Gambar 1. Grafik kemungkinan keadaan pereaksi dan hasil reaksi pada saat tercapai keadaan
setimbang.
Pada gambar 1, diketahui 3 kemungkinan yang terjadi pada pereaksi dan hasil reaksi saat
tercapai keadaan setimbang, yaitu:
1. Konsentrasi hasil reaksi lebih besar daripada konsentrasi pereaksi (Gambar1a)
2. Konsentrasi hasil reaksi lebih kecil daripada konsentrasi pereaksi (Gambar 1b)
3. Konsentrasi hasil reaksi sama dengan konsentrasi pereaksi (Gambar 1c)
Keadaan kesetimbangan dikatakan dinamis, bila keadaan kesetaraan laju reaksi maju dan
laju reaksi balik dapat di pertahankan. Sebagai contoh, pada reaksi H2 dan I2menghasilkan HI
yang membentuk keadaan kesetimbangan. Sistem tersebut di katakan setimbang dinamis, apabila
gas H2 dengan I2 bereaksi secara kesinambungan membentuk gas HI dan lain pihak dalam
sistem tersebut gas HI terurai secara kesinambungan membentuk gas H2 dan I2 dengan laju yang
sama. Hubungan laju reaksi zat-zat dengan waktu pada kesetimbangan dinamis dari reaksi
H2 dengan I2 membentuk gas HI atau sebaliknya.
Jadi kesetimbangan reaksi itu di sebut juga kesetimbangan dinamis kesetimbangan
dinamis adalah pada keadaan-keadaan setimbang reaksi tidak diam (statis), tetapi terjadi dua
reaksi berlawanan arah yang mempunyai laju reaksi sama. Pada keadaan tidak setimbang ini
tidak terjadi lagi perubahan bersih dalam sistem reaksi. Untuk lebih memahami kesetimbangan
dinamis, perhatikanlah asumsi-asumsi dibawah ini:
Air dipanaskan dalam wadah tertutup sampai air menguap. Pada saat air menguap, uap
air tertahan pada permukaan tutup wadah. Selanjutnya, uap air tersebut akan mengalami
kondensasi,yaitu uap air menjadi cair kembali, kemudian jatuh kedalam wadah. Pada wadah
tersebut terjadi dua proses yang berlawanan arah, yaitu proses penguapan yang arahnya ke atas
dan proses kondensasi yang arahnya kebawah. Pada saat tertentu laju proses penguapan dan laju
proses kondensasi akan sama. Hal itu dapat kita lihat volume air dalam wadah tersebut adalah
tetap. Keadaan seperti itu disebut kesetimbangan dinamis.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal banyak hal dialam yang mengalami
kesetimbangan dinamis. Karena keterbatasan buku yang kami miliki, maka disini hanya
diberikan beberapa proses yang termasuk kedalam proses kesetimbangan dinamis yaitu sebagai
berikut.
1. Proses pemanasan air dalam wadah tertutup biasanya dapat kita lihat, hal itu sudah
dijelaskan sebelumnya.
2. Proses pelarutan zat padat dalam air, misalnya garan AgCl dilarutkan dalam air sehingga
padatan AgCl sebagian melarut kedalam air. Pada waktu AgCl sudah melarut, terjadi lagi
reaksi pembentukan padatan AgCl yang disebut proses pengendapan. Hal itu berarti dalam
sistem terjadi dua proses yang berlawanan arah, yaitu proses pelarutan AgCl yang arahnya
kekanan dan proses pengendapan AgCl yang arahnya kekiri. Pada saat tertentu laju proses
pelarutan (V1) akan sama dengan laju proses pengendapan (V2).
Keadaan seperti itu disebut kesetimbangan dinamis. Hal itu dapat dituliskan sebgai berikut.
AgCl (g) Ag+ + ClPada keadaan setimbang V1=V2
3. Proses penguapan air dari permukaan bumi dengan proses turunnya hujan merupakan
kesetimbangan dinamis. Jika dalam kurun waktu tertentu jumlah air yag menguap dari
permukaan bumi sama dengan jumlah air yang jatuh ke permukaan bumi melalui turunnya
hujan, maka kesetimbangan air di alam dapat ipertahankan. Akan tetapi, kenyataan yang
dihadapi oleh manusia pada masa sekarang ini sangat berbeda dengan kesetimbangan
dinamis yang kita bicarakan sebelumnya musim kemarau berkepanjangan mengakibatkan
banyak
tanaman
mengalami
kekeringan,lalu
mati
sehingga
manusia
menderita
tersebut. Berkaitan dengan penambahan atau pengurangan jumlah pereaksi atau hasil reaksi pada
reaksi kesetimbangan tersebut, digunakan istilah pergeseran kesetimbangan.
Untuk menambanh zat hasil reaksi, maka kesetimbangan harus digeser kearah kanan (ke
arah zat hasil reaksi), sedangkan untuk mengurangi zat hasil reaksi, maka kesetimbangan harus
digeser kearah kiri (kearah pereaksi). Untuk menggeser kesetimbangan tersebut diperlukan
perlakuan yang dapat mengganggu keadaan kesetimbangan, yaitu dengan mengubah suhu,
konsentrasi, dan volum, dan tekanan zat dalam sistem kesetimbangan tersebut.
Dalam kaitannya dengan gangguan yang diberikan pada sistem kesetimbangan tersebut,
pada tahun 1888 seorang ahli kimia Prancis Henri Louis Le Chatelier (1850-1936)
mengemukakan bahwa jika pada sistem kesetimbangan diberikan gangguan dari luar, maka
sistem kesetimbangan tersebut akan bergeser untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh
gangguan luar tersebut dan mungkin membentuk sistem kesetimbangan baru. dengan kata lain,
pernyataan ini dapat disederhanakan menjadi jika sebuah sistem pada keadaan setimbang
diberikan perubahan tekanan, suhu, atau konsentrasi, maka akan terdapat kecenderungan pada
keseluruhan reaksi dalam arah yang mengurangi pengaruh dan perubahan ini.
Pernyataan diatas dikenal sebagai Asas Le Chatelier. Bagaimana pengaruh perubahan
suhu, konsentrasi, tekanan, dan volum terhadap pergeseran kesetimbangan.
1.
eksoterm (melepaskan kalor). Jika reaksi maju bersifat eksotermik, maka reaksi sebaliknya
bersifat endotermik. Perhatikan uraian tentang pengaruh perubahan suhu untuk reaksi
pembentukan gas N2O4 dari gas NO2 berikut ini.
Reaksi kesetimbangan :
2NO2(g)
N2O4(g)
N2O4(g)
H = - 58,8 Kj
2NO2(g)
H = + 58,8 Kj
Reaksi pembentukan N2O4 dari gas NO2 dapat membentuk keadaan setimbang. Pada
keadaan setimbang tersebut, gas N2O4 dan gas NO2 berwarna coklat muda. Dalam keadaan
terpisah, gas NO2 berwarna cokelat kemerahan, sedangkan gas N2O4 tidak berwarna.
Jika dalam keadaan setimbang, campuran gas NO 2 dan N2O4 tersebut dipanaskan, maka
warna cokelat muda dari campuran kedua gas tersebut lama kelamaan akan berubah menjadi
cokelat kemerahan, artinya gas NO2 dalam reaksi tersebut bertambah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penurunan suhu dapat menyebabkan
kesetimbangan bergeser kearah reaksi eksoterm, sedangkan peningkatan suhu dapat
menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah reaksi endoterm. Karena reaksi pembentukan gas
N2O4 dari gas NO2 merupakan reaksi eksoterm (melepaskan kalor) dan dalam keadaan
kesetimbangan, suhu campuran diturunkan dengan mengeluarkan kalor dari sistem, maka
menurut Le Chatelier akan mengakibatkan sistem melakukan perubahan dengan cara mengganti
kalor yang dikeluarkan sistem dengan menggeser posisi kesetimbangan kearah reaksi yang
melepaskan kalor (eksoterm).
2.
2NH3(g)
Apabila gas hidrogen (H2) ditambahkan kedalam campuran gas pada reaksi
kesetimbangan tersebut, maka konsentrasi H2 dalam campuran meningkat (bertambah).
Bagaimana reaksi sistem terhadap penambahan konsentrasi H2 tersebut ?
Menurut Le Chatelier, sistem akan berusaha untuk menghilangkan gangguan tersebut
(penambahan [H2] ) yaitu dengan mengurangi [H2] yang ditambahkan. Sebagian gas H2 yang
ditambahkan akan segera bereaksi dengan gas N2, sehingga gas amonia yang terbentuk lebih
banyak. Keadaan ini akan terbalik jika sejumlah gas H2 dikurangi dari sistem kesetimbangan
tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk penambahan konsentrasi
pereaksi atau hasil reaksi kedalam campuran yang berada dalam kesetimbangan akan menggeser
kesetimbangan kearah yang berlawanan dengan posisi zat yang ditambahkan, sedangkan untuk
pengurangan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi akan menggeser kesetimbangan kearah zat
yang dikeluarkan dari sistem kesetimbangan tersebut.
3.
dasarnya, untuk memperbesar tekanan dapat dilakukan dengan memperkecil volum, sedangkan
untuk memperkecil tekanan dapt di lakukan dengan memperbesar volum.
Jika pada reaksi kesetimbangan gas, tekanan di perbesar, maka menurut Le Chatelier
sistem tersebut akan berusaha mengurangi pengaruh kenaikan tekanan tersebut dengan cara
menurunkan
jumlah
molekul
atau
jumlah
mol
zat. Pada
reaksi
kesetimbangan
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g), jika tekanan di perbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
NH3, sedangkan jika tekana di kurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri (N 2(g)dan
H2(g) ).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa jika tekanan diperbesar
( volum diperkecil), maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah mol gas yang lebih kecil,
sedangkan jika tekanan diperkecil (volum diperbesar), maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah jumlah mol gas yang lebih besar.
4.
Katalis
Katalis hanya berfungsi untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan kimia.
yang
diganti
dengan
tekanan
parsial
gas
akan
mengubah
PNO2 dan PN2O4 adalah tekanan parsial masing-masing gas pada saat kesetimbangan
tercapai. Nilai Kp menunjukkan konstanta kesetimbangan yang dinyatakan dalam satuan tekanan
(atm). Kp hanya dimiliki oleh sistem kesetimbangan yang melibatkan fasa gas saja.
Secara umum, nilai Kc tidak sama dengan nilai Kp, sebab besarnya konsentrasi reaktan
dan produk tidak sama dengan tekanan parsial masing-masing gas saat kesetimbangan. Dengan
demikian, terdapat hubungan sederhana antara Kc dan Kp yang dapat dinyatakan dalam
persamaan matematis berikut :
Kp = Kc (RT)n
Keterangan ;
Kp = konstanta kesetimbangan tekanan parsial gas
Kc = konstanta kesetimbangan konsentrasi gas
R = konstanta universal gas ideal (0,0821 L.atm/mol.K)
T = temperatur reaksi (K)
n = koefisien gas produk - koefisien gas reaktan
Selain kesetimbangan homogen fasa gas, terdapat pula sejumlah kesetimbangan homogen
fasa larutan. Salah satu contoh kesetimbangan homogen fasa larutan adalah kesetimbangan
ionisasi asam asetat (asam cuka) dalam air. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOH(aq) <> CH3COO-(aq) + H+(aq)
Kc = [CH3COO-] [H+] / [CH3COOH]
Amonia dapat di buat dengan mereaksikan gas nitrogen (N2) Dengan gas hidrogen (H2)
melalui proses reaksi eksoteren yang dapat membentuk kesetimbagan sebagai berikut:
2NH3(g)
N2(g)+3H2(g)
H= -92,2 Kj
Dalam industri, amonia di buat dengan mencampurkan gas N 2 Yang Diperoleh melalui
udara dan gas H2 yang di peroleh dari reaksi antara gas metana dan air. Campuran gas N 2 dan
H2 dengan perbandingan N2:H2=3:1 tersebut kemudian di alirkan melaui pompa bertekanan
tinggi(250 atm) kedalam tabung pemurnian gas. Dalam tabung inilah kemudian di peroleh gas
N2 dan H2 murni yang di alirkan kedalam reaktor katalisis.
Reaksi pembuatan amonia merupakan reaksi eksoterm, sehingga untuk menghasilkan
amonia dalam jumlah besar, maka reaksi tersebut harus di lakukan pada suhu yang rendah. Akan
tetapi, pada suhu rendah reaksi berlangsung rendah. Oleh karena itu, untuk mengimbangi
nya,maka reaksidalam pembuatan amonia di lakukan pada suhu tinggi (500 oC) dan tekanan yang
tinggi (200-400 atm). Suhu dan tekanan tersebut memungkinkan reaksi pembuatan amonia dapat
berlangsung cepat dan amonia yang di hasilkannya dalam jumlah besar (reaksi bergeser ke
kanan).
Dapat di simpulkan bahwa pada reaksi kesetimbangan dalam pembuatan amonia, suhu
yang tinggi dan katalis berfungsi umtuk mempercepat reaksi, sedangkan tekanan yang tinggi
berfungsi untuk menggeser reaksi ke arah hasil reaksi( dalam hal iniamonia)
2. Pembuatan H2SO4(aq) (Asam sulfat)
Proses kontak dilakukan untuk membuat H2SO4(aq) yang dapat digunkan sebagai bahan
dasar pembuatan cat, pupuk, zat warna , detergen, dan larutan elektrolit dalam aki.
Berikut ini merupakan tahap-tahap membuat H2SO4(aq)
1). Tahap 1
Molekul S yang berwujud padat di bakar di udara untuk membentuk gas SO 2.reaksinya
sebagai berikut.
S (s) + O2 (g)
2). Tahap 2
SO2 (g)
Gas tersebut dibersihkan dari pengotor dengan cara partikulat. Campuaran antara gas
SO2 dan udara di panaskan hingga suhu 450oC.dan tekanan 101,3-202,6 kPa dengan di
tambahkan katalis V2O5 untuk menghasilkan SO3. SO3 yang diperoleh sebanyak 98 % dengan
kecepatan reaksi maksimal. Reaksi sebagai berikut.
2SO2(g) + O2(g)
2S03(g)
3). Tahap 3
SO3 dilarutkan dalam H2S04 99,5 % (17 M) supaya di hasilkan H2S2O7, lebih di kenal
denagn nama oleum. Reaksinya sebagai berikut.
SO3(g) + H2S04(l)
H2S2O7(l)
4). Tahap 4
Setelah tahap 3, H2O di tambahkan ke dalam H2S2O7 supaya di hasilkan H2SO4.
reaksinya sebagai berikut.
H2S2O7(l) + H2O(l)
2H2SO4(l)
Tahapan penting dalam proses pembuatan H2SO4 ialah tahap 2. pada tahap 2 terjadi
reaksi kesetimbangan dan reaksi itu berlangsung secara eksoteren (reaksi melepaskan kalor)
menurut asas Le Chatelier, reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan jika tekanan di perbesar. Hal
ini terjadi karena reaksi kesetimbangan bergeser ke arah zat yang memeliki jumlah koefisien
lebih sedikit. Jadi jika tekanan di perbesar, jumlah gas SO 3 semakin banyak karena reaksi
kesetimbangan bergeser ke arah produk.
3. Pembuatan HNO3 (Asam Nitrat)
Senyawa HNO3 merupakan bahan kimia penting yang digunakan sebagai bahan baku
untuk peledak. Bahan peledak yang memakai bahan baku HNO 3 dapat menimbulkan ledakan
dahsyat. Contoh bahan peledak yang menggunakan HNO3, yaitu TNT.
Proses Ostwald merupakan cara yang tepat untuk membuat HNO 3. Proses Ostwald
dikenalkan pertama kali oleh Wilhelm Ostwald, seorang ahli kimia dari Jerman. Wilhelm
Ostwald menemukan proses pembuatan HNO3 yang efektif saat Perang Dunia I berlangsung.
Ada 2 metode yang digunakan dalam pembuatan HNO3. metode pertama yang memiliki 2
tahap yaitu oksidasi dan absorpsi. Metode ini akan menghasilkan NHO3encer. Metode kedua
merupakan kombinasi dari dehidrasi, bleaching, kondensasi dan absorpsi. Metode yang kedua
akan menghasilkan asam nitrat yang lebih pekat daripada HNO 3 yang dihasilkan dari metode
pertama.
a.
Oksidasi NH3
Senyawa NH3 berwujud gas dibakar di udara dengan perbandingan 1: 9 (NH 3: O2) pada
suhu 748,8 798,8oC yang dialirkan melalui katalisator. Katalis yang digunakan terdiri atas 90 %
Pt dan 10% Rh. Reaksinya sebagai berikut.
Reaksi oksidasi NH3 menjadi NO merupakan reaksi eksoterm dengan produk yang
diperoleh sebesar 93 % - 98 %.
b.
2NO2 (g)
Absorpsi
Tahap terakhir adalah absorpsi, NO2 diabsorpsi setelah didinginka. Gas tersebut
dipompakan masuk ke kolom absorpsi bersamaan dengan cairan N 2O4 yang ditambahkan pada
suhu tinggi. Selama proses, air dialirkan melalui atas kolom. Kedua cairan tersebut dialirkan
kedalam gas NO2. reaksi ini merupakan reaksi eksoterm karena pada kolom absorpsi timbul
gelembung-gelembung gas. Reaksinya sebagai berikut:
3NO2 (g) + H2O(g)
2HNO3(g) + NO (g)
Gas NO yang terbentuk lalu dioksidasi kembali supaya membentuk gas NO 2. banyaknya
HNO3 yang terbentuk adalah 55 % sampai 65 % dengan konsentrasi bervariasi dari 30 % sampai
70 %.