PERCOBAAN I
KESETIMBANGAN KIMIA
Oleh :
LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
I. Tujuan
Menentukan penambahan konsentrasi dalam sistem kesetimbangan
Dimana p merupakan tekanan parsial dari masing – masing gas yang terlibat, biasanya diukur
dengan satuan atm atau bar.
Rumus Kc sebagai berikut :
[𝐶]𝑐 [𝐷]𝑑
𝐾𝑝 = ( 𝑎 )
[𝐴] [𝐵]𝑏
Dimana konsentrasi biasanya diukur dalam mol/L (Diaz dan Pardo, 2015).
III. Metodologi
A. Alat
1. Gelas beaker
2. Gelas ukur
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Pipet
6. Sendok
7. Statif
B. Bahan
1. NH4OH 0,5M
2. NH4OH 5M
3. CH3COOH 2M
4. K2CrO4 0,1M
5. K2Cr2O7 0,1M
6. Aquades
7. Fe(NO)3 0,2M
8. KCNS 0,2M
9. NaF 0,2M
10. K2HPO4
11. HCl 0,1M
12. KI 0,2M
13. NaOH 0,1M
14. CuSO4 0,2M
15. Indikator PP
16. Indikator MO
17. Padatan Natrium asetat
18. Padatan Amonium Klorat
C. Gambar Alat
B. Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan penambahan konsentrasi dalam sistem
kesetimbangan. Kesetimbangan kimia adalah proses dinamik dimana laju reaksi maju dan laju
reaksi mundur bernilai sama besar atau kecepatan reaksi kiri sama dengan reaksi kanan. . Pada
kesetimbangan kimia reaksi terjadi secara reversible atau dua arah dimana produk bisa kembali
menjadi reaktan.
Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah azas Le Chatelier, azas Le Chatelier yaitu
jika suatu sistem reaksi kesetimbangan diberi gangguan dari luar maka sistem tersebut akan
menyesuaikan diri untuk mencoba kembali ke keadaan setimbang. Menurut prinsip Le Chatelier
terdapat faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan pada suatu sistem reaksi yaitu
pengaruh perbedaan konsentrasi, suhu, volume, tekanan, dan penambahan katalis hanya untuk
mempercepat terjadinya keadaan setimbang. Pada percobaan ini faktor yang mempengaruhi yaitu
konsentrasi. Apabila konsentrasi salah satu zat diperbesar maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke arah zat yang ditambah konsentrasinya, jika konsentrasi salah satu zat dikurangi maka
rekasi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang dikurangi konsentrasinya. Selain itu, prinsip
yang digunakan pada percobaan ini adalah prinsip larutan buffer yaitu dimana suatu campuran
dari asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya. Dengan adanya
penambahan larutan buffer akan mengakibatkan penurunan kadar asam atau basa pada suatu
reaksi kesetimbangan. Pada azas Le Chatelier dengan adanya penambahan ion sejenis juga
mempengaruhi kesetimbangan yaitu jika suatu larutan ditambahkan ion sejenis maka
menyebabkan berkurangnya kelarutan zat dan terbentuknya endapan pada larutan. Pada
percobaan ini dilakukan dengan lima sistem yaitu sistem ammonia dalam air, sistem asam asetat
dalam air, sistem Fe (III) dan ion Tiosianat dalam air, sistem kromat dan bikromat dalam air, dan
sistem Cu II dan Iodine dalam air.
Percobaan pertama yaitu sistem ammonia dalam air. Larutan NH4OH ditambahkan indikator
PP yang memiliki trayek pH 8,3 – 10,1 yang menyebabkan larutan akan berubah warna dari
bening menjadi berwarna ungu. Tujuan dari penambahan indikator PP untuk memberikan tanda
jika reaksi sudah mencapai keadaan setimbang dengan melihat perubahan warna yang terjadi pada
larutan. Pada saat ditambahkan NH4Cl padat berubah warna menjadi ungu muda. Hal ini
disebabkan oleh adanya Cl- yang bersifat basa yang dapat menurunkan kadar basa pada larutan
NH4OH sehingga warna ungu memudar dan kesetimbangan bergeser ke arah reaktan atau kiri.
Reaksi yang terjadi pada sistem setimbang sebagai berikut :
Tidak terbentuk produk dikarenakan adanya penambahan ion sejenis yaitu NH4+ yang
menyebabkan berkurangnya kelarutan zat dan terbentuknya endapan pada larutan tersebut.
Percobaan kedua yaitu sistem asam asetat dalam air. Larutan CH3COOH ditambahkan
indikator MO yang memiliki trayek pH 3,1 – 4,4 yang menyebabkan larutan akan berubah warna
dari bening menjadi merah. Tujuan dari penambahan indicator MO untuk memberikan tanda jika
reaksi sudah mencapai keadaan setimbang dengan melihat perubahan warna larutan. Pada saat
ditambahkan CH3COONa padat berubah warna menjadi orange. Hal ini disebabkan oleh adanya
Na+ yang bersifat asam yang dapat menurunkan kadar asam pada larutan CH3COOH sehingga
warna merah memudar menjadi orange dan kesetimbangan bergeser ke arah reaktan atau kiri.
Reaksi yang terjadi pada sistem setimbang sebagai berikut :
CH3COOH (aq) ⇌ CH3COO- (aq) + H+ (aq)
CH3COOH (aq) + CH3COONa (s) ⇌
Tidak terbentuk produk dikarenakan adanya penambahan ion sejenis yaitu CH3COO- yang
menyebabkan berkurangnya kelarutan zat dan terbentuknya endapan pada larutan.
Percobaan ketiga yaitu sistem kromat dan bikromat dalam air. Pada tabung pertama larutan
K2CrO4 yang berwarna kuning dengan pH : 9 ditambahkan HCl menyebabkan warna tetap sama
yaitu kuning. Kemudian setelah ditambahkan larutan K2Cr2O7 menyebabkan warna berubah
menjadi orange muda dengan pH : 6. Perubahan warna dikarenakan penambahan HCl yang
bersifat asam kuat sehingga dapat memudarkan warna, menurunkan pH, dan kesetimbangan akan
bergeser ke arah produk atau kanan. Berikut reaksi kesetimbangannya :
2K2CrO4 (aq) + 2HCl (aq) ⇌ K2Cr2O7 (aq) + 2KCl (aq) + H2O (l)
Pada tabung kedua larutan K2CrO4 ditambahkan larutan K2Cr2O7 menyebabkan larutan berwarna
kuning. Setelah itu, ditambahkan NaOH menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning
cerah dengan pH : 7. Perubahan warna dikarenakan penambahan NaOH yang bersifat basa kuat
sehingga dapat memudarkan warna, menurunkan pH, dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan. Berikut reaksi kesetimbangannya :
K2CrO4(aq) + 2NaOH(aq) ⇌ Na2CrO4(aq) + KOH(aq)
Sehingga, pH HCl pada larutan K2CrO4 lebih kecil daripada pH NaOH pada larutan K2CrO4.
Percobaan keempat yaitu sistem Fe (III) dan Tiosionat dalam air. Pada percobaan ini akan dibagi
menjadi 2 tabung reaksi A dan B yang masing – masing berisikan aquades. Pada tabung A akan
diisi aquades dan Fe(NO3)3 menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning muda. Berikut
reaksinya :
Fe(NO3)3 (aq) ⇌ Fe3+ (aq) + 3NO3- (aq)
Larutan pada tabung reaksi A akan dibagi ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda dengan
volume yang sama. Akan dilakukan variasi pada setiap tabung reaksi yaitu sebagai berikut:
1. Tabung reaksi A1 berisi aquades dan larutan Fe(NO3)3 serta ditambahkan larutan Fe(NO3)3
menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning. Terjadinya perubahan warna ini
menyebabkan penambahan konsetrasi reaktan dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan. Berikut reaksinya :
2. Tabung reaksi A2 berisi aquades dan larutan Fe(NO3)3 serta ditambahkan larutan KCNS
menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah bata. Terjadinya perubahan warna ini
menyebabkan penambahan konsetrasi reaktan dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan. Berikut reaksinya :
3. Tabung reaksi A3 berisi aquades dan larutan Fe(NO3)3 serta ditambahkan larutan NaF
menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning cerah. Terjadinya perubahan warna ini
menyebabkan penambahan konsetrasi reaktan dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan. Berikut reaksinya :
2. Tabung reaksi B2 berisi aquades dan larutan KCNS serta ditambahkan larutan KCNS
menyebabkan larutan berubah warna menjadi bening. Berikut reaksinya :
3. Tabung reaksi B3 berisi aquades dan larutan KCNS serta ditambahkan larutan NaF
menyebabkan larutan berubah warna menjadi bening. Berikut reaksinya :
4. Tabung reaksi B4 berisi aquades dan larutan KCNS serta ditambahkan larutan K2HPO4
menyebabkan larutan berubah warna menjadi bening. Berikut reaksinya :
5. Tabung reaksi B5 berisi aquades dan larutan KCNS serta ditambahkan larutan NaF dan
larutan K2HPO4 menyebabkan larutan berubah warna menjadi bening.
