Anda di halaman 1dari 19

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS

TEKNIK KIMIA
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS MUHAMMADIYAH
Tahun 2022
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikum
a. Sebelum melakukan percobaan, mengenai teori, alat, bahan, dan pelaksanaan
percobaan harus dipahami terlebih dahulu.
b. Pengujian lisan atau responsi akan dilakukan oleh dosen pembimbing praktikum setiap
kali percobaan akan dilakukan. Sebelum percobaan, praktikan harus menemui dosen
pembimbing sesuai dengan modul percobaan.
c. Dosen pembimbing praktikum akan memberikan tugas kelompok praktikan pada lembar
penugas dan harus ditandatangani dosen pembimbing praktikum sebelum percobaan.
d. Data yang diperoleh harus ditulis dilembar data.
e. Setelah praktikum lembar penugas dan lembar data diserahkan pada dosen
pembimbing praktikum.
f. Selama di laboratorium, patuhilah aturan-aturan keselamatan di laboratorium, seperti :
1. Diwajibkan mengenakan jas praktikum dan perlengkapan lainnya sesuai arahan.
2. Melaporkan segala hal atau kejadian yang cenderung membahayakan praktikan lain
dan dosen pembimbing.
g. Setelah melaksanakan praktikum, praktikan diwajibkan untuk membersihkan dan
menyimpan prasarana praktikum sesuai tempatnya.

2. Alat
a. Peminjaman dan serta pemakaian alat laboratorium dilaksanakan oleh praktikan,
dengan menggunakan bon peminjaman alat yang dibubuhi tanda tangan dosen
pembimbing praktikum.
b. Dalam bon peminjaman alat harus ditulis spesifikasi/kwalitas alat dengan jelas.
c. Semua alat yang dipinjam menjadi tanggung jawab praktikan dan harus dikembalikan
dalam keadaan bersih dan baik.
3. Laporan
Hasil percobaan harus diserahkan dalam bentuk laporan sesuai dengan format yang
ditentukan.Paling lambat laporan dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum.
4. Lain-lain
Hal-hal lain yang belum diatur dalam praktikum ini akan diatur kemudian.
FORMAT LAPORAN

1) Cover depan (warna biru muda)


Laporan Praktikum Kimia Analisa
Logo ITBM
Nama percobaan, tanggal percobaan
Nama kelompok, anggota, nim
Jurusan Teknik Kimia, ITBM , Tahun Pelaksaaan
2) Daftar Isi
3) Bab I Pendahukuan
I.1. Latar Belakang
I.2. Tujuan Percobaan
4) Bab II Tinjauan Pustaka (2 halaman)
5) Bab III Metode Percobaan
III.1. Skema Percobaan (1 diagram alur)
III.2. Alat dan Bahan Percobaan
6) Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
IV.1. Data Hasil Percobaan
IV.2. Hasil Perhitungan (jika ada)
IV.3. Pembahasan dan Diskusi (min 2 halaman berisi persamaan reaksi tabel, grafik,
diskusi dll)
7) Kesimpulan
8) Daftar Pustaka
9) Lampiran
 Log book percobaan (1 halaman)
 Lembar Revisi
Laporan diketik dengan huruf berukuran 12 pt, 1,5 spasi, Batas kiri dan atas 4 cm, Batas kanan
dan bawah 3 cm, kertas ukuran A4. Judul sub bagian dicetak tebal. Format laporan dibuat
seperti membuat makalah (jurnal) Laporan dikumpulkan kepada dosen pembimbing praktikum
pada pertemuan praktikum berikutnya.
PERCOBAAN 1
ANALISIS KUALITATIF KATION
A. Pendahuluan

Analisis kualitatif merupakan analisis identifikasi suatu senyawa atau zat apa yang
terjadi dalam suatu sampel. Analisis kualitatif dikenal dengan suatu cara untuk menentukan
ion kation/anion tertentu dengan menggunakan pereaksi yang selektif dan spesifik.
Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk suatu jenis
kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi ini akan menimbulkan suatu
perubahan kimia, seperti terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau, dan timbul
gas.
Kation I merupakan kation (golongan asam klorida) yang akan mengendap bila
ditambahkan dengan asam klorida yaitu Pb , Hg+, Ag. Kation II merupakan kation (golongan
asam sulfat) tidak akan bereaksi jika ditambahkan asam klorida, tetapi akan membentuk
endapan jika ditambahkan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer, yaitu As,
Sn, Sb, Cu, Hg2+, Pb, Bi, Cd. Kation golongan III (golongan ammonium sulfida) tidak
bereaksi dengan asam klorida encer ataupun hidrogen sulfida dalam suasana asam
mineral encer. Namun kation ini akan mengendap dengan senyawa amoniak dan
ammonium sulfida dalam suasana netral. Kation golongan IV (golongan ammonium
karbonat) tidak bereaksi dengan reagen golongan I, II, dan III yaitu Ba, Sr, Ca. Kation-
kation golongan V merupakan kation-kation umum tidak bereaksi dengan reagen golongan
sebelumnya, yaitu Mg, K, Na, NH4.

B. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kation yang ada dalam sampel.
C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan yaitu tabung reaksi, rak tabung, pipet volume, pipet
tetes, larutan sampel dan larutan pereaksi.
D. Prosedur Percobaan

Analisis Kualitatif Kation


1. Uji Kation Ag+
a. Siapkan satu tabung reaksi yang dimasukkan 2 ml larutan AgNO 3 0,1 M. Selanjutnya
tabung 1 dimasukkan beberapa tetes larutan asam klorida (HCl) 2 M dan
ditambahkan beberapa tetes larutan ammonium 0,1 M. Amati perubahan yang
terjadi.
b. Siapkan satu tabung reaksi, masukkan 2 ml larutan AgNO 3 0,1 M. Kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan K2CrO4 1 M. Amati perubahan yang terjadi
2. Uji Kation Cu2+
Siapkan satu tabung reaksi dan masukkan 2 ml larutan CuSO 4 0,1 M, lalu tambahkan
beberapa tetes larutan NaOH 1 M. Amati perubahan yang terjadi

3. Uji Kation Ca2+


Siapkan 2 tabung reaksi dan masing-masing masukkan 1 ml larutan CaCl 2 0,1 M
kedalam tabung reaksi, selanjutnya ditambahkan larutan asam sulfat 0,1 M beberapa
tetes untuk tabung satu dan tabung dua ditambahkan larutan K2CrO4 1 M beberapa
tetes. Amati perubahan yang terjadi.

4. Uji Kation Fe3+


a. Siapkan satu tabung reaksi masukkan 1 ml FeCl3 0,2 M kemudian tambahkan
beberapa larutan ammonium 0,1 M. Amati yang terjadi.
b. Siapkan satu tabung reaksi masukkan 1 ml FeCl3 0,2 M lalu tambahkan beberapa
tetes larutan ammonium 0,1 M. Amati yang terjadi

E. Data Pengamatan

No Larutan Hasil Reaksi Prediksi Preaksi Kesimpulan


Pereaksi sampel spesifik
PERCOBAAN 2
ANALISIS KUALITATIF ANION
A. Pendahuluan

Analisis kualitatif merupakan analisis identifikasi suatu senyawa atau zat apa yang
terjadi dalam suatu sampel. Analisis kualitatif dikenal dengan suatu cara untuk menentukan
ion kation/anion tertentu dengan menggunakan pereaksi yang selektif dan spesifik.
Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk suatu jenis
kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi ini akan menimbulkan suatu
perubahan kimia, seperti terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau, dan timbul
gas.
Anion merupak ion yang muatan totalnya negatif yang disebabkan adanya kenaikan
jumlah elektron. Anion digolongkan sebagai berikut :
1. Golongan Sulfat SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, AsO43-, AsO33-, anion ini dapat mengendap
dengan Ba2+ dalam suasana basa.
2. Golongan Halida Cl-, Br-, I, S2-, anion ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam
(HNO3)
3. Golongan Nitrat NO3-, NO2-, CH3COOH, Uji analisis anion berdasarkan pada sifat fisik
seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan kelarutannya.

B. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi anion yang ada dalam sampel.
C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan yaitu tabung reaksi, rak tabung, pipet volume, pipet
tetes, larutan sampel, dan larutan pereaksi.
D. Prosedur Percobaan

Analisis Kualitatif Anion


1. Uji Anion CH3COO-
Siapkan 3 tabung reaksi yang diisi dengan larutan CH 3COOH 0,1 M sebanyak 2 ml,
kemudian masing-masing ditambahkan NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml, lalu setiap tabung
ditambahkan senyawa berbeda-beda H2SO4 0,5 M (dipanaskan), AgNO3 0,1 M, FeCl3
0,2 M beberapa tetes. Amati yang terjadi.
2. Uji Anion CrO42-
Siapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 2 ml larutan K 2CrO4 1 M. Masing-
masing tabung ditambahkan beberapa tetes senyawa pereaksi yang berbeda H 2SO4
0,5 M dan AgNO3 0,1 M. Amati perubahan yang terjadi.
3. Uji Anion Cr2O72-
Siapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 2 ml larutan K 2C2O7 1 M. Masing-
masing tabung ditambahkan beberapa tetes senyawa pereaksi yang berbeda H 2SO4
0,5 M dan AgNO3 0,1 M. Amati perubahan yang terjadi.
4. Uji Anion S2O32-
Siapkan 3 buah tabung reaksi yang diisi dengan 2 ml larutan Na 2S2O3 1 M. Masing-
masing tabung ditambahkan beberapa tetes senyawa pereaksi yang berbeda HCl 2 M,
AgNO3 0,1 M, dan FeCl3 0,2 M. Amati perubahan yang terjadi.
5. Uji Anion Cl-
Siapkan 2 tabung reaksi yang diisi dengan 2 ml larutan NaCl 1 M. Masing-masing
tabung reaksi ditambahkan beberapa tetes senyawa pereaksi yang berbeda H2SO4 0,5
M dan AgNO3 0,1 M. Amati perubahan yang terjadi.
E. Data Pengamatan

No Larutan Hasil Reaksi Prediksi Preaksi Kesimpulan


Pereaksi sampel spesifik
PERCOBAAN 3
KALIBRASI
A. PENDAHULUAN
Prinsip kalibrasi alat ukur volume dilakukan dengan mengukur bobot suatu
volume aqua destilata yang dikeluarkan oleh alat ukur volume. Bobot ini kemudian
dibandingkan dengan bobot jenis air pada suhu pengukuran volume tersebut
dilakukan, sehingga dapat ditentukan nilai ketepatannya. Alat ukur volume (labu
ukur, buret, dan pipet) merupakan peralatan yang digunakan dalam analisis titrimetri
(volumetri). Kalibrasi alat ukur volume dilakukan untuk menyesuaikan keluaran atau
indikasi dari suatu perangkat pengukuran volume agar sesuai dengan besaran dari
standar yang digunakan dalam akurasi tertentu.

B. TUJUAN PERCOBAAN
mengetahui layak atau tidaknya alat ukur volume yang akan digunakan di
laboratorium.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan adalah buret 25 ml, labu ukur 50 ml, pipet
seukuran, termometer, erlenmeyer, corong kaca, statif dan klem, neraca analitik,
botol semprot, dan aqua destilata.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
Kalibrasi Buret
Timbang erlenmeyer 50 ml yang bersih dan kering. Siapkan buret 25 ml yang
bersih dan kering. Buret diisi dengan aqua destilata yang telah diukur temperaturnya
sampai penuh, kemudian buret ini ditempatkan pada statif dengan posisi tegak
lurus. Alirkan air sampai meniskus buret di angka nol. Tempatkan erlenmeyer 50 ml
yang sudah ditimbang di buret. Sebanyak 10 ml aqua destilata dikeluarkan dari buret
dan tampung dalam erlenmeyer yang sudah diketahui beratnya. Catat hasil
penimbangan. Ulangi langkah tersebut menggunakan buret volume 10, 15, 20, dan
25 ml. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing volume.
Tentukan volume rata-rata, standar deviasi, akurasi, dan persen kesalahan.

Kalibrasi Pipet Seukuran


Timbang erlenmeyer 50 ml yang sudah bersih dan kering. Transferkan
sebanyak 25 ml aqua destilata yang telah diukur suhunya dengan pipet seukuran 25
ml ke dalam erlenmeyer 50 ml yang sudah diketahui beratnya. Catat hasil
penimbangan. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali. Tentukan volume rata-rata,
standar deviasi, akurasi, dan persen kesalahan.

Kalibrasi Labu Ukur


Timbang labu ukur 50 ml yang sudah bersih dan kering, kemudian isi labu
ukur tersebut dengan aqua destilata yang telah diukur suhunya sampai tanda
batas, kemudian timbang. Catat hasil penimbangan. Penimbangan dilakukan
sebanyak 3 kali. Tentukan volume rata-rata, standar deviasi, akurasi, dan persen
kesalahan.

Tabel 1. Berat Jenis Air


Berat Jenis Air BJ (g/ml)
(TOC)
23 0,99756
24 0,99732
25 0,99707
26 0,99681
27 0,99654
28 0,99626
29 0,99597

Tabel 2. Pengamatan Kalibrasi Buret


No Penimbang 5 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
an ml
1 Berat wadah
+
aqua
destilata
(gram)
2 Berat
wadah
(gram)
3 Berat aqua
destilata
(gram)
4 Suhu
5 BJ

Tabel 3. Pengamatan Kalibrasi Pipet Seukuran dan Labu Ukur


No Pengamatan Penimbangan
1 2 3
1 Berat wadah + aqua
destilata (gram)
2 Berat wadah (gram)
3 Berat aqua destilata
(gram)
4 Suhu
5 BJ
PERCOBAAN 4
TITRASI ASAM BASA
A. Sasaran Percobaan
1. Mahasiswa mampu melakukan titrasi
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar senyawa asam atau basa yang terdapat
dalam suatu sampel

B. Prinsip Percobaan
Untuk menentukan suatu kadar senyawa dalam sampel ada dua metoda kuantitatif yang
dapat digunakan yaitu metoda gravimetric dan volumetric. Dalam modul ini metoda
kauantitaif yang akan dipelajari adalah volumetric. Metoda ini berhubungan dengan jumlah
volume suatu sampel. Metoda volumetric tersebut adalah dengan cara titrasi. Titrasi adalah
metoda analisis kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk mengukur
konsentrasi senyawa dalam suatu sampel.Titrasi asam basa adalah titrasi dimana reaksi
yang terjadi adalah reaksi asam basa (penetralan). Tujuan dari titrasi ini adalah untuk
menetapkan kadar suatu sampel asam dengan mentitrasinya dengan larutan baku basa atau
sampel basa dengan larutan baku asam. Reaksi asam basa atau netralisasi ini dapat
dikatakan juga reaksi antara pemberi proton dengan penerima proton.

C. Alat dan Bahan


Kumpulkan alat dan bahan kimia yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur kerja yang diberikan
D. Prosedur percobaan
Penentuan Kadar Sampel Asem

1. Larutan NaOH 0,9M yang sudah dibakukan dengan larutan standar


primer dimasukkan ke dalam buret 50mL
2. Pipet 25mL larutan sampel asam menggunakan pipet volumetric kemudian
masukkan ke dalam labu takar 100mL, encerkan hingga sampai tanda batas.
3. Pipet 25mL larutan sampel asam menggunakan pipet volumetric dan
masukkan ke dalam labu titrasi 250L. Lakukan duplo
4. Tambahkan 4 tetes indicator fenolftalein ke dalam labu titrasi
5. Titrasi larutan sampel asam dengan menggunakan NaOH hingga terjadi
perubahan warna.
6. Catat volume NaOH pada buret sebelum dan sesudah titrasi
7. Tentukan kosentrasi sampel asam
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS_TEKKIM

PERCOBAAN 5
GAVIMETRI
Tujuan

Melalui praktikum ini diharapkan mampu menentukan kadar Ag + yang diperoleh dari
penimbangan endapan kering dalam bentuk melarutkan sampel perak klorida (AgCl).

Teori Dasar

Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui


kadar suatu zat. Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak
suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut,
yang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil
atau sebagian besar sampel yang di analisis. Analisis gravimetri merupakan salah satu
metode analisis kuantitatif dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri
adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang
terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan. Pengukuran dalam
metode gravimetri adalah dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis
ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom
relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.

Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan analisis gravimetri adalah :

a. Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna (sisa


analit yang tertinggal dalam larutan harus cukup kecil, sehingga dapat diabaikan),
endapan yang dihasilkan stabil dan sukar larut.
b. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan
(dengan penyaringan).
c. Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat
diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus bersifat murni atau dapat
dimurnikan lebih lanjut.

Gravimetri memiliki beberapa tahapan dalam menganalisa, yaitu:


1) Memilih pelarut sampel. Pelarut yang dipilih haruslah sesuai sifatnya dengan
sampel yang akan dilarutkan, Misalnya: HCl, H2SO4 dan HNO3 digunakan
untuk melarutkan sampel dari logam-logam.
2) Pengendapan analit. Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan
analit dari larutan yang mengandungnya dengan membuat kelarutan analit
semakin kecil dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna.
3) Pengeringan endapan. Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang
disesuaikan dengan analitnya dan dilakukan dengan sempurna. Disini kita
menentukan apakah analit dibuat dalam bentuk oksida atau biasa pada
karbon dinamakan pengabuan.
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS_TEKKIM

4) Menimbang endapan. Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul


yang jelas. Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan
kelarutan endapan.
5) Perhitungan. Dalam prosedur gravimetri, suatu endapan ditimbang, dan dari
nilai yang diperoleh, berat dari analit dalam sampel dikalkulasikan dengan
faktor gravimetri (FG). FG merupakan perbandingan antara berat molekul zat
dengan berat molekul sampel

METODELOGI PERCOBAAN

a) Bahan
aquades
Asam Klorida 1 M
Perak Nitrat (AgNO3)
b) Alat

 Batang Pengaduk  Gelas ukur


 Beaker Glass  kertas saring
 Bunsen  Neraca digital
 Kaki tiga  Penjepit tabung
 Kasa  pipet tetes
 Cawan porselen  Termometer
 corong gelas  erlemeyer

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dengan menggunakan neraca digital dan


dimasukkan kedalam beaker glass.
2. Sampel yang di dalam beaker glass ditambahkan aquadest sebanyak 10 ml.
3. Ditambahkan 5 ml asam klorida 1 M setetes demi setetes.
4. Didiamkan endapan 5 menit hingga terbentuk endapan yang sempurna.
5. Larutan diangkat kemudian disaring menggunakan kertas saring.
6. Endapan yang tersaring dicuci dengan aquadest sebanyak satu kali pencucian.
7. Endapan didiamkan di dalam cawan porselen dikeringkan diatas kompor listrik lalu
ditimbang dengan interval waktu 6 menit hingga di peroleh berat konstan.
8. Cawan didinginkan didalam desikator lebih kurang dua menit lalu ditimbang.
9. Ulangi prosedur 6-7 hingga diperoleh berat konstan.
10. Dihitung persen Ag+ yang diperoleh dengan persamaan :
Berat endapan × faktor gravimetri
% kadar Ag+ = × 100
Berat sampel
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS_TEKKIM

PERCOBAAN 6
IODOMETRI
A. Tujuan
Setelah melakukan praktikum percobaan dua tentang iodometri, mahasiswa mampu
melakukan titrasi dengan metode iodometri

B. Dasar Teori
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam
jumlah kecil pada reaksi metabolisme dalam sel untuk melangsungkan pertumbuhan normal
serta memelihara kesehatan. Vitamin dibagi ke dalam dua golongan yaitu golongan pertama
bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine.
Golongan ini diantaranya tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam
pantotenat, vitamin B12 (disebut golongan vitamin B) dan vitamin C. Golongan kedua yang larut
dalam lemak disebutnya alosterin, dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu
banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh, dan memberikan gejala penyakit tertentu
(hipervitaminosis), yang juga membahayakan.
Vitamin C mudah dioksidasi apabila dilarutkan dalam air dan dipanaskan. Oksidasi pada
vitamin C dipercepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Penentuan vitamin C
dapat dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung
berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan baku I2 untuk mengoksidasi
analatnya. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang
merupakan reduktor yang cukup kuat dapat dititrasi. Indikator yang digunakan ialah amilum,
dengan perubahan dari tak berwarna menjadi biru. Harga vitamin C (asam askorbat) sering
ditentukan kadarnya dengan titrasi ini.

C. Metode Percobaan
a. Alat
Burret Labu takar 250 ml Pipet tetes
Klem Batang pengaduk Mortar
Statif Gelas beaker 100 ml Alu
Corong Erlenmeyer 250 ml
Labu takar 100 ml Pipet gondok 10 ml

b. Bahan
Larutan I2 0.01 M
Larutan Kanji
Sampel Vitamin C (Nutrisari, Vloridina, Vitacimin, Jeruk nipis)
aquades

D. Prosedur Kerja
1. Sampel Nutrisari dan Vitacimin
 sampel ditimbang seberat 0.1 gram tablet vitacimin yang sudah digerus
 catat sebagai berat mula-mula
 encerkan dalam labu ukur 250 ml
 ambil 10 ml larutan, kemudian encerkan sampai 30 ml dalam Erlenmeyer
 tambahkan 2 tetes larutan kanji
 sampel dititrasi menggunakan I2 sampai berubah warna menjadi biru violet
 catat volume I2 yang digunakan
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS_TEKKIM

 Lakukan hal yang sama untuk sampel serbuk lainnya.

2. Sampel Vloridina dan Jeruk Nipis


 ambil sampel sebanyak 25 ml
 catat sebagai berat mula-mula
 diencerkan dengan aquades pada labu ukur 50 ml
 ambil sampel yang sudah diencerkan sebanyak 20 ml sampel, kemudian
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml
 tambahkan 2 tetes larutan kanji
 sampel dititrasi menggunakan larutan I2 sampai berubah warna menjadi biru violet
 catat berapa volume I2 yang digunakan
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS_TEKKIM

PERCOBAAN 7
TITRASI IODOMETRI PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA
Tujuan Percobaan
Menentukan kandungan tembaga secara tidak langsung dengan menggunakan titrasi
iodometri.

Dasar Teori
Penentuan ion tembaga (II) dalam larutan dapat ditentukan dengan menggunakan
metode titrasi iodometri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung berdasarkan reaksi
redoks yang menggunakan larutan baku I2 untuk mengoksidasi analatnya. Iod merupakan
oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang
cukup kuat dapat dititrasi. Pada titrasi ini, ion Cu2+ pertama-tama direduksi dengan ion iodide
berlebih menurut reaksi :
2 Cu2+(aq) + 4 I-(aq) → 2CuI(s) + I2 (aq)
I2 yang terbentuk memiliki kelarutan yang kecil dalam air, tetapi kelarutannya akan
meningkat jika di dalam larutan terdapat kelebihan iodide sehingga membentuk I 3-. Ion I3- ini
kemudian dititrasi dengan ion tiosulfat menggunakan indikator amilum (kanji) dengan reaksi :
2 S2O32-(aq) + I3-(aq) → 3I-(aq) + S4O62-(aq)
Molekul β-amilose pada larutan kanji akan berinteraksi dengan I 2 sehingga terbentuk
warna biru. Jika seluruh molekul I3- sudah bereaksi dengan ion tiosulfat, warna biru larutan
akan hilang yang menandakan titik akhir titrasi telah tercapai. Titrasi I 2 harus dilakukan
sesegera mungkin karena I2 mudah menguap dan juga mudah bereaksi dengan senyawa-
senyawa organik. Disamping itu ion iodida dapat bereaksi dengan oksigen di udara. Sebelum
digunakan untuk titrasi, larutan tiosulfat dibakukan dengan larutan standar dikromat. Pada
proses titrasi ion dikromat direaksikan dengan iodida berlebih menurut reaksi :
Cr2O72-(aq) + 14 H(aq) + 6I- → 2 Cr3+(aq) + 3I2(aq) + 7H2O(l)
Kelebihan I2 kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat menurut reaksi 2 dengan indikator
amilum.

Alat dan Bahan


Alat : Bahan:
1. Buret 1. padatan K2Cr2O7
2. Gelas beaker 2. Larutan HCl 6 M
3. Labu Erlenmeyer 3. Larutan KI 10 %
4. Labu ukur 100 ml 4. Larutan kanji 0,2 %
5. pipet volume 5. Larutan sampel tembaga
6. pipet tetes 6. Larutan H2SO4 2 M
7. Corong 7. aquades
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS_TEKKIM

3.1 Prosedur Kerja


a) Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan standar primer K2Cr2O7
1) Tempatkan 40 mL larutan Na2S2O3 0,5 M dalam gelas kimia 500 mL dan
encerkan hingga 200 mL
2) Tempatkan larutan ini dalam buret
3) Timbang dengan tepat padatan K2Cr2O7 (±1,23 gram), kemudian larutakan dalam
labu takar 250 mL
4) Pipet 25,00 mL larutan ini dan masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 10 mL
larutan KI 10%, 10 mL HCl 6 M dan sedikit aqua DM
5) Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna coklat I2 hampir hilang kemudian
tambahkan 2 mL larutan amilum 0,2 %. lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 sampai
warna biru tepat hilang dan terlihat warna hijau. Lakukan duplo
6) Tentukan konsentrasi Na2S2O3 dengan tepat.
b) Penentuan kadar tembaga dalam sampel
1) Pipet 25 mL sampel tembaga ke dalam labu titrasi tambahkan 10 mL larutan KI
10% dan 5 mL larutan H2SO4 2 M.
2) Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna cokelat I2 hampir hilang kemudian
tambahkan 2 mL larutan amilum 0,2 %. Lanjutkan titrasi dengan larutan Na2S2O3
sampai terlihat endapan putih susu. Lakukan duplo!
3) Tentukan kadar tembaga dalam sampel.
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS_TEKKIM

PERCOBAAN 8
PENENTUAN KADAR Fe DENGAN CARA PERMANGANOMETRI
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar Fe berdasarkan pengukuran volume, melalui reaksi oksidasi reduksi
menggunakan laruran kalium permanganat (KmnO4) sebagai Oksidator.
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium
permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari
seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+ , asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa
ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri
seperti:
1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (l) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci dan dilarutkan dalam H 2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat
dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci
dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.

Prinsip Titrasi Permanganometri Prinsip titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi


oksidasi dan reduksi. Pada percobaan ini, secara garis besarnya terbagi atas 2 komponen
utama yang skema dapat digunakan sebagai berikut:

Permanganometri

Zat Pentiter (di dalam Zat yang dititer (di


buret) dalam erlenmeyer)

KMnO4 H2C2O

METODOLOGI PERCOBAAN
BAHAN PERCOBAAN
1. Kalium Permanganat (KMnO4)
2. Asam Sulfat (H2SO4)
3. Asam Oksalat (H2C2O4)
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS_TEKKIM

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penyiapan Larutan KMnO4
 Sebanyak m gram kristal KMnO4 ditimbang dan dimasukkan ke dalam beaker
glass
 Ditambahkan ke beaker glass v ml aquadest
 Larutan diaduk rata dan dipanaskan hingga mendidih
 Setelah mendidih, larutan tersebut didinginkan
2. Standarisasi Larutan KMnO4
 Sebanyak m gr H2C2O4.6H2O dilarutkan dengan V ml dengan air
 Pipet V ml larutan H2C2O4 0,1 N ke dalam Erlenmeyer dan dicampurkan dengan
V ml H2SO4 6 N
 Larutan diaduk rata dan dipanaskan sampai suhu 70o -80oC
 Larutan dititrasi dengan KMnO4 sampai didapat warna merah rosa yang diambil
 Setelah warna tersebut terbentuk, volume KMnO4 yang terpakai dicatat
 Ulangi percobaan diatas sebanyak tiga kali
 Hitung konsentrasi KMnO4
3. Penentuan Kadar Fe
 Sampel yang mengandung larutan Fe dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer.
 Tambahkan 10 ml H2SO4 6 N dan 2 ml H3PO4 85%.
 Lakukan titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO 4 hingga didapat larutan
dengan warna merah rosa.
 Catat volume KMnO4 yang dipakai.
 Ulangi percobaan diatas sebanyak tiga kali.
 Hitung kadar Fe dalam sampel.

Anda mungkin juga menyukai