Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Kesetimbangan Kimia

Ismi Amaliya Magfira Achmad

421420022

PRODI STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Kesetimbangan kimia merupakan konsep abstrak/terdefinisi dengan contoh
konkrit yang memerlukan pemahaman pada fenomena makro, submikroskopik,
simbolik serta keterhubungan ketiga levelnya. Namun bahan ajar yang digunakan
pada pembelajaran kimia belum sepenuhnya mengembangkan keterhubungan
multipelrepresentasi (makroskopik, submikroskopik, dan simbolik). (Helsi dan
Andriyani,2017).Pada materi ini, siswa dituntut agar dapat memahami konsep-
konsep secara teoritis dan melalui percobaan, sehingga siswa dapat menemukan
fakta, konsep dan prinsip yang terdapat di alamnya. Materi ini juga membutuhkan
latihan karena terdiri atas perhitungan-perhitungan. (Yerimadesi dkk,2016)

Tujuan praktikum ini adalah , agar mahasiswa dapat memahami pengaruh


konsentrasi pada reaksi kesetimbangan, mengetahui dan memahami konsep
kesetimbangan kimia.
BAB II
KAJIAN TEORI
Kesetimbangan kimia (chemical equilibrium) menjelaskan keadaan di mana
laju reaksi maju dan reaksi balik dari suatu zat sama besar dan di mana
konsentrasi reaktan (zat yang bereaksi) dan produk (zat dari hasil reaksi) tetap
tidak berubah seiring berjalannya waktu (Purba, 2007). Kesetimbangan kimia juga
mencakup penjelasan terjadinya proses perubahan molekul zat yang dipengaruhi
oleh perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dari molekul tersebut dan
perubahan suhu (Dewi,2009). Banyak peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang
merupakan proses kesetimbangan. Contohnya: perubahan wujud cair, reaksi
kesetimbangan dalam tubuh, reaksi kesetimbangan dalam mulut. Pada umumnya
reaksi-reaksi kimia tersebut berlangsung dalam arah bolak-balik (reversible), dan
hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu arah. Pada awal proses bolak-
balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan produk. Segera setelah terbentuk
molekul produk terjadi reaksi sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari
molekul produk. Ketika laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi
reaktan dan produk tidak berubah maka kesetimbangan reaksi tercapai. Henri
Louis Le Chatelier(1884) berhasil menyimpulkan pengaruh faktor luar tehadap
kesetimbangan dalam suatu azas yang dikenal dengan azas Le Chatelier sebagai
berikut. “Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka
sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi
tersebut.“ Secara singkat, azas Le Chatelier dapat dinyatakan sebagai:

Reaksi = - Aksi

Kesetimbangan  kimia adalah keadaan dimana 2 reaksi yang tepat


berlawanan terjadi pada laju reaksi yang sama. Ketika produk terbentuk, produk ini
akan kembali bereaksi membentuk reaktan awalnya. Jika kondisi pada sistem
kesetimbangan diubah, akan terjadi beberapa reaksi berikutnya. Meskipun
demikian, sistem tersebut akan segera mencapai kesetimbangan baru pada
sejumlah kondisi yang baru. Prinsip Le Chatelier menyatakan bahwa jika sebuah
aksi diterapkan pada suatu sistemyang berada dalam kesetimbangan,
kesetimbangan itu akan bergeser untuk engurangi aksi yang terjadi. Aksi adalah
suatu yang dikerjakan terhadap sistem. Misalnya peningkatan reaksi suatu reaktan
atau produk akan menyebabkan kesetimbangan itu bergeser dan berusaha untuk
mengurangi konsentrasi zat yang meningkat itu (Goldberg, 2004).
Banyak reaksi tidak berlangsung hingga selesai tetapi mendekati suatu
kesetimbangan, dimana produk dan reaktan yang tidak terpakai kedua-duanya
terdapat dalam jumlah yang relative tertentu banyaknya. Begitu kesetimbangan
tercapai, tak akan ada lagi perubahan komposisi lebih lanjut yang terjadi. Keadaan
kesetimbangan digambarkan secara kuantatif melalui tetapan kesetimbangan
reaksi yang tergantung pada suhu dimana reaksi berlangsung (Oxtoby, 2001).
Kesetimbangan kimia dalam proses dinamis ketika reaksi kedepan dan
reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada pada arah yang berlawanan.
Konsentrasi pada setiap zat tinggal tetap pada suhu konstan.Banyak rekasi kimia
tidak sampai berakhir, dam mencapai satu titik ketika konsentrasi zat-zat bereaksi
dan produk tidak lagi berubah dengan berubahnya waktu. Molekul molekul tetap
berubah dari pereaksi, tetapi tanpa perubahan netto konsentrasinya (Stephen,
2002 : 96)
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika
reaksi itu baru mulai, proses resersible hanya berlangsung kearah pembentukan
produk, namun ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaiknya yaitu
pembentukan molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan. Kesetimbangan
kimia tercapai bila kecepatan reaksi tekanan (molekul produk) telah sama dengan
kecepatan reaksi ke kiri (pembentukan molekul reaktan)dan konsentrasi reaktan
maupun konsentrasi produk tidak berubah ubah lagi (konstan). Jadi,
kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis.(Purwoko, 2006 : 169)
Banyak reaksi-reaksi kimia yang berjalan tidak sempurna artinya reaksi
reaksi tersebut berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti dengan
meninggalkan zat-zat yang tidak bereaksi. Pada temperatur, tekanan dan
konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Hubungan
antara konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi tetap.Pada saat ini reaksi dalam
keadaan setimbang. Pada saat setimbang, kecepatan reaksi ke kanan sama
dengan kecepatan reaksi kekiri. Kesetimbangan disini merupakan kesetimbangan
dinamis, bukan kesetimbangan statis. Jadi sebenarnya reaksi masih ada tetapi
karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi berhenti. Atas dasar ini dapat
dianggap hamper semua reaksi berhenti pada kesetimbangan. Untuk reaksi
sempurna, kesetimbangan sangat berat disebelah kanan.Untuk reaksi yang sangat
berat disebelah kanan (Sukarjo, 1997: 220).
Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan
reaksi maju dan reaksi balik dengan sama kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah
kuantitas relative yang ada dalam kesetimbangan nilai tetapan kesetimbangan
tidaklah berubah.Katalis memang mengubah waktu yang diperlukan untuk
mencapai kesetimbangan.Reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau
berminggu-minggu unutk mencapai kesetimbangan, dapat mencapainya dalam
beberapa menit dengan hadirnya katalis.Lagi pula, reaksi yang berlangsung
dengan laju yang sesuai hanya pada temperatur yang sangat tinggi, dapat berjalan
dengan cepat pada temperature yang jauh lebih rendah bila digunakan katalis. Ini
terutama penting jika temperatur tinggi mengurangi rendeman dari produk-produk
yang diinginkan (Keenan, 1984 : 593)
Hukum kesetimbangan yaitu: bila suatu reaksi dalam keadaan setimbang,
maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dipangkatkan koefisiennya dibagi
dengan hasil kali konsentrasi zat-zat pereaksi dipangkatkan koefisiennya akan
mempunyai harga yang tetap. Tetapan kesetimbangan bagi suatu reaksi adalah
khas untuk suatu reaksi dan harganya tetap pada suhu tertentu. Artinya setiap
reaksi akan mempunyai harga tetapan kesetimbangan yang cenderung tidak sama
dengan reaksi lain meskipun suhunya sama, dan untuk suatu reaksi yang sama
harga K akan berubah jika suhunya berubah (Sudarmo, 2006).
Kesetimbangan kimia terjadi pada reaksi kimia yang reversibel. Reaksi
reversibel adalah reaksi yang di mana produk reaksi dapat bereaksi balik
membentuk reaktan. Kesetimbangan kimia tercapai ketika laju reaksi maju sama
dengan laju reaksi balik dan konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produk-produk
tidak berubah lagi. Untuk persamaan reaksi reversibel yang berada dalam
kesetimbangan pada temperatur tertentu berikut,

aA + bB ⇌ cC +dD

konstanta kesetimbangan, K, dapat dinyatakan sebagai rasio dari perkalian


konsentrasi reaktan-reaktan dibagi perkalian konsentrasi produk-produk, di mana
konsentrasi dari masing-masing substansi dipangkatkan
koefisien stoikiometri dalam persamaan reaksi setara.

Dalam perhitungan konstanta kesetimbangan reaksi homogen (semua


substansi dalam reaksi berfasa sama), konsentrasi substansi dalam sistem larutan
dapat dinyatakan dalam konsentrasi molar, sehingga K dapat juga ditulis K c. Untuk
reaksi homogen dalam fasa gas, konsentrasi substansi dalam wujud gas dapat
dinyatakan sebagai tekanan parsial substansi, dan simbol konstanta
kesetimbangannya menjadi Kp. Sebagai contoh, hukum kesetimbangan kimia
untuk reaksi berikut dapat ditulis dalam 2 bentuk:

N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)


 atau

 atau 

Hubungan antara Kp dan Kc adalah:


di mana, R = tetapan gas universal, T = temperatur, dan Δn g = jumlah mol produk
gas – jumlah mol reaktan gas.
Dalam perhitungan konstanta kesetimbangan reaksi heterogen (reaksi di
mana terdapat lebih dari 1 fasa) yang melibatkan substansi dalam wujud cairan
murni atau padatan murni, konsentrasi substansi cair dan padat tersebut diabaikan
dan tidak ikut diperhitungkan.
Untuk mengetahui apakah reaksi telah mencapai kesetimbangan dan
memprediksikan arah reaksi, ditentukan nilai dari kuosien reaksi, Q c, dengan
mensubstitusikan nilai konsentrasi masing-masing substansi (produk dan reaktan)
pada keadaan setimbang pada konstanta kesetimbangan kimia, K c, dengan nilai
konsentrasi awal masing-masing substansi pada keadaan reaksi tersebut.
Qc = Kc , reaksi telah mencapai kesetimbangan. Jika Qc = Kc,
reaktan ⇌ produk

2.1 Lembar Data Keselamatan Bahan


1. Aquadest (MSDS, 2006)
Bagian 1 – Identitas Bahan dan Perusahaan
1.1 Mengidentifikasi Produk
Nama Produk : AQUADEST
Sinonim : Dihidrogen Oksida, Deionized water, Aqua,
Aquadestilata
No. CAS : 7732-18-5
Kode HS : 2853 90 10
Kode Produk : A-1078
Merek : SMART-LAB
1.2 Penggunaan yang relevan dari bahan atau campuran dan penggunaan
yang disarankan terhadap Penggunaan yang teridentifikasi : Reagen
untuk analisis, Produksi bahan kimia
1.3 Rincian penyuplai lembar data keselamatan
Perusahaan : PT.Smart-Lab Indonesia
Alamat : Ruko BoulevardTamanTeknoBlokENo.10 -
11BSDSektor XI Serpong, Tangerang –
Indonesia
Website : www.smartlab.co.id
Email : sales@smartlab.co.id
Untuk Informasi : Telp: +62-21- 7588 0205(Hunting) , fax:+62-21-
7588 0198 0205(Hunting)
Bagian 2 – Identifikasi Bahaya
2.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Bahan ini tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut undang-
undang Uni Eropa.
2.2 Elemen label
Pelabelan menurut Peraturan (EC) No 1272/2008
Bukan bahan atau campuran berbahaya menurut Peraturan (EC) No
1272/2008.
2.3 Bahaya lain
Bahaya lain yang tidak dihasilkan
dalam klasifikasi GHS: Tidak ada yang diketahui
Bagian 3 – Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
3.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Saran umum
Tidak ada bahaya yang memerlukan tindakan pertolongan pertama
yang khusus.
3.2 Kumpulan gejala/efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Gejala yang berhubungan
dengan penggunaan Kami tidak memiliki penjelasan berbagai
gejala toksik.
3.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan
Tidak tersedia informasi
Bagian 4 Penyimpanan dan Penanganan Bahan
4.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman
Taati label tindakan pencegahan.
Tindakan higienis
Tidak diperlukan
4.2 Kondisi penyimpanan yang aman,termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan Tertutup sangat rapat. Suhu penyimpanan yang
direkomendasikan, Simpan pada +5°C hingga +30°C
4.3 Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada
penggunaan spesifik lain yang diantisipasi

2. Fe(NO3)3 (MSDS, 2006)


Bagian 1. Identitas Bahan dan Perusahaan
1.1 Pengidentifikasi produk
No katalog 103883
Nama produk Besi(III) nitrat nonanhidrat untuk
analisis EMSURE® ACS,Reag. Ph
Eur
Nomor Registrasi REACH 01-2119978293-27-XXXX
No-CAS 7782-61-8
1.2 Penggunaan yang relevan dari bahan atau campuran yang di
Identifikasi dan
penggunaan yang disarankan terhadap
Penggunaan yang teridentifikasi reagen untuk analisis
Untuk informasi tambahan mengenai
penggunaan, silakan rujuk keportal merck
Chemicals (www.merckgroup.com)
1.3 Rincian penyuplai lembar data keselamatan
Perusahaan Merck KGaA * 64271 Darmstadt *
Germany* phone:+49 6151 72-0
Bagian yang menangani LS-QHC * e-mail:
prodsafe@merckgroup.com
1.4 Nomor telepon darurat
Customer call centre + 62 0800 140 1253 (Tollfree)
Bagian 2. Identifikasi bahaya
2.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Klasifikasi (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Korosi kulit, kategori 1B, H314 Teks pernyataan-H penuh yang di
Sebutkan dalam bagian ini, baca bagian 16.
2.2 Elemen label palabelan (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Piktogram bahaya

Kata sinyal
Bahaya
Pernyataan Bahaya H314
Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.
Pernyataan Kehati-hatian
Pencegahan
P280 Pakai sarung tangan pelindung /pakaian pelindung /pelindung
mata/pelindung wajah
Respons
P301 + P330 + P331 JIKA TERTELAN : Basuh mulut. Jangan
merangsang muntah. P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA :
Bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan
lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya.lanjutkan
membilas. P308 + P310 Jika terpapar atau dikuatirkan: segera hubungi
SENTRA INFORMASI KERACUNAN atau dokter/tenaga medis.
No-CAS 7782-61-8
2.3 Bahaya lain
Tidak ada yang diketahui
Bagian 3. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
3.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Saran umum : Pemberi pertolongan pertama harus
melindungi dirinya.
Setelah terhirup: hirup udara segar. Panggil dokter.
Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian
yang terkontaminasi. Bilaslah kulit
dengan air/pancuran air. Segera
Panggil dokter
Setelah kontak pada mata: bilaslah dengan air banyak. Segera
Hubungi dokter mata. Lepaskan
lensa kontak.
Setelah tertelan: beri air minum kepada korban
(paling banyak dua gelas), hindari
muntah (resiko perforasi!). segera
panggil dokter. Jangan mencoba
Menetralisir
3.2 Kumpulan gejala/efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Hal berikut ini berlaku untuk senyawa besi (iron) telarut secara umum:
mual dan muntah setelah tertelan. Penyerapan dalam jumlah besar diikuti
oleh gangguan kardiovaskular. Efek toksik pada liver dan ginjal. Hal berikut
ini berlaku untuk nitrit/nitrat secara umum : methaemoglobinaemia setelah
penyerapan oleh tubuh dalam jumlah besar. Irritasi dan korosi, Batuk,
Napas tersengal Mual, Muntah, nyeri lambung, diare berdarah, kolaps
resiko kebutaan!
3.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang di
perlukan
Tidak tersedia informasi
Bagian 4. Penyimpanan dan penanganan bahan
4.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman langkah-langkah
pencegahan untuk penanganan yang aman taati label tindakan
pencegahan. Tindakan higienis segera ganti pakaian yang
terkontaminasi. Gunakan krim pelindung kulit. Cuci tangan dan muka
setelah bekerja dengan bahan tersebut.
4.2 Kondisi penyimpanan yang aman, termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan lindungi dari cahaya
Tertutup sangat rapat. Jangan gunakan dekat bahan-bahan yang
mudah terbakar. Suhu penyimpanan yang direkommendasikan,
dilihat label produk.
4.3 Penggunaan akhir khusus selain penggunaan yang disebutkan
dalam bagian 1.2, tidak ada penggunaan spesifik lain yang di
antisipasi.

3. HNO3(MSDS, 2013)
Bagian 1. Identitas bahan dan perusahaan
1.1 Pengidentifikasian produk
No katalog 160238
Nama produk Asam nitrat c(HNO 3) = 0.1 mol/l
(0,1 N) Titripur®
Nomor Registrasi REACH produk ini adalah suatu preperasi
Nomor registrasi REACH lihat
Bab 3.
1.2 Penggunaan yang relevan dari bahan atau campuran yang diidentifikasi
penggunaan yang disarankan terhadap penggunaan yang
teridentifikasi reagen untuk analisis. Untuk informasi tambahan mengenai
penggunaan, silahkan rujuk ke portal merck chemicals
(www.merckgroup.com).
1.3 Rincian penyuplai lembar data keselamatan
Perusahaan Merck KgaA * 64271 Darmstadt *
Germany * phone:+49 6151 72-0
Bagian yang menangani LS-QHC
Prodsafe@merckgroup.com
1.4 Nomor telepon darurat
Customer call centre : +62 0800 140 1253
Bagian 2. Identifikasi bahaya
2.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Preparat ini tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut undang-
Undang uni eropa.
2.2 Elemen label
Pelabelan (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Bukan bahan atau campuran berbahaya menurut Peraturan (EC) No
1272/2008.
2.3 Bahaya lain
Tidak ada yang diketahui
Bagian 3. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
3.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Setelah menghirup : hirup udara segar.
Bila terjadi kontak kulit : Tanggalkan segera semua pakaian
yang terkontaminasi. Bilaslah kulit
dengan air/ pancuran air.

Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak.


Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan : beri air minum kepada korban
(paling banyak dua gelas).
Konsultasi kepada dokter jika
merasa tidak sehat.
3.2 Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Kami tidak memiliki penjelasan berbagai gejala toksik.
3.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan tidak tersedia informasi
Bagian 4. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
4.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman
Taati label tindakan pencegahan.
Tindakan higienis
Ganti pakaian yang terkontaminasi Cuci tangan setelah bekerja
dengan bahan tersebut
4.2 Kondisi penyimpanan yang aman, termasuk adanya inkompatibilitas
Persyaratan bagi area penyimpanan dan wadah
Wadah jangan terbuat dari logam atau logam ringan hingga berat.
Kondisi penyimpanan
Tertutup sangat rapat
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan, lihat label produk.
4.3 Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada
penggunaan spesifik lain yang diantisipasi
4. KSCN (MSDS, 2013)
Bagian 1. Identitas Bahan dan Perusahaan
1.1 Pengidentifikasi produk
No katalog 105124
Nama produk Potassium thiocyanate
( kalium tiosianat ) murni
Nomor Registrasi REACH Nomor registrasi tidak tersedia untuk
bahan ini karena bahan atau
penggunaannya dibebaskan
dari pendaftaran sesuai dengan
Pasal 2 peraturan REACH (EC)
No 1907/2006, tonase tahunan
tidak memerlukan pendaftara n atau
pendaftaran diantisipasi untuk batas
waktu pendaftaran akan dating
No-CAS 333-20-0
Bagian 2. Identifikasi bahaya
2.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Klasifikasi (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Toksisitas akut, Kategori 4, Oral, H302
Toksisitas akut, Kategori 4, Penghirupan, H332
Toksisitas akut, Kategori 4, Kulit, H312
Kerusakan mata serius, Kategori 1, H318
Bahaya akuatik kronis atau jangka panjang, Kategori 3, H412
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini, baca
bagian 16
2.2 Elemen label
Pelabelan (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Piktogram bahaya
Kata sinyal
Bahaya
Pernyataan Bahaya
H302 + H312 + H332 Berbahaya jika tertelan, terkena kulit atau bila
terhirup
H318 Menyebabkan kerusakan mata yang serius.
H412 Berbahaya pada kehidupan perairan dengan efek jangka
Panjang.
EUH032 Mengeluarkan gas sangat beracun jika kena asam.
Pernyataan Kehati-hatian
Pencegahan
P273 Hindarkan pelepasan ke lingkungan.
P280 Pakai pelindung mata.
Respons
P302 + P352 JIKA TERKENA KULIT: Cuci dengan banyak sabun dan
Air.
P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama
dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan lensa kontak jika
memakainya dan mudah melakukannya Lanjutkan membilas.
P313 Dapatkan nasehat/perhatian medis.
No-CAS 333-20-0
2.3 Bahaya lain
Tidak ada yang diketahui
Bagian 3. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
3.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Setelah terhirup : hirup udara segar. Jika napas terhenti
berikan napas buatan mulut ke mulut
atau secara mekanik. Berikan masker
oksigen jika mungkin. Segera hubungi
dokter.
Bila terjadi kontak kulit : Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/
pancuran air. Periksakan ke dokter.
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera
hubungi dokter mata. Lepaskan lensa
kontak.
Setelah tertelan : segera beri korban minum air putih (dua
gelas paling banyak). Periksakan kedokter
Sesudah itu berikan : arang aktif (20-40 g dalam 10% slurry).
3.2 Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda
agitasi, sesak, gangguan kardiovaskular, ataxia (kerusakan koordinasi
alat gerak),
Gangguan CNS Irritasi dan korosi
Risiko cedera serius pada mata.
3.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang di
perlukan
Tidak tersedia informasi.
Bagian 4. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
4.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman
Taati label tindakan pencegahan. Kenakan pakaian pelindung. Jangan
menghirup zat/campuran.
Tindakan higienis
Segera ganti pakaian yang terkontaminasi. Gunakan krim pelindung
Kulit.
Cuci tangan dan muka setelah bekerja dengan bahan tersebut.
4.2 Kondisi penyimpanan yang aman, termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan
Tertutup sangat rapat. Kering.
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan, lihat label produk.
4.3 Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada
Penggunaan spesifik lain yang diantisipasi.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
No Nama Kategori Gambar Fungsi
Bahan
Untuk membuat
larutan dengan
1. Labu Takar I konsentrasi
tertentu dan
mengencerkan
larutan dengan
keakurasian yang
tinggi

Tabung Sebagai tempat


untuk mereaksikan
2. Reaksi I bahan kimia, untuk
melakukan reaksi
kimia dalam skala
kecil

Rak Tabung Untuk meletakkan


3. tabung reaksi
reaksi I

Untuk
memindahkan
4. Pipet Tetes larutan dari suatu
I wadah ke wadah
lain dengan jumlah
yang sangat sedikit
dan dengan tingkat
ketelitian
pengukuran
volume yang
sangat rendah
5 Gelas Kimia Untuk
mencampurkan
I larutan dan
melarutkan suatu
zat atau bahan
kimia

sebagai tempat
untuk menaruh
sampel, sementara
6 Kuvet I kuvet lain
digunakan untuk
menaruh blanko.

7 Spektrofoto Untuk mengukur


absorbansi dengan
meter
cara melewatkan
II cahya dengan
panjang
gelombang tertentu
pada suatu objek
kaca atau kuarsa
yang disebut kuvet.
8 Label I Menentukan kelas
produk

3.1.2 Bahan
No. Nama bahan Sifat fisika Sifat kimia
 Berbentuk cair  Tidak berbau
1.. Aquadest  pH pada 20o C
 Titik didih 100o C
2. Larutan  Berbentuk padat  Berbau asam nitrit
Fe(NO3)3
 Berwarna biru muda  Tidak mudah
Titik lebur 47o C menyala

 Berbentuk cair  Mudah meledak


3. Larutan H(NO3)  Kelarutan dalam air  Tidak berbau
pada 20o C larut
4. Larutan KCSN  Berwarna putih  Tidak berbau
 Titik didih ¿400O C  Tidak mudah
 Titik lebur 177o C terbakar

3.2. Prosedur Kerja

Larutan Fe(NO3)3, KSCN,H(NO3)

menyiapakan larutan Fe(NO3) 0,002 molar, larutan KSCN 0,002


molar, dan laruta H(NO3).
melabel 5 buah tabung reaksi dengan nomor 1,2,3,4 dan blangko.

Setelah itu memasukan larutan Fe(NO3) 0,002 molar kedalam 4


tabung reaksi sebanyak 5 ml.

memasukan larutan KSCN 0,002 molar kedalam tabung reaksi


sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml.

menambahkan larutan H(NO3) 0,5 molar. Pertama dengan mengisi


tabung blangko dengan 10 mililiter H(NO3) 0,5 molar.

menambahkan larutan H(NO3) 0,5 molar kedalam masing-masing


tabung reaksi dengan volume tertentu sehingga total volume
didalam tabung reaksi berjumlah 10 mililiter.
melakukan homogen larutan dengan menggunakan pipet tetes.

menyiapakan kuvet yang akan digunakan kemudian membilasnyya


dengan Aquadest sebanyak dua kali. Kemudian bilas
menggunakan blangko sebanyak dua kali

bersihkan sisi kuvet yang telah berisi larutan. Kuvet siap dimasukan
kedalam spektrofotometer.

memasukan larutan 1,2,3, dan 4 kedalam kuvet dengan


menggunakan perlakuan yang sama seperti pada blangko. Dan
melakukan pengukuran.

melakukan pengukuran pada blangko dengan menekan tombol


measureblank dibawah kiri layar dengan melakukan pengukuran.

melakukan pengukuran dengan menekan tombol-tombol angka


yang berada di instrument spektrofotometer

Mencatat angka-angka absorbansi yang tertera pada instrument


spektrofotometer

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


1) Hasil Pengamatan

Tabung Perlakuan Fe(NO3)3 KCSN H(NO3) Adsorban Hasil Pengamatan


(10 ml) si
(Volume) (Volum (Volume)
e)

1 Fe(NO3)3 5 ml + KCSN 1 5 ml 1 ml 4 ml 0,129 A Larutan berwarna jingga


ml + H(NO3) 4 ml sangat pudar

2. Fe(NO3)3 5 ml + KCSN 2 5 ml 2 ml 3 ml 0,284 A Larutan berwarna jingga


ml + H(NO3) 3 ml pudar

3. Fe(NO3)3 5 ml + KCSN 1 5 ml 3 ml 2 ml 0.463 A


Larutan berwarna jingga
ml + H(NO3) 4 ml

4. Fe(NO3)3 5 ml + KCSN 1 5 ml 4 ml 1 ml 0,681 A Larutan berwarna jingga


ml + H(NO3) 4 ml pudar

2) Perhitungan
Konsentrasi H3(Fe(SCN6)
a ×b × c
Rumus : dengan a=mmol Fe ( NO 3 ) 3 , b=mmol KCSN ,
v
c=mmol H ( NO 3) v=volume tabung reaksi

Tabung 1
Dik = a=0,002 M ×5 ml=0,01 mmol
b=0,002 M ×1 ml=0,002 mmol
c=0,5 M × 4 ml=2 mmol
V =10 ml
Dit = konsentrasi H3(Fe(SCN6) =….?
a ×b × c
Penye = H3(Fe(SCN6) =
v
( 0,01 x 0,002 x 2 ) mmol
=
10 ml
= 4 x 10-6 M

Tabung 2
Dik = a=0,002 M ×5 ml=0,01 mmol
b=0,002 M ×2 ml=0,004 mmol
c=0,5 M ×3 ml=1,5 mmol
V =10 ml
Dit = konsentrasi H3(Fe(SCN6) =….?
a ×b × c
Penye = H3(Fe(SCN6) =
v
( 0,01 x 0,004 x 1,5 ) mmol
=
10 ml
= 6 x 10-6 M

Tabung 3
Dik = a=0,002 M ×5 ml=0,01 mmol
b=0,002 M ×3 ml=0,006 mmol
c=0,5 M ×2 ml=1 mmol
V =10 ml
Dit = konsentrasi H3(Fe(SCN6) =….?
a ×b × c
Penye = H3(Fe(SCN6) =
v
( 0,01 x 0,006 x 1 ) mmol
=
10 ml
= 6 x 10-6 M
Tabung 4
Dik = a=0,002 M ×5 ml=0,01 mmol
b=0,002 M × 4 ml=0,008 mmol
c=0,5 M ×1 ml=1 mmol
V =10 ml
Dit = konsentrasi H3(Fe(SCN6) =….?
a ×b × c
Penye = H3(Fe(SCN6) =
v
( 0,01 x 0,008 x 0,5 ) mmol
=
10 ml
= 4 x 10-6 M

4.2 Pembahasan
Kesetimbangan kimia adalah keadaan dimana 2 reaksi yang tepat
berlawanan terjadi pada laju reaksi yang sama. Ketika produk terbentuk, produk ini
akan kembali bereaksi membentuk reaktan awalnya. Jika kondisi pada sistem
kesetimbangan diubah, akan terjadi beberapa reaksi berikutnya. Meskipun
demikian, sistem tersebut akan segera mencapai kesetimbangan baru pada
sejumlah kondisi yang baru. Prinsip Le Chatelier menyatakan bahwa jika sebuah
aksi diterapkan pada suatu sistemyang berada dalam kesetimbangan,
kesetimbangan itu akan bergeser untuk engurangi aksi yang terjadi. Aksi adalah
suatu yang dikerjakan terhadap sistem. Misalnya peningkatan reaksi suatu reaktan
atau produk akan menyebabkan kesetimbangan itu bergeser dan berusaha untuk
mengurangi konsentrasi zat yang meningkat itu (Goldberg, 2004)
Percobaan kali ini yang kita lakukan adalah menyiapakan larutan
Fe(NO3) 0,002 molar, larutan KSCN 0,002 molar, dan laruta H(NO3). Pertama-
tama yang dilakukan yaitu melabel 5 buah tabung reaksi dengan nomor 1,2,3,4
dan blangko. Setelah itu memasukan larutan Fe(NO3) 0,002 molar kedalam 4
tabung reaksi sebanyak 5 ml. Setelah terisi dengan larutan Fe(NO3) sebanyak 5
ml. kemudian memasukan larutan KSCN 0,002 molar kedalam tabung reaksi
sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml. Setelah masing-masing terisi larutan KSCN,
kemudian menambahkan larutan H(NO3) 0,5 molar. Pertama dengan mengisi
tabung blangko dengan 10 mililiter H(NO3) 0,5 molar. Kemudian menambahkan
larutan H(NO3) 0,5 molar kedalam masing-masing tabung reaksi dengan volume
tertentu sehingga total volume didalam tabung reaksi berjumlah 10 mililiter.
Setelah itu dilakukan homogen larutan dengan menggunakan pipet tetes.
Pertama, menyiapakan kuvet yang akan digunakan kemudian membilasnyya
dengan Aquadest sebanyak dua kali. Kemudian bilas menggunakan blangko
sebanyak dua kali. Setelah kuvet terisi dengan larutan, bersihkan sisi kuvet. Kuvet
siap dimasukan kedalam spektrofotometer. Kemudian dilanjutkan dengan
memasukan larutan 1,2,3, dan 4 kedalam kuvet dengan menggunakan perlakuan
yang sama seperti pada blangko. Kemudian memasukanlarutan KSCN 0,002
molar kedalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml ke
masing-masing tabung reaksi Kemudian memasukan kuvet kedalam
spektrofotometer dengan label nomor 1 Setelah semua larutam dimasukan
kedalam spektrofotometer sesuai denga nomornya kemudian dapat dilanjutkan
dengan melakukan pengukuran. Kemudian melakukan pengukuran pada blangko
dengan menekan tombol measureblank dibawah kiri layar dengan melakukan
pengukuran. Setelah itu baru dapat dilakukan pengukuran sampai dengan
menekan tombol-tombol angka yang berada di instrument spektrofotometer. Disini
saya akan mengukur sampel dikuvet nomor 1. Kemudian setelah itu dicatat
absorbansinya sebesar 0,129 A. kemudian dilajutkan dengan kuvet nomor 2
dihasilkan obserbansi 0,285 A. Selanjutnya melakukan pengukuran untuk kuvet
nomo 3 didapat absorbansi sebesar 0,463 A. Pengukuran akan dilanjutkan dengan
cara yang sama sampai kuvet nomor 4 didapat absorbansi sebesar 0,681 A.
BAB V
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Kesetimbangan
kimia adalah keadaan dimana seiring dengan berjalannya waktu, tidak terjadi
perubahan konsentrasi baik pada reaktan maupun produk meskipun reaksi masih
tetap berlangsung.
Jenis – jenis kesetimbangan yaitu :
1. Kesetimbangan Heterogen
Kesetimbangan heterogen merupakan suatu sistem dimana sebuah reaktan
dan produk berbeda fasa. Dalam hal ini fasa yang dimaksud ialah dapat
berupa fasa padat, cair, gas, dan larutan.
2. Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan homogen merupakan suatu bentuk zat – zat yang terlibat
pada sebuah reaksi dimana keterlibatan semuanya adalah dengan nilai
sama.
Sehingga semua konsentrasi zat yang digunakan dalam menentukan
tetapan keseimbangan adalah sama. Akan tetapi yang juga harus diingat
dalam kesetimbangan homogen ini bahwa pada gas dan larutan saja yang
akan menjadi salah satu faktor yang juga berpengaruh pada suatu tetapan
kesetimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Luh Joni Erawati. 2009. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
REAKSI KESETIMBANGAN KIMIA. Vol. 6, No. 2. ISSN 0216-3241 (Hal 72)

Goldberg, D. E. (2004). Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.

Helsy Imelda, Andriyani Lina. 2017. Pengembangan Bahan Ajar pada Materi
Kesetimbangan Kimia Berorientasi Multipel Representasi Kimia. Vol.2 No 1

MSDS. (2006). MSDS Aquadest. 1907, 1–7.

MSDS. (2013). Lembaran Data Keselamatan Bahan Glukosa. Lembar Data


Keselamatan Bahan, 1907, 1–7

Michael Purba. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga.

Oxtoby, D. W. (2001). Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.

SmartLab. (2019). Lembar Data Keselamatan Bahan NINHIDRIN. Lembat Data


Keselamatan Bahan, 136, 1–8.

Sudarmo, U. (2006). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, Jakarta: Phibeta.

Sugawara, E., & Nikaido, H. (2014). Properties of AdeABC and AdeIJK efflux
systems of Acinetobacter baumannii compared with those of the AcrAB-TolC
system of Escherichia coli. Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 58(12), 7250–
7257. https://doi.org/10.1128/AAC.03728-14

Sulistyani, M. S. (2016). Kesetimbangan Reaksi Kimia. Kesetimbangan Reaksi


Kimia.

Yerimadesi Wiwit Fitrah Legi, Bayharti, Handayani Fitri. 2016. PENGEMBANGAN


MODUL KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK
KELAS XI SMA/MA. Jurnal Sains dan Teknologi

Nirwan Susianto, S.Si. https://www.studiobelajar.com/kesetimbangan-


kimia/ .diakses pada tanggal Sabtu, 17 Januari 2021

Anda mungkin juga menyukai