KB 2. Elektrometri
1. Potensiometri: berkaitan dengan hubungan antara konsentrasi larutan
dengan harga potensial listrik dari suatu sel elektrokimia di antara dua
elektroda. Analisis secara potensiometri memerlukan elektroda
pembanding (reference electrode), elektroda indikator / kerja (indicator
/ work electrode), dan alat ukur potensial listrik (voltmeter).
2. Elektroda pembanding: merupakan suatu elektroda yang memiliki
harga potensial tetap, konstan dan tidak peka terhadap komposisi larutan
yang sedang diukur.
3. Elektroda hidrogen standar (The Standard Hydrogen Electrode,
SHE): terbuat dari logam platina yang dilapisi platina hitam agar
absorpsi gas hidrogen pada permukaan elektroda berlangsung
sempurna. Potensial setengah sel untuk elektroda pembanding hidrogen
standar ini adalah 0 volt.
4. Elektroda kalomel jenuh (The Saturated Calomel Electrode, SCE):
terbuat dari tabung gelas atau plastik dengan panjang 5-15 cm dan garis
tengah 0,5-1 cm yang mengandung komponen untuk reaksi elektroda,
yaitu raksa, raksa(I) klorida dan ion-ion klorida bebas yang didukung
oleh garam KCl. Elektroda kalomel jenuh yang dikonstruk pada 25oC
memiliki potensial 0,2444 V.
5. Elektroda Ag/AgCl: terdiri dari kawat perak yang ujungnya dilapisi
dengan lapisan tipis AgCl. Kawat tersebut dicelupkan ke dalam larutan
yang mengandung larutan KCl yang dijenuhkan dengan AgCl. Jika
menggunakan larutan KCl jenuh, elektroda Ag/AgCl memiliki potensial
pada 25oC sebesar 0,197 V, sedangkan jika menggunakan larutan KCl
3,5 M potensialnya pada 25oC sebesar 0,205 V.
6. Elektroda indikator: elektroda yang memiliki nilai potensial yang
tergantung pada konsentrasi analit.
7. Elektroda jenis pertama: merupakan logam murni dari analit yang
akan diukur, seperti Ag, Bi, Cd, Cu, Hg, Pb, Sn, Ti & Zn.
8. Elektroda jenis kedua: merupakan elektroda yang secara tidak
langsung memberikan respon terhadap anion yang membentuk endapan
yang sukar larut atau kompleks yang stabil dengan kationnya.
9. Elektroda redoks: elektroda ini terbuat dari logam inert seperti platina
(Pt) dan emas (Au), sehingga potensial yang timbul bergantung kepada
potensial dari sistem redoks di dalam larutan tempat elektroda tercelup.
10. Elektroda membran: elektroda yang terbuat dari membran yang
dirancang untuk menghasilkan potensial akibat adanya ion tertentu
melalui proses pengikatan selektif, misalnya pertukaran ion yang terjadi
pada larutan di sekitar antarmuka membran.
11. Elektroda membran kaca: terbuat dari kaca yang mengandung 22%
Na2O, 6% CaO, dan 72% SiO. Penggunaan utama elektroda kaca di
laboratorium adalah untuk mengukur pH.
12. Elektroda membran padat: merupakan modifikasi elektroda
membran kaca dengan mengganti bahan membran dengan senyawa
ionik. Elektroda ini mampu untuk memperoleh respon yang Nernstian
untuk sejumlah anion dan kation seperti F-, Cl- dan Ag+
13. Elektroda membran cair: merupakan elektroda yang bekerja
berdasarkan pertukaran ion atau carier netral. Elektroda ini memakai
senyawa penukar ion atau carier netral yang dilarutkan dalam pelarut
organik yang tidak bercampur dengan air.
14. Elektroda sensor gas: merupakan elektroda yang menggunakan 2
membran dan merupakan yang paling selektif diantara jenis elektroda
yang lain dan mempunyai waktu respon yang lama.
15. Potensiometer: merupakan voltmeter dengan tahanan yang sangat
tinggi sehingga arus lisrik tetap terjaga nol dan akibatnya potensial yang
terukur relatif stabil.
16. Metode potensiometri langsung: berdasarkan adanya perbedaan
potensial yang terjadi saat suatu elektroda indikator dicelupkan ke
dalam larutan uji dan saat elektroda indikator dicelupkan ke dalam
larutan standar.
17. Metode standard addition: larutan sampel yang akan dianalisis diukur
potensial selnya, kemudian ke dalam larutan sampel dimasukkan sedikit
larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya dan diukur potensial
selnya.
18. Metode sample addition: larutan standar dimasukkan terlebih dahulu
dan larutan yang akan dianalisis dimasukkan kemudian.
19. TISAB (Total Ionic Strength Adjusment Buffer): Sebuah reagen
yang ditambahkan pada larutan sampel dan standar yang berfungsi
untuk menjaga pH, aktifitas ion, dan kekuatan ion dari larutan standar.
20. Metode analisis secara konduktometri: merupakan metode untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan berdasarkan pengukuran
konduktansi atau daya hantar listriknya.
21. Konduktansi: adalah kemampuan suatu media untuk membawa arus
listrik.
22. Konduktovitas: daya hantar listrik spesifik.
23. Resistivitas: merupakan tahanan dari suatu larutan yang diukur pada
jarak 1 cm antara elektroda-elektrodanya.
24. Daya hantar listrik ekivalen (Λ): merupakan daya hantar listrik 1 g
ekivalenlarutan elektrolit diantara 2 elektroda yang terpisah sejauh 1 cm
25. Berat ekuivalen : merupakan berat molekul dibagi jumlah muatan
positif atau negatif.
26. Titrasi konduktometri: merupakan metode untuk menganalisa larutan
berdasarkan kemampuan ion dalam menghantarkan muatan listrik di
antara dua elektroda melalui tindakan titrasi.
27. Titrasi konduktometri frekuensi arus rendah (maksimum 300Hz):
titrasi dimana setiap penambahan suatu larutan elektrolit ke dalam
larutan elektrolit lain pada keadaan yang tidak menyebabkan perubahan
volume begitu besar akan mempengaruhi konduktovitas larutan, dapat
digunakan pada titrasi asam basa dan tidak diperlukan kontrol suhu
KB 3. Spektrofotometri
1. Spektrofotometri: merupakan salah satu metode analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara
kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara radiasi
dan materi.
2. Spektroskopi: istilah umum untuk ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan interaksi dari berbagai jenis radiasi dengan materi.
3. Eksitasi: perubahan analit dari keadaan berenergi rendah menjadi
keadaan berenergi lebih tinggi.
4. Sumber kontinum: merupakan sumber yang memancarkan radiasi
pada berbagai panjang gelombang, dengan variasi intensitas yang relatif
halus sebagai fungsi panjang gelombang.
5. Sumber garis: merupakan sumber yang memancarkan radiasi pada
beberapa rentang panjang gelombang sempit yang dipilih.
6. Sumber nyala api: menggunakan pembakaran bahan bakar dan
oksidan seperti asetilena dan udara, untuk mencapai suhu 2000-3400 K
7. Sumber plasma: merupakan gas terionisasi yang panas, menyediakan
suhu 6000-10.000 K
8. Filter: bagian spektrofotometer yang digunakan untuk mengisolasi
panjang gelombang. Jenisnya dapat digunakan filter absorbsi, filter
interferensi atau monokromator.
9. Monokromator: Pendekatan alternatif untuk seleksi panjang
gelombang yang memungkinkan untuk memvariasikan panjang
gelombang secara kontinyu.
10. Teknik panjang gelombang tetap: panjang gelombang dipilih dengan
memutar kisi-kisi secara manual. Biasanya monokromator panjang
gelombang tetap hanya digunakan untuk analisis kuantitatif.
11. Scanning monokromator : menggunakan kisi dengan mekanisme
yang terus berputar, memungkinkan panjang gelombang yang berurutan
untuk keluar dari monokromator.
12. Detektor: Untuk mendeteksi sinyal radiasi foton yang tidak diserap atau
diemisikan pada metode spektrofotometri. Detektor menggunakan
transduser sensitif untuk mengubah sinyal foton menjadi sinyal listrik
yang mudah diukur. Transduser phototube dan photomultiplier
merupakan contoh transduser foton yang populer.
13. Prosesor sinyal: menampilkan sinyal listrik yang dihasilkan oleh
transduser dalam bentuk yang dapat digunakan untuk analis. Contoh
prosesor sinyal termasuk analog meter atau digital, perekam, dan
komputer yang dilengkapi dengan papan akuisisi digital.
14. Hukum Lambert Beer: hukum dasar yang mengatur absorbsi semua
jenis radiasi elektromagnetik. Dimana A = ε b C
15. Transmitansi: Rasio radiasi elektromagnetik awal (P0) dibandingkan
dengan yang diteruskan (PT).
16. Gugus kromofor: Senyawa yang mampu menyerap sinar radiasi pada
suatu panjang gelombang. Gugus kromofor mempunyai elektron valensi
dengan energi eksitasi yang relatif rendah
17. Lampu deuterium : Sumber radiasi spektrofotometer UV/Vis yang
mengandung gas deuterium pada kondisi tekanan rendah dan
dihubungkan dengan tegangan tinggi sehingga menghasilkan spektrum
kontinu yang merupakan spektrum (UV)
18. Lampu Tungsten (Wolfram) : Sumber radiasi spektrofotometer
UV/Vis yang merupakan campuran dari filament tungsten dan gas iodin
(halogen). Sumber radiasi ini dipakai untuk mengecek atau kalibrasi
panjang gelombang pada spektrofotometer UV-Vis pada daerah
ultraviolet khususnya di sekitar panjang gelombang 365 nm dan
sekaligus mengecek resolusi dari monokromator.
19. Prisma: bagian monokromator yang memiliki fungsi mendispersikan
radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan resolusi
yang baik dari radiasi polikromatis
20. Kisi difraksi: bagian monokromator yang berfungsi menghasilkan
penyebaran dispersi sinar secara merata.
21. Celah optis: bagian monokromator yang berfungsi untuk mengarahkan
sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi.
22. Fotometer Filter: merupakan instrumen paling sederhana yang
memiliki jalur optik tunggal antara sumber energi dan detektor sehingga
disebut instrumen single beam
23. Spektronik 20: merupakan spektrometer single-beam yang paling
sederhana dan memerlukan proses kalibrasi yang sama seperti pada
fotometer. Spektronik 20 ini sudah menggunakan monokromator yang
berfungsi untuk menseleksi panjang gelombang, menggantikan filter
dalam fotometer.
24. Spektrometer UV/Vis Double-Beam: Pada sistem double-beam
pengontrolan jalur sinar radiasi bergantian antara sampel dan blanko.
Instrumen double-beam lebih serbaguna dari instrumen single-beam
karena dapat digunakan untuk analisis kuantitatif sekaligus kualitatif.
25. Spektrofotometer inframerah: merupakan alat yang mengukur
serapan/absorbsi dimana pengukuran dilakukan pada daerah cahaya
inframerah tengah (mid-infrared) yaitu pada panjang gelombang 2.5 -
50 µm atau bilangan gelombang 4000 - 200 cm-1. Komponen
spektrofotometer inframerah terdiri atas lima bagian pokok yaitu:
sumber radiasi, wadah sampel, monokhromator, detektor dan rekorder.
26. Nernst Glower: merupakan sumber radiasi pada spektrofotometer IR
yang tersusun atas campuran oksida dari zirkon (Zr) dan yitrium (Y)
yaitu ZrO2 dan Y2O3, atau campuran oksida thorium (Th) dan serium
(Ce).
27. Globar: merupakan sumber radiasi pada spektrofotometer IR yang
tersusun atas sebatang silikon karbida (SiC) biasanya dengan diameter
5 mm dan panjang 50 mm.
28. Kawat Nikhrom: merupakan sumber radiasi pada spektrofotometer IR
yang tersusun atas campuran nikel (Ni) dan Krom (Cr) Kawat ini
berbentuk spiral dan mempunyai intensitas radiasi lebih rendah dari
Nernst Glower dan Globar tetapi umurnya lebih panjang.
29. Thermocouple: Detektor pada spektrofotometer IR yang merupakan
alat yang mempunyai impedansi rendah dan sering kali dihubungkan
dengan pre-amplifier dengan impedansi tinggi.
30. Spektrofotometer Serapan Atom: merupakan alat yang mengukur
absorbansi yang berdasarkan serapan/absorbsi atom pada panjang
gelombang tertentu.
31. Hollow Cathode Lamp (HCL): sumber sinar yang digunakan pada
SSA
32. Atomisasi: Proses mengubah analit dalam bentuk cairan atau larutan ke
bentuk atom bebas berfasa gas
KB 4. Kromatografi
1. Kromatografi: merupakan metode yang relatif sederhana untuk
memisahkan senyawa yang diinginkan dari pengotor, atau mengisolasi
masing-masing komponen campuran.
2. Kromatografi gas: menggunakan fasa gerak gas, Fasa diam dapat
berupa padatan atau cairan yang ditempatkan dalam kolom.
3. Kromatografi cair: menggunakan fasa gerak cairan, fasa diam dapat
berupa padatan atau cairan yang ditempatkan dalam kolom.
4. Kromatografi adsorbsi: berdasarkan perbedaan daya adsorpsi fasa
diam (adsorben) terhadap komponen-komponen akibat adanya ikatan
ionik, ikatan hidrogen, atau gaya Van der Walls.
5. Kromatografi partisi: pemisahan komponen akibat partisi komponen
diantara fasa gerak dan fasa diam yang berbeda kepolarannya.
6. Kromatografi penukar ion: pemisahan berdasarkan pertukaran ion
pada permukaan fasa diam yang bermuatan.
7. Kromatografi permiasi gel : pemisahan berdasarkan ukuran dan
bentuk molekul komponen.
8. Kromatogram: Hasil pemisahan yang berisi puncak-puncak yang
menggambarkan komponen-komponen yang terpisah.
9. Waktu retensi (tR): Selang waktu yang diperlukan oleh komponen
untuk keluar dari kolom dan mencapai detektor.
10. Waktu retensi fasa gerak (tM): Waktu retensi komponen yang tidak
ditahan dalam kolom.
11. Faktor selektifitas: ukuran distribusi relatif komponen-komponen
diantara fasa diam dan fasa gerak atau ukuran pemisahan komponen-
komponen. Semakin besar harga faktor selektifitas maka pemisahan
akan semakin baik.
12. Faktor kapasitas: ukuran retensi suatu komponen dalam kromatografi
yang dapat digunakan selain waktu retensi.
13. Efisiensi kolom: berhubungan dengan melebarnya puncak pada waktu
komponen bergerak sepanjang kolom. Semakin efisien suatu kolom
kromatografi semakin sempit puncak yang dihasilkan.
14. Height equivalent theoretical plate (HETP): tebal setiap pelat teori
dalam kolom.
15. Difusi Eddy: disebut juga efek variasi jalur komponen terjadi karena
kolom berisi partikel yang tidak merata ukuran dan bentuknya, sehingga
jalan yang ditempuh komponen berbeda-beda.
16. Difusi longitudinal : terjadi karena molekulmolekul solut cenderung
berdifusi ke segala arah.
17. Resolusi : Kemampuan suatu kolom untuk dapat memisahkan
komponen-komponen dalam suatu sampel
18. Kromatografi Kertas: Kromatografi kertas merupakan suatu metode
pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya berdasarkan
distribusi komponen tersebut pada dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa
gerak dimana, Fasa diam berupa air yang terikat pada selulosa kertas,
sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organik nonpolar yang sesuai.
19. Kromatografi fasa terbalik: Kromatografi kertas dengan fasa diam
nonpolar dan fasa gerak polar
20. Kromatografi satu arah: kertas digantungkan pada wadah yang berisi
lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang sesuai didalamnya.
21. Kromatografi dua arah: kertas hasil kromatografi satu arah
ditempatkan lagi dalam wadah yang berisi lapisan pelarut tetapi posisi
kertas tegak lurus terhadap arah yang pertama
22. Kromatografi kertas menurun: pengembangan kromatogram
dilakukan dengan cara membiarkan pelarut bergerak turun mengaliri
kertas.
23. Kromatografi kertas menanjak: pelarut bergerak mendaki kertas
kromatografi
24. Kromatografi kertas naik-turun: merupakan gabungan kedua
kromatografi kertas menurun dan kromatografi kertas menanjak.
25. Kromatografi kertas radial atau sirkular: digunakan kertas saring
berbentuk lingkaran, dan sampel ditotolkan di pusat kertas
26. Kromatografi lapis tipis: tergolong sistem kromatografi cair-padat,
fasa gerak berupa cairan dan fasa diam berupa lapisan tipis (dapat
berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan). Digunakan lapisan
tipis adsorben halus (kromatoplat) sebagai fasa diamnya.
27. Eluen: Fasa gerak yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis yang
pembuatannya didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya
merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga
didapatkan perbandingan tertentu.
28. KCKT: merupakan proses pemisahan komponen-komponen
berdasarkan kepolarannya yang terdiri dari kolom (sebagai fasa diam)
dan larutan tertentu sebagai fasa gerak, serta menggunakan tekanan
tinggi untuk mendorong fasa gerak.
29. Pompa : bagian dari KCKT yang berfungsi mengalirkan fasa gerak dari
wadah fasa gerak ke kolom.
30. Pompa reciprocating: pompa yang menghasilkan suatu aliran yang
berdenyut teratur (pulsating), sehingga membutuhkan peredam pulsa
atau peredam elektronik untuk menghasilkan garis dasar (base line)
detektor yang stabil.
31. Pompa syringe: pompa yang memberikan aliran yang tidak berdenyut,
tetapi reservoirnya terbatas
32. Injektor: tempat memasukkan campuran yang akan dianalisis ke dalam
sistem KCKT
33. Tipe Stop-flow: tipe injektor dimana ketika injeksi dilakukan maka
aliran fasa gerak dihentikan dulu dan aliran fasa gerak dilanjutkan lagi
setelah injeksi selesai.
34. Tipe septum: injektor berupa syringe yang menggunakan septum.
Injektor tipe ini bisa digunakan apabila tekanan yang dihasilkan cukup
rendah yaitu 60-70 atmosfir.
35. Tipe injektor loop valve: merupakan injektor dengan menggunakan
katup yang dipadukan dengan loop.
36. Kolom (fasa diam): tempat terjadinya pemisahan pada KCKT
37. Fasa gerak atau eluen: terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan
resolusi.
38. Detektor: digunakan untuk mendeteksi adanya komponen campuran di
dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadarnya (analisis
kuantitatif)
39. Analisis kuantitatif secara kalibrasi dengan standar: komposisi
suatu campuran yang tidak diketahui diperkirakan dengan cara
membandingkan terhadap suatu seri larutan baku dengan berbagai
konsentrasi.
40. Analisis kuantitatif dengan standar internal: sejumlah standar
internal dimasukkan ke dalam tiap larutan standar dan larutan
campuran. Pada metode ini dapat diperoleh ketelitian tertinggi pada
analisis kuantitatif, karena variasi volume larutan yang diinjeksikan
dapat dieliminasi.
41. Kromatografi gas: merupakan teknik pemisahan komponen-
komponen dalam suatu sampel berdasarkan perbedaan distribusi
komponen-komponen tersebut ke dalam 2 fasa, yaitu fasa gerak berupa
gas dan fasa diam bisa cairan atau padatan.
42. Kromatografi gas cair (KGC): proses pemisahan pada terjadi akibat
perbedaan partisi komponen-komponen dalam sampel di antara fasa
diam dan fasa gerak. Fasa diamnya berupa cairan yang sukar menguap
dan melekat pada padatan pendukung berupa butiran halus yang inert.
43. Kromatografi gas padat (KGP): proses pemisahan terjadi akibat
perbedaan adsorpsi fasa diam terhadap komponen-komponen dalam
sampel. Fasa diam pada KGP berupa padatan seperti karbon, zeolit dan
silika gel.
44. Operasi isotermal: pengoperasian kolom dimana suhu kolom dijaga
konstan selama proses pemisahan.
45. Kromatografi gas suhu terprogram: pengoperasian kolom suhu oven
dikendalikan secara terprogram yang dapat mengubah tingkatan
pemanasan yang terjadi antara 0,25°C sampai 20°C.
46. Split injection : Cara menginjeksikan sampel untuk kolom terbuka
dimana konsentrasi komponen dalam sampel terlalu tinggi
47. Spitless injection: Cara menginjeksikan sampel untuk kolom terbuka
dimana biasa digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif yang baik
dan untuk analisis renik.
48. Rekorder: berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang
diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram
49. Metode standar kalibrasi : Analisis kuantitatif dengan kromatografi
gas yang dilakukan dengan cara mempersiapkan sederet larutan standar
yang komposisinya sama dengan analit kemudian tiap larutan standar
diukur dengan kromatografi gas sehingga diperoleh kromatogram untuk
tiap larutan standar.
50. Metode standar internal atau standar dalam: Analisis kuantitatif
dengan kromatografi gas yang digunakan apabila tinggi dan luas puncak
kromatogram tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya sampel, tetapi
juga oleh fluktuasi laju aliran gas pembawa, suhu kolom dan detektor,
dan sebagainya, yang mempengaruhi kepekaan dan respon detektor
51. Metode normalisasi area: Cara kuantitatif tanpa menggunakan larutan
standar untuk menghitung konsentrasi komponen-komponen dalam
sampel dalam % dengan cara mengukur luas puncak setiap komponen
dan membaginya dengan luas puncak total seluruh komponen