Pada 10 tabung reaksi yang berisi Fe(NO3)3 maupun KCNS yang telah divariasi
menghasilkan berbagai macam warna. Namun, dapat dikelompokkan menjadi warna bening
dan pekat. Apabila konsentrasi suatu larutan semakin besar maka warna pada larutan akan
menjadi pekat dan apabila konsentrasi suatu larutan semakin kecil maka warna pada
larutan akan menjadi pudar. Terjadinya perubahan warna pada larutan menjadi bening
menunjukkan bahwa reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah reaktan atau ke kiri,
sedangkan perubahan warna pada larutan berwarna pekat menunjukkan bahwa reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah produk atau ke kanan. Hal ini terjadi disebabkan oleh
ion yang bercampur dapat menyebabkan konsentrasi bertambah pada suatu reaktan atau
produk yang mengakibatkan terjadinya perubahan warna menjadi bening dan pekat.
Percobaan kelima yaitu sistem ion Cu (II) dan Iodide dalam air. Pada corong pisah pertama
larutan KI ditambahkan larutan CuSO4 yang berwarna biru setelah ditambahkan menyebabkan
larutan berwarna coklat dan terdapat sedikit endapan berwarna biru muda yang berasal dari ion
Cu dan I yang tidak larut secara sempurna. Terjadinya perubahan warna dikarenkan penambahan
CuSO4 mengandung OH- menyebabkan warna larutan semakin pekat sehingga kesetimbangan
bergeser kea rah produk atau ke kanan. Berikut reaksinya :
CuSO4 (aq) + KI (aq) ⇌ CuI2 (s) + K2SO4 (aq)
Pada corong pisah kedua larutan CuSO4 ditambahkan aquades menyebabkan larutan tetap
berwarna biru, dikarenakan dengan penambahan pelarut tidak akan terjadi pergeseran
kesetimbangan sehingga konsentrasi tidak beurubah. Selanjutnya, ditambahkan larutan KI secara
perlahan agar larutan dapat mencapai kesetimbangan dan dapat terlihat endapan yang terbentuk
serta warna larutan berubah menjadi kuning. Kemudian, ditambahkan CuSO4 menyebabkan
larutan berubah warna menjadi hijau, hal ini menandakan kesetimbangan bergeser kea rah produk
atau ke kanan. Dan terakhir ditambahkan NH4OH 5M menyebabkan larutan terbentuk 4 lapisan
warna yaitu biru tua, biru muda, hijau, dan endapan biru serta hijau. Perbedaan warna larutan
menandakan bahwa larutan sudah dalam keadaan setimbang.
V. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi suatu sistem reaksi kesetimbangan kimia. Penambahan konsentrasi dapat
menyebabkan terjadinya pergeseran suatu kesetimbangan. Apabila konsentrasi diperbesar maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan, dan apabila konsentrasi reaktan atau produk
diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaktan atau produk. Kesalahan yang terjadi
pada saat melakukan percobaan ini yaitu bahan yang sudah terkontaminasi zat dari luar atau reagen
belum tercampur sempurna.
VI. Daftar Pustaka
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Dewi, L. J. E. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Reaksi Kesetimbangan Kimia. JPTK,
UNDIKSA, 6(2) : 71 – 80.
Diaz, A. Q dan Pardo, J. Q. 2015. Avoiding General Chemistry Textbooks’ Misrepresentations Of
Chemical Equilibrium Constants. AJCE, 5(2) : 72 – 86.
Haseli, Y. 2019. Criteria for Chemical Equilibrium With Application to Methane Steam Reforming.
International Journal of Hydrogen Energy, 44 (12) : 5766-5772.
Ilhan, N., Yildirimb, A., dan Yilmazc, S. S. 2016. The Effect of Context-based Chemical Equilibrium
on Grade 11 Students' Learning, Motivation and Constructivist Learning Environment.
International Journal Of Environmental & Science Education, 11(9) : 3118 – 3137.
Monita, F. A dan Suharto, B. 2016. Identifikasi Dan Analisis Miskonsepsi Siswa Menggunakan
Three-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument Pada Konsep Kesetimbangan Kimia.
Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 7(1) : 27 – 38.
Rafiuddin. 2016. Application Of Hypothesis Deductive Cycle Learning Model In The Matter Of
Chemical Equilibrium To Improve Critical Thinking Skills Student High School.
International Journal of Education and Research, 4(6) : 249 – 262.
Sergo, L dan Joao, P. L. 2013. One Example of a Chemistry E-Lab Experiment: Chemical
Equilibrium Reaction. iJOE, 9(8) : 44 – 46.
VII. Lampiran
A. Buku
B. Jurnal