Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM KF II

KONSTANTA KESETIMBANGAN

Disusun Oleh :

LAYLI ADHA NADIRA KAVIN KC 2022 22030234069

PRODI KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Fenomena kimia yang umum terjadi di alam salah satunya adalah
kesetimbangan kimia. Baik disadari ataupun tidak disadari. Pada dasarnya,
reaksi kimia dapat kembali ke bentuk semula (reversible). Biasanya terjadi
pada reaksi bolak – balik atau disebut keadaan kesetimbangan yang memiliki
laju yang sama, oleh sebab itu kesetimbangan kimia ini adalah bagian dari
kesetimbangan kimia dinamis karena yang memiliki laju hanyalah sesuatu
yang bergerak bukan statis. Kesetimbangan mengacu pada keadaan dimana
proses kearah produk sama dengan proses ke arah reaktan. Dalam hal ini,
pereaksi tidak habis bereaksi dan hasil – hasil reaksi akan membentuk pereaksi
kembali. Hal itu, berlangsung hingga terbentuk keadaan setimbang antara
pereaksi dengan produk. Oleh karena itu latar belakang dilakukannya
percobaan ini adalah untuk mengetahui harga konstanta kesetimbangan pada
suatu reaksi dan memperhatikan bahwa konstanta kesetimbangan tidak
bergantung pada konsentrasi awal reaksi.

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana konstanta kesetimbangan pada suatu reaksi?
2. Bagaimana cara membuktikan konstanta kesetimbangan tidak bergantung
dengan konsentrasi awal reaksi saja?

1.3.Tujuan
1. Menentukan konstanta kesetimbangan suatu reaksi.
2. Memperhatikan bahwa kosntanta kesetimbangan tidak bergantung pada
konsentrasi awal reaksi.
BAB II
DASAR TEORI

2.1.Reaksi Kimia
Reaksi kimia dapat berlangsung satu arah maupun dua arah, namun
hanya sedikit reaksi kimia yang berlangsung satu arah. Kebanyakan
merupakan reaksi reversible (bolak-balik). Pada awal proses reversible,
reaksi berjalan maju ke arah pembentukan produk. Setelah beberapa
molekul produk terbentuk proses balik berlangsung, yaitu pembentukan
molekul reaktan dari molekul produk. Jika laju reaksi maju dan reaksi balik
sama besar dan konsentrasinya tidak lagi berubah dari reaktan dan produk
seiring berjalannya waktu, maka tercapailah suatu kesetimbangan kimia
(Chang, 2004).

2.2.Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamik. Reaksi
kesetimbangan kimia juga melibatkan zat-zat yang berbeda untuk reaktan
dan produknya. Kesetimbangan antara dua fase dari zat yang sama
dinamakan kesetimbangan fisis karena perubahan yang terjadi hanyalah
proses fisis. Reaksi reversibel yang terjadi dalam zat kimia misalnya reaksi
yang melibatkan nitrogen dioksida (NO2) dan nitrogen tetroksida (N2O4)
tahapan reaksinya sebagai berikut:

N2O4(g) ↔ 2NO2(g)

N2O4 adalah gas tak berwarna, sementara NO2 berwarna coklat gelap. Jika
sejumlah N2O4 diinjeksikan ke dalam tabung kosong, warna coklat muda
akan segera terlihat yang mengidentifikasikan pembentukan molekul NO 2.
Dapat dimulai juga dengan NO2 murni atau campuran dari NO2 dan N2O4,
maka akan terlihat perubahan warna pada awalnya yang disebabkan
pembentukan NO2 (jika warna semakin tua) atau oleh berkurangnya
NO2 (jika warna memudar) dan akhirnya tidak ada lagi perubahan warna
NO2. Bergantung pada suhu sistem bereaksi dan pada jumlah awal NO 2 dan
N2O4 (Chang, 2004).

Banyak reaksi-reaksi kimia yang berjalan tidak sempurna, artinya reaksi-


reaksi tersebut berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti
dengan meninggalkan zat-zat yang tidak bereaksi. Pada temperatur,
tekanan, dan konsentrasi tertentu titik pada saat reaksi tersebut berhenti
sama. Hubungan antara konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi tetap. Pada saat
ini reaksi dalam keadaan setimbang. Pada saat setimbang, kecepatan reaksi
ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri, sehingga kesetimbangan
yang dimaksud adalah kesetimbangan dinamis. Jika sebenarnya reaksi
masih ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi terhenti.
Atas dasar ini dapat dianggap hampir semua reaksi berhenti pada saat
kesetimbangan. Untuk reaksi sempurna, kesetimbangan sangat berat di
sebelah kanan (Sukardjo, 1997).

Kesetimbangan dibagi menjadi dua, yaitu kesetimbangan homogen dan


heterogen. Homogen jika kesetimbangan terdapat dalam satu fase (gas,
cairan tunggal, padat tunggal). Heterogen jika kesetimbangan terdapat lebih
dari satu fase (gas, padat, gas cairan, padat cairan, atau padat-padat). Asas
Le Chatelier yaitu jika dalam suatu sistem kesetimbangan diberikan aksi,
maka sistem akan berubah sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu
sekecil mungkin. Beberapa aksi yang dapat menimbulkan perubahan pada
sistem kesetimbangan antara lain perubahan konsentrasi, perubahan
volume, perubahan suhu, dan penambahan katalisator. Pergeseran sistem
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain antara lain :

1. Perubahan konsentrasi
Apabila konsentrasi reaktan diperbesar, maka reaksi kesetimbanagan akan
bergeser ke produk, ataupun sebaliknya.
2. Perubahan volume
Apabila volume diperbesar, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke
jumlah koefisien zat yang besar, dan berlaku sebaliknya. Namun,
perubahan volume tidak berpengaruh apabila jumlah koefisien reaktan dan
produk sama.
3. Perubahan tekanan
Apabila tekanan diperbesar, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke
arah jumlah koefisien zat yang lebih kecil, ataupun sebaliknya.
4. Perubahan suhu
Apabila suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke reaksi endoterm.
Sedangkan jika suhu diturunkan, maka reaksi akan bergeser ke eksoterm.
Perubahan suhu mengakibatkan perubahan harga tetapan kesetimbangan.
5. Penggunaan katalis
Penambahan katalis tidak akan menggeser reaksi kesetimbangan. Katalis
hanya berfungsi untuk mempercepat laju reaksi.

2.3.Konstanta Kesetimbangan
Konsentrasi kesetimbangan ditandai dengan “[ ]”. Kecepatan reaksi
kimia pada suhu konstan sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat yang
bereaksi. Reaksi kimia bergerak menuju kesetimbangan yang dinamis,
dimana terdapat reaktan dan produk, tetapi kedudukannya tidak lagi
mempunyai kecenderungan untuk berubah. Konsentrasi produk jauh lebih
besar daripada konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam campuran
kesetimbangan, sehingga reaksi dikatakan reaksi yang sempurna (Syukri,
1999).
Konstanta kesetimbangan adalah bentuk matematis dari hukum aksi
massa. Persamaan ini menghubungkan konsentrasi reaktan dan produk pada
kesetimbangan yang dinyatakan dalam suatu kuantitas. Konstanta
kesetimbangan dinyatakan berdasarkan atau sebagai hasil bagi.
Pembilangnya adalah hasil kali antara konsentrasi-konsentrasi
kesetimbangan produk, masing-masing dipangkatkan dengan koefisien
stoikiometrinya dalam persamaan setara (Chang, 2004).
Seorang ahli matematika dan kimia dari Norwegia mengemukakan
hukum kesetimbangan kimia atau dinamakan sebagai hukum aksi massa
bahwa pada suhu dan tekanan tertentu perbandingan hasil kali konsentrasi
zat-zat di sebelah kanan anak panah persamaan reaksi (zat hasil reaksi)
dengan konsentrasi zat-zat sebelah kiri (pereaksi) yang masing-masing
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah tetap.
Konstanta kesetimbangan adalah rasio perkalian antara konsentrasi
reaktan terhadap perkalian konsentrasi produk pada reaksi kimia. Setiap
konsentrasi reaktan dan produk pada reaksi kimia ini dipangkatkan terhadap
koefisien stoikiometri. Koefisien stoikiometri digunakan Ketika persamaan
reaksi telah setara. Pada umumnya, K adalah lambang penulisan dari
kesetimbangan. Jika konstanta kesetimbangan reaksi dalam fasa homogen,
maka perhitungannya menggunakan konsentrasi molar, dan kesetimbangan
dituliskan dengan simbol Kc (untuk larutan dan gas) (Lukum, 2016)

𝑎𝐴(𝑔) + 𝑏𝐵(𝑔) ⇄ 𝑐𝐶(𝑔) + 𝑑𝐷(𝑔)

[𝐶]𝑐 [𝐷]𝑑
𝐾𝑐 =
[𝐴]𝑎 [𝐵]𝑏

Apabila nilai Kc didapatkan hasil sebagai berikut :


• Kc < 1, berarti konsentrasi produk kecil, konstanta kesetimbangan
kecil, oleh karena itu reaksi bolak-balik tidak berlangsung dengan
baik.
• Kc > 1, berarti konsentrasi reaktan kecil, konstanta kesetimbangan
besar, oleh karena itu reaksi bolak balik berlangsung dengan baik

Konstanta kesetimbangan (Kc) memiliki beberapa fungsi, diantaranya:


1. Meramalkan reaksi kesetimbangan secara kualitatif, yaitu Jika harga Ke
besar maka reaksi kesetimbangan banyak mengandung produk dan
sebaliknya.
2. Meramalkan arah reaksi kesetimbangan, yaitu jika QKc. Maka reaksi
berlangsung ke kiri, Q adalah hasil bagi antara konsentrasi produk dan
reaktan pada keadaan keadaan apapun.
Jika reaksi homogen terjadi pada wujud gas, maka konsentrasi substansinya
dinyatakan dalam bentuk tekanan parsial substansi dan kesetimbangan
dituliskan dengan symbol Kp (untuk gas) :

[𝑃𝐶]𝑐 [𝑃𝐷]𝑑
𝐾𝑝 =
[𝑃𝐴]𝑎 [𝑃𝐵]𝑏

Hubungan antara Kc dan Kp dapat dirumuskan sebagai berikut :


Kp = Kc(RT)n
Dimana :
R = ketetapan konstanta gas (0,082 L.atm/mol K)
T = Temperatur atau suhu (K)
n = Perbedaan antara koefisien gas produk dan gas di reaktan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat
1. Buret 50 mL 1 buah
2. Pipet volume 1 buah
3. Erlenmeyer bertutup 250 mL 4 buah

3.2. Bahan
1. NaOH 2 N secukupnya
2. Indicator PP secukupnya
3. Etanol absolut secukupnya
4. HCl 2 N secukupnya
5. Asam asetat (CH3COOH) secukupnya

3.3. Alur Percobaan


• Larutan Blanko

5 mL HCl 2N

- Dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer


- Ditambahkan 1 – 2 tetes indicator PP
- Dititrasi dengan NaOH 2N
- Diamati

Larutan berwarna
merah muda

Reaksi :
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4

- Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan


5 mL HCl 5 mL HCl 5 mL HCl 5 mL HCl
- Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan
1 mL etanol 2 mL etanol 3 mL etanol 4 mL etanol
- Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan
4 mL 3 mL 2 mL 1 mL
CH3COOH CH3COOH CH3COOH CH3COOH

- Ditutup dan disimpan pada suhu kamar


selama  1 minggu (minimal 3 hari)

Larutan

- Ditambahkan indicator PP 1 – 2 tetes


- Dititrasi dengan NaOH
- Diamati perubahannya

Volume NaOH

Reaksi :
• CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) ⇄ CH3COOC2H5(aq) + H2O(l)
• CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) ⇄ CH3COONa(aq) + C2H5OH(aq)
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. (2004). Kimia Dasar : Konsep - konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Lukum, A. (2016). Metakognisi Mahasiswa dalam Pembelajaran Kesetimbangan
Kimia. Jurnal Ilmu Pendidikan, 9 - 18.
Sukardjo. (1997). Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Syukri, S. (1999). Kimia Dasar I. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai