Anda di halaman 1dari 8

KESETIMBANGAN KIMIA

I. TUJUAN
I.1 Memahami pengertian kesetimbangan kimia
I.2 Memahami pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap kesetimbangan
kimia
I.3 Mengamati perubahan yang terjadi pada reaksi kimia
I.4 Mengetahui ciri-ciri kesetimbangan kimia
I.5
II. DASAR TEORI
Beberapa reaksi kimia berlangsung satu arah (irreversible), tetapi
kebanyakan reaksi kimia berlangsung dua arah (reversible). Pada tahap
permulaan suatu reaksi reversible, reaksi berlangsung kea rah pembentukan
produk. Setelah beberapa produk terbentuk, proses sebaliknya yaitu
pembentukan molekul reaktan dari molekul molekul produk mulai berlangsung.
Apabila kecepatan reaksi pembentukan produk dan pembentukan reaktan sama,
maka keadaan kesetimbangan akan terjadi dan konsentrasi reaktan dan produk
tidak berubah selama waktu berlangsung (Team Kimia Dasar, 2017).
Reaksi yang berada dalam keadaan setimbang disebut Sistem
Kesetimbangan. Ciri-ciri kesetimbangan kimia antara lain (Oxtoby, 2001) :
1. Hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap,
2. Reaksinya berlangsung terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang
berlawanan,
3. Laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri)
4. Semua komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada, dan
5. tidak terjadi perubahan yang sifatnya dapat diukur maupun diamati.
Reaksi yang berlangsung setimbang bersifat dinamis, artinya reaksinya
berlangsung terus-menerus dalam dua arah yang berlawanan dan dengan laju
reaksi yang sama. Contoh kesetimbangan dinamis dalam kehidupan sehari-hari
dapat digambarkan pada proses penguapan air. Bila air dipanaskan dalam

1
wadah tertutup rapat, airnya lama kelamaan akan habis berubah menjadi uap air.
Tetapi belum sempat habis, uap air yang naik ke atas mengalami kejenuhan
sehingga akan jatuh kembali menjadi embun. Apabila dibiarkan terus-menerus,
kecepatan menguapnya air akan sama dengan kecepatan mengembunnya uap air
menjadi air. Pada saat itu, tercapai keadaan setimbang dimana tidak nampak
lagi adanya perubahan ketinggian air dalam wadah tertutup tersebut. Karena
kesetimbangan bersifat dinamis, maka suatu reaksi yang berada dalam keadaan
setimbang dapat mengalami gangguan oleh faktor-faktor tertentu yang
mengakibatkan terjadi pergeseran kesetimbangan (Sukardjo, 1997).
Suatu sistem dalam keadaan setimbang cendrung mempertahankan
kesetimbangannya, sehingga bila ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut
akan berubah sedemikian rupa agar segera diperoleh keadaan kesetimbangan
lagi. Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier,
menemukan bahwa jika reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan
keadaan (menerima aksi dari luar), reaksi tersebut akan menuju pada
kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu untuk mengatasi
perubahan yang diterima (melakukan reaksi sebagai respon terhadap perubahan
yang diterima). Hal ini disebut Prinsip Le Chatelier (Stephen, 2002)
Pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan digambarkan dalam
pernyataan berikut. Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka sistem akan
bergeser dari arah zat tersebut. Namun apabila konsentrasi salah satu zat
dikurangi, maka sistem akan bergeser ke arah zat tersebut (Purwoko, 2006).
Secara kualitatif pengaruh suhu dalam kesetimbangan kimia terkait
langsung dengan jenis reaksi eksoterm atau reaksi endoterm. Reaksi eksotermis
adalah reaksi bersifat spontan, tidak memerlukan energi melainkan justru
menghasilkan energi (∆H reaksi negatif), sedangkan reaksi endotermis adalah
reaksi yang membutuhkan energi/ kalor untuk bisa bereaksi(∆H reaksi positif).
Sistem kesetimbangan yang bersifat eksotermis ke arah kanan dan endotermis
ke arah kiri. Jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke kiri yaitu reaksi
yang bersifat endotermis. Sebaliknya bila suhu reaksi diturunkan maka reaksi

2
akan bergeser ke kanan yaitu reaksi yang bersifat eksotermis. Menaikan suhu,
sama artinya kita meningkatkan kalor atau menambah energi ke dalam sistem,
kondisi ini memaksa kalor yang diterima sistem akan dipergunakan, oleh sebab
itu reaksi semakin bergerak menuju arah reaksi endotermis. Begitu juga
sebaliknya (Keenan, 1984).
Untuk mempercepat proses kesetimbangan kimia,sering dipergunakan zat
tambahan lain yaitu katalisator. Dalam sistem kesetimbangan, katalisator tidak
mempengaruhi letak kesetimbangan, katalisator hanya berperan mempercepat
reaksi yang berlangsung, mempercepat terjadinya keadaan setimbang, pada
akhir reaksi katalisator akan terbentuk kembali. Katalis tidak dapat menggeser
kesetimbangan kimia (Chang, 2003).
III. ALAT DAN BAHAN
III.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur
3. Pipet volume
4. Gelas beker
5. Timbangan
6. Pemanas
7. Icebath
III.2 Bahan
1. CaCl2 0,1 M
2. HCl 1 M
3. H2C2O4 0,1 M
4. NH4OH 6M
5. Na2CoCl2 0,1 M

3
IV. PROSEDUR KERJA
Percobaan 1.
Larutan CaCl2 0,1 M dimasukan kedalam 3 buah tabung reaksi yang
telah dibersihkan masing-masing 5 mL. Pada tabung reaksi I dimasukan 2 mL
larutan HCl 1 M, pada tabung II ditambahkan 2 mL larutan H2C2O4 0,1 M
selanjutnya ditambahkan lagi dengan 5 mL larutan HCl 1 M, dan pada tabung
reaksi III ditambahkan 2 mL larutan NH4OH 6M. Pada setiap penambahan
larutan, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Percobaan 3.
Larutan Na2CoCl2 0,1 M dimasukan masing masing 20 mL kedalam 2
gelas beker yang telah dibersihkan. Gelas beker pertama dipanaskan diatas
penangas, dan gelas beker kedua didinginkan di icebath. Setiap perubahan yang
terjadi diamati dan dicatat.

V. DATA PENGAMATAN
Percobaan 1.

No Reaksi Pengamatan
1 CaCl2 Larutan berwarna bening
Larutan berwarna bening (tidak ada
2 CaCl2 + HCl
perubahan)
3 CaCl2 + H2C2O4 Ada larutan putih di bagian atas
4 CaCl2 + H2C2O4 + HCl Larutan putih menyebar/memudar
5 CaCl2 + NH4OH Timbul bau menyengat, larutan bening

Percobaan 2.

No Reaksi Pengamatan
1 Na2CoCl2 + panas Larutan berwarna merah muda pekat
2 Na2CoCl2 + dingin Larutan berwarna merah muda

VI. PEMBAHASAN

4
Pada praktikum ini, dilakukan dua percobaan. Pada percobaan pertama
dilakuakan empat pengamatan yang digunakan larutan CaCl2 yang awalnya
berwarna bening dengan ditambahkan HCl, H2C2O4 + HCl, dan NH4OH. Pada
pengamatan pertama yaitu CaCl2 ditambah HCl, larutan tetap berwarna bening
atau bisa dikatakan tidak ada perubahan yang disebabkan oleh karena CaCl 2 dan
HCl tidak mengalami pergeseran kesetimbangan karena sama sama
mengandung ion Cl- sehingga tidak mengalami perubahan sesuai pada reaksi
berikut :
CaCl2(aq) + HCl(aq) ⇌ CaCl2(aq) + HCl(aq)
Pada pengamatn CaCl2 ditambahkan dengan H2C2O4 yang awalnya sama sama
bening terjadi perubahan dimana terbentuk larutan putih di bagian berupa
CaC2O4 yang seharusnya berupa endapan putih menurut reaksi berikut :
CaCl2(aq) + H2C2O4(aq) ⇌ 2HCl(aq) + CaC2O4↓(s)
Larutan putih hasil pengamatan merupakan campuran dari endapan putih
kalsium oksalat (CaC2O4) dengan larutan tak berwarna asam klorida (HCl).
Kemudian, saat ditambahkan dengan HCl, larutan kembali mengalami
perubahan yaitu menjadi larutan tak berwarna yang disebabkan oleh
bergesernya kesetimbangan reaksi ke arah kiri atau ke arah reaktan ketika
dilakukan penambahan konsentrasi pada sisi kanan atau produk yaitu HCl,
sehingga kembali terbentuk CaCl2 dan H2C2O4 kembali terbentuk menurut reaksi
berikut :
+HCl

CaCl2(aq) + H2C2O4(aq) ⇌2HCl(aq) + CaC2O4↓( (s)

arah kesetimbangan menuju ke reaktan (kiri)


Pengamatan ketiga yaitu mereaksikan CaCl2 dengan NH4OH yang awalnya
sama sama berwarna bening dimana pada reaksi ini tidak mengalami perubahan
secara visual seperti tidak mengalami perubahan warna, namun perubahan yang
dapat diamati adalah timbulnya bau menyengat. Bau menyengat ini berasal dari

5
ammonium klorida yang merupakan hasil atau produk dari reaksi tersebut. Pada
reaksi ini, tidak terjadi kesetimbangan baru atau pergeseran kesetimbangan,
menurut dengan reaksi berikut:
CaCl2(aq) + 2NH4OH(aq) ⇌ Ca(OH)2(aq) + 2NH4Cl(aq)
Dari ketiga pengamatan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kesetimbangan dapat bergeser atau mengalami perubahan jika diberikan suatu
aksi dari luar reaksi tersebut seperti penambahan konsentrasi seperti yang terjadi
pada percobaan pertama pengamatan kedua yaitu penambahan HCl pada reaksi
antara CaCl2 dengan H2C2O4 dimana kesetimbangan reaksi bergeser ke arah
berlawanan dengan zat yang ditambahkan.
Percobaan kedua dilakukan dengan dua cara yaitu pendinginan dan
pemanasan larutan Na2CoCl2 yang awalnya berwarna merah muda dan setelah
dilakukan pemanasan selama beberapa menit, larutan tersebut berubah warna
menjadi lebih pekat. Saat dipanaskan Na2CoCl2 akan terurai menjadi ion-ionnya
yang menyebabkan warna larutan yang semula merah muda menjadi larutan
berwarna merah muda pekat. Warna itu muncul sebagai akibat dari terurainya
Na2CoCl2 menjadi (CoCl2)2- yang memiliki warna khas ungu sementara Na+
tidak memiliki warna yang mencolok sehingga warna ungu yang lebih dominan
tampak. Jadi, ketika larutan Na2CoCl2 dipanaskan, reaksi kesetimbangannya
akan bergeser ke arah produk sehingga terbentuk (CoCl2)2- yang menimbulkan
warna merah muda pekat pada larutan. Perubahan warna ini menunjukkan
bahwa Na2CoCl2 dapat bereaksi dalam kondisi endoterm dengan reaksi berikut
ini :
Na2CoCl2⇌2Na+ + (CoCl2)2- ∆H = +q
Kemudian, ketika larutan tersebut didinginkan warna larutan tidak
mengalami perubahan karena diketahui Na2CoCl2 bereaksi pada keadaan
endoterm membentuk ion-ionnya dimana kesetimbangan reaksi bergeser ke arah
produk sehingga saat diuji reaksinya pada kondisi eksoterm yaitu didinginkan
ketetimbangan reaksi bergeser berlawanan dengan reaksi endotermnya yaitu,
bergeser ke arah reaktan dengan tetap terbentuknya Na 2CoCl2 tanpa terurai

6
menjadi ion-ionnya sehingga, pada reaksi ini Na2CoCl2 tidak terjadi perubahan
warna larutan Na2CoCl2 tidak mengalami perubahan.
VII. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini yaitu sebagai
berikut:
1. Kesetimbangan kimia adalah keadaan dimana kecepatan reaksi
pembentukan produk sama dengan kecepatan reaksi kecepatan reaktan
kembali dan konsentrasi produk dan reaktan tidak berubah selama waktu
berlangsung.
2. Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka sistem akan bergeser dari
arah zat tersebut dan sebaliknya apabila konsentrasi salah satu zat dikurangi,
maka sistem akan bergeser ke arah zat tersebut. Menaikan suhu, sama
artinya kita meningkatkan kalor atau menambah energi ke dalam sistem,
kondisi ini memaksa kalor yang diterima sistem akan dipergunakan, oleh
sebab itu jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke kiri yaitu reaksi
yang bersifat endotermis, sebaliknya bila suhu reaksi diturunkan maka
reaksi akan bergeser ke kanan yaitu reaksi yang bersifat eksotermis.
3. Suatu zat dapat dikatakan bereaksi jika menimbulkan perubahan seperti
perubahan warna, perubahan fase, timbulnya endapan, timbulnya bau,
perubahan struktur kimia dan lain sebagainya.
4. Reaksi yang berada dalam keadaan setimbang disebut Sistem
Kesetimbangan. Ciri-ciri kesetimbangan kimia antara lain adalah hanya
terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap, Reaksinya
berlangsung terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang berlawanan, laju
reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri), semua
komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada, dan tidak terjadi perubahan
yang sifatnya dapat diukur maupun diamati.
5. engaruh perubahan temperature pada suatu reaksi kesetimbangan adalah
apabila suhu reaksi dinaikkan, kesetimbangan bergeser ke zat yang

7
membutuhkan panas (reaksi endoterm). Sebaliknya jika suhu diturunkan,
kesetimbangan bergeser ke zat yang melepaskan panas (reaksi eksoterm).

DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2004. Kimia Dasar, Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Oxtoby, D. W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Edisi Kesepuluh, Jilid 1.


Jakarta: Erlangga

Keenan, Charles W. 1984. Kimia Untuk Universitas, Edisi Keenam. Terjemahan dari
General College Chemistry, oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta:
Erlangga

Purwoko, A. A. 2006. Kimia Dasar 1. Mataram : Mataram University Press

Stephen, B. 2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta : Erlangga

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai