Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Stoikiometri

Ismi Amaliya Magfira Achmad

421420022

PRODI STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Stoikiometri merupakan ilmu yang menghitung hubungan kuantitatif
dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (Alfian, 2009:1). Hal tersebut juga
diperjelas oleh Winarni, dkk (2013:44) yang menyatakan bahwa materi
stoikiometri merupakan kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam
reaksi kimia. Pemaknaan lebih luas menjelaskan bahwa stoikiometri
mempelajari aspek kuantitatif rumus dan reaksi kimia, hal tersebut diperoleh
melalui pengukuran massa, volume, jumlah dan sebagainya yang terkait
dengan atom, ion atau rumus kimia serta saling keterkaitannya dalam suatu
mekanisme reaksi kimia (Ernawati, 2015:18)
Tujuan praktikum ini adalah, agar mahasiswa dapat mengetahui
konsep dari reaksi stoikiometri dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi stoikiometri.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Dasar Teori
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur disebut
Stoikiometri. Stoikiometri berasal dari bahasa yunani yakni stoicheon yang
berarti unsur dan metron yang berarti mengukur, dengan kata lain stoikiometri
adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang
terlihat dalam reaksi. Jadi stoikiometri menujuk pada hubungan kuantitatif
antara reaktan dan produk dalam reaksi. Stoikiometri dapat dikatakan pula
sebagai hitungan (artimatika) ilmu kimia.

Stoikiometri berasal dari kata Yunani, stoicheon (unsur) dan mettrein


(mengukur), berarti mengukur unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini
adalah partikel-partikel atom, ion, molekul atau elektron yang terdapat dalam
unsure atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri yang
menyangkut cara untuk menimbang. Stoikiometri juga menyangkut cara
menghitung spesi-spesi kimia. Dengan kata lain, stoikiometri adalah kajian
tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia. Stoikiometri
beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah. Salah satunya dengan metode
JOB atau metode Variasi Kontinu.
Mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas
molar pereaksi yang berubah-ubah. Namun, molar totalnya sama. Sifat fisika
tentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya
digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik
terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang
sesuai titik stoikiometri sistem yang menyatakan perbandingan pereaksi-
pereaksi dalam senyawa. Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung pada
jumlah pereaksinya. Jika mol yang bereaksi diubah dengan volume tetap,
stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal, yakni dengan
mengalurkan kenaikan temperature terhadap komposisi campuran
(Sutrisno,1986).
Mempelajari stoikiometri larutan, berarti kita harus mengetahui berapa
banyak reaktan yang terdapat di daam larutan. Kita juga harus tahu bagaimana
mengendalikan jumlah reaktan yang digunakan untuk menjalankan suatu reaksi
di dalam larutan. Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat di
dalam sejumlah tertentu pelarut atau larutan. Konsentrasi larutan dapat
dinyatakan dengan berbagai cara. Salah satu satuan konsentrasi yang paling
umum dalam kimia adalah molaritas (M) atau konsentrasi molar. Konsentrasi
molar yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Contohnya 1,46 molar
larutan C6H12O 6 dituliskan sebagai C6H12O6 1,46 M. Artinya
C6H12O6 mengandung 1,46 mol zat terlarut dalam 1 L larutan. Tentu saja kita
tidak selalu bekerja denga larutan yang mempunyai volume tepat 1 L. Hal ini
tidak menjadi masalah sepanjang kita tidak lupa untuk mengkonversi volume
larutan menjadi satuan liter. Sebagaimana diketahui bahwa satuan molaritas
adalah mol per liter. Perhatikan bahwa konsentrasi, seperi halnya kerapatan,
adalah suatu sifat intensif, sehingga nilainya tidak bergantung pada berapa
banyak larutan yang ada. Kita dapat mengetahui prosedur untuk menyiapkan
suatu larutan yang molarnya diketahui yaitu dengan melakukan praktikum atau
percobaan (Raymond Chang,2004).
Bobot satu mol suatu zat disebut bobot molar. Bobot molar dalam gram
suatu senyawa secara numeris sama dengan bobot molekul dalam satuan
massa atom. Banyaknya satu hasil reaksi yang diperhitungkan akan diperoleh
jika hasil reaksi itu sempurna disebut rendemen teuritis. Dalam praktek,
pemulihan suatu hasil reaksi kurang dari 100 %, kadang – kadang jauh lebih
rendah. Rendemen nyata suatu hasil reaksi dibagi dengan rendemen teoritis
kali seratus adalah rendemen persentase.Pereaksi pembatas adalah zat yang
habis bereaksi dan karena itu membatasi kemungkinan diperpanjangnya reaksi
itu (Petrucci, 1985).
Salah satu keuntungan menggunakan cara kemolaran adalah
kemudahan untuk mengetahui jumlah mol zat terlarut dalam volume tertentu
larutan. Reaksi kimia menggabungkan unsur-unsur menjadi senyawa.
Penguraian senyawa menghasilkan unsur – unsurnya dan transformasi
mengubah senyawa yang ada menjadi senyawa baru. Oleh karena atom tidak
dapat dimusnahkan dalam reaksi kimia. Maka jumlah atom(atau mol atom) dari
setiap unsur sebelum dan sesudah reaksi harus selalu sama. Kekekalan materi
dalam perubahan kimia ini terlihat dari persamaan kimia yang balans untuk
proses tersebut.
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur
dalam senyawa dalam pembentukan senyawa-senyawanya. Perhitungan kimia
secara stoikiometri biasanya memerlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Hukum-
hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut :
1. Hukum Boyle (1662)
“Bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik
dengan tekanannya.”
P1.V1 = P2.V 2

2. Hukum Lavoisier (1783)


“Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.”

3. Hukum Proust (1799)


“Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu
tetap.”

4. Hukum Gay Lussac (1802)


“Dalam suatu reaksi kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama volumenya
berbanding lurus dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus
sebagai bilangan bulat dan sederhana.”

5. Hukum Boyle - Gay Lussac (1802)


“Bagi suatu kuantitas dari suatu gas idela (yakni kuantitas menurut beratnya)
hasil kali dari volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya
adalah konstan.”

6. Hukum Dalton (1803)


“Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka
perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah
unsur lain yang tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan
tetap.”

7. Hukum Avogadro (1811)


“Gas-gas yang memiliki volume yang sama, pada temperatur dan tekanan yang
sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.”

8. Hukum Gas Ideal (1834)


PV = k (suatu tetapan)

Tiga hukum Gas:


Hukum Boyle : V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum Charles : V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro : V = c.n (pada T, P tetap)
Hubungan ini dapat digabungkan menjadi satu persamaan :
PV = nRT
(Barsasella, 2012).
Mol dari suatu zat adalah banyaknya susatu zat yang mengandung 6,022
10 23 satuan. Konsep mol sangatlah penting dalam ilmu kimia karena berguna
dalam menentukan jumlah partikel zat jika diketahui massa dan massa relatif.
Dalam perhitungan hubungan antara massa dengan mol adalah:
n=MV
Keterangan :
n = jumlah mol (mmol)
M = massa zat (M)
V = volume zat (ml)
Konsep mol juga terdapat pada gas dan suhu dengan tekanan yang sama.
Persamaan ini dikenal
dengan persamaan gas ideal yang dinyatakan sebagai:
PV = nRT
Keterangan:
T = suhu
n = jumlah mol
P = tekanan gas
V = volume
R = tetapan gas (0,082)
 (Goldberg,2007)
Hasil reaksi yang dihitung secara teoritis (stoikiometri) dapat tidak sesuai
dengan hasil reaksi yang diperoleh secara eksperimen. Angka banding dalam
persen (%) antara jumlah hasil reaksi secara teoritis disebut persen hasil.

a. Penentuan massa atom relative

Penentuan massa atom relative terbagi menjadi 3 cara, yaitu:

1. Cara Dulong-petit (hukum dulong-petit)

Pada tahun 1819 dua orang Prancis, seorang sarjana kimia, piere dulong
dan sarjana fisika, Alexis Petit, menemukan hubungan antara kalor jenis unsur
padat dan massa atomnya. Ilmuan ini mengukur kalor jenis beberapa unsur.

Kalor jenis x massa atom=6

Hasil kali kalor jenis dengan massa atom biasanya disebut kapasitas kalor.

2. Cara Cannizaro ( analisis cannizaro)

Cannizaro berhasil menentukan massa atom relative unsur melalaui cara


rapat uap. Sesuaim dengan hipotesis Avogadro, perbandingan dua macam gas
yang mempunyai volume, tekanan, dan suhu yang sama akan merupakan
perbandingan massa molekulnya. Dengan menetapkan massa gas hydrogen
sama dengan 2, akhirnya dapat ditentukan massa molekul relative gas yang
lain dengan rumus,

massa molekul X a
Mr = 2RH RH= =
massa molekul H b

3. Spektroskupis massa
Cara ini adalah cara yang paling tepat dalam menentukan massa atom
relative. Alat ini terdiri atas kran, listrik tegangan tinggi, jaringan kawat, celah,
kutub magnet serta detector. Disini partikel sampel (M) ditabrak oleh electron
berenergi tinggi sehingga terionisasi. Karena energy electron diatur sedemikian
rup, maka terjadi umumnyan ion positif satu (M+),

E 2E
=
M B²r²

Spektroskupis massa juga dapat dipakai untuk menentukan perbandigan


jumlah partikel berbeda. Oleh karena itu, alat ini berguna dalam penentuan
jumlah isotop unsur dan massa atom relative masing-masingnya, serta
perbandingan jumlahnya.

Stoikiometri berdasarkan pada 3 konsep, yaitu:

1. Kekekalan massa ( berat yang konstan selama perubahan kimia)


2. Massa relative dari atom-skala berat atom (hal ini tergantung pada
macam unsur)
3. Konsep mol

Konsep mol ini menyatakan kuantitas yang tergantung pada jumlah atom
atau molekul dan bukan massa/beratnya.

Pada percobaan ini, yang dijadikan dasar adalah metode job atau metode
variasi kontinyu. Dalam metode ini dilakukan sederetan pengamatan yang
kuantitas molarnya sama, tetapa kuantitas pereaksi berbeda-beda (bervariasi).
Salah satu sifat fisika tertentu dipilih untuk diperiksa seperti misalnya massa,
volume, suhu, dan daya serap. Oleh karena kuantitas pereaksinya berlainan,
maka perubahan harga sifat-sifat fisika dari sistem ini dapat digunakan untuk
meramal Stoikiometri sistem.
2.2 Lembar data keselamatan bahan

1. LARUTAN Pb(No3)2 (MSDS, 2013)


BAGIAN 1. Identitas Bahan dan Perusahaan
1.1 Pengidentifikasi produk
No katalog : 107398
Nama produk : Timbal(II) nitrat untuk analisis EMSURE®
ACS,Reag. Ph Eur
Nomor Registrasi REACH : Nomor registrasi tidak tersedia untuk bahan ini
karena bahan atau penggu naannya dibebaskan
dari pendaftaran sesuai dengan Pasal 2
peraturan REAC H (EC) No 1907/2006, tonase
tahunan tidak memerlukan pendaftaran atau pe
ndaftaran diantisipasi untuk batas waktu
pendaftaran akan datang. No-CAS 10099-74-8
1.2 Penggunaan yang relevan dari bahan atau
camp
BAGIAN 2. Identifikasi bahaya
2.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Klasifikasi (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Toksisitas akut, Kategori 4, Oral, H302
Toksisitas akut, Kategori 4, Penghirupan, H332
Kerusakan mata serius, Kategori 1, H318
Toksisitas terhadap reproduksi, Kategori 1A, H360Df
Toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan berulang, Kategori 1, Darah,
Sistem saraf pusat, Sistem imun, Ginjal, H372
Toksisitas akuatik akut, Kategori 1, H400
Toksisitas akuatik kronis, Kategori 1, H410
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini, baca Bagian 16.
2.2 Elemen label
Pelabelan (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Pernyataan Bahaya H360Df Dapat merusak janin.Diduga dapat merusak
kesuburan.H302 + H332 Berbahaya jika tertelan atau bila terhirup.
H318 Menyebabkan kerusakan mata yang serius.
H372 Menyebabkan kerusakan pada organ (Darah, Sistem saraf pusat, Sistem
imun, Ginjal) melalui paparan yang lama atau berulang.
H410 Sangat toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka panjang.
2.3 Pernyataan Kehati-hatian
Pencegahan P201 Dapatkan instruksi spesial sebelum menggunakannya.
P273 Hindarkan pelepasan ke lingkungan.
P280 Pakai pelindung mata. Respons
P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama dengan
air untuk beberapa menit. Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah
melakukannya.Lanjutkan membilas.
P314 Dapatkan nasehat/perhatian medis jika kamu merasa tidak sehat.
BAGIAN 3. Komposisi Bahan
3.1 Bahan
Rumus Pb(NO₃)₂ N₂O₆Pb (Hill)
No-EC 233-245-9
Massa molar 331,2 g/mol
Komponen berbahaya (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Nama kimia (Konsentrasi)
No-CAS Nomor registrasi Klasifikasi
Lead(II) nitrate (>= 80 % - <= 100 % ) 10099-74-8 *)
Zat oksidasi, Kategori 2, H272
Toksisitas akut, Kategori 4, H302
Toksisitas akut, Kategori 4, H332
Kerusakan mata serius, Kategori 1, H318
Toksisitas terhadap reproduksi, Kategori 1A, H360Df
Toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan berulang,
Kategori 1, H372
Toksisitas akuatik akut, Kategori 1, H400
Toksisitas akuatik kronis, Kategori 1, H410
Faktor M: 10 *)
BAGIAN 4. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
4.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Setelah terhirup: hirup udara segar. Panggil dokter. Jika napas terhenti: segera
berikan pernapasan buatan secara mekanik, jika diperlukan berikan oksigen.
Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.
Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.Periksakan ke dokter.
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi
dokter mata.Lepaskan lensa kontak. Setelah tertelan: segera beri korban minum air putih
(dua gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.
4.2 Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Muntah, Salivasi/berliur, rasa logam
Irritasi dan korosi
Risiko cedera serius pada mata.
Hal berikut ini berlaku untuk senyawa timbal secara umum: karena rendahnya
kemampuan menyerap melalui saluran pencernaan, hanya dosis yang sangat
tinggi menyebabkan kasus intoksikasi akut. Setelah periode laten beberapa jam,
rasa logam, mual, muntah dan kolik terjadi, dan pada banyak contoh diikuti
dengan shock. Penyerapan kronis menyebabkan kelemahan otot periheral
("drop-wrist"), anemia dan gangguan syaraf pusat. Wanita usia produktif tidak
boleh terpapar bahan dalam waktu lebih lama (pengamatan ambang batas kritis).
Hal berikut ini berlaku untuk nitrit/nitrat secara umum : methaemoglobinaemia
setelah penyerapan oleh tubuh dalam jumlah besar.
4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan
Tidak tersedia informasi.
BAGIAN 5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
5.1 Media pemadaman api
Media pemadaman yang sesuai
Gunakan tindakan pemadaman kebakaran yang sesuai untuk situasi lokal dan
lingkungan sekeliling.
Media pemadaman yang tidak sesuai Untuk bahan/campuran ini, tidak ada
batasan agen pemadaman yang diberika n.
5.2 Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran
Tidak mudah terbakar.
Api ambient dapat melepaskan uap yang berbahaya.
Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: nitrogen oxides
5.3 Saran bagi petugas pemadam kebakaran
Alat pelindung khusus bagi petugas pemadam kebakaran
Jangan berada di zona berbahaya tanpa peralatan pelindung pernapasan.Untuk
menghindari kontak dengan kulit, jaga jarak aman dan gunakan pakaian
pelindung yang sesuai.
Informasi lebih lanjut
Tekan (pukul kebawah) gas/uap/kabut dengan semprotan air jet.Cegah air
pemadam kebakaran mengkontaminasi air permukaan atau sistim air tanah.
BAGIAN 6. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
6.1 Informasi tentang sifat fisik dan kimia
Bentuk : padat
Warna : tidak berwarna
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : 3 - 4 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur/rentang : 458 - 459 °C Metoda: Pedoman Tes
OECD 102
Titik didih/rentang didih : > 500 °C
pada 1.013 hPa
Metoda: Pedoman Tes OECD 103
Titik nyala : tidak menyala
Laju penguapan : Tidak berlaku
Flamabilitas (padatan, gas) : Produk ini tidak mudah-menyala. Sifat
mudah-menyala (padatan)
Terendah batas ledakan : Tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan : Tidak berlaku
Tekanan uap : pada 20 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 104
rendah
Kerapatan (densitas) uap relatif : Tidak berlaku
Densitas : 4,49 g/cm3
pada 20 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 109
Kerapatan (den-sitas) relatif : Tidak berlaku
Kelarutan dalam air : 486 g/l
pada 20 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 105
Koefisien partisi (n-oktanol/air) : Tidak berlaku
Suhu dapat membakar sendiri : 400 °C
(auto-ignition temperature) : Metoda: NF T 20-036
Suhu penguraian : Tidak tersedia informasi.
Viskositas, dinamis : Tidak berlaku
Sifat peledak : Tidak diklasifikasikan sebagai mudah
meledak.
Sifat oksidator : Produk telah ditunjukkan tidak
mengoksidasi dalam sebuah uji yang
sesuai dengan Directive 67/548/EEC
(Method A17, oxidising properties).
6.2 Data lain
Suhu menyala : tidak mudah terbakar
Densitas curah : kira-kira1.850 kg/m3
Ukuran partikel : Ukuran rata-rata partikel 368,4 µm
Metoda: Pedoman Tes OECD 110
2. POTASSIUM IODIDE (SmartLab, 2019)
Bagian 1 – Identifikasi Bahaya
1.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Toksisitas akut (oral), Kategori 4 H302
Kerusakan mata yang serius / iritasi mata, Kategori 2 H319
Korosi / iritasi kulit, Kategori 2 H315
1.2 Elemen label
Pelabelan menurut Peraturan (EC) No 1272/2008 Piktogram bahaya
Pernyataan bahaya (s)
H302 - Berbahaya jika tertelan
H315 - Menyebabkan iritasi kulit
H319 - Menyebabkan gangguan mata berat
Pernyataan kehati-hatian (s)
P305 + P351 + P338 - JIKA TERKENA MATA: Bilas secara hati-hati dengan
air selama beberapa menit. Lepaskan lensa kontak, jika
ada dan mudah dilakukan. Lanjutkan membilas
Bagian 2 – Komposisi dan Informasi Bahan
2.1 Bahan
Sinonim : POTASSIUM IODIDE
Rumus Kimia : KI
Berat Molekul : 166.00 g/mol
No. CAS : 7681-11-0
Bahan Klasifikasi Konsentrasi

Toksisitas akut (oral),


Kategori 4 H302 Kerusakan
mata yang serius / iritasi
POTASSIUM IODIDE <= 100 %
mata, Kategori 2 H319
CAS-No. 7681-11-0
Korosi / iritasi kulit,
Kategori 2 H315

Untuk teks pernyataan –H selengkapnya dari yang disebutkan dalam Bagian ini, lihat
Bagian 16.
2.2 Campuran
tidak berlaku
Bagian 3 – Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
3.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Saran umum : Pemberi pertolongan pertama harus
melindungi dirinya.
Setelah terhirup : hirup udara segar.Jika napas terhenti:
berikan napas buatan mulut ke mulut atau
secara mekanik. Berikan masker oksigen
jika mungkin.Segera hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit : bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi
dokter mata. Setelah kontak pada mata :
bilaslah dengan air yang banyak. Segera
hubungi dokter mata.Lepaskan lensa
kontak.
Setelah tertelan : beri air minum (paling banyak dua gelas).
Segera cari anjuran pengobatan.Hanya di
dalam kasus khusus, jika pertolongan
tidak tersedia dalam satu jam, rangsang
untuk muntah (hanya jika korban tidak
sadarkan diri), telan karbon aktif and
konsultasikan kepada dokter secepatnya.
3.2 Kumpulan gejala/efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Tidak tersedia informasi.
3.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan
Sesudah itu berikan : Sodium sulfate (1 sendok makan/1/4 l air).
Bagian 4 – Tindakan Penanggulangan Kebakaran
4.1 Media pemadaman api
Media pemadam yang sesuai : bubuk kimia kering, busa
tahan-alkohol, karbon
dioksida (CO2).
Media pemadam yang tidak sesuai : Jangan gunakan aliran air
yang deras.
4.2 Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran
Tidak mudah terbakar.Api ambient dapat melepaskan uap yang berbahaya.
Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: hydrogen fluoride
4.3 Saran bagi petugas pemadam kebakaran
Alat perlindungan khusus bagi petugas pemadam kebakaran Jangan berada di
zona berbahaya tanpa peralatan pelindung pernapasan.Untuk menghindari
kontak dengan kulit, jaga jarak aman dan gunakan pakaian pelindung yang
sesuai.
4.4 Informasi lebih lanjut
Informasi lebih lanjut Tekan (pukul kebawah) gas/uap/kabut dengan semprotan
air jet.Cegah air pemadam kebakaran mengkontaminasi air permukaan atau
sistim air tanah.
Bagian 5 – Penyimpanan dan Penanganan Bahan
5.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman Taati label tindakan
pencegahan.
Tindakan higienis Segera ganti pakaian yang terkontaminasi.Gunakan krim
pelindung kulit.Cuci tangan dan muka setelah bekerja dengan bahan tersebut.
5.2 Kondisi penyimpanan yang aman,termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan
Tertutup sangat rapat.Kering.Simpan di tempat yang berventilasi baik.Simpan
dalam tempat terkunci atau di tempat yang hanya bisa dimasuki oleh orang-
orang yang mempunyai kualifikasi atau berwenang.
5.3 Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada penggunaan
spesifik lain yang diantisipasi
Bagian 6 –Sifat-sifat Fisika dan Kimia
6.1 Informasi tentang sifat fisika dan kimia
Bentuk : padat
Warna : keputih-putihan
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : kira-kira 6,9 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur : 560 °C terurai
Titik didih/rentang didih : 1.325 °C pada 1.013 hPa
Titik nyala : tidak menyala
Laju penguapan : Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) : Produk ini tidak mudah-
menyala.
Terendah batas ledakan : Tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan : Tidak berlaku
Tekanan uap : kira-kira1 hPa pada 745 °C
Kerapatan (densitas) uap relatif : Tidak tersedia informasi.
Densitas : 3,23 g/cm3 pada 25 °C
Kerapatan (den-sitas) relatif : Tidak tersedia informasi.
Kelarutan dalam air : kira-kira1.430 g/l pada 20 °C
Koefisien partisi (n-oktanol/air) : Tidak berlaku untuk zat
anorganik
Suhu dapat membakar sendiri : Tidak tersedia informasi.
Suhu penguraian : > 560 °C
Viskositas, dinamis : Tidak tersedia informasi.
Sifat peledak : Tidak diklasifikasikan sebagai
mudah meledak
Sifat oksidator : tidak ada
6.2 Data lain
Densitas curah : kira-kira1.500 kg/m3
Bagian 7 – Reaktifitas dan Stabilitas
7.1 Reaktifitas
Lihat bagian 10.3.
7.2 Stabilitas Kimia
Kepekaan terhadap cahaya
7.3 Reaksi berbahaya yang mungkin di bawah kondisi spesifik/khusus
Beresiko meledak dengan : Logam basa, Amonia,
senyawa halogen-
halogen,hydrogen peroxide,
perchloryl fluoride
Reaksi eksotermik dengan : Oksidator Resiko ignisi dan
pembentukan gas atau uap
yang tidak menyala dengan :
Fluorin
7.4 Kondisi yang harus dihindari
Suhu diatas titik lebur.
7.5 Bahan yang harus dihindari
tidak ada informasi yang tersedia
3. AQUADEST (MSDS, 2006)
Bagian 1 – Identifikasi Bahaya
1.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Bahan ini tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut undang-undang Uni
Eropa.
1.2 Elemen label
Pelabelan menurut Peraturan (EC) No 1272/2008
Bukan bahan atau campuran berbahaya menurut Peraturan (EC) No 1272/2008.
1.3 Bahaya lain
Bahaya lain yang tidak dihasilkan
dalam klasifikasi GHS: Tidak ada yang diketahui.
Bagian 2 – Komposisi dan Informasi Bahan
2.1 Bahan
Sinonim : Dihidrogen Oksida, Deionized water, Aqua,
Aquadestilata
Rumus Kimia : H2O
Berat Molekul : 18.02 g/mol
No. CAS : 7732-18-5
No. EC : 231-791-2
Komentar Tidak ada bahan berbahaya menurut Peraturan (EC) No. 1907/2006
2.2 Campuran
Tidak berlaku
Bagian 3– Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
3.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Saran umum
Tidak ada bahaya yang memerlukan tindakan pertolongan pertama yang khusus.
3.2 Kumpulan gejala/efek terpenting, baik akut maupun tertunda Gejala yang
berhubungan dengan penggunaan Kami tidak memiliki penjelasan berbagai
gejala toksik.
3.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus
yang diperlukan Tidak tersedia informasi
Bagian 4 – Tindakan Penanggulangan Kebakaran
4.1 Media pemadaman api
Media pemadaman yang sesuai Gunakan tindakan pemadaman kebakaran yang
sesuai untuk situasi lokal dan lingkungan sekeliling.Media pemadaman yang tidak
sesuai Untuk bahan/campuran ini, tidak ada batasan agen pemadaman yang diberikan.
4.2 Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran
Tidak mudah terbakar.
4.3 Saran bagi petugas pemadam kebakaran
Alat pelindung khusus bagi petugas pemadam kebakaran
Tidak ada
4.4 Informasi lebih lanjut tidak ada
Bagian 5 – Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
5.1 Langkah-langkah pencegahandiri
,alat pelindung dan prosedur tanggap darurat Tidak ada
5.2 Tindakan pencegahan Lingkungan
Tidak ada tindakan pencegahan khusus diperlukan.
5.3 Metode dan bahan untuk penyimpanan dan pembersihan
Amati kemungkinan pembatasan bahan (lihat bagian 7 dan 10). Tuangkan
kedalam pipa saluran.
5.4 Rujukan ke bagian lainnya
Indikasi mengenai pengolahan limbah , lihat bagian 13.
Bagian 6 – Penyimpanan dan Penanganan Bahan
6.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman Taati label tindakan
pencegahan.
Tindakan higienis Tidak diperlukan
6.2 Kondisi penyimpanan yang aman,termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan Tertutup sangat rapat.
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan, Simpan pada+5°C hingga +30°C
6.3 Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada penggunaan
spesifik lain yang diantisipasi
Bagian 7 – Sifat-sifat Fisika dan Kimia
7.1 Informasi tentang sifat fisika dan kimia
Bentuk : cair
Warna : tidak berwarna
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : pada 20 °C netral
Titik lebur : 0 °C
Titik didih/rentang didih : 100 °C pada 1.013 hPa
Titik nyala : Tidak berlaku
Laju penguapan : Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) : Tidak tersedia informasi.
Terendah batas ledakan : Tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan : Tidak berlaku
Tekanan uap : 23 hPa pada 20 °C
Kerapatan (densitas) uap relatif Tidak : tersedia informasi.
Densitas : 1,00 g/cm3 pada 20 °C
Kerapatan (den-sitas) relatif : Tidak tersedia informasi.
Kelarutan dalam air : larut sepenuhnya
Koefisien partisi (n-oktanol/air) : Tidak berlaku
Suhu dapat membakar sendiri : Tidak berlaku
Suhu penguraian : Dapat didistilasi dalam kondisi
tidak terurai (undecomposed)
pada tekanan normal.
Viskositas, dinamis : 0,952 mPa.s pada 20 °C
Sifat peledak : Tidak diklasifikasikan sebagai
mudah meledak.
Sifat oksidator : tidak ada
7.2 Data lain
Suhu menyala : Tidak berlaku
Energi penyalaan api minimum : Tidak berlaku

4. Hidrazin hidrat (KGaA, 2020)


BAGIAN 1: Identifikasi bahaya
1.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Klasifikasi menurut Peraturan (EC) No 1272/2008
Cairan mudah menyala (Kategori 3), H226
Toksisitas akut, Oral (Kategori 4), H302
Toksisitas akut, Penghirupan (Kategori 3), H331
Toksisitas akut, Kulit (Kategori 4), H312
Korosi kulit (Subkategori 1B), H314
Kerusakan mata serius (Kategori 1), H318
Sensitisasi pada kulit (Kategori 1), H317
Karsinogenisitas (Kategori 1B), H350
Bahaya akuatik akut atau jangka pendek (Kategori 1), H400
Bahaya akuatik kronis atau jangka panjang (Kategori 1), H410
1.2 Elemen label
Pelabelan menurut Peraturan (EC) No 1272/2008
Pernyataan Hazard (s)
H226 Cairan dan uap mudah menyala.
H302 + H312 Berbahaya jika tertelan atau terkena kulit.
H314 Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.
H317 Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.
H331 Toksik jika terhirup.
H350 Dapat meyebabkan kanker.
H410 Sangat toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka panjang.
Pernyataan pencegahan
P210 Jauhkan dari panas/percikan/api terbuka
/permukaan yang panas. - Dilarang merokok.
P273 Hindarkan pelepasan ke lingkungan.
P280 Kenakan sarung tangan pelindung/ pakaian
pelindung/ pelindung mata/ pelindung wajah/
perlindungan pendengaran.
P303 + P361 + P353 JIKA TERKENA KULIT (atau rambut):
Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilas kulit dengan air.
P304 + P340 + P310 JIKA TERHIRUP: Pindahkan korban ke udara
segar dan posisikan yang nyaman untuk bernapas.
Segera hubungi SENTRA INFORMASI
KERACUNAN atau dokter/ tenaga medis.
P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama
dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan lensa
kontak jika memakainya dan mudah
melakukannya.Lanjutkan membilas.
Pernyataan Bahaya Tambahan tidak ada Terbatas hanya untuk pengguna
profesional.
1.3 bahaya lainnya - tidak ada
BAGIAN 2: Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
2.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Saran umum
Pemberi pertolongan pertama harus melindungi dirinya.Tunjukkan lembar data
keselamatan ini kepada dokter yang merawat.
Jika terhirup
Setelah terhirup: hirup udara bersih. Segera hubungi dokter. Jika napas terhenti:
segera berikan pernapasan buatan secara mekanik, jika diperlukan berikan
oksigen.
Jika kontak dengan kulit
Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.
Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.Segera panggil dokter.
Jika kontak dengan mata
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi
dokter mata.Lepaskan lensa kontak.
Jika tertelan
Setelah tertelan: beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas), hidari
muntah (resiko perforasi!). Segera panggil dokter.Jangan mencoba menetralisir.
2.2 Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Gejala dikenal dan efek yang paling penting dijelaskan dalam label (lihat bagian
2.2) dan / atau di bagian 11
2.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan
Data tidak tersedia
BAGIAN 3 : Tindakan Penanggulangan Kebakaran
3.1 Media pemadaman api
Media pemadaman yang sesuai Gunakan tindakan pemadaman kebakaran yang
sesuai untuk situasi lokal dan lingkungan sekeliling.
Media pemadaman yang tidak sesuai Untuk bahan/campuran ini, tidak ada
batasan agen pemadaman yang diberika n.
3.2 Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran
Tidak mudah terbakar. Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: nitrogen
oxides Membentuk campuran yang dapat meledak dengan udara pada peningkatan suhu.
Api ambient dapat melepaskan uap yang berbahaya.
3.3 Saran bagi petugas pemadam kebakaran
Jangan berada di zona berbahaya tanpa peralatan pelindung pernapasan.Untuk
menghindari kontak dengan kulit, jaga jarak aman dan gunakan pakaian pelindung yang
sesuai.
3.4 Informasi lebih lanjut
Pindahkan wadah dari zona berbahaya dan dinginkan dengan air.Tekan (pukul
kebawah) gas/uap/kabut dengan semprotan air jet.Cegah air pemadam kebakaran
mengkontaminasi air permukaan atau sistim air tanah.
BAGIAN 4: Penyimpanan dan Penanganan Bahan
4.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman Kenakan pakaian
pelindung.Jangan menghirup zat/campuran.Hindari terbentuknya uap/aerosol.
Nasehat mengenai perlindungan terhadap api dan ledakan Jauhkan dari nyala terbuka,
permukaan panas, dan sumber penyulut.Lakukan dengan hatihati tindakan melawan
lucutan statis.
Tindakan higienis Segera ganti pakaian yang terkontaminasi.Gunakan krim
pelindung kulit.Cuci tangan dan muka setelah bekerja dengan bahan tersebut.Untuk
tindakan pencegahan lihat bagian 2.2.
4.2 Kondisi penyimpanan yang aman, termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan
Simpan wadah tertutup rapat di tempat yang kering dan berventilasi baik.
Jauhkan dari panas dan sumber api. Simpan dalam tempat terkunci atau di tempat yang
hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang mempunyai kualifikasi atau
berwenang.Simpan pada +15°C hingga +25°C.
4.3 Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada penggunaan
spesifik lain yang diantisipasi
BAGIAN 5: Sifat-sifat Fisika dan Kimia
5.1 Informasi tentang sifat fisik dan kimia
Tampilan Bentuk: cair
Warna: tidak berwarna
Bau : agak
Ambang Bau : Data tidak tersedia
pH : kira-kira10 - 11 pada 20 °C
Titik lebur/titik beku : Data tidak tersedia
Titik didih awal/rentang didih : kira-kira102 °C pada 1.013
hPa
Titik nyala : Tidak berlaku
Laju penguapan : Data tidak tersedia
Flamabilitas (padatan, gas) : Data tidak tersedia
Tekanan uap : Data tidak tersedia
Densitas uap : Data tidak tersedia
Kerapatan (densitas) : relatif 1,01 g/cm3 pada 20 °C
Kelarutan dalam air : pada 20 °C larut
Koefisien partisi (noktanol/air) : Data tidak tersedia
Sifat oksidator : Data tidak tersedia
5.2 informasi keselamatan lainnya
Data tidak tersedia

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
No Nama alat Kategori Gambar Fungsi

Sebagai wadah
untuk menampung
1. Gelas 1
dan menyimpan
kimia
larutan.

untuk membuat
larutan dengan
konsentrasi tertentu,
2. Labu Takar dan mengencerkan
1 larutan dengan
keakurasian yang
tinggi
Sebagai alat bantu
untuk memindah /
memasukkan
3. Corong 1 larutan ke wadah /
Gelas tempat yang
mempunyaai
dimensi
pemasukkan sampel
bahan kecil.

sebagai wadah atau


tempat penguapan
bahan dari bahan
4. Cawan 1 yang tidak mudah
penguap menguap

untuk mengukur
5. Gelas Ukur 1 volume cairan
6. Pipet Tetes Membantu
memindahkan
cairan dari wadah
1 yang satu ke wadah
lainnya dalam
jumlah yang sangat
kecil (tetes demi
tetes).
untuk memanaskan
larutan yang mudah
terbakar, dan untuk
7.
Hot Plate 2 menghomogenkan
larutan

Untuk menyaring
partikel padat yang
Kertas 1 terdapat pada
8. Saring larutan

Batang
9. pengaduk
Untuk mengaduk
larutan
1

Neraca untuk mengukur


10 Analitik
1 massa suatu zat.
Zat yang bisa di
ukur massanya
bisa berupa zat
padat maupun
cair.
3.1.2 Bahan
No. Nama bahan Sifat fisika Sifat kimia
1. Larutan  tidak berwarna  Sifatnya korosif
Pb(NO3)2 terhadap logam
 Tak berbau
 Mampu menetralkan
 pH 3 - 4 pada 50 g/l
basa.
20 °C
 Titik lebur/rentang
458 - 459 °C
 Titik didih/rentang
didih > 500 °C pada
1.013 hPa
 Kelarutan dalam air
486 g/l pada 20 °C
2. Larutan KI  Bentuk padat  Tidak diklasifikasikan
sebagai mudah
 Warna keputih-
meledak.
putihan
 Bau Tak berbau
 pH kira-kira 6,9
pada 50 g/l 20 °C
 Titik lebur 685 °C
pada kira-kira975
hPa
 Titik didih/rentang
didih 1.325 °C pada
1.013 hPa
3. Aqua DM  Berbentuk cair  Melarutkan atau
 Titik didih 100°C mencairkan bahan
 Tidak berwarna kimia

 Tidak berbau  Air bebas mineral baik


ion positif yang berasal
dari logam (besi,
magnesium dll)
maupun ion negatif
yang berasal dari
udara gas hologen
5. Garam Hidrat  Kristal padat putih
 Tidak berabau
 Rasa pahit, asin,
dingin
 Berat molekul
(gr/mol)
:120,366 (anhidrat)
246,47 (heptahidrat)
 Titik leleh (1 atm)
:1124℃ (anhidrat),
200℃ (monohidrat),
150℃
(heptahidrat), 20℃
(undekahidrat)

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Pembuatan Larutan
a. Membuat Larutan Pb(NO3)2 0,01 molar sebanyak 50 molar
Larutan Pb(NO3)2

Menimbang Pb (NO3)2 menggunakan gelas kimia


kering

Melarutkan padatan Pb (NO3)2menggunakan


Aqua Dm sebanyak kurang lebih 20 ml

Memasukkan ke dalam labu takar 50 ml dengan


menggunakan corong
Membilas gelas kimia dengan Aqua DM
sebanyak 5 ml 2 kali

Membersihkan leher labu takar menggunakan


keras saring.

Menambahkan Aqua DM menggunakan pipet


tetes hingga tanda batas.

Menutup labu takar dan membolak balik


posisinya agar larutan menjadi homogen.

Hasil
b. pengenceran larutan KI dari 0,05 molar menjadi 0,005 Molar

Larutan Ki 0,05
molar

Pipet larutan KI 0,05 molar dan


memasukkan kedalam labu takar 100 ml

Menambahkan aqua dm, dan


mengeringkan leher labu takar dengan
kertas saring

Menambahkan Aqua Dm menggunakan


pipet tetes hingga tanda batas

Menutup labu dan membolak balikan


posisinya agar menjadi homogen.

Hasil
3.2.2 Reaksi Ion dalam Larutan

Pb( NO 3) 2+ 2 Ki → 2 KNO 3 Pbi 2

Menyiapkan gelas kimia 100 mililiter kering dan


menimbang bobotnya

Masukan 50 mililiter larutan Pb2 nitrat 0,1 molar


kedalam gelas kimia 100 mililiter yajng telah
ditimbang, mencatat massanya

Menyiapakan gelas kimia 100 mililiter kering yang


lain dan menimbang bobotnya

Memasukan 100 mililiter larutan Ki kedalam gelas


kimia yang telah ditimbang, dan mencatat massanya

Menyiapkan gelas kimia 250 ml kering dan


menimbang massa kosongnya

Mencampurkan kedua larutan yang telah ditimbang


ke dalam gelas kimia 250 ml yang telah ditimbang

Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi

Hasil
3.2.3 Asam Hidrat

Garam Hidrat

Menyiapakan cawan kering, menimbang massa


cawan. memasukan sekitar 2 gram garam hidrat yang
telah disediakan oleh analisis kedalam cawan kosong
yang telah ditimbang, mencatat massanya.

meletakan cawan penguap yang berisi garam hidrat


diatas hotplate. Melakukan hal yang sama terhadap
garam hidrat yang lainnya.

Meletakan cawan penguap yang berisi garam hidrat


hotplate dan melakukan pemanasan secara perlahan
hingga terjadi perubahan warna.

Meghentikan pemanasan jika terjadi perubahan untuk


menghindari overhiting.

mendinginkan cawan peguap disuhu ruang ketika


suhu cawan penguap sama dengan suhu ruang, dan
menimbang cawan penguap yang berisi garam hidrat
dan catat massanya.

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
1) Hasil Pengamatan
a. Percobaan Pembuatan Larutan

No Percobaan Hasil Pengamatan

1. Membuat Larutan Terbentuknya larutan :


Pb(NO3)2 0,01 Molar dari
Pb ( NO 3 ) 2+2 H 2O → Pb ( OH ) 2+2 HNO3
padatannya
Bersifat homogen
2. Pengenceran larutan KI Terbentuknya larutan :
0,05 Molar
2 KI + H 2O → H 2+ I 2+2 KOH
Bersifat homogen

b. Reaksi Ionik dalam larutan

No Perlakuan Massa Volume Hasil Pengamatan

1. Menimbang gelas 0,64 gr 100 ml Adanya perubahan warna dari warna


kimia 100 ml bening menjadi warna kuning.

Pb ( NO 3 ) 2 ( aq )+ 2 KI ( aq ) → PbI 2 ( s ) +2 KN 03( aq)


2. Memasukkan Pb2 50,38 gr 50 ml
nitrat 0,1 Molar Reaksi Ionnya adalah sebagai berikut

3. Menimbang gelas 0,64 gr 100 ml Pb 2+(aq)+2 NO 3 – (aq)+2 K +( aq)+ 2 I – ( aq)→ P


kimia 100 ml
Reaksi antara timbal(II)
lainnya
nitrat Pb(NO3)2 (elektrolit kuat) dengan
4. Memasukan 100 100,41 gr 100 ml kalium iodide KI (elektrolit kuat)
mililiter larutan Ki menghasilkan timbale(II)
iodide PbI2 (elektrolit kuat mengendap) dan
5. Menimbang gelas 126,48 gr 250 ml
kalium nitrat KNO3 (elektrolit kuat)
kimia 259 ml
6. Mencampurkan 276,77 gr 150 ml
kedua larutan ke
dalam gelas kimia
250 ml

c. Garam Hidrat

N Perlakuan Hasil Pengamatan


o

1. Meletakan cawan penguap yang Adanya perubahan warna pada kedua


berisi garam hidrat hotplate dan asam hidrat setelah dipanaskan dengan
melakukan pemanasan secara hot plate.
perlahan hingga terjadi
Warna pada asam hidrat pertama berubah
perubahan warna.
dari warna biru tua menjadi warna coklat
pudar
mendinginkan cawan peguap
disuhu ruang ketika suhu cawan Warna pada asam hidrat kedua berubah
2 dari warna biru muda menjadi warna putih
penguap sama dengan suhu
ruang, dan menimbang cawan kebiruan
penguap yang berisi garam
hidrat dan catat massanya

2) Perhitungan

a. Pembuatan larutan Pb (NO3)2


n
Rumus M =
v

n = M.V
Dik : molar larutan Pb(NO3)2 =0,01 Molar
Volume Aqua Dm = 35 ml
Dit : n = ….?
n
Penye : M =
V

n=M × V

= 0,01 Molar ×35 ml


= 0,35 mg

b. Pengenceran Larutan KI
Rumus : M 1 ×V 1=M 2× V 2

Dik : M1 = 0,05 Molar V1 = 100 ml

M2 = 0,005 Molar

Dit : V2 = …?

Penye : M 1 ×V 1=M 2× V 2

M 2 ×V 2
V1 =
V1

0,005 ×100
V 2=
0,5

V 2=10 ml

c. Reaksi Ionik dalam larutan

Pb2+(aq) + 2NO3–(aq) + 2K+(aq) + 2I–(aq)  –> PbI2 (s) + 2K+(aq) +


2NO3–(aq)
Reaksi ion:

Pb2+ (aq) + 2NO3–(aq) + 2K+(aq) +  2I–(aq) → PbI2 (s) + 2K+(aq) + 2NO3–(aq)


Reaksi ion bersih:

Pb2+(aq) + 2I–(aq) –> PbI2 (s)

Massa Larutan Pb 2 nitrat =Massa Akhir – Massa Awal

¿ 50,38 gr −0,64 gr

¿ 49,74 gr

Massa Larutan KI=Massa Akhir −Massa Awal

¿ 100,41 gr – 0,64 gr

= 99,77 gr
Massa Larutan Ionik =Massa Akhir – Massa Awal

¿ 276,77 gr−126,48 gr

¿ 150,29 gr

4.2 Pembahasan

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih


zat yang terdispersi baik sebagai molekul atom maupun ion yang komposisinya
bervariasi. (Baroroh,2004). Pencampuran merupakan penggabungan dari dua
atau lebih senyawa, baik itu berbentuk cair, padat, maupun gas. Proses
pencampuran dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk keseragaman dari
beberapa konstituan baik likuid-solid (pasta), atau solid-solid dan kadang-
kadang likuid-gas. (Wirakartakusuma,1992). Pengenceran adalah mencampur
larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. (Khopkar,1990).
Pada percobaan pertama yaitu pembuatan larutan Pb(NO3)2 yang
dilakukan adalah mencampurkan padatan Pb(NO3)2 dan larutan aqua dm Hasil
dari pencampuran akan menghasilkan Pb (OH ) 2+ 2 HNO 3 yang bersifat
homogen. Aqua DM (demineralisasi) merupakan air yang bebas ion atau tanpa
mineral, aqua DM diperoleh dari air mineral yang mengandung ion yang
dilewatkan dalam beberapa kolom resin sehingga mineral yang terbawa
tertahan pada kolom resin (Falah dkk, 2009).
Pada percobaan pengenceran larutan KI 0,05 Molar menjadi 0,005 molar
dengan mencampurkan 100 ml larutan aqua dm pada larutan KI akan
menghasilkan larutan 2 KI + H 2O → H 2+ I 2+2 KOH yang bersifat homogen.
Pada percobaan ini juga kita mencari volume larutan yang dihasilkan dengan
n
menggunakan rumus M = berdasarkan perhitungan yang sudah kita lakukan
v
diatas kita telah mendapatkan volume dari larutan yang terbentuk adalah 1000
ml.
Pada percobaan reaksi ionik dalam larutan kita menggunakan kedua
larutan yang telah di buat pada percobaan pertama. Pencampuran antara
larutan Pb(NO3)2 dan larutan KI membuat menghasilkan larutan Pb2+(aq) +
2NO3–(aq) + 2K+(aq) + 2I–(aq)  –> PbI2 (s) + 2K+(aq) + 2NO3–(aq) setelah mengalami
proses ionisasi larutan ion bersih yang terbentuk adalah reaksi Pb2+(aq) + 2I–(aq) –
> PbI2 (s) . Kedua senyawa ini dilarutkan dalam air membentuk larutan yang
tidak berwarna. Ketika kedua larutan ini direaksikan, endapan berwarna kuning
akan terbentuk. Endapan berwarna kuning ini adalah senyawa PbI2. Reaksi
yang terjadi adalah: Pb(NO3)2(aq) + KI(aq) PbI2(s) + KNO3(aq) Massa larutan
Pb(NO3)2 dan KI sebelum re-aksi ditimbang dan massa campuran setelah
reaksi ditimbang. Ternyata massa zat sebelum reaksi sama dengan massa zat
setelah reaksi.
Pada percobaan garam hidrat berbeda warna memakai garam hidrat
warna biru muda dan biru tua. Selanjutnya ditimbang garam hidrat
menggunakan cawan lalu dipanaskan hingga terjadi perubahan warna setelah
terjadi perubahan warna hentikan pemanasan agar tidak terjadi overhiting
kemudian cawan didinginkan kedalam suhu ruang setelah didinginkan timbang
massa garam hidrat tersebut. Pada percobaan ini garam hidrat jika dipanaskan
akan kehilangan molekul airnya, pemanasan terus menerus akan
menyebabkan senyawa hidrat kehilangan molekul air, jika ini terjadi maka
senyawa hidrat disebut sebagai anhidrat. Sehingga perubahan warna tersebut
dapat menjadi indikasi perubahan dari hidrat ke anhidrat ataupun sebaliknya.
(Rahmi,2012)
BAB V
Kesimpulan

Stoikiometri merupakan ilmu yang menghitung hubungan kuantitatif dari


reaktan dan produk dalam reaksi kimia (Alfian, 2009). Stoikiometri didasarkan
pada hukum-hukum dasar kimia yang mencakup :Hukum kekekalan massa
(Hukum Lavoisier), Hukum perbandingan tetap (Hukum Proust), Hukum
perbandingan berganda (Hukum Dalton), Hukum perbandingan volume gas
(Hukum Gay Lussac), dan Hukum Avogadro.
Daftar Pustaka

Alfian, Z. 2009. Kimia Dasar. Medan : USU Press.

Barsasella, Diana. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Trans Info Media : Jakarta.

Chang,R. 2004. Kimia Dasar. Terjemahan dari General Chemistry oleh Tim


Erlangga, Erlangga, Jakarta.

Goldberg, David E, 2007. Schaum’s Outlines Kimia Untuk Pemula Edisi Ketiga.


Terjemahan dari Schaum’s Outlines of Theory and Problem of Beginning

KGaA, M. (2020). LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN Hidrazin


hidrat.1907, 1–10.

MSDS. (2006). MSDS Aquadest. 1907, 1–7.

MSDS. (2013). Lembaran Data Keselamatan Bahan Glukosa. Lembar Data


Keselamatan Bahan, 1253(1907), 1–7

Petrucci, Ralph H. 1985.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi


keempat-jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Ralph H, Petrucci. 1985. Kimia Dasar. Terjemahan dari General Chemistry oleh


Suminar, Gelora Aksara, Jakarta.

Respati. 1992. Dasar – Dasar Ilmu Kimia. Rineka Cipta, Jakarta.

Suminar Setiadi Achmad. Chemistry 3rd edition Erlangga : Jakarta.

SmartLab. (2019). Lembar Data Keselamatan Bahan NINHIDRIN. Lembat Data


Keselamatan Bahan, 136, 1–8.

Sutrisno. 1986. Materi Pokok Fisika. Karvaika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai