Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR PENYUSUN SENYAWA


ORGANIK

DISUSUN OLEH:
NAMA : GIBRAN SYAILLENDRA WISCNU MURTI
NIM : K1A021068
ASISTEN : DIAN HABIBATURROHMAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii


IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR PENYUSUN SEYAWA ORGANIK ........... 1
I. TUJUAN ........................................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 1
III. PROSEDUR PERCOBAAN ......................................................................... 4
3.1 Alat ........................................................................................................... 4
3.2 Bahan ....................................................................................................... 4
3.3 Skema Kerja ............................................................................................. 4
IV. DATA DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 8
4.1 Data Pengamatan ..................................................................................... 8
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 10
V. KESIMPULAN .............................................................................................. 17
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 17
5.2 Saran ........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR PENYUSUN SENYAWA
ORGANIK
I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi adanya unsur C, H, dan O dalam gula atau amilum.
2. Mengidentifikasi adanya unsur N dalam senyawa glisin.
3. Mengidentifikasi adanya unusr S dalam putih telur.
4. Mengidentifikasi adanya unsur Cl dalam senyawa organik.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Sekitar tahun 1780-an, ilmuwan bernama Karl Wilhelm Scheele sudah
mulai membedakan antara senyawa organik dan senyawa anorganik. Scheele
mendefinisikan senyawa organik sebagai senyawa yang dihasilkan dari
makhluk hidup, sedangkan senyawa anorganik didefinisikan sebagai senyawa
yang tidak dihasilkan dari makhluk hidup. Kemudian pada 1807, seorang ahli
kimia bernama Jons Jacob Berzelius mengemukakan teori yang menyatakan
bahwa senyawa organik hanya diperoleh dari makhluk hidup karena
keberadaan roh / nyawa dan tidak dapat dibuat di laboratorium. Teori ini
kemudian dikenal sebagai vital force theory (Roni dan Legiso, 2021).
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa
humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil
mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang
terlibat dan berada di dalamnya (Hutasoit dkk, 2014). Dalam kimia organik
selain unsur karbon (C), unsur-unsur yang sering kali ada adalah hidrogen
(H), oksigen (O), dan unsur halogen (Cl, Br, I), Nitrogen (N), S dan P.
Walaupun senyawa organik terbentuk dari sejumlah kecil unsur akan tetapi
keberadaan senyawa organik sangat berlimpah. Sekarang ini kita hidup di
zaman karbon karena setiap hari kita dikelilingi oleh senyawa-senyawa
karbon, kolesterol dan lemak tak jenuh, hormon pertumbuhan dan steroid,
insektisida dan feromon, karsinogen dan agen kemoterapi, DNA dan kode
genetik, dan masih banyak lagi yang lainnya. Berdasarkan penemuan di atas,
senyawa organik kemudian dapat didefinisikan sebagai senyawa karbon
(Wardiyah, 2016).
Terdapat 3 identifikasi unsur yang dapat dilakukan. Identifikasi unsur
yang pertama adalah identifikasi karbon dan hidrogen dengan mencampurkan
zat organik dengan serbuk tembaga oksida kering kemudian panaskan sampai
semua zat berubah menjadi gas CO2 dan H2O. Untuk mengidentifikasi gas
CO2 dapat dilakukan dengan mengalirkan gas yang dihasilkan ke dalam

1
2

larutan Ca(OH)2 menghasilkan larutan berwarna keruh. Untuk


mengidentifikasi gas H2O dapat dilakukan dengan menangkap gas H2O
dengan kertas kobalt sehingga warna kertas kobalt memudar (Dharmawan,
2015).

CxHy(s) + CuO(s) → CO2(g) + H2O(g) + Cu(s)



CO2(g) + Ca(OH)2(aq) → CaCO3(s) + H2O(l)

Walaupun senyawa organik dikenal sebagai senyawa karbon tetapi


tidak semua senyawa yang mengandung karbon adalah senyawa organik.
Contohnya, CO2 atau CaCO3 walaupun mengandung atom karbon tetapi
bukan merupakan senyawa organik. Cara membedakan senyawa organik atau
anorganik adalah bahwa senyawa organik merupakan senyawa hidrokarbon
dan turunannya. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang tersusun dari
hidrogen dan karbon. Setiap senyawa organik merupakan anggota deret
homolog atau golongan senyawa tertentu. Deret homolog adalah urutan
senyawa organik yang membentuk kelompok dengan gugus dan struktur
tertentu yang teratur. Contoh dari deret homolog adalah CH4, CH3CH3,
CH3CH2CH3 dan seterusnya, atau CH3OH, CH3CH2OH, CH3CH2CH2OH dan
seterusnya (Wardiyah, 2016).
Sifat fisik senyawa organik seperti titik leleh, titik didih, kelarutan
tergantung pada struktur gugus fungsi dan berat molekul. Gugus fungsi suatu
molekul organik sangat menentukan sifat reaksinya. Senyawa organik
mempunyai rentang suhu lebur antara 30-400°C, rentang titik didih antara 30-
400°C, sukar larut 7 dalam air, mudah larut dalam pelarut organik, berwarna
cerah, mengandung beberapa unsur umumnya C, H, O, N, S, dan P, halogen
dan logam, reaksinya berlangsung lambat, mempunyai variasi sifat kimia
yang banyak dan mengalami fenomena isometri (Svehla, 1985). Ada banyak
sekali penerapan kimia organik dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya
adalah pada bidang makanan, obat-obatan, bahan bakar, pewarna, tekstil,
parfum, dan lain sebagainya (Roni dan Legiso, 2021).
Ada dua jenis model analisis, yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif.
Analisis kualitatif membahas mengenai identifikasi zat – zat. Urusannya
adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh.
Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan
mengidentifikasi sejumlah unsur (Svehla, 1985). Analisa kualitatif
merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia
dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu
cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-
ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan
3

beberapa pereaksi diantaranya pereaksi selektif, sensitif, dan pereaksi


spesifik. Pereaksi - pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion /
kation suatu larutan. Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis
unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel (Yusuf, 2019).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi,
penangas air, pipa penghubung, dan pipet tetes

3.2 Bahan
Bahan kimia yang digunakan pada percobaan ini adalah gula/
amilum, pereaksi Nessler, kertas saring, CuO, lakmus merah, CHCl3,
air kapur, putih telur segar, AgNO3 encer, glisin, CaO, HNO3 encer,
H2SO4 pekat, HCl 3N, NaOH, dan Pb asetat.

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Analisis kualitatif kandungan unsur C, H, dan O dalam sampel
senyawa organik.

50 mg gula

 Dicampurkan 150 mg CuO


 Dipanaskan dalam tabung reaksi tertutup

Gas
 Dialirkan ke tabung reaksi kedua yang diisi air kapur
 Diamati perubahan

Hasil

4
5

3.3.2 Analisis kualitatif unsur N dalam senyawa glisin.


3.3.2.1 Bagian pertama

2 tetes HCl pekat

 Ditambah ke tabung reaksi yang telah


diisi 0,1 g glisin
 Dipanaskan selama 5 menit
 Diencerkan dengan 1 mL air suling
 Ditambahkan basa (Larutan NaOH)

Larutan alkalis/ basa

 Didinginkan sampai temperatur


kamar

Hasil

3.3.2.2 Bagian kedua

Satu tetes larutan bagian pertama

 Di tempatkan ke dalam tabung reaksi


 Ditambahkan satu tetes pereaksi
Nessler

Hasil
6

3.3.2.3 Bagian ketiga

Larutan alkalis hasil bagian pertama

 Ditempatkan dalam tabung reaksi


 Dipanaskan
 Ditempatkan kertas lakmus merah
pada mulut tabung ketika pemanasan

Hasil

3.3.3 Analisis kualitatif unsur S dalam putih telur (protein).

Putih telur segar


 Ditambahkan 0,1 g CaO
 Dipanaskan kemudian didinginkan

Larutan

 Ditambahkan 2 mL HCl 3 N
 Diletakkan kertas saring yang dibasahi larutan Pb
asetat di mulut tabung
 Dipanaskan

Hasil

Putih telur segar


 Ditambahkan 0,1 g CaO
 Dipanaskan kemudian didinginkan

Larutan

 Ditambahkan 1 mL H2SO4
 Dipanaskan

Hasil
7

3.3.4 Analisis kualitatif unsur halogen dalam senyawa organik.

Serbuk CaO ± 1 g

 Dipanaskan dalam tabung


 Diteteskan 1-2 tetes kloroform atau zat organik
lainnya yang mengandung klor
 Dipanaskan lalu didinginkan
 Ditambahkan 1 mL air dan larutan asam nitrat
encer
 Disaring sampai jernih
 Filtratnya ditambah 2 tetes AgNO3

Hasil
IV. DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan
Tabel 4.1.1 Analisis kualitatif kandungan unsur C, H, dan O dalam
sampel senyawa organik.
Perlakuan Pengamatan
Perangkat untuk analisis
dipasang
Tabung pertama: 50 mg gula + Mengeluarkan gas
150 mg CuO dipanaskan
Tabung kedua: air kapur Larutan agak keruh
Kedua tabung dihubungkan Gas mengalir dari tabung
dengan pipa U dan dipanaskan pertama ke tabung kedua yang
berisi air kapur sehingga air
kapur menjadi lebih keruh dan
terdapat endapan berwarna
kekuningan

Tabel 4.1.2 Analisis kualitatif unsur N dalam senyawa glisin.

Perlakuan Pengamatan
Sebanyak 2 tetes HCl Larutan bening
dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 0,1 gram glisin
Tabung dipanaskan selama 5 Larutan berubah warna menjadi
menit kuning dan agak kental
Campuran diencerkan Berubah warna kekuningan
menggunakan 1 mL air suling
Tambahkan NaOH sampai Lakmus merah menjadi biru
larutan menjadi alkalis
Larutan yang sudah dicampurkan Larutan berwarna oranye muda
1 mL air suling + pereaksi dan terbentuk endapan berwarna
Nessler oranye
Lakmus merah ditempatkan di Lakmus merah menjadi biru
mulut tabung reaksi yang berisi
larutan alkalis kemudian
dipanaskan

8
9

Tabel 4.1.3 Analisis kualitatif unsur S dalam putih telur (protein).

Perlakuan Pengamatan
Sebanyak 1 mL putih telur + 0,1 Larutan keruh
gram CaO
Larutan dipanaskan Larutan keruh
Ditambahkan sebanyak 2 mL Timbul aroma busuk
HCl 3N, dihirup aroma yang
timbul
Dipanaskan dan ditutup dengan Timbul bercak kecokelatan tua
kertas saring yang telah dibasahi pada kertas saring
Pb asetat
Campuran tabung pertama Terdapat endapan berwarna
ditambahkan 1 mL H2SO4 dan putih yang berasal dari larutan
dipanaskan CaO + putih telur

Tabel 4.1.4

Perlakuan Pengamatan
Sebanyak 1 gram CaO
dimasukkan ke dalam tabung
reaksi kemudian dipanaskan
Teteskan kloroform Padatan berwarna putih keruh
Ditambahkan sebanyak 1 mL air Padatan dapat larut dalam air dan
dan HNO3 encer timbul gelembung
Larutan disaring Larutan menjadi jernih
Filtrat ditambahkan 2 tetes Terdapat endapan berwarna
AgNO3 putih
4.2. Pembahasan
Senyawa organik tersusun dari karbon dan hidrogen, dan dapat
mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, dan
belerang. Senyawa organik adalah senyawa kimia yang molekulnya
mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon.
Pembeda kimia organik dan anorganik adalah ada-tidaknya ikatan
karbon-hidrogen, sehingga asam format, asam lemak termasuk
senyawa organik sedangkan asam karbonat termasuk anorganik
(Sahirman, 2013). Penentuan senyawa dapat dilakukan dengan analisis.
Analisis kualitatif untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau
senyawa kimia, baik organik maupun anorganik sedangkan analisis
kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui jumlah
suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan (Sahirman, 2013).
Percobaan pertama dilakukan analisis secara kualitatif terhadap
kandungan unsur C, H, dan O dalam sampel senyawa organik. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui keberadaan tiga unsur di atas dalam
senyawa organik gula/amilum. Amilum merupakan campuran dua
macam stuktur polisakarida yang berbeda yaitu amilosa (17-20%) dan
amilopektin (83- 80%). Amilum juga didefinisikan sebagai karbohidrat
yang berasal dari tanaman, sebagai hasil fotosintesis, yang disimpan
dalam bagian tertentu tanaman sebagai cadangan makanan (Priyanta
dkk, 2012).
Percobaan dilakukan dengan mula-mula 50 mg gula atau amilum
dicampur dengan 150 mg CuO dan setelahnya dipanaskan tabung reaksi
secara tertutup. Kemudian gas yang terbentuk dialirkan ke dalam
tabung reaksi kedua yang telah berisi air kapur dan diamati perubahan
yang terjadi. Setelah dilakukan percobaan dan diamati proses yang
terjadi didapatkan hasil bahwa saat larutan gula dan CuO dipanaskan
akan mengeluarkan gas dan gas tersebut mengalir dari tabung pertama
ke tabung kedua yang berisi air kapur sehingga air kapur menjadi lebih
keruh dan terdapat endapan berwarna kekuningan.
Reaksi yang terjadi saat 50 mg gula ditambah dengan 150 mg CuO adalah:

C12H22O11 + 24CuO → 12CO2 + 11H2O + 24Cu


(Svehla, 1985).

Penambahan CuO berfungsi untuk memecah senyawa gula atau


mengubah unsur C dari senyawa organik menjadi CO2 yang dengan
larutan Ca(OH)2 akan terbentuk endapan CaCO3. Adanya unsur O

10
11

dalam amilum terbukti dengan tidak adanya endapan Cu karena Cu


dapat menjadi sedikit larut (Svehla, 1985).
Gula dan CuO yang dipanaskan membentuk gas yang dialirkan ke
dalam air kapur. Jika gas tersebut terus menerus dialirkan kedalam air
kapur, maka endapan CaCO3 akan melarut dan terbentuk kalsium
hidrogen karbonat yang larut (Svehla, 1985).
Persamaan reaksinya yaitu:

CaCO3 + H2O + 2CO2 → Ca(HCO3)2


(Svehla, 1985)

Gambar 4.2.1 Campuran gula dan CuO dipanaskan

Percobaan kedua dilakukan analisis kualitatif pada unsur N dalam


senyawa glisin. Glisin merupakan asam amino non-esensial yang
berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan sel dan regenerasi tanaman.
Glisin dapat memproduksi glukosa ketika energi dibutuhkan dan
esensial di dalam sintesis purin serta merupakan bagian dari struktur
cincin porfirin klorofil (Sucandra dkk, 2015).
Pada analisis ini terdapat 3 bagian proses, pada bagian pertama
ditambahkan 2 tetes HCl pekat dalam tabung reaksi yang berisi 0,1
gram glisin lalu tabung reaksi dipanaskan selama 5 menit. Kemudian
larutan diencerkan dengan 1 mL air suling dan ditambahkan basa
(larutan NaOH) hingga larutan menjadi alkalis (dengan pengecekan
menggunakan kertas lakmus), kemudian larutan tersebut didinginkan
hingga temperatur kamar. Hasil yang diperoleh yaitu awal-awal larutan
berwarna bening namun ketika dipanaskan berubah menjadi kuning dan
agak kental yang kemudian ditambahkan air suling untuk
megencerkannya. Fungsi pengenceran adalah untuk menurunkan
konsentrasu dari larutan dan untuk menetralkannya (Achmad,1986).
12

Kemudian ketika ditambah basa NaOH larutan menjadi agak


kekuningan dan kertas lakmus berubah warna menjadi biru. Fungsi
penambahan NaOH adalah sebagai pemberi suasana basa, untuk
membasakan larutan agar amino putih dan garamnya (Achmad, 1986).
Reaksi yang terjadi yaitu:

NH3 + HCl → NH4Cl


NH4Cl → NH3↑ + HCl
NH2 + H2O → NH4OH
(Svehla, 1985)

Gambar 4.2.2 Hasil uji kertas lakmus pada larutan setelah


ditambahkan NaOH

Bagian kedua, satu tetes larutan bagian pertama ditempatkan dalam


tabung reaksi. Kemudian dalam tabung ditambahkan satu tetes pereaksi
Nessler. Pereaksi Nessler (K2HgI4) bila bereaksi dengan amonia dalam
larutan basa akan membentuk disperse koloid yang berwarna kuning
coklat. Intensitasnya dari warna yang terjadi dari perbandingan lurus
dengan konsentrasi amoniak (Fransiska, 2019).
Persamaan reaksi yang diperoleh yaitu:

NH4+ + 2[HgI4]2- + 4OH- → HgO.Hg(NH2)I ↓ + 7I- + 3H2O


(Fransiska, 2019).
13

Gambar 4.2.3 Hasil larutan bagian pertama + pereaksi Nessler

Yang terakhir bagian ketiga yaitu larutan alkalis pada bagian


pertama ditempatkan dalam tabung reaksi kemudian dipanaskan beserta
kertas lakmus yang diletakkan pada mulut tabung reaksi. Hasilnya
kertas lakmus yang semula berwarna merah berubah warna menjadi
biru.

Gambar 4.2.4 Warna lakmus ketika larutan alkalis dipanaskan

Hasil tersebut sesuai dengan referensi yang menyebutkan bahwa


apabila dalam larutan tersebut terdapat amoniak, maka lakmus merah
akan berubah menjadi biru (Kusnawan, 2006).
Percobaan ketiga adalah untuk mengidentifikasi adanya unsur S
dalam putih telur. Putih telur merupakan sejenis albumin, yang larut
dalam air dan dalam larutan garam encer. Albumin merupakan protein
sederhana yang dihidrolisis menghasilkan asam amino alfa. Protein
adalah polimer yang tersusun dari lebih 50 asam amino sebagai
monomernya. Monomer-monomer ini tersambung dengan ikatan
peptida yang mengikat gugus amino milik monomer setelahnya
14

(Kusnawan, 2006). Dalam percobaan ini langkah pertama yaitu dengan


menambahkan 0,1 gram CaO pada putih telur segar. Fungsi
penambahan dari CaO adalah sebagai katalis untuk mempercepat
terjadinya reaksi. Kemudian dipanaskan dan didinginkan pada suhu
ruangan. Setelah membentuk larutan, bagi larutan menjadi dua dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda. Tabung pertama
ditambahkan 2 mL HCl 3 N, kemudian diletakkan kertas saring yang
telah dibasahi larutan Pb asetat di mulut tabung lalu dipanaskan.
Sedangkan tabung kedua dengan menambahkan 1 mL H2SO4 kemudian
dipanaskan. Pada tabung pertama menghasilkan bau yang busuk
dikarenakan larutan yang dipanaskan menghasilkna gas H2S.

Gambar 4.2.5 Larutan + 2 mL HCl 3 N + Pb asetat

Hasil percobaan tabung pertama yaitu kertas saring yang telah dibasahi
dengan Pb asetat terdapat endapan berwarna cokelat tua/hitam. Hal ini
dikarenakan terjadi reaksi antara Pb asetat dengan gas H2S sehingga
terbentuklah endapan PbS yang berwarna cokelat tua/hitam yang mana
sesuai dengan referensi (Budiono dkk, 2015).
Reaksi yang terjadi yaitu:

Pb(CH2COO)2 + H2S → 2H2COOH + PbS↓

(Svehla, 1985)

Selanjutnya tabung kedua berisi larutan yang ditambah dengan 2 mL


HCl 3 N menghasilkan gas H2S yang berbau busuk jika dihirup.
15

Reaksi yang terjadi yaitu:

CaS + 2HCl → CaCl2 + H2S↑


Na2S + 2HCl → 2NaCl2 + H2S↑
(Svehla, 1985)

Kemudian pada tabung tadi ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 mL


dan dipanaskan. Fungsi penambahan H2SO4 pada percobaan ini adalah
sebagai Fungsi penambahan H2SO4 pada percobaan ini adalah sebagai
pemberi suasana asam pada larutan. Dan fungsi penambahan HCl
adalah untuk mengikat unsur S dalam putih telur dan CaO (Claiden,
2001). Hasil yang didapat sebelum pemanasan, putih telur yang
ditambahkan H2SO4 pekat ini timbul gelembung, dan saat dipanaskan
gelembung nya semakin banyak. Selain itu, adapula sedikit endapan
putih dan bau yang menyengat. Endapan dan bau didapat merupakan
endapan S yang tercium bau menyengat yang berasal dari gas SO2
sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
Na2S + 2H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O + SO2↑ + S
2H2SO4 + S → 2H2O + 3SO2↑
(Petrucci, 1993)

Gambar 4.2.6 Larutan yang ditambah H2SO4 setelah dipanaskan

Pada percobaan keempat yaitu percobaan yang terakhir dilakukan


dengan pertama-tama memanaskan 1 gram CaO di dalam tabung reaksi.
Fungsi penambahan CaO adalah untuk memecahkan ikatan CHCl3
sehingga terbentuk CHCl2 (Kusnawan, 2006). Selanjutnya larutan
diteteskan 1-2 tetes kloroform atau zat organik lainnya yang
16

mengandung klor. Kloroform atau triklorometana mempunyai rumus


molekul CHCl3. Dimana pada tekanan dan suhu normal merupakan
cairan bening dan berbau karakteristik. Kloroform lebih dikenal karena
kegunaanya sebagai bahan pembius, walaupun pada kenyataannya
kloroform lebih banyak digunakan sebagai pelarut nonpolar di
laboratorium atau industri (Nugroho, 2013). Setelahnya dipanaskan
lalu didinginkan. Kemudian ditambahkan 1 mL air dan larutan asam
nitrat encer lalu disaring sampai jernih. Hasilnya adalah larutan menjadi
bening. Terakhir, filtratnya ditambah 2 tetes AgNO3.

Gambar 4.2.7 Hasil dari filtrat + AgNO3


Larutan berubah menjadi tidak berwarna tetapi ada endapan putih
dibawah larutan. Endapan ini disebabkan endapan AgCl yang tidak
terlalu banyak.
Reaksi yang terjadi yaitu:

CaCl2 + 2AgNO3 → Ca(NO3)2 + 2AgCl↓


(Svehla, 1985)
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Unsur C, H dan O terdapat pada gula/amilum. Adanya unsur C
terbukti dari adnya CO2 yang terbentuk. Adanya H terbukti dengan
terdapatnya titik air pada tabung saat campuran gula didinginkan.
Adanya unsur O terbukti dengan adanya endapan Cu.
2. Adanya unsur N dalam senyawa glisin adalah dibuktikan dengan
adanya amoniak. Adanya amoniak dalam glisin terbukti dengan
terbentuknya endapan coklat saat diberi pereaksi Nessler.
3. Adanya unsur S dalam putih telur terbukti dengan adanya bau telur
busuk yang berasal dari gas H2S dan gas SO2.
4. Adanya unsur Cl dalam kloroform terbukti dengan adanya endapan
putih dari AgCl.
4.1. Saran
Setiap percobaan dan perlakuan dilakukan dengan teliti dan sesuai
dengan prosedur. Alat yang digunakan dipastikan sudah steril dan
bahan yang digunakan masih layak pakai.

17
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A. (1986). Kimia Organik Baha Alam. Jakarta: Universitas Terbuka.
Budiono, Eddy Poerwato., dkk. (2015). Petunjuk Praktikum Analisa. Jakarta:
Universitas Esa Unggul.
Claiden. (2011). Organic Chemistry. Sidney: MC Graw Hill.
Dharmawan, Ida Bagus Ngurah Yudhi. (2015). Identifikasi Senyawa Organik
Unknown Dengan Metode Analisis Kualitatif.
Fransiska, Eva. (2019). Pemeriksaan Senyawa Amonia Air Limbah Dengan
Pereaksi Nessler Menggunakan Alat Spektrofotometer Ultra Violet –
Visibel. Tugas Akhir. Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hutasoit, Sri Rejeki., Yuliana, Sri., dan Yusuf, Muh. (2014). Distribusi Kandungan
Karbon Organik Total (Kot) Dan Fosfat Di Perairan Sayung, Kabupaten
Demak. Jurnal Oseanografi, 3(1): 74-80.
Kusnawan. (2006). Panduan Kimia. Bogor: CV Dian.
Nugroho, Dani Wahyu. (2013). Prarancangan Pabrik Kloroform Dari Aseton dan
Kaporit Kapasitas 25.000 Ton/Tahun. Tugas Akhir. JurusanTeknik Kimia,
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Petrucci. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Priyanta, Rissang Bagus Sigit., dkk. (2012). Sifat Fisik Granul Amilum Jagung
Yang Dimodifikasi Secara Enzimatis Dengan Lactobacilus Acidophilus
Pada Berbagai Waktu Fermentasi. Jurnal Farmasi Udayana, 1(1): 67-74.
Roni, Kiagus Ahmad., dan Legiso. (2021). Kimia Organik. Palembang: NoerFikri
Offset.
Sahirman. (2013). Buku Teks Bahan Ajar Siswa SMK Keahlian Teknik Kimia Kelas
X: Analisis Kimia Dasar II. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sahirman. (2013). Buku Teks Bahan Ajar Siswa SMK Keahlian Teknik Kimia Kelas
X: Kimia Organik I. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sucandra, Adi., Silvina, Fetmi., dan Yulia, Arnis En. (2015). Jom Faperta, 2(1): 1-
11.

18
19

Svehla, G. (1985). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro, Edisi


kelima, Bagian I. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
Wardiyah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Kimia Organik. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Yusnidar, Yusuf. (2019). Belajar Mudah Kimia Analisis. Banten: EduCenter
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai