Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

PERCOBAAN I
KESETIMBANGAN KIMIA

Oleh :

Nama : Lina Widya P


NIM : M0320043
Hari/Tgl. Praktikum : Kamis, 25 Maret 2021
Asisten Praktikum : Dendy

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
I. Tujuan
Menentukan penambahan konsentrasi dalam sistem kesetimbangan

II. Dasar Teori


Kesetimbangan adalah proses dinamis dimana terdapat fitur yang diamati tetap stabil dan
kejadian yang tidak dapat diamati dapat berlanjut dalam sistem tertutup, agar reaksi menjadi
setimbang tidak harus terjadi dalam reaksi dengan arah maju dan mundur (Ilhan dkk., 2016).
Kesetimbangan kimia adalah proses dinamik dimana laju reaksi maju dan laju reaksi mundur bernilai
sama besar. Pada keadaan kesetimbangan dinamik ini ditandai dengan adanya satu konstanta
kesetimbangan dan bergantung pada jenis spesi yang bereaksi (Chang, Raymond, 2005).
Kesetimbangan kimia juga merupakan suatu keadaan sistem reaksi dimana konsentrasi reaktan dan
produk tidak bergantung pada waktu (Haseli, 2019). Selain itu, kesetimbangan kimia dapat diartikan
suatu keadaan dimana konsentrasi semua bahan tidak dapat berubah karena zat disebelah kanan
terbentuk dan larut kembali pada kecepatan yang sama (Rafiuddin, 2016). Kesetimbangan kimia
dapat dilihat melalui perubahan warna yang dcapai dengan menggunakan indikator asam atau basa
yang berbeda (Sergio dan Joao, 2013).
Kesetimbangan kimia terdiri dari dua macam yaitu kesetimbangan homogen dan heterogen.
Kesetimbangan homogen fase zat pada reaktan dan produk sama, sedangkan kesetimbangan
heterogen fase zat pada reaktan dan produk berbeda tetapi tekanan dua zat dianggap satu (Monita
dan Suharto, 2016).
Pada kesetimbangan kimia reaksi terjadi secara reversible atau dua arah dimana produk bisa
kembali menjadi reaktan dan hanya sebagian kecil saja yang terjadi reaksi satu arah. Pada proses
terjadinya reaksi secara reversible reaksi berlangsung ke arah pembentukan produk, setelah
terbentuk produk terjadi reaksi sebaliknya yaitu pembentukan reaktan dari molekul produk.
Sehingga, laju reaksi ke kanan sama dengan ke kiri serta konsentrasi reaktan dan produk tidak
berubah menandakan reaksi kesetimbangan tercapai (Dewi, 2009).
Henri Louis Le Chatelier dapat menyimpulkan bahwa ada faktor eksternal yang
mempengaruhi kesetimbangan kimia yang dikenal dengan azas Le Chatelier yang berbunyi : “Jika
suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan
menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada sistem untuk
mencoba setimbang kembali”(Chang, Raymond, 2005). Dapat disimpulkan azas Le Chatelier
dinyatakan sebagai berikut :
Reaksi = - Aksi
Artinya : apabila sistem kesetimbangan diberi tekanan dari luar (aksi) maka sistem akan
menyesuaikan diri untuk mengimbanginya dengan cara melakukan pergeseran ke arah reaktan
atau produk (reaksi).
Berdasarkan asas tersebut dalam sistem kesetimbangan kimia apabila ada sebuah aksi maka
akan menghasilkan sebuah reaksi yang akan mempengaruhi aksi tersebut. Adapun faktor - faktor
yang mempengaruhi kesetimbangan kimia meliputi :
1. Pengaruh konsentrasi
Jika konsentrasi salah satu zat ditambah maka reaksi kesetimbangan akan bergeser dari arah zat
yang ditambah konsentrasinya. Jika konsentrasi salah satu zat dikurangi maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang dikurangi konsentrasinya.
2. Perubahan suhu
Jika suhu dinaikan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang bersifat
endoterm (menyerap kalor). Jika suhu diturunkan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke
arah reaksi yang bersifat eksoterm (melepaskan kalor).
3. Perubahan volume
Jika volume zat diperbesar maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat dengan jumlah
koefisien yang lebih besar. Jika volume zat diperkecil maka reaksi kesetimbangan akan bergeser
ke arah zat dengan jumlah koefisien yang lebih kecil.
4. Perubahan tekanan
Jika tekanan zat diperbesar maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang jumlah
koefisiennya lebih kecil. Jika tekanan zat diperkecil maka reaksi kesetimbangan akan bergeser
ke arah zat yang jumlah koefisiennya lebih besar.
5. Katalisator
Dalam sistem kesetimbangan katalisator tidak mempengaruhi letak kesetimbangan, tetapi hanya
berperan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung, mempercepat terjadinya keadaan
setimbang dan pada akhir reaksi katalisator akan terbentuk kembali (Brady, 1999).
Konstanta kesetimbangan yaitu Kp dan Kc, berikut contoh dalam kesetimbangan fase gas :
aA (g) + bB (g) ⇌ cC (g) + dD (g)
Rumus Kp sebagai berkut :
𝑃𝐶 𝑐 𝑃𝐷𝑑
𝐾𝑝 = ( 𝑎 )
𝑃𝐴 𝑃𝐵 𝑏

Dimana p merupakan tekanan parsial dari masing – masing gas yang terlibat, biasanya diukur
dengan satuan atm atau bar.
Rumus Kc sebagai berikut :
[𝐶]𝑐 [𝐷]𝑑
𝐾𝑝 = ( 𝑎 )
[𝐴] [𝐵]𝑏

Dimana konsentrasi biasanya diukur dalam mol/L (Diaz dan Pardo, 2015).
III. Metodologi
A. Alat
1. Gelas beaker
2. Gelas ukur
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Pipet
6. Sendok
7. Statif
B. Bahan
1. NH4OH 0,5M
2. NH4OH 5M
3. CH3COOH 2M
4. K2CrO4 0,1M
5. K2Cr2O7 0,1M
6. Aquades
7. Fe(NO)3 0,2M
8. KCNS 0,2M
9. NaF 0,2M
10. K2HPO4
11. HCl 0,1M
12. KI 0,2M
13. NaOH 0,1M
14. CuSO4 0,2M
15. Indikator PP
16. Indikator MO
17. Padatan Natrium asetat
18. Padatan Amonium Klorat
C. Gambar Alat

Gambar 3.1 Gambar 3.2


(Gelas Beaker) (Gelas Ukur)

Gambar 3.3 Gambar 3.4


(Gelas ukur) (Rak tabung reaksi)

Gambar 3.5 Gambar 3.6


(Pipet) (Sendok)
Gambar 3.7
(Statif)
D. Cara Kerja
A. Sistem ammonia dalam air
Larutan NH4OH 0,5M diletakkan ke dalam gelas beaker kemudian diukur menggunakan gelas
ukur sebanyak 10 mL. Lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan indikator
PP sebanyak 2 tetes. Setelah itu, diamati perubahan warnanya kemudian dipindahkan
sebanyak 5 mL ke dalam tabung reaksi lainnya dan dimasukkan sedikit demi sedikit NH4Cl
padat secukupnya kemudian dikocok sampai zat padat larut, lalu diamati dan dicatat
perubahan warna yang terjadi pada sistem reaksi.

B. Sistem asam asetat dalam air


Larutan CH3COOH 2M diletakkan ke dalam gelas beaker kemudian diukur menggunakan
gelas ukur sebanyak 10 mL. Lalu dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing – masing 5
mL dan masing - masing tabung reaksi ditambahkan 1 tetes indikator MO. Pada tabung reaksi
B dimasukkan sedikit demi sedikit CH3COONa padat secukupnya kemudian dikocok sampai
zat padat larut, lalu diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi pada sistem reaksi.

C. Sistem kromat dan dikromat dalam air


Larutan K2CrO4 0,1M diletakkan ke dalam gelas beaker kemudian diukur menggunakan gelas
ukur sebanyak 10 mL. Lalu dimasukkan ke 2 tabung reaksi masing – masing 5 mL dan diukur
pHnya dengan kertas indikator universal. Pada tabung reaksi A dimasukkan HCl 0,1M
sebanyak 2,5 mL kemudian dimasukkan K2Cr2O7 0,1M sebanyak 5 mL diamati dan dicatat
perubahan warnanya serta diukur pHnya dengan kertas indikator universal. Pada tabung B
ditambahkan K2Cr2O7 0,1M sebanyak 5 mL kemudian diukur pHnya dengan kertas indikator
universal baru ditambahkan NaOH 0,1M sebanyak 2,5 mL lalu diamati dan dicatat perubahan
warna serta diukur pHnya dengan kertas indikator universal.

D. Sistem Fe(III) dan ion Tiosianat dalam air


Aquades dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi sebanyak setengah tabung reaksi kemudian
tabung reaksi A ditambahkan larutan Fe(NO)3 0,2M sebanyak 2 tetes. Selanjutnya, pada
tabung reaksi B ditambahkan KCNS 0,2M sebanyak 2 tetes. Hasil dari tabung reaksi A
dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda dengan volume yang sama, pada tabung
reaksi A1 ditambahkankan larutan Fe(NO)3 sebanyak 3 tetes, pada tabung reaksi B1
ditambahkan KCNS 0,2M sebanyak 3 tetes, pada tabung reaksi C1 ditambahkan larutan NaF
0,2M sebanyak 3 tetes, pada tabung reaksi D1 ditambahkan larutan K2HPO4 0,2M sebanyak
3 tetes, dan pada tabung reaksi E1 ditambahkan K2HPO4 0,2M + NaF 0,2M sebanyak 3 tetes
kemudian diamati dan dicatat semua perubahan warna pada sistem . Hasil dari tabung reaksi
B dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda dengan volume yang sama, pada tabung
reaksi 2A ditambahkan larutan Fe(NO)3 0,2M sebanyak 3 tetes, pada tabung reaksi B2
ditambahkan KCNS 0,2M sebanyak 3 tetes, pada tabung reaksi C2 ditambahkan larutan NaF
0,2M sebanyak 3 tetes, pada tabung reaksi D2 ditambahkan larutan K2HPO4 0,2M sebanyak
3 tetes, dan pada tabung reaksi E2 ditambahkan NaF 0,2M + K2HPO4 0,2M sebanyak 3 tetes
kemudian diamati dan dicatat semua perubahan warna pada sistem.

E. Sistem Cu II dan Iodida dalam air


Larutan CuSO4 0,2M sebanyak 5 mL dan larutan KI 0,2M sebanyak 10 mL dituangkan ke
dalam corong pisah 1 lalu diamati perubahan warnanya. Larutan CuSO4 0,2M sebanyak 10
mL dan aquades sebanyak 80 mL dituangkan pada corong pisah 2 lalu diamati perubahan
warnanya. Kemudian ditambahkan larutan KI 0,2M sebanyak 10 mL lalu diamati perubahan
warnanya. Setelah itu, ditambahkan larutan CuSO4 0,2M sebanyak 40 mL lalu diamati
perubahan warnanya. Dan terakhir ditambahkan larutan NH4OH 5M sebanyak 5 mL ditunggu
sampai kesetimbangan dan diamati serta dicatat perubahan warna pada sistem.

IV. Data Pengamatan dan Pembahasan


A. Data Pengamatan
Tabel 1. Sistem ammonia dalam air
Tabung A NH4OH 0,5M + PP Ungu
Tabung B NH4OH 0,5M + PP + NH4Cl Ungu muda

Tabel 2. Sistem asam asetat dalam air


Tabung A CH3COOH + MO Merah
Tabung B CH3COOH + MO + CH3COONa Orange

Tabel 3. Sistem K2CrO4 dan K2Cr2O7 dalam air


Tabung A K2CrO4 + HCl Kuning pH : 9
K2CrO4 + HCl + K2Cr2O7 Orange muda pH : 6
Tabung B K2CrO4 + K2Cr2O7 Kuning pH : 9
K2CrO4 + K2Cr2O7 + NaOH Kuning cerah pH : 7

Tabel 4. Sistem Fe(III) dan ion Tiosianat dalam air


Tabung A Aquades + Fe(NO)3 Kuning
A1. Aquades + Fe(NO)3 + Fe(NO)3 Kuning
A2. Aquades + Fe(NO)3 + KCNS Merah bata
A3. Aquades + Fe(NO)3 + NaF Kuning cerah
A4. Aquades + Fe(NO)3 + K2HPO4 Kuning
A5. Aquades + Fe(NO)3 + K2HPO4 + NaF Kuning

Tabung B Aquades + KCNS Kuning


B1. Aquades + KCNS + Fe(NO)3 Bening
B2. Aquades + KCNS + KCNS Merah bata
B3. Aquades + KCNS + NaF Bening
B4. Aquades + KCNS + K2HPO4 Bening
B5. Aquades + KCNS + NaF + K2HPO4 Bening
Tabel 5. Sistem Cu II dan Iodida dalam air
Tabung A KI + CuSO4 Coklat
Tabung B CuSO4 + Aquades Biru muda
CuSO4 + Aquades + KI Kuning
CuSO4 + Aquades + KI + CuSO4 Hijau
CuSO4 + Aquades + KI + CuSO4 + NH4OH 5M Biru tua, biru
muda, hijau,
endapan biru
dan hijau.

B. Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan penambahan konsentrasi dalam sistem
kesetimbangan. Kesetimbangan kimia adalah proses dinamik dimana laju reaksi maju dan laju
reaksi mundur bernilai sama besar atau kecepatan reaksi kiri sama dengan reaksi kanan. . Pada
kesetimbangan kimia reaksi terjadi secara reversible atau dua arah dimana produk bisa kembali
menjadi reaktan.
Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah azas Le Chatelier, azas Le Chatelier yaitu
jika suatu sistem reaksi kesetimbangan diberi gangguan dari luar maka sistem tersebut akan
menyesuaikan diri untuk mencoba kembali ke keadaan setimbang. Menurut prinsip Le Chatelier
terdapat faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan pada suatu sistem reaksi yaitu
pengaruh perbedaan konsentrasi, suhu, volume, tekanan, dan penambahan katalis hanya untuk
mempercepat terjadinya keadaan setimbang. Pada percobaan ini faktor yang mempengaruhi yaitu
konsentrasi. Apabila konsentrasi salah satu zat diperbesar maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke arah zat yang ditambah konsentrasinya, jika konsentrasi salah satu zat dikurangi maka
rekasi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang dikurangi konsentrasinya. Selain itu, prinsip
yang digunakan pada percobaan ini adalah prinsip larutan buffer yaitu dimana suatu campuran
dari asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya. Dengan adanya
penambahan larutan buffer akan mengakibatkan penurunan kadar asam atau basa pada suatu
reaksi kesetimbangan. Pada azas Le Chatelier dengan adanya penambahan ion sejenis juga
mempengaruhi kesetimbangan yaitu jika suatu larutan ditambahkan ion sejenis maka
menyebabkan berkurangnya kelarutan zat dan terbentuknya endapan pada larutan. Pada
percobaan ini dilakukan dengan lima sistem yaitu sistem ammonia dalam air, sistem asam asetat
dalam air, sistem Fe (III) dan ion Tiosianat dalam air, sistem kromat dan bikromat dalam air, dan
sistem Cu II dan Iodine dalam air.
Percobaan pertama yaitu sistem ammonia dalam air. Larutan NH4OH ditambahkan indikator
PP yang memiliki trayek pH 8,3 – 10,1 yang menyebabkan larutan akan berubah warna dari
bening menjadi berwarna ungu. Tujuan dari penambahan indikator PP untuk memberikan tanda
jika reaksi sudah mencapai keadaan setimbang dengan melihat perubahan warna yang terjadi pada
larutan. Pada saat ditambahkan NH4Cl padat berubah warna menjadi ungu muda. Hal ini
disebabkan oleh adanya Cl- yang bersifat basa yang dapat menurunkan kadar basa pada larutan
NH4OH sehingga warna ungu memudar dan kesetimbangan bergeser ke arah reaktan atau kiri.
Reaksi yang terjadi pada sistem setimbang sebagai berikut :

NH4OH (aq) ⇌ NH4+ (aq) + OH- (aq)

NH4OH (aq) + NH4Cl (s) ⇌

Tidak terbentuk produk dikarenakan adanya penambahan ion sejenis yaitu NH4+ yang
menyebabkan berkurangnya kelarutan zat dan terbentuknya endapan pada larutan tersebut.

Percobaan kedua yaitu sistem asam asetat dalam air. Larutan CH3COOH ditambahkan
indikator MO yang memiliki trayek pH 3,1 – 4,4 yang menyebabkan larutan akan berubah warna
dari bening menjadi merah. Tujuan dari penambahan indicator MO untuk memberikan tanda jika
reaksi sudah mencapai keadaan setimbang dengan melihat perubahan warna larutan. Pada saat
ditambahkan CH3COONa padat berubah warna menjadi orange. Hal ini disebabkan oleh adanya
Na+ yang bersifat asam yang dapat menurunkan kadar asam pada larutan CH3COOH sehingga
warna merah memudar menjadi orange dan kesetimbangan bergeser ke arah reaktan atau kiri.
Reaksi yang terjadi pada sistem setimbang sebagai berikut :
CH3COOH (aq) ⇌ CH3COO- (aq) + H+ (aq)
CH3COOH (aq) + CH3COONa (s) ⇌
Tidak terbentuk produk dikarenakan adanya penambahan ion sejenis yaitu CH3COO- yang
menyebabkan berkurangnya kelarutan zat dan terbentuknya endapan pada larutan.
Percobaan ketiga yaitu sistem kromat dan bikromat dalam air. Pada tabung pertama larutan
K2CrO4 yang berwarna kuning dengan pH : 9 ditambahkan HCl menyebabkan warna tetap sama
yaitu kuning. Kemudian setelah ditambahkan larutan K2Cr2O7 menyebabkan warna berubah
menjadi orange muda dengan pH : 6. Perubahan warna dikarenakan penambahan HCl yang
bersifat asam kuat sehingga dapat memudarkan warna, menurunkan pH, dan kesetimbangan akan
bergeser ke arah produk atau kanan. Berikut reaksi kesetimbangannya :
2K2CrO4 (aq) + 2HCl (aq) ⇌ K2Cr2O7 (aq) + 2KCl (aq) + H2O (l)
Pada tabung kedua larutan K2CrO4 ditambahkan larutan K2Cr2O7 menyebabkan larutan berwarna
kuning. Setelah itu, ditambahkan NaOH menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning
cerah dengan pH : 7. Perubahan warna dikarenakan penambahan NaOH yang bersifat basa kuat
sehingga dapat memudarkan warna, menurunkan pH, dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan. Berikut reaksi kesetimbangannya :
K2CrO4(aq) + 2NaOH(aq) ⇌ Na2CrO4(aq) + KOH(aq)
Sehingga, pH HCl pada larutan K2CrO4 lebih kecil daripada pH NaOH pada larutan K2CrO4.
Percobaan keempat yaitu sistem Fe (III) dan Tiosionat dalam air. Pada percobaan ini akan dibagi
menjadi 2 tabung reaksi A dan B yang masing – masing berisikan aquades. Pada tabung A akan
diisi aquades dan Fe(NO3)3 menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning muda. Berikut
reaksinya :
Fe(NO3)3 (aq) ⇌ Fe3+ (aq) + 3NO3- (aq)
Larutan pada tabung reaksi A akan dibagi ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda dengan
volume yang sama. Akan dilakukan variasi pada setiap tabung reaksi yaitu sebagai berikut:
1. Tabung reaksi A1 berisi aquades dan larutan Fe(NO3)3 serta ditambahkan larutan Fe(NO3)3
menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning. Terjadinya perubahan warna ini
menyebabkan penambahan konsetrasi reaktan dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan. Berikut reaksinya :

Fe(NO3)3 (aq) + Fe(NO3)3 (aq) ⇌ 2Fe(NO3)3 (aq)

2. Tabung reaksi A2 berisi aquades dan larutan Fe(NO3)3 serta ditambahkan larutan KCNS
menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah bata. Terjadinya perubahan warna ini
menyebabkan penambahan konsetrasi reaktan dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan. Berikut reaksinya :

Fe(NO3)3 (aq) + 3KCNS(aq) ⇌ 3KNO3 (aq) + Fe(CNS)3 (aq)

3. Tabung reaksi A3 berisi aquades dan larutan Fe(NO3)3 serta ditambahkan larutan NaF
menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning cerah. Terjadinya perubahan warna ini
menyebabkan penambahan konsetrasi reaktan dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan. Berikut reaksinya :

Fe(NO3)3 (aq) + 3NaF(aq) ⇌ 3NaNO3 (aq) + FeF3 (aq)


4. Tabung reaksi A4 berisi aquades dan larutan Fe(NO3)3 serta ditambahkan larutan K2HPO4
menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning. Terjadinya perubahan warna ini
menyebabkan penambahan konsetrasi reaktan dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan. Berikut reaksinya :
2Fe(NO3)3 (aq) + 3 K2HPO4 (aq) ⇌ 6KNO3 (aq) + Fe2(HPO4)3 (aq)
5. Tabung reaksi A5 berisi aquades dan larutan Fe(NO3)3 serta ditambahkan larutan K2HPO4
dan NaF menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning. Terjadinya perubahan warna
ini menyebabkan penambahan konsetrasi reaktan dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan.
Pada tabung B akan diisi aquades dan KCNS menyebabkan larutan berwarna bening. Berikut
reaksinya :
KCNS (aq) ⇌ K+ (aq) + CNS- (aq)
Larutan pada tabung reaksi A akan dibagi ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda dengan
volume yang sama. Akan dilakukan variasi pada setiap tabung reaksi yaitu sebagai berikut:
1. Tabung reaksi B1 berisi aquades dan larutan KCNS serta ditambahkan larutan Fe(NO3)3
menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah bata. Terjadinya perubahan warna ini
menyebabkan penambahan konsetrasi reaktan dan kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk atau kanan. Berikut reaksinya :

3KCNS (aq) + Fe(NO3)3 (aq) ⇌ 3KNO3 (aq) + Fe(CNS)3 (aq)

2. Tabung reaksi B2 berisi aquades dan larutan KCNS serta ditambahkan larutan KCNS
menyebabkan larutan berubah warna menjadi bening. Berikut reaksinya :

KCNS (aq) + KCNS (aq) ⇌ 2KCNS (aq)

3. Tabung reaksi B3 berisi aquades dan larutan KCNS serta ditambahkan larutan NaF
menyebabkan larutan berubah warna menjadi bening. Berikut reaksinya :

KCNS (aq) + NaF (aq) ⇌ NaCNS (aq) + KF (aq)

4. Tabung reaksi B4 berisi aquades dan larutan KCNS serta ditambahkan larutan K2HPO4
menyebabkan larutan berubah warna menjadi bening. Berikut reaksinya :

KCNS (aq) + K2HPO4 (aq) ⇌ KCNS (aq) + K2HPO4 (aq)

5. Tabung reaksi B5 berisi aquades dan larutan KCNS serta ditambahkan larutan NaF dan
larutan K2HPO4 menyebabkan larutan berubah warna menjadi bening.
Pada 10 tabung reaksi yang berisi Fe(NO3)3 maupun KCNS yang telah divariasi
menghasilkan berbagai macam warna. Namun, dapat dikelompokkan menjadi warna bening
dan pekat. Apabila konsentrasi suatu larutan semakin besar maka warna pada larutan akan
menjadi pekat dan apabila konsentrasi suatu larutan semakin kecil maka warna pada
larutan akan menjadi pudar. Terjadinya perubahan warna pada larutan menjadi bening
menunjukkan bahwa reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah reaktan atau ke kiri,
sedangkan perubahan warna pada larutan berwarna pekat menunjukkan bahwa reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah produk atau ke kanan. Hal ini terjadi disebabkan oleh
ion yang bercampur dapat menyebabkan konsentrasi bertambah pada suatu reaktan atau
produk yang mengakibatkan terjadinya perubahan warna menjadi bening dan pekat.
Percobaan kelima yaitu sistem ion Cu (II) dan Iodide dalam air. Pada corong pisah pertama
larutan KI ditambahkan larutan CuSO4 yang berwarna biru setelah ditambahkan menyebabkan
larutan berwarna coklat dan terdapat sedikit endapan berwarna biru muda yang berasal dari ion
Cu dan I yang tidak larut secara sempurna. Terjadinya perubahan warna dikarenkan penambahan
CuSO4 mengandung OH- menyebabkan warna larutan semakin pekat sehingga kesetimbangan
bergeser kea rah produk atau ke kanan. Berikut reaksinya :
CuSO4 (aq) + KI (aq) ⇌ CuI2 (s) + K2SO4 (aq)
Pada corong pisah kedua larutan CuSO4 ditambahkan aquades menyebabkan larutan tetap
berwarna biru, dikarenakan dengan penambahan pelarut tidak akan terjadi pergeseran
kesetimbangan sehingga konsentrasi tidak beurubah. Selanjutnya, ditambahkan larutan KI secara
perlahan agar larutan dapat mencapai kesetimbangan dan dapat terlihat endapan yang terbentuk
serta warna larutan berubah menjadi kuning. Kemudian, ditambahkan CuSO4 menyebabkan
larutan berubah warna menjadi hijau, hal ini menandakan kesetimbangan bergeser kea rah produk
atau ke kanan. Dan terakhir ditambahkan NH4OH 5M menyebabkan larutan terbentuk 4 lapisan
warna yaitu biru tua, biru muda, hijau, dan endapan biru serta hijau. Perbedaan warna larutan
menandakan bahwa larutan sudah dalam keadaan setimbang.
V. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi suatu sistem reaksi kesetimbangan kimia. Penambahan konsentrasi dapat
menyebabkan terjadinya pergeseran suatu kesetimbangan. Apabila konsentrasi diperbesar maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan, dan apabila konsentrasi reaktan atau produk
diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaktan atau produk. Kesalahan yang terjadi
pada saat melakukan percobaan ini yaitu bahan yang sudah terkontaminasi zat dari luar atau reagen
belum tercampur sempurna.
VI. Daftar Pustaka
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Dewi, L. J. E. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Reaksi Kesetimbangan Kimia. JPTK,
UNDIKSA, 6(2) : 71 – 80.
Diaz, A. Q dan Pardo, J. Q. 2015. Avoiding General Chemistry Textbooks’ Misrepresentations Of
Chemical Equilibrium Constants. AJCE, 5(2) : 72 – 86.
Haseli, Y. 2019. Criteria for Chemical Equilibrium With Application to Methane Steam Reforming.
International Journal of Hydrogen Energy, 44 (12) : 5766-5772.
Ilhan, N., Yildirimb, A., dan Yilmazc, S. S. 2016. The Effect of Context-based Chemical Equilibrium
on Grade 11 Students' Learning, Motivation and Constructivist Learning Environment.
International Journal Of Environmental & Science Education, 11(9) : 3118 – 3137.
Monita, F. A dan Suharto, B. 2016. Identifikasi Dan Analisis Miskonsepsi Siswa Menggunakan
Three-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument Pada Konsep Kesetimbangan Kimia.
Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 7(1) : 27 – 38.
Rafiuddin. 2016. Application Of Hypothesis Deductive Cycle Learning Model In The Matter Of
Chemical Equilibrium To Improve Critical Thinking Skills Student High School.
International Journal of Education and Research, 4(6) : 249 – 262.
Sergo, L dan Joao, P. L. 2013. One Example of a Chemistry E-Lab Experiment: Chemical
Equilibrium Reaction. iJOE, 9(8) : 44 – 46.
VII. Lampiran
A. Buku
B. Jurnal

Surakarta, 25 Maret 2021


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Dendy Lina Widya P


M0317015 M0320043

Anda mungkin juga menyukai