Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


ANALISIS KELOMPOK KATION

Praktikan : Firdaus Shofwan


NIM 24030120130069
Hari Praktikum : Rabu
Tanggal Praktikum : 27 Oktober 2021
Asisten : Khairunnisa Aulia Dewi

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 27 Oktober 2021

Mengetahui,

Asisten Praktikan

Firdaus Shofwan
Khairunnisa Aulia Dewi
24030118130078 24030120130069
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan dengan judul “Analisis Kelompok Kation” ini


bertujuan untuk mengidentifikasi secara difinitif kation-kation dalam sampel
(unknown) berupa larutan maupun padatan menggunakan metoda pemisahan
“kemikalia cair” yang didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika
direaksikan dengan reagen-reagen tertentu. Prinsip yang digunakan adalah reaksi
selektif ion dan reaksi spesifik. Metode yang digunakan adalah kemikalia cair.
Percobaan ini menghasilkan kation-kation yang terbentuk dalam sampel
unknown, yaitu H+ dalam air (H2O) yang tidak dapat diidentifikasi dengan reagen-
reagen yang ditambahkan dan Ni2+ dalam Ni(C2H4NO)2 yang dapat diidentifikasi
dengan reagen DMG [(C2H4NO)2] yang merupakan reagen spesifik terhadap ion
Ni2+.
Kata Kunci: Ksp, Qsp, Kemikalia Cair, Reaksi Selektif Ion, Reaksi Spesifik
PERCOBAAN I
“ANALISIS KELOMPOK KATION”

I. TUJUAN PERCOBAAN

1.1. Mengidentifikasi secara difinitif kation-kation dalam sampel (unknown)


berupa larutan maupun padatan menggunakan metoda pemisahan
“kemikalia cair” yang didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda
ketika direaksikan dengan reagen-reagen tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Kualitatif

Dalam kimia analitik, terdapat dua jenis analisis, yaitu analisis kuantitatif
dan analisis kualitatif. Analisis kimia kualitatif adalah analisis kimia yang hanya
memperhatikan ada atau tidaknya suatu unsur atau zat dalam suatu sampel bahan.
Contoh pengujian analisis kimia kualitatif adalah uji nyala api untuk menguji
unsur apa yang terdapat di dalamnya, biasanya logam, dan test Kastle-Meyer
untuk mengetahui adanya darah (Maharani dan Yusrin, 2019).

2.2. Reaksi Pengendapan

Reaksi pengendapan adalah salah satu jenis reaksi kimia dimana saat proses
reaksi tersebut berlangsung akan menimbulkan suatu endapan yang tidak larut
dalam larutan atau pelarut karena tingkat kelarutan zat terlarut tersebut lebih besar
daripada larutan atau pelarut tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut.

AgNO3 + KCl  AgCl (endapan) + KNO3

(Chang, 2003)

2.2.1. Definisi Endapan

Endapan adalah suatu zat padat yang tidak larut dalam larutan atau pelarut
karena tingkat kelarutan zat terlarut tersebut lebih besar daripada larutan atau
pelarut tersebut. Endapan dapat berupa kristal, residu, maupun koloid (Matuchova
dkk., 2009).

2.2.2. Kelarutan Endapan

Kelarutan endapan (S) adalah konsentrasi jumlah zat terlarut yang


dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah zat pelarut
pada suhu tertentu dengan satuan mol/L. Kelarutan dapat dipengaruhi oleh sifat
dan jumlah zat terlarut dan zat pelarut, suhu, dan tekanan (Martin, 1993).

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat,


diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Sifat Pelarut
Pelarut polar dapat melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar dapat
melarutkan senyawa non polar (Khopkar, 2010).
2. Suhu
Kelarutan suatu zat padat dalam pelarut zat cair pada suhu tinggi lebih besar
daripada kelarutan suatu zat padat dalam pelarut zat cair pada suhu rendah
dikarenakan kalor diserap untuk memecahkan kristal-kristal zat padat (Sunarya,
2003).
3. Tekanan

Tekanan hanya sedikit berpengaruh pada kelarutan zat padat dalam cairan.
Berat suatu zat padat yang terlarut dalam jumlah cairan tertentu berbanding lurus
dengan tekanan yang diberikan dalam kesetimbangan (Keenan, 1986).

2.2.4. Hasil Kali Kelarutan

Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah sebuah tetapan kesetimbangan antara


garam yang mudah atau sukar larut dengan pelarutnya yang dilambangkan dengan
Ksp. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
XmYn (s) ↔ mXn+ + nYm-
Ksp = [Xn+]m [Ym-]n

(Keenan, 1986)

2.3. Analisis Kation

Sel Galvani atau sel Volta adalah sebuah sel elektrokimia yang dicetuskan
oleh Alexander Volta dan Luigi Galvani yang menghasilkan energi listrik melalui
reaksi kimia yang berjalan spontan (Pramono, 2020). Terdapat tiga jenis sel volta,
yaitu sel Volta primer, sekunder, dan bahan bakar (Harahap, 2016).

2.3.1. Kelompok Kation I

Kation kelompok I yaitu ion Ag+, Hg2+, dan Pb2+ sebagai logam klorida
yang dapat diidentifikasi melalui penambahan HCl encer pada larutan sampel
(Svehla, 1990).

2.3.2. Kelompok Kation II

Kation kelompok II yaitu Bi2S, CdS, SnS, dan CuS yang memiliki nilai
hasil kali kelarutan (Ksp) paling rendah pada sulfidanya dan dapat diidentifikasi
melalui penambahan H2S pada larutan sebelumnya yang telah disaring.
Penambahan H2S pada larutan akan menggeser kesetimbangan ke arah kiri
(Svehla, 1990).

2.3.3. Kelompok Kation III

Kation kelompok III yaitu CoS, FeS, MnS, ZnS, dan NiS yang memiliki
nilai hasil kali kelarutan (Ksp) yang lebih tinggi dari kation golongan II, serta
Al(OH)3 dan Cr(OH)3 yang semuanya dapat diidentifikasi melalui penambahan
NaOH ke dalam larutan sebelumnya sehingga kesetimbangannya akan bergeser ke
arah kanan (Svehla 1990).

2.3.4. Kelompok Kation IV


Kation kelompok IV yaitu golongan yang paling susah larut menggunakan
reagen-reagen sebelumnya. Kelompok ini memerlukan penambahan larutan basa
agar dapat mengendapkan ion Ba2+, Ca2+, dan Sr2+ sebagai senyawa karbonat
(Svehla, 1990).

2.4. Reaksi Pembentukan Kompleks

Suatu senyawa kompleks akan terbentuk ketika ion logam pusat mengikat
ligan atau ion donor electron dengan ikatan kovalen koordinasi (Day dan Selbin,
1985). Contoh reaksi pembentukan kompleks adalah pembentukan garam
kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O. Reaksinya adalah sebagai berikut.

CuSO4.5H2O(aq) + 4NH3(aq) + H2O(l) → Cu(NH3)4SO4.H2O(s) + 5H2O

(Keenan, 1986)

2.5. Analisis Bahan


2.5.1. Akuades

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Berat molekul : 18,02 gram/mol


2. Densitas : 1000 kg/m3
3. Tekanan uap : 2,3 kPa
4. Titik didih : 100oC
5. Bentuk : Cair
6. Rasa : Tidak memiliki rasa

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Memiliki pH 7 (netral)
2. Tidak dapat terbakar
3. Tidak beracun
4. Tidak bersifat iritan pada kulit
(Petrucci, 2008)

2.5.2. HCl

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik didih : -85oC


2. Komposisi : 99%
3. Warna : Tidak berwarna
4. Bentuk : Cair
5. Berat molekul : 36,5 gram/mol

(Perry, 2008)

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Memiliki sifat yang mudah larut dalam air


2. Bereaksi dengan alkohol menghasilkan alkohol klorida

(Ullman, 1989)

2.5.3. NH3

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik leleh : -77,7oC


2. Titik didih : -33,35oC
3. Berat molekul : 17,04 gram/mol
4. Densitas uap : 0,6 gram/mL

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Memiliki bau yang menyengat


2. Merupakan salah satu molekul polar

(Perry, 1997)
2.5.4. HNO3

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Berat molekul : 63,01 gram/mol


2. Bentuk : Cair
3. Warna : Tidak berwarna
4. Titik lebur : -41oC
5. Titik didih : 122oC (1,013 hPa)
6. Densitas : 1,41 gram/cm3 (20oC)

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Larut dalam air


2. Korosif terhadap logam
3. Diklasifikasikan sebagai oksidator kategori 3
4. Tidak mudah meledak
5. Stabil di bawah suhu ruangan

(Smart-Lab, 2017)

2.5.5. H2SO4

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik leleh : 10oC


2. Titik didih : 290oC
3. Tekanan uap : 1 mmHg (146oC)
4. Warna : Tak berwarna
5. Bentuk : Cairan higroskopis

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Bereaksi dengan basa akan membentuk garam dan air


2. Bereaksi dengan garam akan membentuk suatu garam yang mudah menguap
3. Berbahaya jika terkena kulit berbahaya

(Lide, 2007)

2.5.6. NaOH

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Bentuk : Kristal atau larutan jenuh


2. Warna : Putih (kristal), bening (larutan)
3. Berat molekul : 40 gram/mol
4. Titik leleh : 318oC
5. Titik didih : 1390oC
6. Densitas : 2,1 gram/cm3

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Tidak mudah terbakar


2. Higroskopis
3. Larut dalam air
4. Melepaskan panas ketika dilarutkan
5. Sangat mudah terionisasi
6. Bersifat korosif
7. Larutannya dapat meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas

(Kirk dan Othmer, 1981)

2.5.7. H2O2

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Bentuk : Cair
2. Warna : Tidak berwarna
3. Berat molekul : 34 gram/mol
4. Titik leleh : -26oC
5. Titik didih : 107oC
6. Densitas : 1,11 gram/cm3

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Peka terhadap panas dan cahaya


2. Berpotensi sebagai oksidator
3. Bersifat korosif
4. Bersifat iritan

(Smart-Lab, 2017)

2.5.8. KSCN

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Warna : Putih
2. Bentuk : Kristal
3. Bau : Tidak berbau
4. Titik leleh : 173oC
5. Titik didih : > 400oC
6. Berat jenis : 1,89 gram/mol
7. Densitas : 1,91 gram/cm3

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Larut dalam aseton dan alkohol


2. Dapat menyebabkan iritasi pada kulit
3. Digunakan dalam pencucian tekstil

(Basri, 1996)

2.5.9. NH4OH

Memiliki sifat fisika, seperti:


1. Densitas : 0,91 gram/cm3 (20oC)
2. Titik didih : 37,7oC
3. Titik lebur : -57,5oC
4. Warna : Tak berwarna
5. Berat molekul : 35,04 gram/mol
6. Bentuk : Cair
7. Bau : Sangat tajam

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Bersifat korosif
2. Dapat memberikan warna biru tua pada larutan tembaha (II)

(Perry, 1997)

2.5.10. K2CrO4

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Warna : Kuning
2. Bentuk : Serbuk
3. Bau : Tidak berbau
4. Densitas : 2,73 gram/cm3
5. Berat molekul : 194,19 gram/mol
6. Titik lebur : 968oC
7. Titik didih : 1000oC

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Bereaksi dengan timbal (II) nitrat menghasilkan endapan oranye


2. Memiliki bentuk mineral murni, yaitu tarapacaite
3. Bersifat karsinogenik
4. Bersifat korosif

(Anger dkk., 2000)


2.5.11. KI

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Berat molekul : 106 gram/mol


2. Titik lebur : 680oC
3. Titik didih : 1330oC
4. Bentuk : Padat
5. Bau : Tidak berbau
6. Warna : Putih

Memiliki sifat kimia,

seperti:

1. Stabil di bawah suhu kamar


2. Reaktif pada agen pereduksi yang kuat
3. Menyebabkan kerusakan pada organ tiroid jika tertelan

(Supelco, 2006)

2.5.12. Na2SO4

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Berat molekul : 142,04 gram/mol


2. Densitas : 2,66 gram/cm3 (20oC)
3. Warna : Putih
4. Bentuk : Kristal
5. Titik lebur : 884oC
6. Titik didih : 1429oC

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Higroskopis
2. Bersifat iritan

(Budiman, 2006)
2.5.13. DMG

Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Bentuk : Cairan
2. Warna : Tidak berwarna
3. Bau : Seperti alkohol
4. Titik didih : 78oC
5. Titik leleh : -113oC

Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Mudah terbakar
2. Larut dalam air
3. Stabil di bawah suhu ruang

(LabChem, 2009)
III. METODE PENELITIAN

3.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pemanas spiritus
5. Penjepit
3.2. Bahan
1. Akuades
2. HCl
3. NH3
4. HNO3
5. H2SO4
6. NaOH
7. H2O2
8. KSCN
9. NH4OH
10. K2CrO4
11. KI
12. Na2SO4
13. DMG
3.3. Skema Kerja
3.3.1. Analisis Kation Known Kelompok I

Mulai dengan 1 mL Larutan Known/Unknown

- Penambahan 2 tetes HCl, sentrifus

Endapan I A: AgCl (putih) dan PbCl (Putih)


Larutan Pb2+, Al3+, Cr3+, Ba2+, Mg2+, Cu2+, Ni2+, disimpan untuk k

Pencucian dengan 0,5 mL H2O


Pembuangan cucian
Penambahan 0,5 mL H2O
Pemanasan hingga mendidih

Endapan IB: AgCl


Larutan I C: Pb2+
- Penambahan 3 tetes NH3
- Pencucian dengan 0,5 mL H2O - Penambahan 3 tetes
- Pembuangan cucian K2CrO4
Endapan Kuning: PbCrO4, berarti Pb2+ ada
Larutan I D: Ag (NH )

-Penambahan 3 tetes HNO3

Hasil
Endapan putih,
berarti Ag+ ada

Hasil
3.3.2. Analisis Kation Known Kelompok II

Larutan II A dari Kelompok I Larutan Pb2+, Al3+, Cr3+, Ba2+, Mg2+, Cu2+, Ni2+

- Penambahan 10 tetes NH3, 1 tetes saat pengadukan, sentrifus

Larutan III A: Ba2+, Endapan II B: Al(OH)3, Fe(OH)3,


Mg2+, Cu(NH3+) Cr(OH)3, Pb(OH)2

- Penambahan 2 tetes H2SO4


- Penambahan ½ mL H2O
- Pengadukan
- Pesentrifusian

Endapan PbSO4 atau Larutan II C: Al3+, Fe3+, Cr3+


BaSO4 dibuang
- Penambahan 4-6 tetes NH3
- Pengadukan
- Pesentrifusian

Larutan dibuang Endapan II D: Al(OH)3,


Fe(OH)3, Cr(OH)3

Pencucian dengan ½ mL H2O, buang cuciannya. Penambahan


½ mL H2O, 5 tetes NaOH dan pengadukan. Penambahan 3 tetes
H2O2 dan pengadukan. Pemanasan selama 2 menit, sentrifus

Endapan II E: FeO3
Larutan II F:
Al(OH)3, CrO 42+ - Penambahan 3 tetes HCl
- Penambahan 1 tetes KSCN

Larutan merah, ada Fe3+

Hasil
3.3.3. Analisis Kation Known Kelompok III

Larutan III A: Ba2+, Cu(NH3)6, Ni(NH3)6 2+


Penambahan 1 tetes H2SO4
Pengadukan dan sentrifus

Endapan III B: BaSO4, berarti Ba2+ ada Larutan III C: Cu2+, Ni2+

Hasil
3.3.4. Analisis Kation Known Kelompok IV

Larutan IV A: Cu(NH3 )4 2+, Ni(NH3)6 2+

- Penambahan HCl hingga larutan netral


(9-10 tetes)
- Penambahan 1 tetes lagi HCl
- Penambahan 3 tetes KI dan pengadukan
- Warna coklat timbul adanya I- dan
kelihatan coklat kekuningan jika
endapan Cu2+ ada

Larutan IV C: Ni2+ Endapan IV B: CuI

- Penambahan Na2SO3
- Penambahan 5 tetes NaOH - Penambahan 8 tetes NH3
- Pemanasan hingga mendidih - Penambahan 3 tetes H2O2
- Penambahan NaOH hingga pH Larutan biru: Cu(NH3)42+,
berarti Cu2+ ada
10 Endapan IV D: Ni(OH)2

- Penambahan 0,5 mL H2O Hasil


- Penambahan 1 tetes HCl
- Penambahan 1 tetes DMG

Endapan merah jingga dari Ni-


Dimetilglioksida, berarti Ni2+ ada

Hasil
3.3.5. Analisis Kation Unknown I

Larutan Unknown I

Tabung Reaksi

- Penamba
han 2 HCl
- Penamba
han 12 tetes NH4OH
- Penamba
han 1 tetes H2SO4
- Penamba
han 7 tetes NaOH
Tabung Reaksi

3.3.6. Analisis Kation Unknown II

Larutan Unknown II

Tabung Reaksi

- Penambahan 2 tetes HCl


- Penambahan 10 tetes NH4OH
- Penambahan 1 tetes H2SO4 han
- Penamba8 tetes NH4OH han 1
- Penambatetes NaOH han 1
- Penambatetes NH4OH han 3
- Penambatetes Akuades han 2
- Penambatetes DMG

Tabung Reaksi
IV. DATA PENGAMATAN

No. Perlakuan Hasil Ket.

1. Analisis Kation Known Kelompok I

Ag+ + HCl Larutan menjadi putih keruh


AgCl + NH3 Larutan berwarna putih, terdapat +
endapan putih
Pb2+ + HCl Tidak berwarna
PbCl2 + K2CrO4 Larutan berwarna kuning, terdapat +
endapan kuning
2. Analisis Kation Known Kelompok II

Pb + NH3 Endapan putih Pb(OH)2


Pb + H2SO4 + H2O Larutan berwarna putih, terdapat +
endapan putih PbSO4
Fe + NH3 Larutan berwarna coklat
Fe + H2SO4 + H2O Larutan tidak berwarna
Fe + NH3 Larutan tidak berwarna

Fe + NaOH + H2O2 (pemanasan) Larutan berwarna coklat, terdapat


endapan
Fe + HCl + KSCN Larutan berwarna merah kecoklatan, +
terdapat endapan
3. Analisis Kation Kelompok III

Ba2+ + H2SO4 Endapan putih BaSO4 +


4. Analisis Kation Known Kelompok IV

Cu2+ + HCl + KI Endapan putih CuI


Cu + NH3 Larutan berwarna coklat kekuningan
Cu + H2O2 Larutan berwarna biru +
Ni + HCl + KI Larutan berwarna coklat kekuningan
Ni2+ + Na2SO4 Larutan berwarna coklat kekuningan
Ni2+ + NaOH (pemanasan) Endapan hijau Ni(OH)2
Ni + HCl Endapan larut
Ni + DMG Endapat merah jingga +

5. Analisis Kation Unknown I

Larutan unknown I Larutan bening


+ HCl Larutan bening dan timbul panas
+ NH4OH Larutan bening

+ H2SO4 Larutan bening


+ NaOH Larutan bening
6. Analisis Kation Unknown II

Larutan unknown Larutan hijau bening


+ HCl Larutan hijau bening
+ NH4OH Endapan hijau keruh
+ H2SO4 Endapan hijau keruh
+ NH4OH Larutan biru, endapan larut
+ NaOH Larutan biru, endapan larut
+ NH4OH Larutan biru, endapan larut
+ akuades Larutan biru, endapan larut
+ DMG Endapan merah muda
HIPOTESIS

Percobaan yang berjudul “Analisis Kelompok Kation” ini bertujuan untuk


mengidentifikasi secara difinitif kation-kation dalam sampel (unknown) berupa
larutan maupun padatan menggunakan metoda pemisahan “kemikalia cair” yang
didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen-
reagen tertentu. Prinsip yang digunakan adalah reaksi selektif ion dan reaksi
spesifik. Metode yang digunakan adalah kemikalia cair. Percobaan ini mungkin
akan mendapatkan kation-kation dan sampel yang dapat bereaksi dengan reagen-
reagen tertentu.
V. PEMBAHASAN

Telah dilakukan percobaan dengan judul “Analisis Kelompok Kation” ini


bertujuan untuk mengidentifikasi secara difinitif kation-kation dalam sampel
(unknown) berupa larutan maupun padatan menggunakan metoda pemisahan
“kemikalia cair” yang didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika
direaksikan dengan reagen-reagen tertentu. Prinsip yang digunakan adalah reaksi
selektif ion dan reaksi spesifik. Reaksi selektif ion adalah suatu reaksi kimia yang
terjadi pada bahan-bahan yang mengandung ion-ion berbeda dengan suatu reagen
yang berguna untuk memisahkan golongan kation atau anion yang berbeda
(D’Orazio dkk., 2012) dan reaksi spesifik adalah suatu reaksi kimia yang terjadi
pada bahan-bahan yang mengandung ion-ion berbeda dengan suatu reagen
tertentu agar dapat diketahui ion-ion apa saja di dalamnya (Gross dkk., 1998).
Metode yang digunakan adalah kemikalia cair. Teknik memisahkan dalam
menganalisis kation dan anion berdasar pada perilaku ion-ion yang berbeda saat
larutan anion ataupun kation mengalami reaksi dengan reagen tertentu (Svehla,
1985).

5.1. Analisis Kation Known Kelompok I

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation kelompok I, yaitu


Pb2+ dan Ag+. Untuk memisahkan kation kelompok I digunakan HCl. Langkah
kerja yang dilakukan adalah menambahkan 2 tetes HCl yang berfungsi sebagai
reagen selektif ion pada larutan unknown kemudian dilakukan sentrifusi. Akan
terbentuk endapan I A, yaitu AgCl dan PbCl yang berwarna putih yang akan
diidentifikasi, dan larutan Pb2+, Al3+, Cr3+, Ba2+, Mg2+, Cu2+, Ni2+, disimpan untuk
kation kelompok II. Endapan yang terbentuk kemudian dicuci dengan akuades
yang berguna untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang masih ada dalam
endapan. Selanjutnya, hasil cucian dibuang lalu ditambahkan dengan akuades.
Lakukan pemanasan hingga mendidih yang berguna untuk mempercepat reaksi
dan melarutkan endapan Pb2+. Akan terbentuk endapan I B, yaitu AgCl dan
larutan I C, yaitu Pb2+. Endapan AgCl yang terbentuk ditambahkan dengan 3 tetes
NH3 yang berguna untuk mengidentifikasi kation Ag+ kemudian dicuci
dengan akuades.
Setelah itu, buang hasil cucian. Akan didapatkan larutan I D, yaitu Ag(NH3), yang
kemudian ditambahkan dengan HNO3 yang berguna untuk menetralkan larutan
dari NH3 berlebih. Akan terbentuk endapan berwarna putih yang menandakan
bahwa ion Ag+ ada. Larutan Pb2+ yang terbentuk ditambahkan dengan 3 tetes
K2CrO4 yang berguna untuk mengidentifikasi ion Pb2+. Akan terbentuk endapan
berwarna kuning berupa PbCrO4 yang menandakan bahwa ion Pb2+ ada. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut.

Ag+ + HCl → AgCl ↓ (putih) + H+

PbCl2 + K2CrO4 → PbCrO4 ↓ (kuning) + 2 KCl

(Svehla, 1985)

Dari percobaan tersebut, hasil yang diperoleh berupa endapan AgCl dan
PbCrO4 dengan kation kelompok I, yaitu Ag+ dan Pb2+, yang dapat terbentuk
dikarenakan nilai Qsp ion Ag+ dan Pb2+ lebih besar dibandingkan dengan Ksp
larutan.

5.2. Analisis Kation Known Kelompok II

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation kelompok II, yaitu


Pb2+ dan Fe3+. Untuk memisahkan kation kelompok II digunakan NH 3. Langkah
kerja yang dilakukan adalah menambahkan 10 tetes NH3 sebagai reagen selektif
ion ke dalam larutan Pb2+, Al3+, Cr3+, Ba2+, Mg2+, Cu2+, Ni2+ pada percobaan
sebelumnya dann 1 tetes NH3 saat pengadukan kemudian dilakukan sentrifusi.
Akan terbentuk larutan III A, yaitu Ba2+, Mg2+, dan Cu(NH3)2+, disimpan untuk
kation kelompok III dan endapan II B, yaitu Al(OH) 3, Fe(OH)3, Cr(OH)3, dan
Pb(OH)2. Endapan yang terbentuk ditambahkan 2 tetes H2SO4 yang berguna untuk
melarutkan OH- kemudian ditambahkan akuades yang berguna untuk melarutkan
pengotor. Lakukan pengadukan yang berguna untuk membuat larutan menjadi
homogen kemudian lakukan proses sentrifusi. Akan terbentuk endapan PbSO4
atau BaSO4 yang kemudian dibuang dan larutan II C, yaitu Al3+, Fe3+, dan Cr3+.
Larutan yang terbentuk ditambahkan 4-6 tetes NH3 kemudian diaduk yang
berguna untuk
membuat larutan menjadi homogen, dan lakukan proses sentrifusi. Akan terbentuk
larutan yang kemudian dibuang dan endapan II D, yaitu Al(OH) 3, Fe(OH)3, dan
Cr(OH)3. Endapan yang terbentuk dicuci dengan akuades yang berguna untuk
menghilangkan pengotor-pengotor yang terdapat dalam endapan kemudian hasil
cuciannya dibuang. Selanjutnya, tambahkan akuades dan 5 tetes NaOH yang
berguna untuk mengendapkan Fe3+ yang kemudian diaduk yang berguna untuk
membuat larutan menjadi homogen. Setelah itu, tambahkan 3 tetes H2O2 yang
berguna sebagai oksidator dan lakukan pengadukan yang berguna untuk membuat
larutan menjadi homogen. Lakukan pemanasan selama 2 menit yang berguna
untuk mempercepat reaksi dan lakukan proses sentrifusi. Akan terbentuk larutan II
2-
F, yaitu Al(OH)3 dan 4CrO , dan endapan II E, yaitu
3 FeO . Endapan yang
terbentuk ditambahkan 3 tetes HCl dan 1 tetes KSCN. Warna larutan akan
berubah menjadi merah yang menandakan bahwa ion Fe3+ ada. Larutan yang
dihasilkan dapat berwarna coklat kemerahan karena terbentuk kompleks
Fe(SCN)3. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

Pb2+ + H2SO4 → PbSO4 ↓ (putih) + H2

(Svehla, 1985)

Fe3+ + 3 NaOH → Fe(OH)3 ↓ (coklat) + 3 Na+

Fe3+ + KSCN → Fe(SCN)3 (coklat kemerahan) + 3 K+

(Svehla, 1990)

Dari percobaan tersebut, hasil yang diperoleh berupa endapan PbSO 4 dan
larutan kompleks Fe(SCN)3 yang terdapat endapan dengan kation kelompok II,
yaitu Pb2+ dan Fe3+. Endapan yang dapat terbentuk dikarenakan nilai Qsp ion Pb2+
lebih besar dibandingkan dengan Ksp larutan. Larutan Fe(SCN)3 yang terbentuk
memiliki nilai Qsp ion Fe3+ yang lebih kecil dibandingkan dengan Ksp larutan
sehingga kation tersebut masih terdapat dalam larutan dan kurang larut.
5.3. Analisis Kation Known Kelompok III

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation kelompok III, yaitu


Ba2+. Langkah kerja yang dilakukan adalah menambahkan 1 tetes H 2SO4 yang
berguna sebagai reagen selektif ion ke dalam larutan Ba2+, Cu(NH3)6, dan
Ni(NH3)6 2+ yang kemudian dilakukan pengadukan yang berguna untuk membuat
larutan menjadi homogen. Lakukan proses sentrifusi. Akan didapatkan endapan
III B, yaitu BaSO4 yang menandakan bahwa ion Ba2+ ada dan larutan III C, yaitu
Cu2+ dan Ni2+ yang akan digunakan untuk analisis kation kelompok IV. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut.

Ba2+ + H2SO4 → BaSO4 ↓ (putih) + H2

(Svehla, 1990)

Dari percobaan tersebut, hasil yang diperoleh berupa endapan BaSO4


dengan kation kelompok III, yaitu Ba2+, yang dapat terbentuk dikarenakan nilai
Qsp ion Pb2+ lebih besar dibandingkan dengan Ksp larutan.

5.4. Analisis Kation Known Kelompok IV

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation kelompok IV, yaitu


Cu2+ dan Ni2+. Untuk mengidentifikasi kation kelompok IV digunakan suatu
reagen spesifik karena kelompok ini hanya dapat diidentifikasi dengan suatu
senyawa tertentu. Langkah kerja yang dilakukan adalah menambahkan 9-10 tetes
HCl yang berguna agar larutan menjadi netral ke dalam larutan Cu(NH3)42+ dan
Ni(NH3)62+ kemudian ditambahkan 1 tetes HCl yang berguna untuk
mengidentifikasi masih ada atau tidaknya kation kelompok I, yaitu perak (Ag+),
dalam larutan. Selanjutnya, tambahkan 3 tetes KI yang berguna untuk
memisahkan ion Cu2+ dan Ni2+ kemudian lakukan pengadukan yang berguna untuk
membuat larutan menjadi homogen. Akan timbul warna coklat akibat adanya ion
I- dan bila warna coklat kekuningan muncul, makan endapan Cu2+ ada. Akan
terbentuk endapan IV C, yaitu Ni2+ dan endapan IV B, yaitu CuI. Larutan yang
terbentuk ditambahkan Na2SO4 yang berguna untuk menguji larutan tersebut
dapat membentuk endapan sulfat atau tidak dan 5 tetes
NaOH yang berguna untuk menguji larutan tersebut dapat membentuk endapan
hidroksida atau tidak. Lakukan pemanasan hingga mendidih kemudian
ditambahkan NaOH hingga pH-nya menjadi 10. Akan terbentuk endapan IV D,
yaitu Ni(OH)2, yang kemudian ditambahkan akuades, 1 tetes HCl, dan 1 tetes
DMG. Akan terbentuk endapan merah jingga berupa Ni-Dimetilglioksida yang
menandakan bahwa ion Ni2+ ada. Larutan yang terbentuk ditambahkan 8 tetes NH3
dan 3 tetes H2O2. Akan terbentuk larutan berwarna biru, yaitu Cu(NH 3)4 2+ yang
menandakan bahwa ion Cu2+ ada.

Cu2+ + KI → CuI ↓ (putih) + K+

CuI + H2O2 → Cu(OH)2 (biru) + I- + OH-

(Svehla, 19985)

Ni2+ + NaOH → Ni(OH)2 ↓ (hijau) + Na+

Ni2+ + (C2H4NO)2 → Ni(C2H4NO)2 ↓ (merah jingga)

(Svehla, 1990)

Dari percobaan tersebut, hasil yang diperoleh berupa endapan Ni(C 2H4NO)2
dan larutan Cu(OH)2 dengan kation kelompok IV, yaitu Ni2+ dan Cu2+. Endapan
dapat terbentuk dikarenakan nilai Qsp ion Ni2+ lebih besar dibandingkan dengan
Ksp larutan. Larutan Cu(OH)2 yang terbentuk memiliki nilai Qsp ion Cu 2+ yang
lebih kecil dibandingkan dengan Ksp larutan sehingga kation tersebut masih
terdapat dalam larutan dan tidak larut.

5.5. Analisis Kation Unknown I

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation unknown kelompok


I. Langkah kerja yang dilakukan adalah memasukkan larutan unknown I yang
berwarna bening ke dalam tabung reaksi. Kemudian, tambahkan 2 HCl dan
menghasilkan larutan yang tetap bening dan muncul panas yang disebabkan
karena adanya reaksi eksoterm saat kedua larutan tersebut bereaksi. Selanjutnya,
tambahkan 12 tetes NH4OH dan menghasilkan larutan yang tetap bening. Setelah
itu, tambahkan 1 tetes H2SO4 dan mengahsilkan larutan yang tetap bening. Lalu,
tambahkan 7 tetes NaOH dan menghasilkan larutan yang tetap bening. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut.

H2O + HCl →

H2O + NH4OH →

H2O + H2SO4 →

H2O + NaOH →

(Petrucci, 2008)

Dari percobaan tersebut, didapatkan hasil berupa larutan yang tetap bening
dan tidak berubah sedikitpun saat ditambahkan beberapa reagen. Hasil yang
didapatkan merupakan air (H2O) karena tidak bereaksi dengan reagen-reagen yang
ditambahkan ke dalamnya dan tidak membentuk kation apapun. Nilai Qsp ion H +
lebih kecil daripada Ksp larutan sehingga endapan tidak muncul.

5.6. Analisis Kation Unknown II

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation unknown kelompok


II. Langkah kerja yang dilakukan adalah memasukkan larutan unknown II yang
berwarna hijau bening ke dalam tabung reaksi. Kemudian, tambahkan 2 tetes HCl
dan menghasilkan larutan yang tetap berwarna hijau bening. Selanjutnya,
tambahkan 10 tetes NH4OH dan menghasilkan endapan yang berwarna hijau
keruh. Kemudian, tambahkan 1 tetes H2SO4 dan menghasilkan endapan yang tetap
berwarba hijau keruh dan tidak larut. Lalu, tambahkan 1 tetes NH4OH dan
meghasilkan endapan yang larut dan berubah warna menjadi biru. Selanjutnya,
tambahkan 1 tetes NaOH dan menghasilkan larutan yang tetap berwarna biru.
Kemudian, tambahkan 1 tetes NH4OH dan menghasilkan larutan yang tetap
berwarna biru. Setelah itu, tambahkan 3 tetes akuades dan menghasilkan larutan
yang tetap berwarna biru. Selanjutnya, tambahkan 2 tetes DMG dan menghasilkan
endapan yang berwarna merah muda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Ni2+ + HCl →

Ni2+ + NH4OH →

(Petrucci, 2008)

Ni2+ + H2SO4 → NiSO4 ↓ (hijau keruh) + H2

NiSO4 ↓ + NH4OH → Ni(OH)2 (aq) + (NH4)2SO4

(Svehla, 1985)

Ni(OH)2 + 2 NaOH →

Ni(OH)2 + NH4OH →

Ni(OH)2 + H2O →

(Petrucci, 2008)

Ni(OH)2 + DMG → Ni(C2H4NO)2 ↓ (merah muda) + 2 OH-

(Svehla, 1990)

Dari percobaan tersebut, didapatkan hasil berupa endapan yang berwarna


merah muda. Endapan tersebut merupakan endapan Ni(C2H4NO)2 yang memiliki
ion Ni2+ karena dapat bereaksi dengan DMG yang merupakan reagen spesifik
terhadap kation Ni2+. Endapan dapat terbentuk karena nilai Qsp ion Ni2+ lebih
lebih daripada Ksp larutan.
VI.PENUTUP

6.1.Kesimpula

6.1.1. Kation-kation yang terbentuk dalam sampel unknown adalah H+ dalam air
(H2O) yang tidak dapat diidentifikasi dengan reagen-reagen yang
ditambahkan dan Ni2+ dalam Ni(C2H4NO)2 yang dapat diidentifikasi
dengan reagen DMG [(C2H4NO)2] yang merupakan reagen spesifik
terhadap ion Ni2+.

6.2. Saran

6.2.1. Penambahan reagen yang digunakan jangan berlebihan dikarenakan akan


merusak keakuratan hasil yang ingin diperoleh.
6.2.2. Senyawa H2S dapat digunakan sebagai reagen selektif ion pada kation
kelompok II.
DAFTAR PUSTAKA

Anger, G., Halstenberg, J., Hochgeschwender, K., Scherhag, C., Korallus, U.,
Knopf, H., Schmidt, P., and Ohlinger, M. 2000. Ullmann/s Encyclopedia
of Industrial Chemistry: Chromium Compounds. Germany: Wiley-VCH
Verlag GmbH & Co. KgaA. https://doi.org/10.1002/14356007.a07_067

Basri, S. 1996. Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiman, S. 2006. Pembuatan Natrium Sulfat Anhidrat (Na2SO4). Bandung:


Universitas Jenderal Achmad Yani.

D’Orazio, P. and Meyerhoff, M.E. 2012. Tietz Textbook of Clinical Chemistry


and Molecular Diagnostics, 5th edition: Electrochemistry and Chemical
Sensors. Missouri: Elsevier.

Day, C.M. dan Selbin, J. 1985. Theoritical Inorganic Chemistry 2nd Edition. New
Delhi: Van Nostrand Reinhod.

Chang, R. 2003. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Gross, E.M., Kelly, R.S., and Connon jr., D.M. 1998. Clinical Implementation
Refresher Series: Ion Selective Electrodes: Analitical Electrochemistry:
Potentiometry. New York: Western New York Microcompoter.

Keenan, C. W. 1986. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Kirk, R.E. and Othmer, D.F. 1981. Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd
Edition. New York: The Inter Science Encyclopedia, Inc.

Khopkar. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

LabChem. 2009. Material Safety Data Sheet: Dimethylglyoxime, 1% Alcoholic.


Pennsylvania: LabChem Inc.

LabChem. 2017. Magnesium Reagent: Safety Data Sheet. Pennsylvania:


LabChem Inc.
Lide, D.R. 2007. CRC Handbook of Chemistry and Physics, 88th Edition. Boca
Raton, Florida, USA: CRC Press, Taylor & Francis.

Maharani, E.T.W. dan Yusrin. 2019. Urgensi Materi Instrumentasi Kimia bagi
Mahasiswa Analis Kesehatan. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Martin, A. 1993. Farmasi Fisik 2, edisi ke-3. Jakarta: UI Press.

Matuchova, M., Zdansky, K., Zavadil, J., Danilewsky, A., Riesz, F., Hassan,
M.A.S., Alexiew, D., and Kral, R. 2009. Study of the Influence of the
Rare-Erath Elements on the Properties of Lead Iodide. Journal of Crystal
Growth, Vol 311, Issue 14, Pages 3557-3562.
https://doi.org/10.1016/j.jcrysgro.2009.04.043

Perry, R.H. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7thEdition. NY, USA:
McGraw-Hill Book Company.

Perry, R.H. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7thEdition. Kansas,


USA: University of Kansas.

Petrucci, R.H. 2008. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern, Edisi Keempat, Jilid
3. Jakarta: Erlangga.

Smart-Lab. 2017. Lembaran Data Keselamatan Bahan: Hydrogen Peroxide.


Tangerang: PT Smart-Lab Indonesia.

Smart-Lab. 2017. Lembaran Data Keselamatan Bahan: Nitric Acid. Tangerang:


PT Smart-Lab Indonesia.

Supelco. 2006. Lembaran Data Keselamatan Bahan. Jakarta: Merck.

Sunarya, Y. 2003. Kimia Dasar 2. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Svehla, G. 1985. Vogel (Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro). Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
bagian II. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.

Ullman. 1989. Ullman’s Encyclopedia of Indutrial Chemistry, Vol. A-16. New


York, USA: Interscience Encyclopedia, Inc.
LAMPIRAN GAMBAR

1. Analisis Kation Known Kelompok I

Gambar 1 Ag+ ditandai dengan endapan putih setelah penambahan HNO3

Gambar 2 Pb2+ ditandai dengan endapan kuning setelah penambahan K2CrO4

2. Analisis Kation Known Kelompok II


Gambar 3 Pb2+ ditandai dengan endapan putih setelah penambahan NH3

Gambar 4 Fe3+ ditandai dengan endapan merah setelah penambahan KSCN

3. Analisis Kation Known Kelompok III


Gambar 5 Ba2+ ditandai dengan endapan putih setelah penambahan H2SO4

4. Analisis Kation Known Kelompok IV

Gambar 6 Cu2+ ditandai dengan endapan biru setelah penambahan H2O2


Gambar 7 Ni2+ ditandai dengan endapan warna merah setelah penambahan
dimetil glioksim

5. Analisis Kation Unknown I

Gambar 8 Larutan unknown I sebelum diberikan reagen


Gambar 9 Larutan unknown I sesudah diberikan reagen

6. Analisis Kation Unknown II

Gambar 10 Larutan unknown II sebelum diberikan reagen


Gambar 11 Larutan unknown II sesudah diberikan reagen
LAMPIRAN POSTTEST

Anda mungkin juga menyukai