Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


ANALISIS ANION

Praktikan :
NIM :
Hari Praktikum : Rabu
Tanggal Praktikum : 3 November 2021
Asisten : Fathimatuz Zahra

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
PERCOBAAN II
“ANALISIS ANION”

I. TUJUAN PERCOBAAN

1.1. Mengidentifikasi secara difinitif anion-anion dalam sampel (unknown)


berupa larutan maupun padatan menggunakan metoda pemisahan
“kemikalia cair” yang didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda
ketika direaksikan dengan reagen-reagen tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Analisis Kualitatif

Dalam kimia analitik, terdapat dua jenis analisis, yaitu analisis kuantitatif
dan analisis kualitatif. Analisis kimia kualitatif adalah analisis kimia yang hanya
memperhatikan ada atau tidaknya suatu unsur atau zat dalam suatu sampel bahan.
Contoh pengujian analisis kimia kualitatif adalah uji nyala api untuk menguji
unsur apa yang terdapat di dalamnya, biasanya logam, dan test Kastle-Meyer
untuk mengetahui adanya darah (Maharani, 2019).

II.2. Metode Pengendapan

Saat dua larutan di campurkan, senyawa yang tidak dapat larut kadang
kadang terbentuk, zat tersebut umunya berbentuk padat dan terpisah dari larutan
tersebut. Reaksi demikian disebut sebagai pengendapan, dan zat yang padat yang
terbentuk disebut sebagai endapan (Zumdahl, 2017).

II.3. Hasil Kali Kelarutan

Ksp atau solubilityproductconstants adalah kesetimbangan antara ion-ion


dalam larutan jenuh yang kelarutannya rendah. Nilai Ksp dapat dihitung dengan
mengalikan konsentrasi ion-ion penyusun suatu senyawa dipangkatkan
koefisiennya. Ksp memiliki hubungan dengan Qc, dimana Qc merupakan
kesetimbangan antara ion-ion dalam larutan nyata, konsentrasinya belum dapat
dipastikan apakah jenuh atau tidak. Ksp dan Qc digunakan untuk memperkirakan
terjadinya suatu endapan dengan melakukan perbandingan nilai Ksp dan Qc. Jika
nilai Qc < Ksp, maka larutan belum jenuh dan endapan belum terjadi. Jika nilai
Qc = Ksp, larutan tepat jenuh dan mulai terjadi endapan. Jika Qc > Ksp, maka
larutan sudah lewat jenuh dan endapan sudah terjadi (Farhaini, 2017).

II.4. Pencucian Endapan

Tujuan dari pencucian endapan adalah untuk menyingkirkan kotoran yang


teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis
sehingga diperoleh endapan murni. Endapan murni adalah endapan analit yang
bersih atau tidak mengandung molekul-molekul lain. Pencucian akan berhasil jika
dilakukan berulang-ulang dengan pemakaian sebagian demi sebagian cairan
pencuci. Pencucian dilanjutkan terus sampai ion pengotor telah hilang sama
sekali. Hilangnya ion pengotor ditandai dari hasil negative pada pengujian cairan
pencuci dengan pereaksi yang cocok (Chadijah, 2012).

II.5. Reaksi Pembentukan Kompleks

Pembentukan senyawa kompleks dapat dilihat dari beberapa sudut pandang


tergantung dari logam pusat dan ligan yang berikatan, berbagai teori berkembang
dan menyempurnakan proses pembentukan senyawa kompleks ini. Pembentukan
senyawa kompleks dapat dilihat dan digambarkan melalui 2 jenis model yakni
model ikatan ionik dan model ikatan kovalen.

a. Model ikatan ionik

Model ini merujuk pada pendekatan teori medan kristal di mana repulsi dan
atraksi elektrostatis antar awan elektron dan orbital pada logam dan ligan
membentuk suatu ikatan. Logam sebagai pusat koordinasi senyawa kompleks
biasanya berupa kation dan ligannya berupa anion atau molekul netral dengan
densitas elektron tinggi pada atom donornya sehingga memiliki atraksi yang kuat
terhadap kation logam. Atom donor akan tersusun mengeliilingi ion logam pusat
dalam susunan berdasarkan tarikan elektrostatis menuju logam pusat dan repulsi
elektrostatis menuju ligan lainnya.

b. Model ikatan kovalen

Model ikatan kovalen merujuk pada pendekatan kombinasi orbital-orbital


yang dijelaskan melalui teori orbital molekul. Kombinasi orbital-orbital logam
pusat dan ligan menghasilkan paket orbital dengan energi yang berbeda. Ketika
satu orbital atom A dikombinasi dengan satu orbital dari atom X, akan dihasilkan
2 orbital, 1 terstabilisasi (orbital bonding,energi rendah) dan 1 terdestabilisasi
(orbital anti-bonding,energi tinggi). Elektron yang masuk ke dalam orbital
bonding akan membentuk situasi stabil di mana A dan X terhubung melalui
sebuah ikatan, membentuk senyawa stabil AX.

(Lawrence, 2013)

II.6. Selektif Ion

Elektroda selektif ion merupakan jenis elektroda pada potensiometri yang


berfungsi dalam proses mengukur kuantitas ion terlarut pada larutan (D’Orazio,
2012). Selektivitasnya sendiri ditentukan berdasarkan komposisi dari membrane
yang menyusunnya. Komponen penyusun utama dari pengukuran Elektrida
Selektif Ion, yaitu larutan standar. larutan yang ada pada luar sampel yang akan
dilakukan pemisahan melalui membrane tipis. Potensial yang ada pada membran
merupakan hasil yang diperoleh dari adanya tukar ion dan terjadi di permukaan
membran serta larutan (Gross, 1998).

II.7. Kemikalia Cair

Teknik memisahkan dalam menganalisis kation dan anion berdasar pada


perilaku ion-ion yang berbeda saat larutan anion ataupun kation mengalami reaksi
dengan reagen tertentu (Svehla, 1985).

II.8. Analisis Ion


II.8.1. Klorida (Cl-)

Ada beberapa senyawa yang sedikit larut, seperti AgCl, HgCl. Sebagian
besar klorida akan larut dalam air. Namun dapat larut jika dalam keadaan suhu
larutan yang tinggi. Kemungkinan hasil uji ditandai dengan bau yang menyengat
dari HCl.

II.8.2. Bromida (Br-)

Sebagian besar bromida larut dalam air, kecuali pada Hg(I), Ag, Cu(I) dan
Pb. Timbel bromide sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam
air mendidih. Contoh AgBr tidak larut dalam air, tetapi dapat dioksidasi dengan
HNO3. Kemungkinan hasil uji ditandai dengan keluarnya uap brom berwarna
coklat dan bau khas bromin.

II.8.3. Iodida (I-)

Kelarutan iodide adalah serupa dengan klorida dan bromida, perak,


merkurium (II), tembaga (I) dan timbel iodide adalah garam-garam yang sedikit
larut. Iodida mempunyai kelarutan yang hamper sama dengan klorida dan
bromida. Kemungkinan hasil uji ditandai dengan uap ungu atau larutan berwarna
ungu kehitaman.

II.8.4. Nitrat (NO3-)

Sebagian besar nitrat larut dalam air. Kemungkinan hasil uji ditandai
dengan larutan berwarna coklat atau terbentuk cincin coklat.

II.8.5. Sulfat (SO42-)

Sulfat dari sronsium, barium, dan timbal tidak dapat terlarut dalam pelarut
air. Akan tetapi sulfat dari merkuri (II) dan kalsium dapat sedikit terlarut dalam
pelarut air, sedangkan sulfat-sulfat dari logam lainnya dapat mudah terlarut dalam
pelarut air.
II.8.6. Kromat (CrO42-)

Kromat logam umunya akan menghasilkan warna kuning apabila dilarutan


dalam pelarut air. Dalam asam mineral encer yaitu ion-ion hidrogen, kromat akan
berubah menjadi dikromat.

II.8.7. Fosfat (PO43-)

Fosfat akan larut dalam air jika reaksi dengan ammonium dan logam
alkali, kecuali lithium. Fosfat dari alkali tanah sedikit larut, bahkan tidak larut
dalam air.

II.8.8. Sulfit (SO32-)

Pada kondisi anaerob ion sulfat akan tereduksi menjadi ion sulfit yang
membentuk kesetimbangan dengan ion hidrogen membentuk hidrogen sulfit
(H2S). Apabila direaksikan dengan asam klorida encer atau asam sufat encer sulfit
akan melepaskan gas. Apabila direaksikan dengan hidrogen peroksida sulfit akan
teroksidasi menjadi sulfat.

(Petrucci, 2017)

II.9. Analisis Bahan

II.9.1. AgNO3

Sifat fisikanya ialah:

- Memiliki wujud kristal


- Tidak memiliki warna
- Memiliki titik leleh sebesar 60oC
Sifat kimianya ialah:

- Larut bersama asam nitrat

(Daintith, 1990)

II.9.2. H2SO4

Sifat fisikanya ialah:

- Memiliki wujud cairan


- Tidak memiliki warna
- Tidak memiliki bau

Sifat kimianya ialah:

- Bersifat asam
- Berperan sebagai katalis

(Basri, 2003)

II.9.3. HNO3

Sifat fisikanya ialah:

- Memiliki titik didih sebesar 84oC


- Memiliki warna agak kuning
- Tidak memiliki bau

Sifat kimianya ialah:

- Memiliki sifat korosif


- Sebagai oksidator

(Basri, 2003)

II.9.4. HCl
Sifat fisikanya ialah:

- Memiliki titikdidih sebesar 85oC


- Tidak memiliki warna
- Memiliki bau yang tajam

Sifat kimianya ialah:

- Larut bersama air

(Daintith, 1990)

II.9.5. FeSO4

Sifat fisikanya ialah:

- Tidak memiliki warna

Sifat kimianya ialah:

- Larut bersama air


- Dapat dihidratasi
(Daintith, 1990)
III. METODOLOGI PERCOBAAN

III.1. Alat

- Tabung reaksi
- Pipet Tetes

III.2. Bahan

- NaCl
- KBr
- KI
- Na2SO4
- Pb(NO3)2
- K2CrO4
- AgNO3
- Ba(C2H3O2)2
- HCl
- HNO3
- H2SO4 Pekat
- FeSO4

III.3. Skema Kerja

III.3.1.Ion Cl-

- Tes 1 dan Tes 2

5 tetes larutan Cl-

Tabung reaksi

Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Hasil
- Tes 3

5 tetes larutan Cl-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil

- Tes 4

5 tetes larutan Cl-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil etes HCl

- Tes 5

5 tetes larutan Cl-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil
III.3.2.Ion Br-

- Tes 1 dan Tes 2

5 tetes larutan Br-

Tabung reaksi

Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Hasil

- Tes 3

5 tetes larutan Br-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil

- Tes 4

5 tetes larutan Br-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl


Hasil
etes HCl
- Tes 5

5 tetes larutan Br-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil

III.3.3.Ion I-

- Tes 1 dan Tes 2

5 tetes larutan I-

Tabung reaksi

Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Hasil

- Tes 3

5 tetes larutan I-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil
- Tes 4

5 tetes larutan I-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasiletes HCl

- Tes 5

5 tetes larutan I-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil

III.3.4.Ion SO32-

- Tes 1 dan Tes 2

5 tetes larutan SO32-

Tabung reaksi

Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Hasil
- Tes 3

5 tetes larutan SO32-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil

- Tes 4

5 tetes larutan SO32-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl


Hasil
etes HCl

- Tes 5

5 tetes larutan SO32-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil
III.3.5.Ion SO42-

- Tes 1 dan Tes 2

5 tetes larutan SO42-

Tabung reaksi

Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Hasil

- Tes 3

5 tetes larutan SO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil

- Tes 4

5 tetes larutan SO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasiletes HCl
- Tes 5

5 tetes larutan SO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil

III.3.6.Ion PO43-

- Tes 1 dan Tes 2

5 tetes larutan PO43-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil

- Tes 3

5 tetes larutan PO43-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil
- Tes 4

5 tetes larutan PO43-


-
Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl


Hasil
etes HCl

- Tes 5

5 tetes larutan PO43-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil

III.3.7.Ion NO3-

- Tes 1 dan Tes 2

5 tetes larutan NO3-

Tabung reaksi

Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Hasil
- Tes 3

5 tetes larutan NO3-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil

- Tes 4

5 tetes larutan NO3-


-
Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl


Hasil
etes HCl

- Tes 5

5 tetes larutan NO3-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil
III.3.8.Ion CrO42-

- Tes 1 dan Tes 2

5 tetes larutan CrO42-

Tabung reaksi

Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Hasil

- Tes 3

5 tetes larutan CrO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil

- Tes 4

5 tetes larutan CrO42-


-
Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl


Hasil
etes HCl
- Tes 5

5 tetes larutan CrO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil

III.3.9.Larutan Unknown I

- Tes 1 dan Tes 2

5 tetes larutan unknown 1

Tabung reaksi

Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Hasil

- Tes 3

5 tetes larutan unknown 1

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil
- Tes 4

5 tetes larutan unknown 1


-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil

- Tes 5

5 tetes larutan unknown 1


-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil

III.3.10. Larutan Unknown II

- Tes 1 dan Tes 2

5 tetes larutan unknown 2

Tabung reaksi

Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Hasil
- Tes 3

5 tetes larutan unknown 2

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3


Hasil

- Tes 4

5 tetes larutan unknown 2


-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil

- Tes 5

5 tetes larutan unknown 2


-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
HIPOTESIS

Percobaan yang berjudul “Analisis Anion” ini bertujuan untuk mengidentifikasi


secara difinitif anion-anion dalam sampel (unknown) berupa larutan maupun
padatan menggunakan metoda pemisahan “kemikalia cair” yang didasarkan pada
kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen-reagen tertentu.
Prinsip yang digunakan adalah reaksi spesifik dan reaksi selektif ion. Metode
yang digunakan adalah kemikalia cair. Percobaan ini mungkin akan mendapatkan
anion-anion dan sampel yang dapat bereaksi dengan reagen-reagen tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Basri, S. (2003). Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chadijah, S. (2012). Dasar-dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin University


Press.

D’Orazio, P. M., ME. (2012). Electrochemistry and Chemical Sensors. Dala


Burtis, CS. Ashwood, ER., Bruns, DE. Penyunting. Tietz Textbook of
Clinical Chemistry and Molecular Diagnotics, Edisi ke-5. Missouri:
Elsevier. H.

Daintith, J. (1990). Kamus Kimia Lengkap. Jakarta: Erlangga.

Farhaini, D. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 9 Banda Aceh. Banda Aceh: Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry.

Gross, E. M., Kelly, R.S., and Cannon jr., DM. (1998). Analytical
Electrochemistry: Potentiometry. Hiwa WR. Penyunting. Point of Care
Diagnostics. “Clinical Implementation Refresher Series: Ion Selective
Electrodes. New York: Western New York Microcomputer, Inc.

Lawrence, G. A. (2013). Introduction to Coordination Chemistry. Australia: John


Wiley & Sons.

Maharani, E. T. W. d. Y. (2019). Urgensi Materi Instrumentasi Kimia bagi


Mahasiswa Analis Kesehatan. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Petrucci, R. H. (2017). General Chemistry: Principles and Modern Applications.


New York: Pearson.

Svehla. (1985). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro, Edisi


kelima, Bagian I. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Zumdahl, S. S., Zumdahl, S.A., and DeCoste, D.J. (2017). Chemistry, 10th
edition. Massachusetts: Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai