Mengetahui,
Asisten Praktikan
Firdaus Shofwan
Khairunnisa Aulia Dewi
24030118130078 24030120130069
ABSTRAK
I. TUJUAN PERCOBAAN
Dalam kimia analitik, terdapat dua jenis analisis, yaitu analisis kuantitatif
dan analisis kualitatif. Analisis kimia kualitatif adalah analisis kimia yang hanya
memperhatikan ada atau tidaknya suatu unsur atau zat dalam suatu sampel bahan.
Contoh pengujian analisis kimia kualitatif adalah uji nyala api untuk menguji
unsur apa yang terdapat di dalamnya, biasanya logam, dan test Kastle-Meyer
untuk mengetahui adanya darah (Maharani dan Yusrin, 2019).
Reaksi pengendapan adalah salah satu jenis reaksi kimia dimana saat proses
reaksi tersebut berlangsung akan menimbulkan suatu endapan yang tidak larut
dalam larutan atau pelarut karena tingkat kelarutan zat terlarut tersebut lebih besar
daripada larutan atau pelarut tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut.
(Chang, 2003)
Endapan adalah suatu zat padat yang tidak larut dalam larutan atau pelarut
karena tingkat kelarutan zat terlarut tersebut lebih besar daripada larutan atau
pelarut tersebut. Endapan dapat berupa kristal, residu, maupun koloid (Matuchova
dkk., 2009).
1. Sifat Pelarut
Pelarut polar dapat melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar dapat
melarutkan senyawa non polar (Khopkar, 2010).
2. Suhu
Kelarutan suatu zat padat dalam pelarut zat cair pada suhu tinggi lebih besar
daripada kelarutan suatu zat padat dalam pelarut zat cair pada suhu rendah
dikarenakan kalor diserap untuk memecahkan kristal-kristal zat padat (Sunarya,
2003).
3. Tekanan
Tekanan hanya sedikit berpengaruh pada kelarutan zat padat dalam cairan.
Berat suatu zat padat yang terlarut dalam jumlah cairan tertentu berbanding lurus
dengan tekanan yang diberikan dalam kesetimbangan (Keenan, 1986).
(Keenan, 1986)
Sel Galvani atau sel Volta adalah sebuah sel elektrokimia yang dicetuskan
oleh Alexander Volta dan Luigi Galvani yang menghasilkan energi listrik melalui
reaksi kimia yang berjalan spontan (Pramono, 2020). Terdapat tiga jenis sel volta,
yaitu sel Volta primer, sekunder, dan bahan bakar (Harahap, 2016).
Kation kelompok I yaitu ion Ag+, Hg2+, dan Pb2+ sebagai logam klorida
yang dapat diidentifikasi melalui penambahan HCl encer pada larutan sampel
(Svehla, 1990).
Kation kelompok II yaitu Bi2S, CdS, SnS, dan CuS yang memiliki nilai
hasil kali kelarutan (Ksp) paling rendah pada sulfidanya dan dapat diidentifikasi
melalui penambahan H2S pada larutan sebelumnya yang telah disaring.
Penambahan H2S pada larutan akan menggeser kesetimbangan ke arah kiri
(Svehla, 1990).
Kation kelompok III yaitu CoS, FeS, MnS, ZnS, dan NiS yang memiliki
nilai hasil kali kelarutan (Ksp) yang lebih tinggi dari kation golongan II, serta
Al(OH)3 dan Cr(OH)3 yang semuanya dapat diidentifikasi melalui penambahan
NaOH ke dalam larutan sebelumnya sehingga kesetimbangannya akan bergeser ke
arah kanan (Svehla 1990).
Suatu senyawa kompleks akan terbentuk ketika ion logam pusat mengikat
ligan atau ion donor electron dengan ikatan kovalen koordinasi (Day dan Selbin,
1985). Contoh reaksi pembentukan kompleks adalah pembentukan garam
kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O. Reaksinya adalah sebagai berikut.
(Keenan, 1986)
1. Memiliki pH 7 (netral)
2. Tidak dapat terbakar
3. Tidak beracun
4. Tidak bersifat iritan pada kulit
(Petrucci, 2008)
2.5.2. HCl
(Perry, 2008)
(Ullman, 1989)
2.5.3. NH3
(Perry, 1997)
2.5.4. HNO3
(Smart-Lab, 2017)
2.5.5. H2SO4
(Lide, 2007)
2.5.6. NaOH
2.5.7. H2O2
1. Bentuk : Cair
2. Warna : Tidak berwarna
3. Berat molekul : 34 gram/mol
4. Titik leleh : -26oC
5. Titik didih : 107oC
6. Densitas : 1,11 gram/cm3
(Smart-Lab, 2017)
2.5.8. KSCN
1. Warna : Putih
2. Bentuk : Kristal
3. Bau : Tidak berbau
4. Titik leleh : 173oC
5. Titik didih : > 400oC
6. Berat jenis : 1,89 gram/mol
7. Densitas : 1,91 gram/cm3
(Basri, 1996)
2.5.9. NH4OH
1. Bersifat korosif
2. Dapat memberikan warna biru tua pada larutan tembaha (II)
(Perry, 1997)
2.5.10. K2CrO4
1. Warna : Kuning
2. Bentuk : Serbuk
3. Bau : Tidak berbau
4. Densitas : 2,73 gram/cm3
5. Berat molekul : 194,19 gram/mol
6. Titik lebur : 968oC
7. Titik didih : 1000oC
seperti:
(Supelco, 2006)
2.5.12. Na2SO4
1. Higroskopis
2. Bersifat iritan
(Budiman, 2006)
2.5.13. DMG
1. Bentuk : Cairan
2. Warna : Tidak berwarna
3. Bau : Seperti alkohol
4. Titik didih : 78oC
5. Titik leleh : -113oC
1. Mudah terbakar
2. Larut dalam air
3. Stabil di bawah suhu ruang
(LabChem, 2009)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pemanas spiritus
5. Penjepit
3.2. Bahan
1. Akuades
2. HCl
3. NH3
4. HNO3
5. H2SO4
6. NaOH
7. H2O2
8. KSCN
9. NH4OH
10. K2CrO4
11. KI
12. Na2SO4
13. DMG
3.3. Skema Kerja
3.3.1. Analisis Kation Known Kelompok I
Hasil
Endapan putih,
berarti Ag+ ada
Hasil
3.3.2. Analisis Kation Known Kelompok II
Larutan II A dari Kelompok I Larutan Pb2+, Al3+, Cr3+, Ba2+, Mg2+, Cu2+, Ni2+
Endapan II E: FeO3
Larutan II F:
Al(OH)3, CrO 42+ - Penambahan 3 tetes HCl
- Penambahan 1 tetes KSCN
Hasil
3.3.3. Analisis Kation Known Kelompok III
Endapan III B: BaSO4, berarti Ba2+ ada Larutan III C: Cu2+, Ni2+
Hasil
3.3.4. Analisis Kation Known Kelompok IV
- Penambahan Na2SO3
- Penambahan 5 tetes NaOH - Penambahan 8 tetes NH3
- Pemanasan hingga mendidih - Penambahan 3 tetes H2O2
- Penambahan NaOH hingga pH Larutan biru: Cu(NH3)42+,
berarti Cu2+ ada
10 Endapan IV D: Ni(OH)2
Hasil
3.3.5. Analisis Kation Unknown I
Larutan Unknown I
Tabung Reaksi
- Penamba
han 2 HCl
- Penamba
han 12 tetes NH4OH
- Penamba
han 1 tetes H2SO4
- Penamba
han 7 tetes NaOH
Tabung Reaksi
Larutan Unknown II
Tabung Reaksi
Tabung Reaksi
IV. DATA PENGAMATAN
(Svehla, 1985)
Dari percobaan tersebut, hasil yang diperoleh berupa endapan AgCl dan
PbCrO4 dengan kation kelompok I, yaitu Ag+ dan Pb2+, yang dapat terbentuk
dikarenakan nilai Qsp ion Ag+ dan Pb2+ lebih besar dibandingkan dengan Ksp
larutan.
(Svehla, 1985)
(Svehla, 1990)
Dari percobaan tersebut, hasil yang diperoleh berupa endapan PbSO 4 dan
larutan kompleks Fe(SCN)3 yang terdapat endapan dengan kation kelompok II,
yaitu Pb2+ dan Fe3+. Endapan yang dapat terbentuk dikarenakan nilai Qsp ion Pb2+
lebih besar dibandingkan dengan Ksp larutan. Larutan Fe(SCN)3 yang terbentuk
memiliki nilai Qsp ion Fe3+ yang lebih kecil dibandingkan dengan Ksp larutan
sehingga kation tersebut masih terdapat dalam larutan dan kurang larut.
5.3. Analisis Kation Known Kelompok III
(Svehla, 1990)
(Svehla, 19985)
(Svehla, 1990)
Dari percobaan tersebut, hasil yang diperoleh berupa endapan Ni(C 2H4NO)2
dan larutan Cu(OH)2 dengan kation kelompok IV, yaitu Ni2+ dan Cu2+. Endapan
dapat terbentuk dikarenakan nilai Qsp ion Ni2+ lebih besar dibandingkan dengan
Ksp larutan. Larutan Cu(OH)2 yang terbentuk memiliki nilai Qsp ion Cu 2+ yang
lebih kecil dibandingkan dengan Ksp larutan sehingga kation tersebut masih
terdapat dalam larutan dan tidak larut.
H2O + HCl →
H2O + NH4OH →
H2O + H2SO4 →
H2O + NaOH →
(Petrucci, 2008)
Dari percobaan tersebut, didapatkan hasil berupa larutan yang tetap bening
dan tidak berubah sedikitpun saat ditambahkan beberapa reagen. Hasil yang
didapatkan merupakan air (H2O) karena tidak bereaksi dengan reagen-reagen yang
ditambahkan ke dalamnya dan tidak membentuk kation apapun. Nilai Qsp ion H +
lebih kecil daripada Ksp larutan sehingga endapan tidak muncul.
Ni2+ + NH4OH →
(Petrucci, 2008)
(Svehla, 1985)
Ni(OH)2 + 2 NaOH →
Ni(OH)2 + NH4OH →
Ni(OH)2 + H2O →
(Petrucci, 2008)
(Svehla, 1990)
6.1.Kesimpula
6.1.1. Kation-kation yang terbentuk dalam sampel unknown adalah H+ dalam air
(H2O) yang tidak dapat diidentifikasi dengan reagen-reagen yang
ditambahkan dan Ni2+ dalam Ni(C2H4NO)2 yang dapat diidentifikasi
dengan reagen DMG [(C2H4NO)2] yang merupakan reagen spesifik
terhadap ion Ni2+.
6.2. Saran
Anger, G., Halstenberg, J., Hochgeschwender, K., Scherhag, C., Korallus, U.,
Knopf, H., Schmidt, P., and Ohlinger, M. 2000. Ullmann/s Encyclopedia
of Industrial Chemistry: Chromium Compounds. Germany: Wiley-VCH
Verlag GmbH & Co. KgaA. https://doi.org/10.1002/14356007.a07_067
Day, C.M. dan Selbin, J. 1985. Theoritical Inorganic Chemistry 2nd Edition. New
Delhi: Van Nostrand Reinhod.
Gross, E.M., Kelly, R.S., and Connon jr., D.M. 1998. Clinical Implementation
Refresher Series: Ion Selective Electrodes: Analitical Electrochemistry:
Potentiometry. New York: Western New York Microcompoter.
Kirk, R.E. and Othmer, D.F. 1981. Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd
Edition. New York: The Inter Science Encyclopedia, Inc.
Maharani, E.T.W. dan Yusrin. 2019. Urgensi Materi Instrumentasi Kimia bagi
Mahasiswa Analis Kesehatan. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Matuchova, M., Zdansky, K., Zavadil, J., Danilewsky, A., Riesz, F., Hassan,
M.A.S., Alexiew, D., and Kral, R. 2009. Study of the Influence of the
Rare-Erath Elements on the Properties of Lead Iodide. Journal of Crystal
Growth, Vol 311, Issue 14, Pages 3557-3562.
https://doi.org/10.1016/j.jcrysgro.2009.04.043
Perry, R.H. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7thEdition. NY, USA:
McGraw-Hill Book Company.
Petrucci, R.H. 2008. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern, Edisi Keempat, Jilid
3. Jakarta: Erlangga.
Svehla, G. 1985. Vogel (Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro). Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
bagian II. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.