Fungsi larutan ekstrak soda adalah untuk mengendapkan kation logam berat dan untuk
mempertinggi kelarutan anion.. Pada pemanasan dengan penambahan Na2CO3 ion-ion logam
diendapkan dalam bentuk oksida, hidroksida, karbonat dan karbonat basa. Bila Na2CO3 yang
ditambahkan banyak maka CrO4 2- yang dapat larut makin banyak. Dari hasil identifikasi sebelumnya
dapat ditehui adanya beberapa anion seperti CO32- dan CH3COO-. Berikut ini akan dibahas beberapa
reaksi identifikasi anion yang lain.

SO32- : Dengan larutan KMnO4 yang diasamkan dengan asam sulfat encer akan terjadi penghilangan
warna ungu KMnO4 karena MnO4 tereduksi menjadi ion Mn2+.

S2O32- : Dengan larutan Ion akan terjadi penghilangan warna iod karena terbentuk larutan
tetrationat yang tak berwarna.

SO42- : Dengan larutan barium klorida membentuk endapan putih BaSO4 yang tak larut dalam HCl
encer, asam nitrat encer tetapi larut dalam HCl pekat panas.

NO2- : Dengan larutan KI kemudian diasamkan dengan asetat atau sulfat encer akan dibebaskan
iodium yang dapat diidentifikasi dari timbulnya warna biru dalam pasta kanji.

CN- : Denga larutan AgNO3 terbentuk endapan putih AgCN yang mudah larut dalam larutan sianida
berlebih karena membentuk ion komplkes [Ag(CN)2]–
SCN- : Dengan larutan FeCl3 membentuk warna merah darah.

[Fe(CN)6]4- : Dengan larutan FeCl3 akan terbentuk endapan biru prusia dalam larutan netral atau
asam. Endapan diuraikan oleh larutan hidroksida alkali membentuk endapan Fe(OH)3 yang berwarna
coklat.

[Fe(CN)6]3- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan merah jingga, Ag3[Fe(CN) 6] yang larut
dalam amonia tetapi tidak larut dalam asam nitrat.

Cl- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan putih AgCl yang tidak larut dalam air dan asam
nitrat encer, tetapi larut dalam amonia encer.

Br- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan kuning AgBr yang sukar larut dalam amonia encer,
larut dalam amonia pekat, KCN dan Na2S2O3 tetapi tidak larut dalam sama nitrat encer.

I- : Dengan larutan Pb asetat terbentuk endapan kuning PbI2 yang larut dalam air panas yang banyak
membentuk larutan tidak berwarna, ketika didinginkan terbentuk keping-keping kuning keemasan.

NO3 - : Dengan tes cincin coklat. Tambahkan 3 ml larutan FeSO4 yang segar ke dalam 2 ml larutan
NO3-. Tuangkan 3-5 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Terbentuknya cicncin coklat
menunjukkan adanya NO3

3.2.1 Barium Karbonat (BaCO3)

Senyawa Barium Karbonat mungkin berada dalam bentuk bahan tambang yang lain. Karbonat dan
Barium Karbonat yang diendapkan. Barium karbonat merupakan persenyawaan antara Barium dan
Karbonat.

3.2.1.1 Sifat – Sifat Barium Karbonat (BaCO3)

A. Sifat Fisika :

1.Berat molekul : 197,37 gr/mol

2.Warna : putih

3.Spesifik gravity : 4,29

4.Titik lebur : 17400 C

5.Titik didih : 14500 C

6.Sering bergabung dengan galena

7.Tersedia dalam jumlah yang sedikit di alam

B. Sifat Kimia :
1.Mempunyai kelarutan yang normal

2.Larut dalam air

3.Terbentuk karena reaksi oleh asam karbonat yang berlebihan

4.Barium Karbonat dapat dilarutkan dalam asam nitrat

5.Terurai pada saat pendidihan larutan

6.Barium Karbonat digunakan untuk racun tikus

3.2.1.2 Pembuatan Karbonat (BaCO3)

A.Skala Laboratorium

Dalam skala laboratorium Barium Karbonat dapat dibuat dengan mengalirkan gas CO2 kepada
larutan Ba(OH)2 sehingga terjadi endapan Barium Karbonat (BaCO3) reaksinya adalah :

Ba(OH)2 + CO2 BaCO3 + H2O

B.Skala Industri

Proses pembuatan BaCO3 dapat dilakukan dengan menggunakan proses feedstock BaCO3 dengan
kemurnian tinggi yang digunakan oleh OSRAM Sylvania Product Inc.. Prosesnya sebagai berikut:

Garam BaCl2 dengan kemurnian tinggi terlarut dalam air deionisir. Solution difiltrasi untuk
menghilangkan residu padatan tersuspensi dan hasil filtrasi dibuang. Solution NH4HCO3 kemudian
dipompa ke BaCl2 untuk mengendapkan BaCO3.

Penguapan NH3 dari penambahan NH4HCO3 ke BaCl2 dilepaskan ke scrubber. Scrubber air limbah
disalurkan secara langsung ke fasilitas pengolahan air limbah OSRAM on-site.

Presipitat BaCO3 yang masih mengandung NH4+ dipisahkan dengan pengurai amonia. Presipitat
BaCO3 dicuci dengan air deionisir dan hasil air cucinya dikirim langsung ke bagian pengolahan air
limbah. Produk BaCO3 dibersihkan, dikeringkan, dan sized. Uap air dilepaskan ke atmosfer dari unit
pengering dan pengukur. Debu yang dihasilkan selama tahap sizing ditangkap oleh pengumpul debu
dan akhirnya dibuang. Produk akhir BaCO3 digunakan sebagian secara internal dalam fasilitas
OSRAM sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk OSRAM.

Gambar 3.1 Flowsheet pembuatan BaCO3

3.2.1.3 Kegunaan Karbonat (BaCO3)

Digunakan sebagai bahan Pembuat Racun Tikus

Sebagai bahan untuk Gelas Optik

Bahan Pembuat Keramik, Cat, dan Enamel.


3.2.2Na2CrO4 (Natrium kromat)

Natrium kromat bersifat murni dan kemurnian yang tinggi. Senyawa ini biasanya digunakan sebagai
reagensia. Namun, senyawa natrium kromat merupakan senyawa beracun.

3.2.2.1Sifat – Sifat Na2CrO4 (Natrium kromat)

Sifat Fisika :

1.Berbentuk kristal berwarna kuning.

2.Juga berada dalam bentuk larutan.

3.Berwarna kuning.

4.Berat molekul : 342,16

5.Titik lebur : 19,9oC

6.Densitas : 1,483 gr/ml

Sifat Kimia :

1.Sedikit larut dalam alkohol.

2.Merupakan zat yang beracun.

3.Afinitas elektron kuat.

4.Bersifat reduktor.

5.Keelektronegatifan kecil

6.Beracun.

7.Bersifat reduktor.

3.2.2.2Pembuatan Na2CrO4 (Natrium kromat)

A. Skala laboratorium

Pembuatan asam kromat bisa dilakukan dengan mereaksikan kalium kromat dengan timbal asetat.
Kemudian menghasilkan endapan yang larut dalam larutan natrium hidroksida. Kelarutan dalam
larutan natrium hidroksida disebabkan karena terbentuknya senyawa garam kompleks dan natrium
plumbit yang mereduksi konsentrasi ion Pb2+ sehingga timbal kromat larut dalam larutan.

K2CrO4 + Pb(C2H3O2)2 PbCrO4 + 2KC2H3O2

(kalium kromat) (timbal asetat) (timbal kromat) (kalium asetat)

PbCrO4 + 4NaOH Na2(PbO2) + Na2CrO4 + 2H2O

(timbal kromat) (natrium hidroksida) (natrium plumbit) (natrium kromat) (air)


B. Skala industri

Dalam skala industri, pembuatan natrium kromat dilakukan dengan melelehkan bijih krom dalam
tungku dengan asam dan soda dengan aliran udara. Lelehan tersebut dilarutkan dalam air dan sedikit
natrium karbonat ditambahkan. Larutan tersebut didinginkan dan diasamkan dengan asam asetat
pada konsentrasi tertentu dan dibentuk menjadi kristal.

Gambar 3.2 Flowsheet Pembuatan NaCrO4

3.2.2.3Kegunaan CrO4 (Anion kromat)

1.PbCrO4 digunakan sebagai pigmen dalam industri cat, karet, plastik, pelapisan keramik, dan analisis
organik.

2.Cr(C2H3O2).3H2O digunakan dalam industri tekstil, katalis polimerisasi dan oksidasi, dan
pengemulsi.

3.ZnCrO4.7H2O digunakan sebagai zat warna.

4.ZnCr2O7 digunakan sebagai zat warna.

5.K2Cr2O7 digunakan sebagai agen pengoksidasi, reagensia analitis, komposisi kuningan, bahan
peledak, korek api, tekstil, percetakan, perekat, pewangi sintetis, zat warna.

6.Na2Cr2O7 digunakan dalam kolorimetri, agen pengompleks, oksidator inhibitor dalam etil eter.

3.2.3NaCl (Natrium Klorida)

Natrium Klorida biasanya disebut Garam, adalah senyawa yang hamper setiap hari digunakan.
Senyawa ini adalah komponen utma dalam bahan masakan, pembutan yang mudah dan harga yang
relative terjangkau.

3.2.3.1Sifat – sifat NaCl(Natrium Klorida)

Sifat Fisika :

1.Rumus Kimia ( NaCl )

2.Tampilan Padatan

3.Titik Lebur 140˚C

4.Titik didih 430˚C

5.Densitas pada suhu 20˚C 1.9 kg/L


Sifat Kimia :

1.Di alam terdapat sebagai Karnalit

2.Mudah Larut dalam Air

3.Dapat ditemukan di air laut

4.Tidak hogroskopis

5.Dapat digunakan sebagai katalis

3.2.3.2Pembuatan NaCl(Natrium Klorida)

A. Skala laboratorium

Natrium klorida terbentuk dari campuran unsur alam Natrium dan Chlor. Zat ini sangat banyak
dijumpai di alam dengan reaksi :

Na+ + Cl- → NaCl

B. Skala Industri

Ada bermacam-macam cara pembuatan garam yang telah dikenal manusia, tetapi dalam tulisan ini
hanya akan diuraikan secara singkat cara pembuatan garam yang proses penguapannya
menggunakan tenaga matahari (solar evaporation), mengingat cara ini dinilai masih tepat untuk
diterapkan perkembangan teknologi dan ekonomi di Indonesia pada waktu sekarang. Pada dasarnya
pembuatan garam dari air laut terdiri dari langkah-langkah proses pemekatan (dengan menguapkan
airnya) dan pemisahan garamnya (dengan kristalisasi).

Bila seluruh zat yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam-
macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat
yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi
total”. Bila terjadi kristalisasi komponen garam tersebut diatur pada tempat-tempat yang berlainan
secara berturut-turut maka dapatlah diusahakan terpisahnya komponen garam yang relatif lebih
murni. Proses kristalisasi demikian disebut kristalisasi bertingkat. Untuk mendapatkan hasil garam
Natrium Klorida yang kemurniannya tinggi harus ditempuh cara kristalisasi bertingkat, yang menurut
kelakuan air laut, tempat kristalisasi garam (disebut meja garam) harus mengkristalkan air pekat dari
25°Be sehingga menjadi 29°Be, sehingga pengotoran oleh gips dan garam-garam magnesium dalam
garam yang dihasilkan dapat dihindari/dikurangi.

Gambar 3.3 Flow Proses Pembuatan Garam

3.2.3.3Kegunaan NaCl(Natrium Klorida)


1.Digunakan sebagai bahan penting untuk makanan

2.Dapat digunakan sebagai bahan pengawet

3.Bahan baku pembuatan logam Na dan Larutan NaOH

4.Dan bahan untuk pembuat keramik, kaca dan

5.Sebagi bahan pembuat Pupuk

3.2.4AgBr (Perak Bromida)

Perak bromida adalah persenyawaan antara Ag+ dan Br-. Senyawa sangat sering digunakan delam
Fotografi karma depat menghitamkan berkas Film dari kamera.

3.2.4.1Sifat – sifat AgBr (Perak Bromida)

Sifat Fisika :

1.Rumus Kimia ( AgBr)

2.Tampilan Padatan,

3.Berwarna Kuning Muda

4.Titik Lebur 423˚C

5.Densitas pada suhu 20˚C 6,5 kg/L

Sifat Kimia :

1.Sukar larut dalam ammonia

2.Mudah larut dalam senyawa kompleks

3.Ksp sebesar 3,3 x 10-13

4.Menghitam jika dikenai cahaya

5.Senyawa anorganik

3.2.4.2Pembuatan AgBr (Perak Bromida)

A. Skala laboratorium

Pembuatan perak bromida secara laboratorium secara reaksi substitusi Br2 dengan senyawa atau
garam yang mengandung perak misalnya perak iodida dengan reaksi :

Br2 + 2 AgI → 2 AgBr + I2


Dapat juga dibuat dengan mereaksikan garam perak dengan asam bromida untuk menghasilkan
perak bromida dengan reaksi :

AgNO3 + HBr → AgBr + HNO3

B. Skala industri

Pembuatan brom ini memakai “proses pendorongan uap” dari air garam. Untuk air laut, dimana
konsentrasi bom relatif encer, udara merupakan bahan peniup yang paling ekonomis. Tetapi untuk
pengolahan sumber-sumber yang mempunyai kandungan brom relatif tinngi seperti air garam (brom
cara peniupan uap (vapor) brom yang lebih baik ialah dengan uap (steam). Dalam proses ini air
garam dipanaskan di dalam penukar kalor sampai suhu 90oC, kemudian dilewatkan menuju menara
klorinator. Setelah mengalami klorinasi sebagian, air garam itu dialirkan ke dalam menara tiupan uap,
dimana uap diinjeksikan dari bawah sambil menambahkan klor dan yang mengandung halogen
dikondensasikan dan dipisahkan melalui gravitasi. Lapisan yang terdiri dari campuran air halogen
dikembalikan ke menara uap, dan halogen yang sebagian besar terdiri dari brom, pada lapisan bawah
dipisahkan dan dimurnikan.

Brom mentah dari proses yang terdahulu dapat dimurnikan dengan melewatkan uap melalui isian
yang terbuat dari besi yang dapat menangkap klor yang menyebabkan ketidakmurnian. Sebagian
besar brom yang dihasilkan dijadikan alkali bromida dan senyawa lain misal Perak bromida.

AgNO3 + HBr → AgBr + HNO3

Gambar 3.4 Flowsheet Pembuatan AgBr

3.2.4.3Kegunaan AgBr (Perak Bromida)

1.Sebagai pereaksi (reagensia) di laboratorium.

2.Pembuatan etilena dibromida.

3.Digunakan dalam penghambat nyala (bahan anti nyala).

4.Digunakan dalam pembuatan senyawa racun api.

5.Sebagai obat penenang yang aman.

6.Pembuatan rol film fotografi dan kertas foto.

7.Pembuatan desinfektan, anti hama (fumigan).

3.2.5Hidrogen Iodida (HI)


Hidrogen Iodida adalah senyawa organik dengan rumus HI, merupakan gas tidak berwarna yang
dibuat dengan persenyawaan H2 dengan uap I2. bnyak penelitian menemukan bahwa senyawa ini
tidak stabil.

3.2.5.1Sifat – sifat Hidrogen iodida (HI)

Sifat fisikanya :

1.Rumus Kimia ( HI)

2.Tampilan Gas putih

3.Titik Lebur –50.8˚C

4.Titik didih 35.4˚C

5.Densitas pada suhu 20˚C 2.85 kg/L (cair)

6.Densitas pada suhu 20˚C 4.4 kg/L (gas)

Sifat Kimianya :

1.Reduktor pada katalis Pt

2.Asam Kuat

3.Larut baik dalam air

4.Merupakan Reduktor

5.Senyawa anorganik

3.2.5.2Pembuatan Hidrogen iodida (HI)

A. Skala laboratorium

Asam iodida (HI) terbentuk dari pemanasan iodida dengan asam posfat yang dibentuk dari posfor
merah, memakai bantuan asam sulfur sebagai pendingin dengan reaksi :

I- + H3PO4 → HI + H2PO4-

B. Skala industri

Pembuatan iodin dapat dilakukan dengan tiga tahap yang paling mungkin dari brines. Langkah
pertama adalah klarifikasi terhadap brines untuk memisahkan minyaknya dan materi yang lain.
Kemudian pada tahap selanjutnya, dilakukan penambahan larutan perak nitrat ke dalam presipitat
atau endapan dari perak iodida yang terkandung dalam brines, dimana akan terjadi penyaringan dan
perlakuan untuk membentuk logam perak dan larutan ferro iodida. Perak ini pada akhirnya akan
dilarutkan kembali oleh asam nitrat pada siklus yang lain dan direaksikan dengan klorin untuk
membebaskan iodin. Pada langkah terakhir, setealh pembebasan iodin itu telah terjadi, itu berarti
anion iodida telah berada dalam keadaan bebas pada larutannya. Larutan tersebut akan dilewatkan
pada kabel-kabel tembaga, sehingga iodida dalam larutan akan bereaksi menjadi cupro iodida yang
tidak larut pada scrap reactor yang akhirnya akan disaring lagi, dikeringkan untuk memisahkan
senyawa tersebut menjadi iodium dengan residu senyawa besi II klorida. Lalu ditambah H3PO4
menghasilkan HI.

Gambar 3.5 Flowsheet Pembuatan HI.

3.2.5.3Kegunaan Hidrogen iodida (HI)

1.Untuk membuat asam hidrida.

2.Sebagai katalis untuk klorinasi senyawa organik.

3.Dalam kimia analitik untuk penentuan angka iodium.

4.Untuk pengobatan (farmasi) dan fotografi.

5.Sebagai zat warna pada germisida (pembasuh kuman).

3.2.6 Regensia

3.2.6.1. Anion Karbonat :

1.Na2CO3

A. Sifat Fisika :

1.Padatan Kristal Berwarna putih

2.Titik Lebur 851°C

3.Densitas (anhydrous) : pada 20°C 2.5 Kg/L

4.Densitas (Dekahidrat) : pada 20°C 1.4 Kg/L

5.Nama Dagang : Soda Hablur / Soda Cuci

B. Sifat Kimia :

1.Mudah Melapuk oleh udara

2.Beracun

3.Dapat digunakan sebagai pembersih

4.Pelunak Air sadah


5.Pereksi dalam pembuatan Kaca

2.Ba(OH)2

A. Sifat Fisika :

1. Berbentuk Kristal

2. Berwarna Putih

3. Titik Lebur : 78°C

4. Densitas : pada suhu 20°C 2,13 kg/L

5. Tidak Berbau

B. Sifat Kimia :

1. Merupakan larutan Basa

2. Larutan Anorganik

3. Pereaksi Analitik

4. Pereaksi dalam pemurnian Gula

5. Tidak beracun

3. HCl

A. Sifat Fisika

1. Massa atom : 36,45

2. Massa jenis : 3,21 gr/cm3.

3. Titik leleh : -1010C

4. Energi ionisasi : 1250 kj/mol

5. Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C

6. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna

7. Berbau tajam.

B. Sifat Kimia

1.HCl akan berasap tebal di udara lembab.

2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang.

3.Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter.


4.Merupakan oksidator kuat.

5.Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya, sehingga dapat

6. Racun bagi pernapasan.

3.2.6.2 Anion Khromat :

1.NH4OH

A. Sifat Fisika :

1.Berbentuk Cair

2.berbau tidak sedap

3.Tidak Berwarna

4.Titik Lebur : -78 °C

5.Titik Didih : - 33,5°C

B. Sifat Kimia :

1.Tidak dapat diisolasi

2.Tidak Stabil

3.Merupakan larutan basa

4.Mudah larut dalam Air

5.Autoniosasi

2.Hac

A. Sifat Fisika :

1. Tidak berwarna

2. Tidak berbau

3. Berbentuk cair

4. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna

5. Titik lelehnya Rendah

B. Sifat Kimia ;

1. Merupakan Asam

2. Mudah larut dalam Air


3. Merupakan oksidator kuat.

4. Larutanya Stabil

5. Beracun

3. BaCl2

A. Sifat Fisika :

1. Berbentuk Kristal

2. Tidak Berwarna

3. Titik Lebur : 960°C

4. Densitas : pada suhu 20°C 3,10 kg/L

5. Tidak Berbau

B. Sifat Kimia

1. Merupakan Garam Organik

2. Mudah Larut dalam Air

3. Digunakan sebagai zat Aditif untuk pelumas

4. Beracun

5. Tidak bereaksi dengan Udara

3.2.6.3Anion Clorida, Bromida, Iodida :

1.HNO3

A. Sifat fisika :

1. Massa jenis : 1,502 gr/cm3

2. Titik didih : 86ºC

3. Titik lebur : -42ºC

4. Energi evaporasi : 9,43 kkal/mol pada 20oC

5. Berat molekul : 63,02 gram/mol

6. Nilai entropi : 37,19 kkal/mol oK pada 25oC

7. Tidak berwarna
B. Sifat kimia :

1.Merupakan oksidator yang kuat dan asam kuat

2.Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium nitrat, menurut reaksi:

HNO3 + NH3 → NH4NO3

3.Reaksi dengan nikel sulfida menghasilkan garam nikel nitrat, nitrogen monoksida, belerang, dan air.

3 NiS + 8 HNO3 → 3 Ni(NO3)2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O

4.Reaksi dengan NiS yang ditambah asam klorida, menghasilkan garam nikel klorida.

3 NiS + 2 HNO3 + 6 HCl → 3 NiCl2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O

5.Reaksi dengan logam perak akan membentuk perak nitrat dan nitrogen dioksida.

Ag + 2 HNO3 → AgNO3 + NO2 + H2O

2. AgNO3

A. Sifat Fisika :

1.Padatan Kristal

2.Tidak Berwarna

3.Tidak Berbau

4.Tidak Aromatis

5.Rumus Kimianya AgNO3

B. Sifat Kimia :

1.Larut dalam air

2.Merupakan Garam

3.Oksidator Kuat

4.Dapat diisolasi

5.Beracun

3. CCl4

A. Sifat Fisika :

1. Berbentuk Cair
2. Densitas : pada suhu 20°C 2,238 kg/L

3. Tidak Berwarna

4. ΔHf° : -135.44 kJ/mol

5. Memiliki bau Khas

B. Sifat Kimia :

1.Sangat reaktif terhadap zat lain

2.Dapat diisolasi

3.Beracun

4.Tidak larut dalam Air

5.Tidak stabil

4. NH4OH

Telah dijelaskan pada Sub Bab 3.2.2.3

3.3 Prosedur Praktikum

3.3.1 Identifiksi Anion Karbonat (CO32-)

a.Ambil 2 sendok spatula Natrium Karbonat (Na2CO3), masukan dalam tabung reaksi Kemudian
tambahkan 5 ml HCl 3N

b.Sedikan Tabung Reaksi dengan penutup Gabus dan pipa kapiler Bengkok.

c.Alirkan gas yang keluar dari tabung reaksi pertama ketabung reaksi kedua yang berisi larutan
Ba(OH)2. Amati apa yang terjadi

3.3.2 Identifikasi Anion Khromat (CrO42-)

a.Kepada 5 tetes E.S ditambahkan NH4OH encer sampai basa

b.Lalu ditambahkan Hac sampai larutan menjadi asam

c.Ditambahkan 2 tetes BaCl2 10% presipitat kuning menujukan adanya anion khromat

3.3.3 Identifikasi Anion Klorida, Bromida, Iodida


a.Kepada 5 tetes E.S ditambahkan 10 tetes HNO3 encer. Kemudian panaskan sampai tidak
mengeluarkan gas lgi ( jika terdapat sufit maka harus dihalau terlebih dahulu) lalu tambahkan 1 tetes
larutan AgNO3. Presipitatnya putih yang larut dalam NH4OH menunujukan adanya Anion klorida

b.Kepada 5 tetes larutan E.S ditambahkan 10 tetes HNO3 encer lalu dipanaskan di dalam pengans air
kemudian ditambahkan 4 tetes larutan AgNO3. bila terbentuk endapan kuning pucat (endapan AgBr),
maka tambahkan 1 tetes NH4OH dan 6 tetes air klor. Lalu ditambahkan 10 tetes larutan CCl4 dan
tabung dikocok baik – baik. Lapisan ungu yang terbentuk menunjukan adnya anion iodida (I-).

3.4 Flowchart

3.4.1 Flowchart Identifikasi Anion Karbonat


Tidak

ya

Gambar 3.6 Flowchart Identifikasi anion Karbonat


3.4.2 Flowchart Identifikasi Anion Khromat
Tidak

Ya

Gambar 3.7 Flowchart Identifikasi Anion Khromat

3.4.3 Flowchart Identifikasi Anion Klorida


Ya
Gambar 3.8 Proses Identifikasi Anion Klorida

3.4.4 Flowchart Identifikasi Anion Bromida


Tidak

Ya

Gambar 3.9 Flowchat Identifikasi Anion Bromida


3.4.5 Flowchart Identifikasi Anion Iodida
Tidak

Ya

Gambar 3.10 Flowchart Identifikasi anion Iodida


3.5 Reaksi Spesifikasi

Dari hasil pengamatan teramati bahwa :

1.Identifikasi Anion Karbonat

NaCO3 + HCl + Ba(OH)2 BaCO3 ↓

2.. Identifikasi Anion Khromat

E.S + NH4OH + Hac + BaCl2 BaCrO4 ↓

3. Identifikasi Anion Klorida, Bromida, dan Iodida

a. E.S + HNO3 (dipanaskan) + AgNO3 AgCl ↓ + NH4OH

(larut)

b. E.S + HNO3 (dipanaskan) +AgNO3 AgBr ↓

AgBr + NH4OH + CCl4 NH4I ↓


BAB IV

IDENTIFIKASI KATION

BERDASARKAN KELARUTAN

4.1 Ringakasan percobaan

Hari / tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2009

Pukul : 13.30 – 17.30 WIB

Tempat : Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Warna : Hitam

Hasil : Kation Pb2+

Kation Hg2+
4.2 Tinjauan Pustaka

Golongan Kation

Kelima golongan kation dan ciri-ciri khasnya adalah sebagai berikut :

Golongan I : Kation-kation golongan ini membentuk endapan putih dengan asam klorida (HCl) encer.
Kation-kation golongan ini adalah timbal (Pb), merkurium I (Hg+), dan perak (Ag+).

Golongan II : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida (HCl), tetapi membentuk
endapan sulfida dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam suasana asam mineral encer. Kation-kation
golongan ini dibagi ke dalam 2 sub golongan yaitu :

II A (Golongan Tembaga) 1) Merkurium II (Hg+2)

2) Tembaga II (Cu+2)

3) Bismut (Bi)

4) Kadmium (Cd+2)

II B (Golongan Arsen) 1) Arsenik III (As+3)

2) Arsenik V (As+5)

3) Stibium V (Sb+5)

4) Timah II (Sn+2)

5) Timah V (Sn+5)

Apabila telah mengendap dapat dibedakan dengan reaksi amonium polisulfida di mana golongan II A
melarut dan golongan II B mengendap.

Golongan III : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida (HCl) encer ataupun
dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam suasana asam mineral encer, melainkan membentuk endapan
dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau sedikit basah. Kation-kation golongan ini adalah
kobalt II (Co+2), nikel II (Ni+2), besi II (Fe+2), besi III (Fe+3), aluminium (Al), seng II (Zn+2), dan
mangan II (Mn+2).

Golongan IV : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II dan III. Kation-
kation ini membentuk endapan karbonat dengan amonium karbonat (NH4)2CO3 dengan adanya
amonium klorida (NH4Cl) dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah
kalsium II (Ca+2), strontium II (Sr+2) dan barium II (Ba+2).

Golongan V : Kation-kation golongan ini disebut sebagai kation golongan sisa karena tidak
membentuk endapan dengan reagensia sebelumnya seperti halnya reagensia-reagensia yang
digunakan untuk memisahkan kation-kation golongan I sampai IV. Kation-kation golongan ini adalah
magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (Ka), litium (Li), dan hidrogen (H). (Vogel,1990).
Identifikasi Reaksi

Timbal II (Pb+2)

Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan. Timbal (Pb) dapat diidentifikasi dengan
menggunakan K2CrO4 dan KI. Jika Pb+2 diidentifikasi dengan larutan kalium kromat (K2CrO4) akan
menghasilkan endapan kuning cerah :

Pb+2 + CrO42- → PbCrO4↓

Jika Pb diidentifikasi dengan larutan KI akan menghasilkan endapan kuning :

Pb+2 + 2I- → PbI2↓

Timbal juga dapat diidentifikasi dengan asam klorida (HCl) encer yang akan menghasilkan endapan
putih :

Pb+2 + 2Cl- ↔ PbCl2↓

Sedangkan jika diidentifikasi dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam suasana asam encer atau netral,
akan menghasilkan endapan hitam :

Pb+2 + H2S → PbS↓ + 2H

Merkurium II (Hg+2)

Merkurium adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu biasa dan memiliki massa
jenis 13,534 gr/ml pada suhu 25˚C. Merkurium tidak bereaksi dengan asam klorida (HCl) atau asam
sulfat (H2SO4)-2 encer, tapi merkurium dapat bereaksi dengan asam nitrat (HNO3) yang dingin :

6Hg + 8HNO3 → 3Hg2+2 + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O

Merkurium juga dapat bereaksi dengan amonia (NH3) yang akan menghasilkan endapan hitam :

NH2

2Hg2+2 + NO3- + 4NH3 + H2O → HgO.Hg ↓ + 2Hg↓ + 3NH4

NO3

Perak (Ag+)

Perak adalah logam putih yang dapat ditempa dan liat. Perak tidak larut dalam asam klorida, asam
sulfat encer (1M), atau asam nitrat encer (2M). Perak membentuk ion monovalen dalam laruta tidak
berwarna. Ag+ dapat diidentifikasi dengan larutan NH3 akan menghasilkan endapan coklat perak
oksida :

2Ag+ + 2NH3 + H2O → Ag2O↓ + 2NH4+

Sedangkan jika diidentifikasi dengan asam nitrat akan menghasilkan endapan putih :
3Ag2S↓ + 2HNO3 → S↓ + 2NO↑ + 3Ag2O↓ + H2O

Kadmium II (Cd+2)

Kadmium adalah logam putih keperakan yang dapat ditempa dan liat. Jika kadmium II direaksikan
dengan KCN akan terbentuk endapan putih kadmium sianida (Cd(CN)2) :

Cd+2 + 2CN- → Cd(CN)2↓

Bila kadmium dialirkan dengan gas hidrogen sulfida, maka kadmium sulfida akan mengendap dan
menghasilkan endapan kuning :

(Cd(CN)4)-2 + H2S → CdS↓ + 2H+ + 4CN-

Tembaga II (Cu+2)

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Jika tembaga II direaksikan
dengan K4Fe(CN)6 akan menghasilkan endapan coklat kemerahan :

2Cu+2 + (Fe(CN)6)-4 → Cu(Fe(CN)6)↓

Sampel + HCl 0,1 M

Endapan (Gol IA) Filtrat + H2O3 3 % + HCl 6 N

1. AgCl Panaskan dialirkan H2S + NH4OH

2. Hg2Cl2

3. PbCl2

Endapan (Gol IIA) Filtrat panaskan + HNO3 + NH4Cl 10 %

1. HgS panaskan + NH4OH encer , panaskan

2. PbS

3. CuS

4. CdS

Endapan (Gol IIIA) Filtrat + NH4OH, alirkan H2S

1. Fe(OH)3

2. Cr(OH)3
3. Ad(OH)2

4. Mn2O2H2O Endapan Filtrat dilarutkan dalam cairan HNO3,

(Gol IIIB) panaskan + 10 ml air + NH4Cl 10 % +

(NH4)2CO3, panaskan

Endapan (Gol IV) Filtrat uapkan sampai pekat

1. CaCO3 + 3 ml HNO4, panaskan

2. BaCO3

3. SrCO3

Residu (Gol V)

1. Mg

2. K

3. Na

4. Ki

Gambar 4.1 Skema Pemisahan Kation (Anonim.2007)

Kelarutan

Kelarutan adalah sifat fisik yang merujuk pada kemampuan suatu substansi untuk larut dalam suatu
larutan. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut.
Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun
terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol dalam air, hingga sulit larutseperti perak klorida
(AgCl2) dalam air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :

1). Temperatur

Untuk pelarutan zat padat, kelarutannya meningkat seiring kenaikan suhu, sedangkan untuk gas
perilakunya lebih unik.
2). Pelarut

Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam pelarut organik. Ion-ion
dalam kristal tidak memiliki gaya tarik yang besar terhadap molekul pelarut organik. Oleh karena itu,
biasanya kelarutannya lebih rendah dibandingkan kelarutan dalam air.

3). Efek Ion Sekutu

Suatu endapan umumnya dapat lebih larut dala air murni daripada suatu larutan yang mengandung
salah satu ion endapan.

4). Pengaruh Aktifitas

Ternyata banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam larutan yang mengandung
ion-ion yang tidak bereaksi secara kimia dengan ion-ion endapan.

5). Pengaruh pH

Ion hidrogen yang bersenyawa dengan anion suatu garam untuk membentuk asam lemah, dengan
demikian meningkatkan kelarutan garam itu. Pada larutan yang keasamannya cukup tinggi, anion
asam lemah tidak mengubah pH secara berarti.

6). Efek Kompleks

Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut juga tergantung pada konsentrasi zat-zat yang
membentuk kompleks dengan kation garam itu.

Aplikasi Pemisahan Kation-kation

Salah satu aplikasi dari pemisahan kation-kation dalam mengidentifikasi logam-logam yang
terkandung dalam sediaan kosmetik yang berfungsi sebagai zat pemutiara. Zat pemutiara adalah
suatu zat yang digunakan dalam kosmetik untuk memberikan efek mengkilat seperti mutiara
sehingga bagian wajah akan terlihat makin segar, dan logam-logam yang terdapat dalam kosmetik
dapat menyebabkan iritasi.

Dari hasil pemeriksaan golongan ternyata pada pemeriksaan golongan III A memberikan reaksi positif
terhadap logam aluminium (Al). Serbuk logam aluminium sering digunakan dalam formula bedak
sebagai zat yang memberikan daya kilat. Garam-garam aluminium dapat merupakan astringen pada
kosmetik tertentu, tapi dapat mengiritasi kulit. (Mutiatikum, 2003).

Fungsi dan Manfaat Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat memberikan informasi
tentang kelarutan suatu senyawa tersebut dalam air. Semakin besar harga Ksp suatu zat, semakin
mudah larutsenyawa tersebut.
Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan suatu zat jikadua
larutan yang mengandung ion-ion dari senyawa sukar larut dicampurkan. Untuk meramalkan terjadi
tidaknya suatu endapan AmBn jika larutan yang mengandung ion An+ dan Bm- dicampurkan
digunakan konsep hasil kali ion (Qsp) berikut ini:

Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi endapan AmBn.

Jika Qsp = Ksp maka akan terjadi larutan jenuh AmBn.

Jika Qap

Penerapan Hubungan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Hubungan hasil kali kelarutan mempunyai nlai yang besar dalam analisis kualitatif, karena dapat
meramalkan reaksi-reaksi pengendapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan
nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai. Jika kondisinya adalah
demikian, sehingga hasil kai ion berbeda dengan hasil kali kelarutan, sistem itu akan berusaha
menyesuaikan dirinya sendiri, sehingga hasilkali ion mencapai hasil kali kelarutan. Jadi, jika hasil kali
ion sengaja dibuat lebih besar dari hasil kali kelarutan mengakibatkan mengendapnya garam padat.
Dan sebaliknya, jika hasil kali ion lebih kecil dari hasilkali kelarutan, kesetimbangan dalam sistem
dicapai kembali dengan melarutnya sebagian garam padat ke dalamlarutan.

Perlu diperhatikan, bahwa pengendapan sempurna suatu elektrolit yang sangat sedikitlarut adalah
tak mungkin, karena seberapa besarnya konsentrasi salah satu ion dinaikkan dengan sengaja,
konsentrasiion lainnya tidakdikurangkam sampai nol, karena hasil kali kelarutan merupakan nilai yang
konstan (Svehla, 1990).

Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisis bahan

Sebelum kita melakukan penentuan sifat fisis berupa penentuan titik leleh dan bentuk kristal untuk
sampel padat dan penentuan titik didih dan indeks bias untuk sampel cair, lakukanlah terlebih dahulu
analisis pendahuluan. Untuk sampel padat analisis pendahuluan meliputi: warna, bau, bentuk,
kelarutan, pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan untuk sampel cair analisis
penaduluan meliputi: warna, bau, kelarutan serta keasaman.

Idetifikasi kation berdasarkan H2S

Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi
yang spesifik, meskipun agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh
karena itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan
pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus
dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang akan dianalisis
dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba dahulu secara berturut-
turut mulai dari air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air raja (HCl:HNO3 = 3:1). Mula-
mula dicoba dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan panas. Bila pelarutnya HCl pekat larutan
harus diuapkan sampai sebagaian besar HCl habis. Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua asam
harus dihilangkan dengan cara menguapkan larutan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan
sedikit HCl, diuapkan lagi sampai volumenya sedikit lalu encerkan dengan air.

4.2.1 PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)

Senyawa timbal (II) sulfat ini memiliki rumus molekul PbSO4. Kebanyakan timbal ini tersedia dalam
bentuk senyawa atau mineral galena yaitu PbS, seperti yang terdapat dalam elektoda pada baterai
basah/aki. Senyawa ini memiliki warna putih berupa endapan kristal dengan struktur bangun yang
berbentuk rhombik.

4.2.1.1 Sifat-sifat PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)

A. Sifat fisika :

1.Berat molekul : 303,27 gram/mol

2.Massa jenis : 6,2 gr/cm3

3.Titik lebur : 1170oC

4.Kelarutan pada 0oC : 0,0028 dari 100 bagian

5.Kelarutan pada 40oC : 0,0056 dari 100 bagian

6.Nilai indeks bias : 1,8823

7.Endapan kristal berwarna putih.

8.Memiliki bentuk struktur bangun rhombik atau monoklinik.

9.Larut dalam larutan asam pekat dan garam-garam dari NH4.

10.Tidak melarut dalam larutan etanol 95 %.

B. Sifat Kimia :

1.Reaksi dengan amonium asetat akan membentuk timbal (II) asetat dengan amonium sulfat.

PbSO4 + 2 CH3COONH4 → Pb(CH3COO)2 +(NH4)2SO4

2.Dapat diperoleh dari reaksi dengan asam sulfat dengan timbal (II) nitrat.

Pb(NO3)2 + H2SO4 → PbSO4 + 2 HNO3

3.Dapat diperoleh juga bila Pb(NO3)2 direaksikan dengan Na2SO4.

Pb(NO3)2 + Na2SO4 → PbSO4 + 2 NaNO3

4.Reaki antara PbS dengan H2O2 dapat menghasilkan juga senyawa PbSO4.

PbS + 4 H2O2 → PbSO4 + 4 H2O


5.Reaksi yang terjadi dari senyawa ini pada katoda aki pada reaksi pengisiannya adalah :

PbSO4 + H+ + 2e- → Pb + HSO4-

4.2.1.2 Pembuatan PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)

A. Skala laboratorium

Secara laboratorium, PbSO4 dapat dibuat dari reaksi garam timbal (II) dengan garam sulfat seperti
natrium sulfat dan lain-lain untuk membentuk endapan PbSO4 yang tidak larut dalam reagensia yang
berlebihan. Senyawa yang biasa dipakai dalam membuat PbSO4 adalah Pb(NO3)2 dengan Na2SO4,
menurut reaksi

Pb(NO3)2 + Na2SO4 → PbSO4

B. Skala industri

Untuk skala industri, timbal oksida berdasarkan teknik pembakaran. Dalam proses ini, ada empat
prinsip dasar yang digunakan yaitu:

1.Logam timbal dioksidasi sebagian dan digiling menjadi berbentuk serbuk (disebut juga sebagai
oksida hitam dalam perdagangan). Kemudian dipanaskan pada suhu 600°C untuk menyelesaikan
proses oksidasi.

2.Logam timbal tersebut dioksidasi menjadi timbal oksida (PbO).

2Pb + O2 → 2 PbO

3.Timbal yang mencair akan masuk ke dalam pembakaran pada suhu sekitar 1000°C. Timbal tersebut
akan berubah menjadi timbal oksida cair.

PbO(S) PbO(L)

4.Timbal cair pada suhu sekitar 500°C akan dibakar dan menghasilkan

5.Timbal oksida yang tersublimasi menjadi timbal II sulfat.


Gambar 4.2 Flowsheet Pembuatan Timbal (II) Sulfat.

4.2.1.3 Kegunaan PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)

1.Sebagai bahan penyimpan energi dalam baterai basah/aki.

2.Sebagai zat warna pada seni lukis.

3.Untuk pembuatan keramik.

4.Sebagai komponen listrik dan senyawa vinil lainnya yang membutuhkan stabilitas pemanasan yang
tinggi.

4.2.2 HgCl2 (Merkuri Klorida)

HgCl2 merupakanpersenyawaan merkuri dengan gas klor dan terbentuk kalomel. HgCl2 merupakan
kristal putih atau tepung, yang larut dalam alkohol,eter, dan metil asetat. HgCl2 merupakan zat yang
sangat beracun.

4.2.2.1 Sifat-sifat HgCl2 (Merkuri Klorida)

A. Sifat Fisika

1.Berat molekul : 271,52 sma.

2.Berwarna : bening.

3.Struktur kristalnya berbentuk belah ketupat.

4.Indeks bias : 1,859.

5.Densitas : 5,44 gr/ml.

6.Titik leleh : 2770C.

7.Titik didih : 3040C.

B. Sifat Kimia

1.Tidak dapat larut dalam HCl encer.

2.Mempunyai dua ikatan kovalen.

3.Dalam air dan zat organik digunakan sebagai pelarut.


4.Membentuk endapan bila direaksikan dengan HCl asetaldehid.

5.Bila direaksikan dengam asitelina untuk membentuk trikloromercuric asetaldehid C(HgCl).CHO.

6.Memiliki afinitas elektron rendah dan Bersifat reduktor.

4.2.2.2 Pembuatan HgCl2 (Merkuri Klorida)

A. Skala Laboratorium

Dalam skala laboratorium, HgCl2 dapat dibuat dengan mereaksikan raksa (Hg) dengan asam klorida
(HCl).

Reaksi :

Hg2+ + 2HCl  HgCl2 + H2

B. Skala Industri

Dalam skala industri, pembuatan merkuri klorida dilakukan dengan melelehkan bijih raksa dalam
tungku dengan asam dan soda dengan aliran udara. Lelehan tersebut dilarutkan dalam air dan sedikit
merkuri klorida ditambahkan. Larutan tersebut didinginkan dan diasamkan dengan asam asetat pada
konsentrasi tertentu dan dibentuk menjadi kristal.

Gambar 4.3 Flowsheet pembuatan HgCl2

4.2.2.3 Kegunaan HgCl2 (Merkuri Klorida)

1.Digunakan secara luas di laboratorium penelitian,kedokteran,penerangan, pabrik kulit dan kertas.

2.Digunakan dalam pembuatan cermin yaitu untuk mempermudah mereduksi suatu bahan.

3.Dipergunakan dalam pengolahan biji emas, perak dan baja dalam proses pemurnian.

4.Untuk biologis unsur dan sebagian besar senyawa raksa sangat beracun, dapat merusak sistem
sentral saraf.

4.2.3 Regensia

4.2.2.1. Kation Pb+2 :

1.HCl

A. Sifat Fisika

1.Massa atom : 36,45


2.Massa jenis : 3,21 gr/cm3.

3.Titik leleh : -1010C

4.Energi ionisasi : 1250 kj/mol

5.Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C

6.Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna

7.Berbau tajam.

B. Sifat Kimia

1.HCl akan berasap tebal di udara lembab.

2.Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang.

3.Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter.

4.Merupakan oksidator kuat.

5.Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya, sehingga dapat

6.Racun bagi pernapasan.

2.K2CrO4

A. Sifat Fisika :

1.Rumus Kimia (K2CrO4 )

2.Titik lebur 917˚C

3.Padatan

4.Berwarna Kuning

5.Densitas pada suhu 20˚C 1.9 kg/L

B. Sifat Kimia :

1.Pereaksi Analis dan untuk Pigmen

2.Mudah bereaksi dengan Air

3.Larutan Basa

4.Beracun

5.Dapat diisolasi
4.2.2.2. Kation Hg+ :

1. NH4OH

A. Sifat Fisika :

1.Berbentuk Cair

2.berbau tidak sedap

3.Tidak Berwarna

4.Titik Lebur : -78 °C

5.Titik Didih : - 33,5°C

B. Sifat Kimia :

1.Tidak dapat diisolasi

2.Tidak Stabil

3.Merupakan larutan basa

4.Mudah larut dalam Air

5.Autoniosasi

2. HNO3

A. Sifat fisika :

1.Massa jenis : 1,502 gr/cm3

2.Titik didih : 86ºC

3.Titik lebur : -42ºC

4.Energi evaporasi : 9,43 kkal/mol pada 20oC

5.Berat molekul : 63,02 gram/mol

6.Nilai entropi : 37,19 kkal/mol oK pada 25oC

7.Tidak berwarna

B. Sifat kimia :

1.Merupakan oksidator yang kuat dan asam kuat

2.Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium nitrat, menurut reaksi:

HNO3 + NH3 → NH4NO3


3.Reaksi dengan nikel sulfida menghasilkan garam nikel nitrat, nitrogen monoksida, belerang, dan air.

3 NiS + 8 HNO3 → 3 Ni(NO3)2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O

4.Reaksi dengan NiS yang ditambah asam klorida, menghasilkan garam nikel klorida.

3 NiS + 2 HNO3 + 6 HCl → 3 NiCl2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O

5.Reaksi dengan logam perak akan membentuk perak nitrat dan nitrogen dioksida.

Ag + 2 HNO3 → AgNO3 + NO2 + H2O

4.3 Prosedur Praktikum

4.3.1 Identifikasi Kation Pb2+

1.Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml HCl 0,1 M.

2.Bila terbentuk endapan, pisahkan dan filtratnya disimpan dan beri nama.

3.Ke dalam endapan masukkan aquadest 2 ml, lalu dipanaskan pada penangas air, bila ada Pb+2
larut,

4.Diambil larutannya dan identifikasi dengan K2CrO4 dan KI. Bila terbentuk endapan kuning PbCrO4
dan PbI2 maka menunjukkan ada kation Pb+2.

4.3.2 Identifikasi Kation Hg+

1.Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml HCl 0,1 M.

2.Bila terbentuk endapan, pisahkan dan filtratnya disimpan dan beri nama.

3.Ke dalam endapan masukkan aquadest 2 ml, lalu dipanaskan pada penangas air, bila ada Pb+2
larut,

4.Diambil larutannya dan identifikasi dengan K2CrO4 dan KI. Bila terbentuk endapan kuning PbCrO4
dan PbI2 maka menunjukkan ada kation Pb+2.

5.Presipitat (endapan) AgCl dan HgCl (warna putih) ditambah 2 ml NH4OH 0,1 M, adanya endapan
hitam adalah HgNH3Cl.
4.4 Flowchart

4.4.1 Flowchart Identifikasi kation Pb2+


Tidak

Ya

Gambar 4.4 Flowchart Identifikasi Kation Pb+2

4.4.2 Flowchart Identifikasi kation Hg+


Tidak

Ya

Gambar 4.5 Flowchart Identifikasi Kation Hg+

4.5 Rekasi Spesifikasi

1. Sampel + HCl 0,1 M PbCl2 ↓ + H2O

2. Identifikasi Pb2+

Sampel + HCl + K2CrO4 PbCrO4 ↓ + 2 KCl

3. Identifikasi Hg+

HgCl + 2 NH4OH HgNH3Cl ↓ + H2O


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1) Di dalam sampel minuman bersoda “ Fanta apel “ mengandung anion – anion karbonat, khromat,
klorida, bromida, dan iodida

2) CO32- dapat diidentifikasi dengan menggunakan Na2CO3 yang membentuk endapan berwarna
kuning.

3) CrO42- dapat diidentifikasi dengan NH4OH, Hac dan BaCl2 dengan membentuk endapan putih

4) Cl- dapat diidentifikasi dengan NH4OH, dan HNO3, dengan membentuk endapan putih
5) Br- dapat diidentifikasi dengan HNO3, AgNO3, dan NH4OH dengan membentuk endapan kuning

6) I- dapat diidentifikasi dengan HNO3, AgNO3, NH4OH, dan CCl4 dengan membentuk endapan putih

7) Didalam sampel minuman ”You C1000” Mengandung Kation – kation Timbal, dan Perak

8) Pb+2 dapat diidentifikasi dengan HCl dan K2CrO4 yang membentuk endapan endapan kuning.

9) Hg+ dapat diidentifikasi dengan AgCl yang akan membentuk endapan berwarna hitam

5.2. Saran

1) Diharapkan kepada praktikan agar benar-benar memperhatikan apakah sudah terbentuk endapan
dengan warna yang sesuai dengan prosedur.

2) Pada saat pengunaan NH4OH hendaklah tidak mencium baunya, dan agar cepat menutup botol
nya agar tidak menyebar dalam ruangan

3) Diharapkan kepada praktikan agar mencuci setiap peralatan yang akan digunakan seperti pipet
tetes, agar tidak terkontaminasi dengan zat-zat atau larutan yang telah digunakan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009a. Air. http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009

Anonim. 2009b. Asam Klorida http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009

Anonim. 2009c. Natrium Clorida http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009

Anonim. 2009d. Anion-Kation. http//-Bloggersejati.com. 9 September 2009

Anonim. 2009e. Kation-anion http//-www.medicafarma.com 9 September 2009

Anonim. 2009f. Analisa Kualitatif http//-www.bolgkita.info.fv 11 September 2009

Anonim. 2009g. Anion-kation http//-www.che-mistry.wordpress.org

11 September 2009

Anonim. 2009h. Laporan praktikum http//-sulae.blogspot.com

14 September 2009

Day,R.A. dan A.L. Underwood. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga.

Dini, P. 2002 Proses Pembentukan Kristalisasi garam. Jakarta. Deparetemen Kelautan dan Perikanan
Harjadi,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.

Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia. Cetakan ke-3 Jakarta : Bumi aksara

LAMPIRAN A

PEMBUATAN EKSTRAK SODA

A.1 PROSEDUR

Adapun prosedur pembuatan ekstrak soda sebagai berikut :

1.Dua sampai tiga mililiter sample dimasak dengan 5 ml larutan jenuh NaCO3

2.Lalu disaring dan presipitatnya dibuang.

3.Kemudian filtratnya diasamkan dengan HNO3 encer

4.Larutan Tersebut dimasak kembali sampai semua CO2 keluar

5.Selanjutnya Larutan ini disebut Ekstrak Soda.


A.2 FLOWCHART
Tidak
Ya

Gambar A.1 Flowchart Pembuatan ekstrak Soda

LAMPIRAN B

PERALATAN

Tabel B.1 Alat dan Fungsi

No

Nama Alat

Fungsi

Gambar

Tabung Reaksi

untuk tempat terjadinya reaksi.

Pipet Tetes

untuk mengambil sampel maupun larutan.


3

Sentrifiuse

untuk mempercepat terbentuknya endapan

Corong Gelas

untuk membantu memasukkan larutan ke dalam tabung reaksi

Beaker Glass

untuk tempat meletakkan larutan

Bunsen

untuk memanaskan larutan

Penjepit Tabung

untuk memegang tabung saat dipanaskan pada penangas air

Rak Tabung

untuk tempat meletakkan tabung reaksi agar tidak pecah

Penganas Air
Memanaskan Larutan

10

Pipa Kapiler

mengalirkan Gas dari tabung reaksi ke tabung lain

11

Kertas Lakmus

Unutk menguji larutan, Basa atau Asam

12

Batang pengaduk

Untuk mengaduk larutan

13

Gelas Ukur

Untuk mengukur larutan


LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

NAMA

Dedy Anwar

NIM
:

080405009

NO HP

0831908042015

ALAMAT MEDaN

Jl. Jambu No. 50D

Alamat asal

Jln. BM.Muda Pangsidimpuan

Agama

Islam

tempat tanggal lahir

Padangsidimpuan 8 Agustus 1990

hobby

Badminton

cita-cita

RIWAYAT PENDIDIKAN

JENJANG PENDIDIKAN

TAHUN
TK Bayangkari

1995 – 1996

SD N 142417 Padangsidimpuan

1996 – 2002

SMP N 1 Padangsidimpuan

2002 – 2005

SMA N 3 Padangsidimpuan

2005 – 2008

Teknik Kimia FT USU

2008 - Sekarang

RIWAYAT ORGANISASI

NAMA ORGANISASI

JABATAN

TAHUN MENJABAT

Covalen Study Group (CSG) Teknik Kimia USU

Himatek FT USU

HMI

Anggota

Anggota

Anggota

2007 - Sekarang
2007 - Sekarang

2007

PESAN & KESAN : Semoga lulus Praktikum Kimia Analisa dengan nilai

memuaskan

DEDY ANWAR

080405009

Diposkan oleh laporan permanganometri di 03.00 Tidak ada komentar:

GRAVIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISA

Semester : III

Kelompok : II ( Dua )

Judul percobaan : Penetapan Nikel sebagai Dimetilglioksimat

dengan Gravimetri

Tanggal percobaan : 28 Agustus 2009


NAMA : DEDY ANWAR

NIM : 080405009

LABORATORIUM KIMIA ANALISA

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

LABORATORIUM KIMIA ANALISA

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LEMBAR PENGESAHAN

NAMA / NIM : Dedy Anwar

KELOMPOK : II (dua)

MODUL : Penetapan Nikel sebagai Dimetilglioksimat

dengan Gravimetri

TGL. PERCOBAAN : 28 Agustus 2009

Medan, 2009 Asisten,

(Apria Ningsih)
LABORATORIUM KIMIA ANALISA

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENUGASAN

NAMA / NIM : Dedy Anwar / 080405009

Andriani Dewi / 080405030

Juliananta Sitepu / 080405060

KELOMPOK : II (dua)

MODUL : Penetapan Nikel Sebagai Dimetilglioksimat

Dengan Gravimetri

TGL. PERCOBAAN : 28 Agustus 2009

Medan, 2009 Asisten,


(Apria Ningsih)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Penetapan Nikel sebagai Dimetilglioksimat
dengan Gravimetri dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia
Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik
Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari
percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum
Kimia Analisa.

Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta
literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.

Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.

2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.

3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini, Kakak
Apria Ningsih

4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan


dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.

Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada
kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran
dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan
serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.

Medan, 9 September 2009

Penulis,

Dedy Anwar

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR . iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Percobaan 1

1.4 Manfaat Percobaan 1

1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Gravimetri 3

2.2 Gravimetri Pengendapan 4

2.3 Zat Pengendap Organik 9

2.4 Dimetilglioksimat . 9

2.5. Aplikasi 10

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 12

3.1. Bahan dan Fungsinya 12

3.2. Peralatan dan Fungsinya 12

3.3. Rangkaian Gambar Peralatan 15

3.4. Prosedur Percobaan 16

3.5. Flowchart Percobaan 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 18

4.1. Hasil 18

4.2. Pembahasan 19

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 20

5.1. Kesimpulan 20

5.2. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN A LA-1

LAMPIRAN B LB-1

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Dimetilglioksima 10

Gambar 2.2. Konsep Penggunaan Analisis dalam Bidang Peternakan 11

Gambar 3.1. Gambar Rangkaian Peralatan Analisa Gravimetri 15

Gambar 3.2 .Flowchart Gravimetri 17


BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG PERCOBAAN

Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan
dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik
yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya

Analisa gravimetri merupakan suatu cara analisa kimia kuantitatif yang didasarkan pada prinsip
penimbangan berat yang di dapat dari proses pemisahan analit dari zat – zat lain dengan metode
pengendapan. Zat yang telah di endapkan ini di saring dan dikeringkan serta ditimabang dan
diusahakan endapan itu harus semurni mungkin. Untuk memisahkan endapan tersebut maka sangat
dibutuhkan pengetahuan dan teknik yang cukup yang wajib dimiliki seorang enginer.

Dalam dunia teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara analisa gravimetri ini. Seperti
halnya dalam industri, untuk mendukung kinerja kita sebagai insiyur teknik cara analisa ini mungkin
juga sangat penting.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini yang hendak dicapai adalah untuk menentukan kadar Nikel ( Ni+2 )
yang diperoleh dari penimbangan endapan kering dalam bentuk Ni(C4H7O2N2)2.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Permaalahan yang di rumuskan dalam percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan kadar Ni
dengan menimbang endapan kering Ni(C4H7O2N2)2.

1.4 MANFAAT PERCOBAAN


Manfaat dari percobaan in adalah :

1.Dapat mengetahui kadar Ni dengan menimbang endapan kering Ni(C4H7O2N2)2 pada ukuran
sampel tertentu.

2.Mengetahui dan memahami konsep analisa gravimetri yang baik dan benar.

1.5 RUANG LINGKUP PERCOBAAN

Praktikum Kimia Analisa Kuantitatif dengan modul percobaan Penetapan Nikel sebagai
Dimetilglioksimat dengan Gravimetri ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik,
Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara dan dalam kondisi ruangan:

1.Temperatur : 30oC.

2.Tekanan udara : 760 mmHg.

Dilakukan dalam ruangan dengan menggunakan bahan–bahan antara lain NiCl2, HCl 0,1N, Aquades,
NH4OH 6N dan Dimetiglioksima (C4H8O2N2) 1%. Dan alat yang kami pakai pada percobaan antara
lain Beaker gelas, gelas ukur, corong, kertas saring, pipet tetes, cawan porselen, penangas, penjepit
tabung, termometer, batang pengaduk dan neraca digital.
BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

2.1GRAVIMETRI

Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu.
Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal
senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa
yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode
penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2 metode
pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya
pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat digunakan
(Khopkar,1999).

Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan.
Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan
dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah
zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain
(Rivai,1994).

Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula
cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai.
Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang.
Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai
persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).

Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti

aA + R → AaRr

dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr, biasanya
merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bias ditimbang setelah pengeringan, atau yang
bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian ditimbang. Sebagai
contoh, kalsium biasa ditetapkan secara gravimetri melalui pengendapan kalsium oksalat dan
pembakaran oksalat tersebut menjadi kalsium oksida, dengan reaksi:
Ca2 + CaO42- → CaC2O4(S)

CaC2O4 → CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)

Pemisahan unsur atau senyawa dari senyawa atau larutan dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara atau metode analisa gravimetri. Beberapa metode analisa gravimetri sebagai berikut :

Metode pengendapan

Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,

Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.

Metode peguapan atau pembebasan ( gas )

Metode elektroanalisis

Metode ekstraksi dan kromatogravi

Pada percobaan yang dilakukan praktikan menggunakan cara pengendapan.

2.2GRAVIMETRI PENGENDAPAN

Gravimetri pengndapan adalah merupakan gravimetri yang mana komponen yang hendak
didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap dengan sempurna.

Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit larut
agar tidak ada kehilangan yang berarti bila endapan disaring dan ditimbang.

Syarat – syarat senyawa yang di timbang :

Stokiometri

Mempunyai kestabilan yang tinggi

Faktor gravimetrinya kecil

Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :

1.Memilih pelarut sampel

Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,

Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.

2.Pengendapan analit

Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang mengandungnya dengan
membuat kelarutan analit semakin kecil, dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna.

Misalnya : Ca+2 + H2C2O4 => CaC2O4 (endapan putih)


3.Pengeringan endapan

Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya dan dilakukan dengan
sempurna. Disini kita menentukan apakah analit dibuat dalam bentu oksida atau biasa pada karbon
dinamakan pengabuan.

4.Menimbang endapan

Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas

Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan (Day and
Underwood, 2002).

Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu :

1.Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan
secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menentukan penyusunan
utama dalam suatu makro)

2.Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau sangat
hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.

Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan faktor-
faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan galat
yang signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi
problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukkan dan sifat-sifat
endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analis meminimumkan
masalah kontaminasi endapan (Day and Underwood, 2002).

Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi setelah
bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan sisa bahan suatu gas yang dibentuk dari
bahan yang dianalisa. Dalam cara pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi endapan dan
ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetrik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan yang dibentuk
dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan
dapat disaring. Endapan grevimetri yang disaring kertas tidak dapat dipisahkan kembali secara
kuantitatif.

Sudah dijelaskan bahwa dalam analisa gravimetri, penentuan jumlah zat didasarkan pada
penimbangan. Dalah hal ini, penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil
reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang dibentuk
dari bahan yang dianalisa tersebut. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara
gravimetri yaitu cara evolusi dan cara pengendapannya (Hardjadi, 1993).

Endapan murni adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-molekul lain (zat-zat
lain yang biasanya disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh zat-zat lain mudah terjadi,
karena endapan timbul dari larutan yang berisi macam-macam zat. Sedangkan endapan kasar adalah
endapan yang butir- butirnya tidak kecil, halus melainkan besar. Hal penting untuk kelancaran
penyaringan dan pencucian endapan. Adapun tujuan dari pencucian endapan adalah untuk
menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara
mekanis (Harjadi, 1993).

Gravimetri dengan cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu pengendapan dan
endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan
menjadi 2 macam :

(1) Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan sutau pereaksi, endapan biasanya berupa
senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin diendapkan, bahan pengendapnya
anorganik mungkin pula organik. Cara inilah yang biasa disebut dengan gravimetri.

(2) Endapan dibentuk dengan cara elektrokimia, dengan perkataan lain analat dielektrolisa, sehingga
terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasa disebut dengan elektrogravimetri.

Salah satu masalah yang paling sulit dihadapi oleh para analis adalah menggunakan endapan sebagai
cara pemisahan dan penentuan gravimetrik adalah memperoleh endapan tersebut dengan tingkat
kemurnian yang tinggi. Zat-zat yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama pengendapan
zat yang diinginkan dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya, bila asam sulfat
ditambahkan pada barium klorida yang mengandung sejumlah kecil ion nitrat, endapan barium sulfat
yang diperoleh mengandung barium nitrat. Maka dikatakan bahwa nitrat tersebut terkorosipitasi
dengan sulfat (Day and Underwood, 2002).

Kontresipitasi merupakan suatu fenomena yang ahli-ahli kimia analitik biasanya coba hindari.
Namun, fakta bahwa endapan cenderung mengabsorpsi zat-zat asing tidak selalu mengganggu;
kopresipitasi telah digunakan secara luas untuk mengisolasi runut isotop-isotop radio aktif. Ketika
isotop-isotop ini dibentuk dalam reaksi uklir. Jumlah yang terbentuk bisa sangat kecil, dan prosedur
pengendapan umumnya gagal pada konsentrasi yang sangat kecil. Untuk meminimalisirkan
kopresipitasi dapat digunakan beberapa prosedur dibawah ini, yaitu :

1. Metode penambahan pada kedua reagen, jika diketahi bahwa baik sampel maupun enapan
mengandung suatu ion yang mengotori, larutan yang megandung ion tersebut dapat ditambahkan
pelarut lain, dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin selama tahap awal-
awal pengendapan

2. Pencucian

3. Pencernaan

4. Pengendapan kembali

Suatu endapan kristalin, seperti BaSO4, kadang-kadang mengabsorpsi pengotor (impurities) bila
partikel-partikelnya kecil. Dengan bertumbuhnya ukuran partikel, pengotor tersebut bisa tertutup
dalam kristal. Kontaminasi jenis ini disebut dengan pengepungan (acclusian). Untuk membedakan
dari kasus dimana padatan tidak tumbuh di sekitar pengotor. Pengotor yang terkepung tidak dapat
dipindahkan dengan mencuci endapan tersebut, tetapi mutu endapan tersebut seringkali dapat
disempurnakan dengan pencernaan (Day and Underwood, 2002).

Dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang direaksikan dianalisa. Hasil reaksi ini
dapat : sisa bahan, atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang terbentuk dari bahan yang
diananlisa itu. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri; cara
evolusi dan cara pengendapan (Harjadi, 1993).

Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif melibatkan endapan. Endapan adalah
zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa
kristalin atau koloid, dan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge).
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (s)
suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar larutan jenuhnya. Kelarutan
suatu zat tergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan- bahan lain
dalam larutan itu, dan komposisi pelarutnya (Svehla, 1990).

Dalam prosedur gravimetrik yang lazim suatu endapan ditimbang dan darinya nilai analit dalam
sampel dihitung. Maka persentase analit A adalah:

%A = Bobot A x 100 %

Bobot sample

atau, jika kita tentukan faktor gravimetrik endapan, yaitu:

fg = BA atom A x 100 %

BM endapan

Maka, persentase analitnya:

%A = Berat endapan x faktor gravimetri (fg) x 100%

berat sampel

Dalam cara evolusi bahan direaksikan sehingga timbul suatu gas; caranya dapat dengan memanaskan
bahan tersebut, atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada umumnya yang dicari ialah
banyaknya gas yang terjadi. Cara mencari jumlah gas tersebut adalh sebagai berikut :

1. Tidak langsung

Dalam hal ini analatlah yang ditinbang setelah bereaksi; berat gas diperoleh sebagai selisih berat
analat sebelum dan sesudah reaksi.

2. Langsung

Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas yang
bersangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan penyerap itu yaitu sebelum dan sesudah
penyerapan sedangkan berat gas diperoleh dari selisih kedua penimbangan (Harjadi, 1993).
Dalam cara pengendapan, analat sekarang direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan endapan
itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetric dibedakan menjadi
dua macam:

1. Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan suatu pereaksi endapan biasanya berupa
senyawa. Baik anion dan kation dari analat mungkin diendapkan. Bahan pengendapnya mungkin
organik atau anorganik.

2. Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan perkatan lain analat dielektrolisa, sehingga terjadi
logam sebgai endapan. Cara ini disebut dengan elektrogravimetri (Harjadi, 1993).

2.3 ZAT PENGENDAP ORGANIK

Reagensia organik merupaka bahan untuk membantu proses pemisahan satu atau lebih ion
anorganik dari campuran, yang mana ion – ion ini biasanya mengghasilkan senyawaan yang angat
sedikit dapat larut dan sering kali berwarna. Reagensia organik disebut juga zat pengendap organik.
Zat pengendap organik yang digunakan haruslah ideal, artinya pengendap organik tersebut bersifat
spesifik, yaitu harus membari endapan dengan hanya satu endapan tertentu.

2.4 DIMETILGLIOKSMAT

Pengendap organik ini ditemukan oleh L. Thusgaeff dan digunakan oleh O. Brunck untuk penetapan
nikel dalam baja. Zat ini memberi endapan merah cerah bila direaksikan dengan larutan nikel dengan
garamnya. Sedikit berlebih reagensia ini tidak memberi reaksi apa – apa terhadap endapan, tapi ada
juga kelebihannya yang harus dihindari, yaitu :

1.Kemungkinan dimetilglioksimat ikut mengendap karena semakin kecil kelarutannya

2. Dapat menyebabkan bertambahnya kelarutan endapan dalam campuran air-etanol

CH3 – C = N – OH

CH3 – C = N – OH

Gambar 2.1 Struktur Dimetilglioksima

Dimetilglioksimat hanya sedikit larut dalam air sehingga dipakai sebagai larutan 1 % dalam etanol.

2.5 APLIKASI

Pengelolaan Limbah Cair Usaha Peternakan Sapi Perah

Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha
peternakan, baik berupa limbahpadat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan
Pengelolaan limbah yang kurang baik akan menjadi masalah serius pada usaha peternakan sapi
perah. Sebaliknya bila limbah ini dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tambah. Salah satu
upaya untuk mengurangi limbah adalah mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa usaha
lainnya, seperti penggunaan suplemen pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya ikan,
budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem yang saling sinergis. Upaya memadukan
tanaman, ternak dan ikan di lahan per-tanian memiliki manfaat ekologis dan ekonomis. Laju
pertumbuhan produktivitas usaha pertanian merupakan interaksi di antara berbagai faktor yang ada
dalam sistem usahatani.

Sebagai upaya bagi peningkatan sistem usahatani diperlukan teknologi alternatif untuk memperbaiki
produkti-vitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani, antara lain melalui teknologi sistem
usaha peternakan yang menerapkan konsep produksi bersih. Bapedal (1998) menyatakan bahwa
produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan
terpadu yang perlu diterapkan terus menerus pada proses produksi dan praproduksi, sehingga
mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih tidak hanya menyangkut proses
produksi, tetapi juga menyangkut pengelolaan seluruh daur hidup produksi, yang dimulai dari
pengadaan bahan baku dan pendukung, proses dan operasi, hasil produksi dan limbahnya sampai ke
distribusi serta konsumsi.

Gambar 2.2 Konsep Penggunaan Analisis dalam bidang Peternakan

Penggunakan dari pada Gravimetri disini adalah pada konsep Analisis. Seperti menganalisa zat padat
terlarut, ataupun zat padat tersuspensi. Berdasarkan permasalahan dan konsep produksi tersebut,
maka penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manfaat daur hidup sistem
usahatani tersebut dan mengetahui berapa besar zat pencemar yang dihasilkan dapat diminimisasi.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang sistem usaha peternakan yang
menerapkan produksi bersih, sekaligus sebagai informasi dan masukan bagi pemerintah dan swasta
dalam pengembangan sistem usaha peternakan yang ramah lingkungan.

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan dan Fungsinya

1. Sampel (yaitu Ni dalam garamnya, NiCl2), sebagai bahan yang akan dianalisis.

2. Asam Klorida (HCl) 0,1 N, sebagai katalis dalam reaksi

3. Aquades , sebagai pelarut dan mengencerkan sampel.

4. Amonium Hidroksida (NH4OH) 6 N , sebagai pembentuk suasana basa.

5. Dimetilglioksima 1% , sebagai reagensia spesifik.

3.2. Peralatan dan Fungsinya

1. Beaker gelas 500 ml,

Fungsinya : sebagai wadah berlangsungnya proses pencampuran sample dengan zat lainnya.

2. Gelas ukur 50 ml,

Fungsinya : sebagai wadah ukur dari zat atau larutan yang akan digunakan.

3. Corong ,

Fungsinya : sebagai alat bantu dalam pemindahan larutan dari satu beaker glass ke beaker glass
lainnya.
4. Kertas saring ,

Fungsinya : sebagai alat pemisah endapan dengan larutannya.

5. Pipet tetes,

Fungsinya : sebagai alat untuk mengambil zat dengan volume yang kecil dan meneteskannya ke
larutan yang dikehendaki.

6. Penangas ,

Fungsinya : sebagai alat pemanas atau menaikkan suhu larutan

7. Penjepit tabung,

Fungsinya : sebagai alat untuk menjepit dan memindahkan beaker glass dan cawan porselin pada
proses pemanasan dan pengeringan.

8. Termometer,

Fungsinya : sebagai alat pengukur suhu larutan.


9. Batang Pengaduk,

Fungsinya : sebagai alat untuk mengaduk campuran ataupun larutan sehingga bercampur dengan
rata.

10. Neraca massa digital,

Fungsinya : sebagai pengukur massa dari sampel dan endapan.

11. Cawan Porselen

Fungsinya : sebagai tempat untuk pengeringan

12. Bunsen

Fungsinya : sebagai alat pengering dan alat penganas

3.3Rangkaian Gambar Peralatan

Gambar 3.1 Gambar Rangkaian Peralatan Analisa Gravimetri


Keterangan Gambar :

1.Beaker glass

2.Gelas Ukur

3.Corong

4.Kertas saring

5.Pipet Tetes

6.Penganas Air

7.Penjepit Tabung

8.Termometer

9.Pengaduk

10.Neraca Massa digital

11.Porselen

12.Bunsen

3.4 PROSEDUR PERCOBAAN

1.Sampel NiCl2 ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan kedalam beaker gelas.

2.Sampel didalam beaker gelas ditambah aquades hingga keseluruhan sample tenggelam.

3.Ditambahkan 5 ml asm klorida ( HCl ) 0,1 N dan diencerkan hingga volume 200 ml.

4.Larutan dipanaskan di atas penangas hingga bersuhu 70-80 oC dan ditambahkan dimetilglioksimat (
C4H8O2N2 ) 1% sebanyak 120 ml, kemudia segera ditambahkan larutan ammonia 1 M sebanyak 2
tetes langsung pada larutan bukan pada dinding gelas.

5.Didiamkan diata penangas selama 20- 30 menit atau hingga terbentuk endapan yang sempurna.

6.Larutan diangkat dari penangas dan didinginkan di dengan menyelupkan beaker gelas kedalam air
dingin lalu disaring.

7.Endapan yang telah disaring dicuci kembali dengan aquades agar bebas klorida lalu dipindahkan ke
dalam cawan porselen yang telah kering dan ditimbang sebelumnya.

8.Endapan didalam cawan dipanaskan diatas penangas selama 50 menit atau hingga endapan
membentuk serbuk.
9.Endapan didinginkan lalu ditimbang bersama dengan cawan, dan diulangi pengeringan 3 kali untuk
mendapatkan hasil konstan.

10.Dihitung persentase Nikel.

3.5 FLOWCHART PERCOBAAN


ya tidak

Gambar 3.2 Flowchart gravimetri

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1HASIL

a.Pelarut sample

Berat sample : 0,75 gram

Volume pelarut : 165 ml

Didapat dari :

Jika Ar Ni = 58,75

Mr C4H8O2N2 = 237,75
Maka, (Ar Ni / Mr NiCl2) x m S = m Ni

Ni = (58,75 / 129.75) x 0,75

Ni = 330 mg

Jika 5 ml dimetilglioksima per 10 mgram Ni, maka

m1 / v1 = m2 / v2

10 / 5 = 330 / v2

V2 = 165 ml dimetilglioksima untuk 0,75 gram sampel

b. pengeringan

berat cawan kosong : 25,236 gram

berat cawan + sample : 34,921 gram

Berat cawan + sample setelah,

Pengeringan I : 30,615 gram

Pengeringan II : 27,492 gram

Pengeringan III : 25.931 gram

Berat rata - rata : 28,01 gram

Berat endapan = 28.01 – 25.236

Ni = 2.654 gram

c . Persentase Nikel (Ni)

%Ni = 145,8 %

4.2 PEMBAHASAN

Gravimetri merupakan cara analisa yang berdasarkan prinsip penimbangan berat endapan yang telah
kering dan diubah dalam bentuk yang semurninya.

Proses pemisahan yang kami lakukan cukup sempurna sehingga terbentuknya endapan yang
sempurna dan sesuai dengan teori.

Ada beberapa kesulitan yang kami hadapi saat praktikum, salah satunya saat pengeringan analit.
Dimana ketika memanaskan tahap II , analit yang kami panaskan tersebut berasap, mungkin ini
terjadi karena praktikan memanaskan analit tersebut pada api Bunsen yang seperti kita tahu bahwa
api Bunsen itu memiliki suhu yang tidak dapat diatur konstan. Karena seharusnya penangaslah yang
praktikan gunakan sebagai pemanas larutan.

Hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan tersebut menetapkan bahwa persentase Nikel yang
praktikan dapatkan adalah sekitar 145,8 %

Perolehan nilai persentase nikel yang tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya dapat disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu :

1.Ketika melakukan penambahan zat pelarut (dimetilglioksima), hendaknya dilakukan penghitungan


volume pengendap yang teliti dan hati-hati, karena hal ini mempengaruhi jumlah endapan yang akan
dibentuk sehingga berdampak juga dalam perhitungan persentase nikel.

2.Pencucian endapan hendaknya dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak ada endapan yang
terbuang.

3.Proses pemanasan larutan yang dilakukan juga harus sempurna dan sesuai dengan analit (nikel)
sehingga proses pelarutan nikel oleh dimetilglioksima dapat terjadi dengan sempurna. Dengan
pelarutan yang sempurna, endapan yang terbentuk juga akan sempurna.

4.Proses penimbangan endapan juga hendaknya dilakukan dengan hati-hati dan teliti sehingga
proses pengukuran berat endapan benar-benar akurat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yng dapat diambil dari percobaan ini ialah :

1.Berat Nikel yang didapat dari 0,75 gram NiCl2 adalah seberat 0,33 gram

2.Kadar nikel yang di peroleh dari penimbangan endapan kering dalam bentuk Ni(C4H7O2N2)2
adalah 2,654 gram

3.Kadar nikel (Ni) yang terkandung dalam NiCL2 adalah 145.8 %


5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada percobaan ini :

1.Diharapkan agar praktikan berikutnya lebih hati – hati dan teliti dalam menganalisa secara
gravimetri agar mendapatkan hasil yang kesalahannya sedikit.

2.Sebelum masuk praktikum, dianjurkan agar setiap praktikan mempelajari dan memahami prosedur
kerja, alat dan bahan agar tidak ada kesulitan saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,a, 2009, gravimetri. http//www.wikipedia.or/gravimetri. 30 Agustus 2009

Anonim,b, 2009, analisa gravimetri. http//www.google.com/analisa_gravimetri.

30 Agustus 2009

Anonim,c, 2009, laporan gravimetri. http//www. Sulae-blogspot.com.

30 Agustus 2009

Anonim,d, 2009, gravimetri. http//www. Annisanfushie.wordpress.com.


30 Agustus 2009

A. Day. N dan A.L. Anderwood. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. penerbit Erlangga:
Jakarta

Harjadi, W, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.

Khopkar, S. M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.

Rivai, H, 1994, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Padang.

Svehla, G, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Edisi II, Kalman Media
Pustaka, Jakarta.

LAMPIRAN A

DATA PERCOBAAN

1. Pelarut sample
Berat sample : 0,75 gram

Volume pelarut : 165 ml

2. Pengeringan

Berat cawan kosong : 25,236 gram

Berat cawan + sample : 34,921 gram

Berat cawan + sample setelah,

Pengeringan I : 30,615 gram

Pengeringan II : 27,492 gram

Pengeringan III : 25.931 gram

Berat konstan : 2.654 gram

Perhitungan % Ni

%Ni =

%Ni =

%Ni = 145,8 %

LAMPIRAN B

PERHITUNAN
LB.1 Volume Larutan Dimetilglioksima 1 % yang Digunakan

Maka, volume dimetilglioksima 1 % yang digunakan untuk 0,75 gr NiCl26H2O adalah :

LB.2 Berat Konstan Endapan Nikel

Berat konstan Nikel = rata-rata berat pengeringan

= 2,654 gr

LB.3 Menentukan Faktor Gravimetrik (Fg)

LB.4 Menentukan Persentase Nikel

%Ni = 145,8 %

LB.5 Nilai Persentase Nikel Sebenarnya berdasarkan Perbandingan Massa Atom relatifnya dengan
Massa Atom Senyawanya / Sampel (Nicl2 . 6H2O)
Diposkan oleh laporan permanganometri di 02.59 5 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Entri (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

▼ 2009 (5)

▼ November (3)

▼ Nov 11 (3)

KIMIA ANALISA KUALITATIF

GRAVIMETRI

ASIDI ALKALIMETRI

► Oktober (2)

Mengenai Saya

Foto Saya

laporan permanganometri

Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai