Anda di halaman 1dari 6

A.

JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Tetapan Kesetimbangan dalam Fasa Cair
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan tetapan kesetimbangan Kc estrifikasi asam asetat.
C. LANDASAN TEORI
Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamik. Ini dapat diibaratkan
dengan gerakan para pemain ski di suatu resort yang ramai, dimana jumlah
pemain ski yang dibawa ke atas gunung dengan menggunakan lift sama
dengan jumlah pemain ski yang turun berseluncur. Jadi, meskipun ada
perpindahan pemain ski yang terus terjadi, jumlah orang diatas dan jumlah
orang dibawah tidak berubah. Reaksi kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat
yang berbeda untuk reaktan dan produknya. Kesetimbangan antara dua fasa
dari zat yang sama dinamakan kesetimbangan fisis (physical equilibrium)
karena perubahan yang terjadi hanyalah proses fisis. Penguapan air dalam
wadah tertutup pada suhu tertentu merupakan contoh kesetimbangan fisis.
Dalam kasus ini, molekul H2O yang meninggalkan dan yang kembali ke fasa
cair sama banyaknya (Chang, 2005: 66).
Kesetimbangan secara umum didefinisikan sebagai kondisi yang ada bila
sifat-sifat makroskopis dari suatu sistem tidak berubah seiring berjalannya
waktu. Misalnya dalam ekstraksi cair-cair, kesetimbangan akan tercapai bila
pengocokan lebih lanjut dari corong pemisah tidak menghasilkan
penambahan hasil ekstraksi. Walaupun tidak ada penambahan hasil ekstraksi
tapi sifat kesetimbangan yang terjadi adalah dinamis, yang dimana zat terlarut
secara terus menerus berpindah dari satu fasa ke fasa lainnya. Dalam keadaan
setimbang, laju perubahan pada kedua arah adalah sama. Secara
termodinakmika, kesetimbangan tercapai bila tidak ada perubahan lebih lanjut
dari energi bebas G dari sistem pada suhu T dan tekanan P yang tetap.
(ΔG)P,T = 0
(Soebagio, 2002: 5).
Konstanta kesetimbangan merupakan hubungan antara konsentrasi
reaktan dan produk pada kesetimbangan yang dinyatakan dalam suatu
kuantitas. Konstanta kesetimbangan dinyatakan sebagai hasil bagi. Dimana
pembilangnya adalah hasil kali antara konsentrasi-konsentrasi kesetimbangan
produk, masing-masing dipangkatkan dengan koefisien stoikiometrinya
dalam persamaan setara. Prosedur yang sama juga berlaku untuk konsentrasi-
konsentrasi kesetimbangan reaktan untuk mendapatkan penyebutnya.
Konstanta laju bergantung pada suhu, sehingga konstanta kesetimbangan juga
berubah dengan perubahan suhu. Jika K>1 maka kesetimbangan terletak di
sebelah kanan tanda panah reaksi dan lebih ke arah produk. Jika K<1 maka
kesetimbangan terletak dikiri dan lebih ke arah reaktan (Chang, 2005: 68).
Keadaan kesetimbangan dari suatu sistem yang terdiri atas beberapa fasa.
Dengan beberapa spesi kimia, kita dapat menetukan mol masing-masing spesi
dalam setiap fasa serta suhu (T) dan tekanan (P). Massa atau ukuran dari
setiap fasa tidak mempengaruhi posisi kesetimbangan fasa. Karena
kesetimbangan fasa ditentukan oleh kesamaan dalam potensial kimia yang
merupakan variabel intensif, dimana pada variabel intensif ini meninjau suhu,
tekanan dan komposisi atau fraksi mol (Rohman dan Sri, 2004: 156).
Tanda panah rangkap ( ) mempertegas sifat dinamik dari
kesetimbangan dari fasa air berubah menjadi fase uap dan saat yang sama uap
tersebut terkondensasi menjadi cairan. Gamabaran dinamik yang sama
digunakan untuk kesetimbangan kimia, dimana ikatan-ikatan akan terputus
atau terbentuk seiring dengan maju mundurnya atom-atom diantara molekul-
molekul reaktan dan produk. Jika konsentrasi awal reaktan besar, tumbukan
antar molekul-molekulnya akan membentuk molekul-molekul produk.
Sesudah konsentrasi produk tersebut cukup banyak, reaksi kebalikannya
(pembentukan “reaktan” dari “produk”) mulai berlangsung. Saat mendekati
keadaan kesetimbangan, kecepatan reaksi maju dan balik akan sama dan
praktis tidak terjadi lagi perubahan konsentrasi dari reaktan atau produk.
Kesetimbangan kimia bukanlah keadaan statis, ia lebih cenderung pada
kesetimbangan dinamik antara reaksi maju dan balik (Oxtoby, 2001: 262).
Kondisi-kondisi kesetimbangan kimia paling mudah diturunkan dari
hukum kegiatan massa (hukum aksi massa). Hukum ini mula-mula
dinyatakan oleh Guldberg dan Waage pada tahun 1867 dalam suatu bentuk
yaitu kecepatan suatu reaksi kimia pada suhu konstan adalah sebanding
dengan hasil kali konsentrasi zat-zat yang bereaksi. Reaksi reversibel yang
sederhana pada suhu tetap:

Kecepatan pada saat A dan B bereaksi sebanding dengan konsentrasinya atau


V1 = K1 ∙ [A] ∙ [B]
dimana K1 adalah tetapan laju dan kurung siku menunjukkan konsentrasi
molar zat yang ada di dalam kurung (Svehla, 1985: 21).
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan tetapan kesetimbangan Kc
esterifikasi asam asetat. Esterifikasi merupakan reaksi molekular sehingga
untuk bereaksi dan mencapai kesetimbangan memiliki lama waktu tertentu,
selain dengan penambahan asam mineral dalam jumlah yang optimum.
Semakin lama suatu reaksi esterifikasi berlangsung, jumlah pereaksi akan
menurun dan sebaliknya jumlah produk meningkat. Pada waktu tertentu
jumlah pereaksi dan produk akan tetap, dimana pada saat tersebut jumlah
pereaksi dan produk masih mengalami perubahan namun dengan laju yang
sama. Jumlah produk yang terbentuk sama dengan jumlah produk yang
terurai sehingga, keadaan tersebut dikatakan setimbang (Dwipa, 2014: 8-9).
Reaksi esterifikasi antara alkohol dan asam karboksilat
yaitu terjadi dehidrasi antarmolekul. Prosedur reaksi dikembangkan sesuai
dengan jalur mekanisme yang mungkin dari reaksi. Yang akan masuk reaksi
dengan gugus hidroksi dan yang satu dengan atom hidrogennya. Hal ini
tergantung pada mekanisme reaksinya, yang di lain pihak tergantung pada
urutan penambahan reaktan. Pilihan molekul mana yang harus digunakan
gugus hidroksi dapat mempengaruhi laju dan hasil reaksi. Misalnya
menambahkan alkohol atau asam karboksilat (Hullio, dkk., 2018: 129).
Proses esterifikasi, rendemen yang dihasilkan tidak mungkin dapat
mencapai 100 % karena reaksi esterifikasi bersifat reversible sehingga
konversi sempurna tidak mungkin tercapai. Pengujian densitas dilakukan
untuk mengetahui berat jenis atau kerapatan antar molekul. Nilai densitas
ester dari asam lemak karboksilat dipengaruhi oleh bobot molekul. Densitas
akan berkurang dengan meningkatnya bobot molekul dan densitas meningkat
seiring meningkatnya ketidakjenuhan asam lemak. Asam lemak memberikan
pengaruh signifikan terhadap nilai densitas, sedangkan lama proses
esterifikasi tidak berpengaruh secara signifikan. Nilai densitas meningkat
secara perlahan dengan perubahan nilai yang kecil (Wahyuni dkk, 2016: 338).
Ester dapat dibuat dengan cara mereaksikan alkohol atau fenol dengan
asam karboksilat atau turunannya dilakukan dengan mereaksikan suatu asam
karboksilat dengan suatu alkohol dan disertai asam mineral (umumnya
H2SO4) sebagai katalis. Reaksi ini merupakan reaksi dapat balik dan pada
umumnya mencapai kesetimbangan bila produk telah mencapai kuantitas
tertentu. Bila satu mol asam asetat direaksikan dengan satu mol etanol di
bawah pengaruh katalis H2SO4 maka setelah tercapai kesetimbangan diperoleh
etil asetat dan air dengan jumlah mol yang sama, dan asam asetat serta etanol
dalam jumlah mol yang sama pula. Perlu diketahui bahwa apabila dimulai
dari satu mol etil asetat dan satu mol air serta katalis H 2SO4, diperoleh
campuran kesetimbangan yang sama. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa katalis H+ (dari H2SO4) yang berperan dalam pembentukan ester
(esterifikasi) juga berperan dalam reaksi yang sebaliknya (hidrolisis ester)
(Parlan dan Wahjudi, 2005: 199).
Menurut Zhang, dkk (2015: 73), reaksi pra-esterifikasi dapat dipengaruhi
oleh beberapa parameter berikut:
a) Pengaruh jumlah katalis
b) Pengaruh waktu reaksi
c) Pengaruh suhu reaksi
d) Pengaruh rasio molar metanol terhadap ELO
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan tetapan kesetimbangan reaksi
antara asam asetat dengan etanol murni. Reaksi yang terjadi adalah:
Konsentrasi zat-zat yang terdapat dalam reaksi kesetimbangan diatas dapat
ditentukan dengan cara pemisahan zat-zat yang ada dalam kesetimbangan
melalui penambahan garam karbonat (Tim Dosen Kimia Fisik I, 2021: 26).
DAFTAR PUSTAKA

Chang,Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti (Edisi Ketiga) Jilid 2.


Jakarta: Erlangga

Dwipa, Ida Bagus Made Asmara., Frieda Nurlita dan I Nyoman Tika. 2014.
Optimasi Proses Esterifikasi Asam Salisilat Dengan Oktanol. Jurnal
Wahana Matematika dan Sains. Vol. 8. Nomor 1.

Hullio, Ahmed Ali., G. M. Mastoi and Hassan Imran. 2018. Ionic Liquid Based
Vilsmeier Reagent as an Efficient Reagent for Esterification of Alcohols
and Carboxylic Acids. International Journal of Organic Chemistry. Vol. 8.

Oxtoby, David W; H. P. Gillis dan Norman H. Nachtrieb. 2001. Prinsip-Prinsip


Kimia Modern (Edisi Keempat) Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Parlan dan Wahjudi. 2005. Kimia Organik I. Malang: Universitas Negeri Malang.

Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Common Textbook Kimia Fisika I.
Yogyakarta: JICA.

Soebagio; Endang Budiasih; M. Sodiq Ibnu; Hayuni Retno Widarti dan Munzil.
2003. Common Textbook Kimia Analitik II. Malang: JICA.

Svehla. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Tim Dosen Kimia Fisik I. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.

Wahyuni, Sri; Erliza Hambali dan Bonar Tua Halomoan Marbun. 2016.
Esterifikasi Gliserol dan Asam Lemak Jenuh Sawit dengan Katalis Mesa.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Volume 26. No.3. ISSN: 0216-3160.

Zhang, Qiuyun., Jinfeng Wu1, Peihua Ma, Jie Cai and Yutao Zhang. 2015. Acid
Value Determination and Pre-Esterification of Crude Euphorbia lathyris
L. Oil. World Journal of Engineering and Technology. Vol. 3. Hal. 70-75.

Anda mungkin juga menyukai