Anda di halaman 1dari 36

I.

Judul Percobaan : Konstanta Kesetimbangan


II. Hari/Tanggal Percobaan : Selasa, 13 Mei 2023 Pukul 13.00 WIB
III. Selesai Percobaan : Selasa, 13 Mei 2023 Pukul 15:00 WIB
IV. Tujuan Percobaan :
1. Mengetahui konstanta kesetimbangan suatu reaksi.
2. Memperhatikan bahwa konstanta kesetimbangan tidak bergantung pada
konsentrasi awal reasi.
V. Tinjauan Pustaka:
Percobaan konstanta kesetimbangan ini bertujuan untuk mengetahui
kontanta reaksi dan untuk mengetahui dan memperhatikan bahwa kontanta
kesetimbangan tidak bergantung pada konsentrasi awal reaksi. Dasar-Dasar
Kesetimbangan Kimia dengan Ilmu kimia tidak dapat lepas dari konsep, salah
satunya adalah materi kesetimbangan kimia. Konsep dalam kesetimbangan
kimia meliputi konsep sifat- sifat (karakteristik) kesetimbangan kimia,
gangguna pada keadaan setimbang (Azas Le Chatelier),kesetimbanagn
homogen dan heterogen serta ketetapan kesetimbangakesetimbangan
(Sukarmin,2019). Terjadinya suatu fenomena alam yang umum salah satunya
ialah pada kesetimbangan kimia. Reaksi kimia dalam hal ini pada dasarnya
dapat kembali ke bentuk semula atau hasil reaksi dapat terjadi reaksi kembali
untuk membentuk reaktan (reversible) yang biasanya terjadi pada reaksi bolak-
balik atau yang biasa disebut dengan keadaan kesetimbangan yang memiliki
laju yang sama. Hal ini menyebabkan kesetimbangan kimia menjadi bagian dari
kesetimbangan kimia secara dinamis karena memiliki laju dan yang merupakan
sesuatu yang dapat bergerak (Alghifari & Syahrani, 2020). Kesetimbangan
mengacu pada keadaan dimana proses akan ke arah produk yang sama dengan
proses ke arah reaktan. Dalam hal ini, pereaksi tidak habis bereaksi dan hasil
dari reaksi akan membentuk suatu pereaksi kembali. Hal itu berlangsung hingga
terbentuk keadaan pada setimbang antara pereaksi dengan produk atau dalam
hal ini suatu reaksi dikatakan setimbang jika berjalan secara dua arah.
Kesetimbangan kimia terjadi jika rekasi kimia memiliki laju reaksi ke kanan
maupun ke kiri yang setimbang, sehingga tidak terjadi perubahan secara makro
pada spesi zat tersebut. Karena dalam hal ini tidak terjadi perubahan maka
terdapat suatu konstanta (K) (Hakim, 2022). Kegunaan konstanta
kesetimbangan sangat dibutuhkan oleh industry sehingga diharapkan dengan
adanya percobaan ini dapat menerapkan pengaplikasian pada industri. Adapun
pada percobaan konstanta kesetimbangan ini akan menentukan tetapan
kesetimbangan mengenai reaksi esterifikasi antara asam asetat dan etanol dan
membuktikan bahwa konstanta kesetimbangan tidak bergantung pada
konsentrasi awal. Sehingga digunakan metode titrasi untuk menentukan suatu
tetapan kesetimbangan
2.1 Kesetimbangan Kimia

Secara umum kesetimbangan dalam reaksi kimia dapat dibagi menjadi dua
yaitu kesetimbangan statis dan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan statis
terjadi ketika semua gaya yang bekerja pada objek bersifat seimbang, yaitu tidak
ada gaya yang dihasilkan. Sementara itu, kesetimbangan dinamis diperoleh ketika
semua gaya yang bekerja pada objek bersifat seimbang, tapi objeknya sendiri
bergerak. Pada persamaan reaksi kesetimbangan kimia setiap terjadi reaksi ke
kanan, maka zat-zat produk akan bertambah, sementara zat-zat reaktan berkurang.
Sebaliknya, reaksi juga dapat bergeser ke arah reaktan sehingga jumlah produk
berkurang. Akibatnya terjadi lagi reaksi ke arah kanan. Demikian ini terjadi terus-
menerus, sehingga secara mikroskopis terjadi reaksi bolak-balik (dua arah) pada
reaksi kesetimbangan. Keadaan seperti ini dikatakan bahwa kesetimbangan
bersifat dinamis. Keadaan dinamis hanyaterjadi dalam sistem tertutup (Sari, 2020).
Ketika dalam keadaan setimbang, dua reaksi yang berlawanan akan terjadi dalam
kecepatan yang sama sehingga tidak akan terjadi perubahan jumlah dalam reaktan
ataupun produknya. Saat suatu reaksi telah mencapai titik ini, maka dapat disebut
reaksi tersebut telah selesai. Pada kondisi kesetimbangan tertentu, reaksi dapat
mencapai konversi reaktan menjadi produk yang maksimum. Dalam sistem
tertutup, produk hasil reaksi tidak dapat keluar jadi akan diperoleh hasil akhir
reaksi berupa campuran antara reaktan dan produk reaksi pada kesetimbangan.

Gambar 1. Grafik Kesetimbangan

Berikut contoh suatu reaksi :

A ↔ B + C Pada keadaan setimban g, reaksi perubahan A menjadi B dan C akan


sama cepatnya dengan reaksi antara B dan C untuk membentuk A. Dalam hal ini
reaksi A menjadi B dan C merupakan reaksi maju dengan laju reaksi 1sedangkan
reaksi B dan C menjadi A merupakan reaksi balik dengan reaksi 2 dimana kedua
laju reaksinya sama.

2.2 Konstanta Kesetimbangan

Pada suatu reaksi kesetimbangan yang berlangsung pada suatu sistem homogen
(terdiri dari satu fasa), bentuk umum persamaan Aa + Bb + cC +... Xx + yY +
zZ... pada 5℃... Bila reaksi sudah mencapai keadaan seimbang, banyaknya
masing-masing reaktan dari produk sudah tidak berubah lagi. Dalam suatu reaksi
kesetimbangan terdapat hubungan antara konsentrasi pereaksi dengan konsentrasi
hasil reaksi terhadap tetapan kesetimbangan (K). Pada suatu kesetimbangan kimia
berlaku hukum kesetimbangan, “Dalam keadaan setimbang pada suhu tertentu, hasil
kali konsentrasi hasil reaksi dibagi dengan hasil kali konsentrasi pereaksi yang ada
dalam sistem kesetimbangan yang masing-masing dipangkatkan dengan
koefisiennya mempunyai harga tetap.” Hasil bagi tersebut dinamakan tetapan
kesetimbangan (K). Tetapan kesetimbangan (K) merupakan angka yang
menunjukkan perbandingan secara kuantitatif antara produk dengan reaktan (Sari,
2020). Secara umum reaksi kesetimbangan dapat dituliskan sebagai berikut:

pA (g) + qB (g) ⇄ rC (g) + sD (g)

Saat di dalam reaksi kesetimbangan dilakukan aksi, maka kesetimbangan akan


bergeser dan sekaligus mengubah komposisi zat-zat yang ada untuk kembali
mencapai kesetimbangan. Secara umum dapat dikatakan tetapan kesetimbangan
merupakan perbandingan hasil kali molaritas reaktan dengan hasil kali molaritas
produk yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisiennya. Ketika di dalam
reaksi kesetimbangan dilakukan pelakuan, maka kesetimbangan akan bergeser dan
mengubah komposisi zat zat yang ada untuk kembali mencapai kesetimbangan.
Secara umum dapat diartikan bahwa kesetimbangan adalah perbandingan hasil kali
molaritas reaktan dengan hasil kali molaritas produk yang masing masing
dipangkatkan dengan koefisiennya. Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula
ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu
dikenal dengan pergeseran kesetimbangan. Pengaruh konsentrasi terhadap
pergeseran kesetimbangan adalah apabila dalam sistem kesetimbangan konsentrasi
salah satu zat diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang
berlawanan dari zat tersebut dan sebaliknya. Pengaruh volume dan tekanan terhadap
pergeseran kesetimbangan adalah pengaruh volume dan tekanan hanya berpengaruh
pada zat yang berwujud gas. Jumlah koefisien pereaksi tidak sama dengan jumlah
koefisien hasil reaksi. Tekanan diperbesar/volume diperkecil, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang kecil.Reaksi kesetimbangan
adalah reaksi dimana zat-zat hasil reaksi (produk) dapat bereaksi kembali
membentuk zat-zat semula (reaktan). Jadi reaksi berlangsung dua arah (reversibel):

mA + nB ⇌ pC + qD

Suatu reaksi bolak-balik mencapai keadaan setimbang pada saat laju reaksi
kekanan reaksi ke kiri kita dapat mengetahui bahwa suatu reaksi bolak-balik telah
mencapai kesetimbangan,saat tercapai kesetimbangan jumlah zat-zatnya. Zatnya
baik reaktan maupun produk tidak lagi berubah. walaupun reaksi kimia sudah
mencapai keadaan setimbang akan tetapi reaksi tetap berlangsung pada tingkat
molekul/mikroskopis. karena kecepatan reaksi maju/ke kanan = reaksi balik/ke kiri
maka seakan-akan reaksinya sudah berhenti. Pada tahun 1886, dua orang para ahli
kimia Nrwegia, yaitu Cato maxmilian guldberg (1836-1902) dan Peter waage
(1833-1900) mengajukan postulat berdasarkan sejumlah pengamatan yang mereka
lakukan terhadap reaksi kesetimbangan. Ponstulat ini menyatakan bahwa ’jika hasil
reaksi konsentrasi zat hasil reaksi yang di pangkatkan koefisiennya di bandigkan
dengan hasil kali konsentrasi zat pereaksi yang di pangkatkan koefisiennya, maka
akan di peroleh perbandingan yang tetap”. Untuk reaksi yang dinyatakan dengan aA
+ bB ⇋ cC + dD, dengan A, B adalah pereaksi C, D adalah reaksi ; dan a, b, c, d
adalah koefisien reaksi, maka secara sistematis ponstulat Guldberg dan
Waage.Untuk reaksi yang sama harga Kc hanya dipengaruhi suhu.Selama suhu tetap
makaK tetap. Harga K berubah hanya apabila suhunya berubah. perubahan harga K
tergantung jenis reaksinya : Makna tetapan kesetimbangan bagi suatu reaksi antara
lain:

▪ Dapat memberi informasi tentang posisi kesetimbangan

Seperti yang diketahui bahwa Kc atau Kp adalah nisbah konsentrasi


atau tekanan parsial pada keadaan setimbang, zat ini disebelah kanan (produk)
menjadi pembilang sedangkan zat diseblah kiri (pereaksi) menjadi penyebut.
Harga Kc dan Kp yang sangat besar menunjukkan bahwa reaksi ke kanan
berlangsung sempurna atau hampir sempurna. Sebaliknya, harga Kc atau Kp
yang sangat kecil menunjukkan bahwa reaksi ke kanan tidak berlangsung besar-
besaran.

▪ Meramalkan arah reaksi

Apabila zat pada ruas kiri dan ruas kanan dari suatu reaksi
kesetimbangan dicampurkan dalam suatu wadah reaksi maka sangat mungkin
bahwa campuran tidak setimbang. Reaksi harus berlangsung ke kanan atau ke
kiri sampai mencapai kesetimbangan. (Drs. Harun Nasrudin, 2004).Reaksi
Endoterm (menyerap kalor/delta H nya positif ): K berbanding lurus dengan
suhu. Artinya jika suhunya meningkat maka K nya juga meningkat dan
sebaliknya jika suhunya menurun maka K nya juga menurun. Reaksi Eksoterm
(melepas kalor/delta H nya negatif ) : K berbanding terbalik dengan suhu.
Artinya jika suhunya meningkat maka K nya menurun dan sebaliknya jika
suhunya menurun maka K nya meningkat.

▪ Membandingkan harga K dengan beberapa reaksi :


• Jika reaksi dibalik maka K menjadi 1/K
• Jika reaksinya dikalikan n maka K menjadi K
• Jika reaksinya di bagi n maka K menjadi akar n nya K
• Jika dua reaksi atau lebih dijumlahkan maka harga K tiap tiap
reaksidikalikan

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan


1) Pengaruh temperatur terhadap kesetimbangan

Contoh:

3H2(g) + N2(g) ⇌ 2NH3(g) = -92,2 K

Reaksi ini ialah eksoterm,bila pada sistem ini temperatur dinaikkan berarti
sistem mendapat gangguan, maka sistem akan berubah mengurangi gangguan
itu dan akan kembali lagi ke keadaan kesetimbangan baru. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.Kenaikan temperatur dapat dilakukan dengan cara
penambahan kalor dari luar, sedangkan sistem diatas akan diketahui
mengeluarkan kalor. Jadi kalau ditambah kalor reaksi di atas akan bergeser
kearah endoterm atau bergeser ke kiri dan terjadi di kesetimbangan baru
sehingga konsentrasi H2 dan N2 menjadi lebih besar dan konsentrasi NH3
berkurang. Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa untuk reaksi eksoterm
kenaikan Temperature menyebabkan reaksi bergeser ke kiri,sedangkan untuk
reaksi endoterm kenaikan temperatur menyebabkan reaksi bergeser ke kanan
(Tony,1987).

2) Pengaruh katalis terhadap kesetimbangan

Katalis yang ditambahkan ke dalam sistem reaksi kimia akan menurunkan


rintangan energi aktivasi yang harus diatasi agar reaksi berlangsung. Katalis
mempengaruhi laju reaksi, tetapi tidak mempengaruhi ∆H′ dan ∆S′ sehingga
tidak mempengaruhi ∆G′ dimana ∆G′ yang mempengaruhi posisi
kesetimbangan pada temperatur tertentu. Katalis hanya mempercepat
pendekatan posisi kesetimbanganyang di tentukan oleh ∆G′ dan megurangi
kecepatan reaksi inhibitor. (Haryono, 2019).

2.4 Hubungan Kc dan Kp

Reaksi yang berada dalam keadaan setimbang bisa pula berada dalam keadaan
gas. Dalam hal itu, nilai konstanta kesetimbangan tidak lagi dinyatakan dalam
konsentrasi, tetapi dinyatakan dalam tekanan parsial masing-masing spesies yang
berada dalam kesetimbangan. Konstanta kesetimbangan yang diperoleh ddapat
ditulis sebagai Kp. Dalam menghitung Kp diasumsikan bahwa gas mengikuti sifat-
sifat gas ideal. Oleh karena itu antara Kp dengan Kc terdapat hubungan yang
dinyatakan sebagai berikut (Bird, 1987):

Kp = Kc (RT)Δn …………………………(1)

Keterangan:

Kp = konstanta kesetimbangan tekanan gas (atm)

Kc = konstanta kesetimbangan konsentrasi

R = tetapan gas (0.082 L atm/mol.K)

T = temperatur (K)

Δn = selisih jumlah koefisien reaksi dan pereaksi


2.5 Katalisator

keberadaan kalalis dalam suatu reaksi atau meningkatnya laju reaksi, namun
katalis tidak ikut bereaksi dan tidak mengalami perubahan secara kimiawi.
Berdasarkan fasenya, katalisator dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, katalisator
homogen dan katalisator heterogen. Katalisator homogen memiliki fase yang sama
dengan pereaksinya, sedangkan katalisator heterogen memiliki fase yang berbeda
dengan fase pereaksinya (Setyaningsih, 2017)

2.6 Titrasi

Titrasi adalah proses menambahkan larutan ke larutan lain untuk


mengidentifikasi zat yang tidak diketahui (Day & Underwood, 1999). Dalam titrasi,
ada 5 istilah khas yang harus diketahui, yaitu:

a. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui kandungannya dan digunakan
untuk menentukan kadar zat yang belum diketahui;
b. Titrat mengacu pada zat yang tidak diketahui dan akan diketahui kadarnya
dengan menggunakan titran;
c. Indikator adalah larutan yang ditambahkan dalam titrasi dan berfungsi sebagai
penanda kapan titrasi harus dihentikan;
d. Titik ekivalen adalah suatu keadaan yang ditunjukkan oleh kesamaan mol larutan
sampel yang bereaksi dengan mol larutan standar atau titrasi;
e. Titik akhir titrasi mengacu pada suatu kondisi yang mengharuskan penghentian
proses titrasi. Penandanya adalah bahwa larutan telah berubah warna. Jika proses
terus berlanjut, berdampak pada ketidaktepatan hasil.
2.7 Reaksi Esterfikasi

Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara


suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol (Fessenden, 1986). Reaksi esterifikasi
dipengaruhi beberapa variabel, salah satunya yaitu katalis. Katalis adalah zat yang
menyebabkan laju reaksi kimia menjadi lebih cepat pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan kimiawi diakhir reaksi. Reaksi esterifikasi membutuhkan
suatu katalis untuk mempercepat reaksi, tanpa katalis reaksi berjalan sangat lambat
karena kecepatannya tergantung pada autoprotonasi dari asam karboksilat (Jaya,
Hunga, Nikmah, & Susanti, 2019). Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai
sifat sebagai berikut:

1. Alkohol primer bereaksi paling cepat kemudian disusul oleh alcohol sekunder
dan paling lambat adlah alcohol tesier.
2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi.
3. Asam aromatic (benzoate dan p-toluat) bereaksi lambat tetapi mempunyai batas
konversi yang tinggi.
4. Makin Panjang rantai alcohol maka reaksi akan semakin cepat.

Reaksi esterifikasi bersifat reversible. Pembentukan ester dengan asam


karboksilat dan alcohol adalah cara yang paling serinng digunakan dalam pembuatan
ester. Reaksi ini sering disebut dengan rekasi Fischer. Pada reaksi ini digunakan
katalis berupa asam (Kurniasih, 2020).
VI. Alat dan Bahan
• Alat
1. Buret 50 mL 1 buah
2. Erlenmeyer bertutup 100 mL 4 buah
3. Gelas ukur 2 buah
4. Gelas kimia 50 mL 2 buah
5. Statif 1 buah
6. Klem 1 buah
7. Corong 1 buah
8. Termometer 1 buah
9. Alumunium foil
10. Pipet tetes 4 buah
• Bahan
1. NaOH 2N 50 mL
2. HCl 2N 25 mL
3. Indikator PP 10 tetes
4. Asam Asetat 10 mL
5. Etanol Absolut 10mL
6. Aquades
VII. Alur Percobaan
• Larutan Blanko

5 ml HCl 2N
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 1-2 tetes indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 2 N

Larutan berwarna
Reaksi:
soft pink

Larutan Blanko: HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)
• Erlenmeyer 1

5 mL HCl 2N

- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 1


- Ditambahkan 1 mL etanol
- Ditambahkan 4 mL CH3COOH
- Ditutup

Campuran Larutan

- Ditambahkan Indikator PP 1-2 tetes


- Dititrasi dengan NaOH
- Diamati

Volume NaOH

Reaksi:

1. Erlenmeyer 1 : CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) ⇌ CH3COOC2H5(aq) + H2O(l)


2. Setelah titrasi : CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) ⇌ CH3COONa(aq) + C2H5OH(aq)
• Erlenmeyer 2

5 mL HCl 2N

- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 1

- Ditambahkan 2 mL etanol

- Ditambahkan 3 mL CH3COOH

- Ditutup

Campuran Larutan

- Ditambahkan Indikator PP 1-2 tetes

- Dititrasi dengan NaOH

- Diamati

Volume NaOH

Reaksi :

1. Erlenmeyer 2 : CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) ⇌ CH3COOC2H5(aq) + H2O(l)


2. Setelah reaksi : CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) ⇌ CH3COONa(aq) + C2H5OH(aq)
• Erlenmeyer 3

5 mL HCl 2N

- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 1

- Ditambahkan 3 mL etanol

- Ditambahkan 2 mL CH3COOH

- Ditutup

Campuran Larutan

- Ditambahkan Indikator PP 1-2 tetes

- Dititrasi dengan NaOH

- Diamati

Volume NaOH

Reaksi :

1. Erlenmeyer 3 : CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) ⇌ CH3COOC2H5(aq) + H2O(l)


2. Setelah titrasi : CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) ⇌CH3COONa(aq)+C2H5OH(aq)
• Erlenmeyer 4

5 mL HCl 2N

- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 1

- Ditambahkan 4 mL etanol

- Ditambahkan 1 mL CH3COOH

- Ditutup

Campuran Larutan

- Ditambahkan Indikator PP 1-2 tetes

- Dititrasi dengan NaOH

- Diamati

Volume NaOH

Reaksi :

1. Erlenmeyer 4 : CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) ⇌ CH3COOC2H5(aq) + H2O(l)


2. Setelah titrasi : CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) ⇌ CH3COONa(aq) + C2H5OH(aq
VIII. Hasil Pengamatan

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan


Perc.

• Larutan Blanko Sebelum Sesudah • Larutan Blanko Berdasarkan hasil


percobaan yang telah
• Larutan NaOH • Larutan HCl + HCl (aq) +NaOH
5 ml HCl 2N dilakukan,didapatkan
tidak berwarna Indikator PP (aq) → NaCl (aq)
- Dimasukkan hasil volume NaOH
tidak berwarna + H2O (l)
kedalam • Larutan HCl larutan blanko 4,7 mL
Erlenmeyer tidak berwarna • Larutan HCl (vogel,1990) dengan mol larutan=
- Ditambahkan 1-2 Indikator PP + 0,01 mol
• Indikator PP
1. tetes indikator PP titrasi larutan
- Dititrasi dengan • tidak berwarna NaOH berwarna
NaOH 2 N soft pink

Volume = 4,7
Larutan berwarna
mL
soft pink
Suhu ruang=
31˚C
2. • Erlenmeyer 1 • Larutan HCl • Larutan HCl + 1. Erlenmeyer 1 : Berdasarkan hasil

5 mL HCl 2N tidak berwarna etanol + CH3COOH(aq) + percobaan pada

- Dimasukkan CH3COOH = C2H5OH(aq) ⇌ Erlenmeyer 1


• Larutan etanol
kedalam tidak berwarna CH3COOC2H5(aq) + didapatkan volume
tidak berwarna
Erlenmeyer 1 H2O(l) NaOH sebesar 35 mL
• Larutan HCl +
- Ditambahkan • CH3COOH
etanol + 2. Setelah titrasi : Kc 1= 0,0104
tidak berwarna
1mL etanol CH3COOH + CH3COOC2H5(aq) +
- Ditambahkan • Indikator PP Indikator PP NaOH(aq) ⇌
4mL CH3COOH tidak berwarna dititrasi NaOH= CH3COONa(aq) +
- Ditutup berwarna soft
C2H5OH(aq)
Campuran Larutan pink +++
- Ditambahkan (Clark,2007)
Volume= 35 mL
Indikator PP 1-2
Kc teori dari reaksi
tetes Suhu 2= 33˚ C
esterifikasi adalah:
- Dititrasi dengan
NaOH 4,2 x 10-2

- Diamati
Volume NaOH
3. • Erlenmeyer 2 • Larutan HCl= • Larutan HCl + Reaksi : Berdasarkan hasil
tidak berwarna etanol + percobaan pada
5 mL HCl 2N 1. Erlenmeyer 2 :
CH3COOH= Erlenmeyer 1
- Dimasukkan • Indikator PP= CH3COOH(aq) +
tidak berwarna didapatkan volume
kedalam tidak berwarna C2H5OH(aq) ⇌
NaOH sebesar 17,5
Erlenmeyer 2 • Larutan HCl + CH3COOC2H5(aq) +
• Larutan etanol= mL
- Ditambahkan etanol + H2O(l)
tidak berwarna
2mL etanol CH3COOH Kc 2= 0,349
2. Setelah reaksi :
- Ditambahkan • Larutan dititrasi dengan
CH3COOC2H5(aq) +
3mL CH3COOH= NaOH
NaOH(aq) ⇌
- CH3COOH tidak berwarna berwarna soft
CH3COONa(aq) +
- Ditutup pink +
C2H5OH(aq)
Campuran Larutan Volume=17,5
- Ditambahkan (Clark,2007)
mL
Indikator PP 1-2
Suhu= 33˚C Kc teori dari reaksi
tetes
esterifikasi adalah:
- Dititrasi dengan
4,2 x 10-2
NaOH
- Diamati

Volume NaOH
4. • Erlenmeyer 3 • Larutan HCl= • Larutan HCl + 1. Erlenmeyer 3 : Berdasarkan hasil
5 mL HCl 2N tidak berwarna etanol + CH3COOH(aq) + percobaan pada
- Dimasukkan CH3COOH= C2H5OH(aq) ⇌ Erlenmeyer 1
• Indikator PP=
kedalam tidak berwarna CH3COOC2H5(aq) didapatkan volume
tidak berwarna
Erlenmeyer 3 +H2O(l) NaOH sebesar 7,7 mL
• Larutan HCl +
- Ditambahkan • Larutan etanol=
etanol + 2. Setelah titrasi : Kc 3= 8,512
3mL etanol tidak berwarna
CH3COOH CH3COOC2H5(aq) +
- Ditambahkan • Larutan dititrasi dengan NaOH(aq) ⇌
2mLCH3COOH CH3COOH= NaOH CH3COONa(aq) +
- Ditutup tidak berwarna berwarna soft
C2H5OH(aq)
Campuran Larutan pink ++

- Ditambahkan Volume= 7,7 mL


Kc teori dari reaksi
Indikator PP 1-
Suhu= 33˚C
esterifikasi adalah:
2 tetes
4,2 x 10-2
- Dititrasi dengan
NaOH (Clark,2007)
- Diamati
Volume NaOH
5. • Erlenmeyer 4 • Larutan HCl= • Larutan HCl + 1. Erlenmeyer 4 Berdasarkan hasil
tidak berwarna etanol + CH3COOH(aq) + percobaan pada
5 mL HCl 2N CH3COOH= C2H5OH(aq) ⇌ Erlenmeyer 1
• Indikator PP=
- Dimasukkan tidak berwarna CH3COOC2H5(aq) + didapatkan volume
tidak berwarna
kedalam H2O(l) NaOH sebesar 5,8 mL
• Larutan HCl +
Erlenmeyer 4 • Larutan etanol=
etanol + 2. Setelah titrasi : Kc 4= 1,99
- Ditambahkan 4 tidak berwarna
CH3COOH CH3COOC2H5(aq) +
mL etanol • Larutan dititrasi dengan NaOH(aq) ⇌
- Ditambahkan 1 CH3COOH= NaOH berwarna CH3COONa(aq) +
mL CH3COOH tidak berwarna soft pink +++
- Ditutup C2H5OH(aq)

Campuran Larutan Volume= 5,8 mL


(Clark,2007)
- Ditambahkan Suhu= 33˚C
Kc teori dari reaksi
Indikator PP 1-
esterifikasi adalah:
2 tetes
- Dititrasi dengan 4,2 x 10-2

NaOH
- Diamati
Volume NaOH
IX. Analisis dan Pembahasan

Pada praktikum berjudul “Konstanta Kesetimbangan” ini bertujuan


agar praktikan dapat mengetahui konstanta kesetimbangan suatu reaksi dan
memperhatikan bahwa konstanta kesetimbangan tidak bergantung pada
konsentrasi awal reaksi. Dalam praktikum konstanta ini, terjadi proses
esterifikasi, yaitu proses terbentuknya suatu ester. Seperti yang diketahui
bahwa reaksi esterifikasi berjalan sangatlah lambat, oleh karena itu dalam
percobaan esterfikasi ini yaitu antara entanol dan asam asetat harus disimpan
dahulu minimal selama 3 hari, agar memastikan bahwa etanol dan asam
asetat benar-benar sudah bereaksi menjadi senyawa ester (etil asetat).

Pada percobaan ini setelah proses penyiapan ke 4 larutan ester ini,


dibuat juga larutan blanko 5 mL HCl 2 N yang dititrasi dengan larutan NaOH
sehingga didapatkan volume titrasinya dan kita dapat menentukan mol H+
dari persamaan penetralan yaitu dianggap mol H+ = mol OH-. Mol ekivalen
inilah yang digunakan untuk mendapatkan mol sisa dari tiap larutan ester
tadi. Ketika mol sisa didapatkan tentu konsentrasi produk sisa daan reaktan
sisanya akan ditemukan pula, sehingga akhirnya ditentukanlah Kc.

Percobaan pertama yang dilakukan adalah membuat larutan blanko


yang digunakan sebagai larutan pembanding dalam analisis dengan hasil
titrasi yang akan dilakukan. Langkah pertama dalam pembuatan larutan
blanko adalah memasukkan 5 mL larutan HCl 2 N tidak berwarna dalam
labu Indicator, lalau ditambahkan 2 tetes indicator fenolftalein tidak
berwarna menghasilkan larutan tak berwarna. Kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH 2 N tidak berwarna, didapatkan larutan berwarna soft pink
yang menandakan bahwa titrasi telah selesai dan larutan sudah berada pada
titik ekuivalen. Fungsi penambahan indicator fenolftalein adalah sebagai
Indicator titik akhir titrasi yang ditandai dengan timbulkan larutan berwarna
soft pink saat suasana basa dan tidak berwarna saat suasana asam. Pada
pembuatan larutan blanko ini didapatkan volume larutan NaOH yang
digunakan untuk titrasi adalah 4,7 mL, serta didapatkan mol larutan blanko
adalah 0,01 mol. Persamaan reaksinya sebagai berikut.

HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)

Langkah berikutnya adalah pembuatan larutan untuk proses titrasi,


yaitu dengan menyiapkan 4 buah labu erlenmeyer dan diberi label masing-
masing 1, 2, 3, dan 4. Pada labu erlenmeyer 1 dimasukkan 5 mL larutan HCl
2 N tidak berwarna ditambah 1 mL larutan etanol tidak berwarna
menghasilkan larutan tidak berwarna. Kemudian ditambahkan 4 mL larutan
CH3COOH tidak berwarna menghasilkan larutan tak berwarna. Setelah itu
ditutup dan disimpan selama 3 hari. Tujuan ditutupnya larutan pada labu
erlenmeyer adalah untuk mencegah menguapnya etanol dan untuk mencegah
agar suhu larutan dalam labu erlenmeyer tetap konstan karena perubahan
suhu yang drastis akan mengganggu berlangsungnya proses reaksi
esterifikasi. Campuran larutan setelah disimpan selama 3 hari, ditambah 2
tetes indikator fenolftalein mengahasilkan larutan tak berwarna. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan NaOH 2 N menghasilkan larutan berwarna soft pink
dan larutan NaOH yang digunakan sebanyak 35 mL. Dengan perhitungan
didapatkan hasil Kc sebesar 0,0104.

Pada labu erlenmeyer 2 dimasukkan 5 mL larutan HCl 2 N tidak berwarna


ditambah 2 mL larutan etanol tidak berwarna meghasilkan larutan tak
berwarna. Kemudian ditambahkan 3 mL larutan CH3COOH tidak berwarna
menghasilkan larutan tak berwarna. Setelah itu tutup dan simpan selama 3
hari. Tujuan dari ditutupnya larutan dalam labu erlenmeyer adalah untuk
mencegah menguapnya etanol dan untuk mencegah agar suhu larutan dalam
labu erlenmeyer tetap konstan, karena perubahan suhu yang drastis akan
mengganggu berlangsungnya proses reaksi esterifikasi. Campuran larutan
setelah disimpan selama 3 hari, ditambah 2 tetes indikator fenolftalein
menghasilkan larutan tak berwarna. Selanjutnya dititrasi dengan larutan
NaOH 2 N menghasilkan larutan berwarna soft pink. Larutan NaOH yang
digunakan sebanyak 17,5 mL. Dengan perhitungan didapatkan hasil Kc yaitu
0,0349.

Pada labu erlenmeyer 3 dimasukkan 5 mL larutan HCl 2 N tidak


berwarna ditambah 3 mL larutan etanol tidak berwarna menghasilkan larutan
tak berwarna. Kemudian ditambahkan 2 mL larutan CH3COOH tidak
berwarna menghasilkan larutan tak berwarna. Setelah itu ditutup dan simpan
selama 3 hari. Tujuan dari penutupan larutan adalah untuk mencegah
menguapnya larutan etanol dan untuk mencegah agar suhu larutan dalam
labu erlenmyer tetap konstan, karena perubahan suhu yang drastis akan
mengganngu berlangsungnya proses reaksi esterifikasi. Campuran larutan
setelah disimpan selama 3 hari, ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein
menghasilkan larutan tak berwarna. Selanjutnya dititrasi dengan larutan
NaOH 2 N menghasilkan larutan berwarna soft pink. Larutan NaOH yang
digunakan sebanyak 7,7 mL. Dengan perhitungan didapatkan hasil Kc yaitu
8,512.

Pada labu erlenmeyer 4 dimasukkan 5 mL larutan HCl 2 N tidak


berwarna ditambah 4 mL larutan etanol tidak berwarna menghasilkan larutan
tak berwarna. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan CH3COOH tidak
berwarna menghasilkan larutan tak berwarna. Setelah itu ditutup dan
disimpan selama 3 hari. Tujuan dari penutupan larutan dalam labu erlenmyer
adalah untuk mencegah menguapnya larutan etanol dan untuk mencegah
agar suhu larutan dalam labu erlenmyer tetap konstan, karena perubahan
suhu yang drastic akan menggangu berlangsungnya proses reaksi
esterifikasi. Campuran larutan setelah disimpan selama 3 hari, ditambahkan
2 tetes indikator fenolftalein menghasilkan larutan tak berwarna. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan NaOH 2 N menghasilkan larutan berwarna soft pink.
Larutan NaOH yang digunakan sebanyak 5,8 mL. Dengan perhitungan
didapatkan hasil Kc yaitu 1,99.
Jika kita tinjau dari tahap titrasi yang dilakukan pada 4 larutan ester tadi,
terdapat penambahan HCl yang berguna sebagai katalis, kemudian terdapat
penambahan fenolftalein (PP) yang berfungsi sebagai indikator, sehingga
dapat diidentifikasi titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna dari
tak berwarna menjadi merah muda terang (soft pink). Selain itu pada tahap
penitrasian ternyata juga timbul rasa hangat pada dinding labu erlenmeyer,
hal ini menandakan bahwa terjadi reaksi eksoterm.

Dari percobaan yang dilakukan pada 4 buah labu erlenmeyer


terdapat jumlah mol reaktan asam asetat yang berkurang dan mol reaktan
etanol bertambah, tentu hal ini berdampak lurus pada konsentrasi mula-mula
pada masing-masing ke 4 labu erlenmeyer. Akan tetapi, ternyata keadaan
konsetrasi mula-mula tersebut tidak berpengaruh pada jumlah Kc
dikarenakan yang mempengaruhi besar Kc adalah konsentrasi sesudah reaksi
dan tidak bergantung pada konsentrasi awak reaksi.

Reaksi esterifikasi terjadi pada keempat labu erlenmeyer tersebut, karena


adanya reaksi antara asam asetat dan etanol yang akan membentuk ester (etil
asetat) yang sempurna. Tujuan pembuatan 4 larutan dengan konsentrasi
asam asetat dan etanol yang berbeda-beda adalah untuk membuktikan bahwa
konstanta kesetimbangan suatu reaksi tidak bergantung pada konsentrasi
awal reaksi. Persamaan reaksinya sebagai berikut.

CH3COOH (aq) + C2H5OH (aq) ⇌ CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l)

Setelah disimpan selama 3 hari, ester yang dihasilkan pada masing-


masing labu indicator kemudian ditambahkan dengan indicator fenolftalein
masing-masing 2 tetes dan tetap menghasilkan larutan yang tidak berwarna,
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 2 N. persamaan reaksinya adalah
sebagai berikut.

CH3COOC2H5 (aq) + NaOH (aq) ⇌ CH3COONa (aq) + C2H5OH (aq)


Melalui perhitungan diperoleh mol larutan blanko sebesar 0,01 mol.
Sehingga nilai konstanta kesetimbangan (Kc) etil asetat pada labu
erlenmeyer 1, 2, 3, dan 4 masing-masing adalah 0,0104; 0,0349; 8,512; dan
1,99. Dari hasil tersebut didapatkan nilai Kc rata-rata yaitu 2,637. Dari hasil
Kc rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Kc pada percobaan di
laboratorim ini tidak sesuai dengan nilai Kc teoretis yaitu 4,2 x 10-2.
X. Diskusi

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan untuk mengetahui


konstanta kesetimbangan pada reaksi esterfikasi didapatkan nilai Kc pada
Erlenmeyer 1-4 yaitu 0,0104, 0,349, 8,512, dan 1,99 dengan jumlah rata-rata
2,637. Jika berdasarkan teori, nilai Kc pada reaksi esterfikasi seharusnya
memiliki nilai sebesar 4,2 x 10-2. Dengan demikian nilai yang didapatkan dari
percobaan memiliki rentang yang jauh.

Ketidaksesuaian tersebut terjadi karena pada percobaan ini terjadi reaksi


esterfiksi yang mana berjalan sangat lambat. Oleh karena itu, dilakukan
penyimpanan larutan dengan maksimal atau lebih lama agar proses esterfikasi
dengan katalis yang tujuan nya untuk mempercepat reaksi dapat terbentuk
sempurna. Juga pada kesalahan tidak presisi yang disebabkan karena ketidak
hati-hatian dalam proses titrasi sehingga terjadi kesalahan dalam mengamati
perubahan warna indikator. Selain itu, juga bisa disebabkan karena kurang
telitinya membaca skala ukur pada buret yang tentu dapat berpengaruh
terhadap hasil volume titrasi.

XI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Diperoleh nilai Kc dari larutan pada erlenmeyer 1-4 secara berurutan yaitu
0,0104, 0,349, 8,512, 1,99. Dengan Kc rata-rata sebesar 2,637.

2. Selisih nilai Kc dari masing-masing Erlenmeyer 1,2,4 tidak terlalu jauh,


hanya saja pada Erlenmyer 3 nilainnya terlalu jauh karena konstanta
kesetimbangan tidak dipengaruhi oleh konsentrasi awal reaksi, tetapi oleh
konsentrasi sesudah reaksi.
XII. DAFTAR PUSTAKA
Alghifari, & Syahrani, A. N. (2020). Konstanta Kesetimbangan Laboratorium
Pengantar Teknik Kimia, 1.
Bird, Tony, 1987, Kimia Fisik Untuk Universitas, Gramedia, Jakarta.
Clark. (2007). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Alkohol. Jakarta: Erlangga.
Drs. Harun Nasrudin, M. (2004). Kesetimbangan Kimia (D. S. M.Pd. (ed.);
Bagian Pro). DI REKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH
KEJURUAN DI REKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN
DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL 2004.
Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1986). ORGANIC CHEMISTRY, Third
Edition. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hakim, L. (2022). Materi Olimpiade Kimia. Yogyakarta: Deepublish.
Haryono, H. E. (2019). Big Book Kimia Dasar. DEEPUBLISH. Yogyakarta
Jaya, J. M., Hunga, A. Y., Nikmah, S. S., & Susanti, M. M. (2019). Sintesis
Senyawa Etil Laurat menggunakan Variasi Volume Katalis
Asam Sulfat Pekat. Jurnal Labora Medika Vol 3 No.1, 1-9.
Kurniasih. (2020). Merancang Energi masa depan dengan biodesel. Yogyakarta:
Andi.
Sari, N. A. (2020). Kesetimbangan Kimia. Palembang: SMA Negeri 5
Palembang.
Sukarmin, F. S. dan. (2019). MENDETEKSI DAN MEREDUKSI MISKONSEPSI
DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE DERED
MISEQUILIBRI.
Svehla, G. (1990). Vogel Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Lampiran
A. Jawaban Pertanyaan
1. Buat tabel hasil pengamatan dan hasil perhitungan konsentrasi masing-masing komponen dalam campuran di atas.

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan


Perc.

• Larutan Blanko Sebelum Sesudah • Larutan Blanko Berdasarkan hasil


percobaan yang telah
5 ml HCl 2N • Larutan NaOH • Larutan HCl + HCl (aq) + NaOH
dilakukan,didapatkan
tidak berwarna Indikator PP (aq) → NaCl (aq) +
- Dimasukkan hasil volume NaOH
tidak berwarna H2O (l)
kedalam • Larutan HCl larutan blanko 4,7 mL
Erlenmeyer tidak berwarna • Larutan HCl (vogel,1990) dengan mol larutan=
- Ditambahkan 1-2 Indikator PP + 0,01 mol
• Indikator PP
1. tetes indikator PP titrasi larutan
- Dititrasi dengan • tidak berwarna NaOH
NaOH 2 N berwarna soft
pink
Larutan berwarna
soft pink Volume = 4,7 mL

Suhu ruang= 31˚C


2. • Erlenmeyer 1 • Larutan HCl • Larutan HCl + 1. Erlenmeyer 1 : Berdasarkan hasil
5 mL HCl 2N tidak berwarna etanol + CH3COOH(aq) + percobaan pada

- Dimasukkan CH3COOH = C2H5OH(aq) ⇌ Erlenmeyer 1 didapatkan


• Larutan etanol
kedalam tidak berwarna CH3COOC2H5(aq) volume NaOH sebesar
tidak berwarna
Erlenmeyer 1 + H2O(l) 35 mL
• Larutan HCl +
• CH3COOH
- Ditambahkan etanol + 2. Setelah titrasi : Kc 1= 0,0104
tidak berwarna
1mL etanol CH3COOH + CH3COOC2H5(aq)
- Ditambahkan • Indikator PP Indikator PP + NaOH(aq) ⇌
4mL CH3COOH tidak berwarna dititrasi CH3COONa(aq) +
- Ditutup NaOH=
Campuran Larutan C2H5OH(aq)
berwarna soft
- Ditambahkan
pink +++ (Clark,2007)
Indikator PP 1-2
tetes Volume= 35 mL Kc teori dari reaksi
esterifikasi adalah:
- Dititrasi dengan
Suhu 2= 33˚ C
NaOH 4,2 x 10-2
- Diamati
Volume NaOH
3. • Erlenmeyer 2 • Larutan HCl= • Larutan HCl + Reaksi : Berdasarkan hasil
tidak berwarna etanol + percobaan pada
5 mL HCl 2N 1. Erlenmeyer 2 :
CH3COOH= Erlenmeyer 1 didapatkan
- Dimasukkan • Indikator PP= CH3COOH(aq) +
tidak berwarna volume NaOH sebesar
kedalam tidak berwarna C2H5OH(aq) ⇌
17,5 mL
Erlenmeyer 2 • Larutan HCl + CH3COOC2H5(aq)
• Larutan
- Ditambahkan etanol + + H2O(l) Kc 2= 0,349
etanol= tidak
2mL etanol CH3COOH
berwarna 2. Setelah reaksi :
- Ditambahkan dititrasi dengan
CH3COOC2H5(aq)
• Larutan NaOH
3mL + NaOH(aq) ⇌
CH3COOH= berwarna soft
- CH3COOH CH3COONa(aq) +
tidak berwarna pink +
- Ditutup
C2H5OH(aq)
Volume=17,5 mL
Campuran Larutan
(Clark,2007)
- Ditambahkan Suhu= 33˚C
Indikator PP 1-2 Kc teori dari reaksi
tetes esterifikasi adalah:
- Dititrasi dengan 4,2 x 10-2
NaOH
- Diamati
Volume NaOH
4. • Erlenmeyer 3 • Larutan HCl= • Larutan HCl + 1. Erlenmeyer 3 : Berdasarkan hasil
tidak berwarna etanol + CH3COOH(aq) + percobaan pada
5 mL HCl 2N
CH3COOH= C2H5OH(aq) ⇌ Erlenmeyer 1 didapatkan
- Dimasukkan • Indikator PP=
tidak berwarna CH3COOC2H5(aq) volume NaOH sebesar
kedalam tidak berwarna
+H2O(l) 7,7 mL
Erlenmeyer 3 • Larutan HCl +
• Larutan
- Ditambahkan etanol + 2. Setelah titrasi : Kc 3= 8,512
etanol= tidak
3mL etanol CH3COOH CH3COOC2H5(aq)
berwarna
- Ditambahkan dititrasi dengan + NaOH(aq) ⇌
• Larutan NaOH CH3COONa(aq) +
2mLCH3COOH
CH3COOH= berwarna soft
- Ditutup C2H5OH(aq)
tidak berwarna pink ++
Campuran Larutan (Clark,2007)
Volume= 7,7 mL
- Ditambahkan Kc teori dari reaksi
Indikator PP 1- Suhu= 33˚C
esterifikasi adalah:
2 tetes 4,2 x 10-2
- Dititrasi dengan
NaOH
- Diamati

Volume NaOH
5. • Erlenmeyer 4 • Larutan HCl= • Larutan HCl + 1. Erlenmeyer 4 Berdasarkan hasil
tidak berwarna etanol + CH3COOH(aq) + percobaan pada
5 mL HCl 2N
CH3COOH= C2H5OH(aq) ⇌ Erlenmeyer 1 didapatkan
- Dimasukkan • Indikator PP=
tidak berwarna CH3COOC2H5(aq) volume NaOH sebesar
kedalam tidak berwarna
+ H2O(l) 5,8 mL
Erlenmeyer 4 • Larutan HCl +
• Larutan
- Ditambahkan 4 etanol + 2. Setelah titrasi : Kc 4= 1,99
etanol= tidak
mL etanol CH3COOH CH3COOC2H5(aq)
berwarna
- Ditambahkan 1 dititrasi dengan + NaOH(aq) ⇌
• Larutan NaOH CH3COONa(aq) +
mL CH3COOH
CH3COOH= berwarna soft
- Ditutup C2H5OH(aq)
tidak berwarna pink +++
Campuran Larutan
(Clark,2007)
- Ditambahkan Volume= 5,8 mL
Indikator PP 1-2 Kc teori dari reaksi
Suhu= 33˚C
tetes esterifikasi adalah:

- Dititrasi dengan 4,2 x 10-2


NaOH
- Diamati
Volume NaOH
2. Apakah fungsi HCI dalam campuran di atas.
Fungsi HCl dalam campuran diatas yaitu sebagai katalis. Fungsi dari
katalis yaitu menyediakan suatu jalur pilihan (mekanisme reaksi) dengan energi
aktivasi yang lebih rendah.
3. Tuliskan persamaan reaksi dan mekanisme reaksi esterifikasi di atas.
Persamaan reaksi:
CH3COOH (aq) + C2H5OH (aq) ⇌ CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l)
Mekanisme reaksi:

Sumber: https://www.ilmukimia.org/2013/03/reaksi-esterifikasi.html
• Langkah ke-1, protonasi oksigen dengan mengambil proton dari H dan
elektron dari H yang sudah ada, lalu pindah ke O.
• Langkah ke-2, selanjutnya alkohol menyerang C, kemudian 1 elektron C
diambil untuk O. Sehingga, OH diganti R’OH.
• Langkah ke-3, alkohol mengambil proton dari H dan elektron dari H yang
ada pindah ke O. Sehingga, O deprotonasi.
• Langkah ke-4, O mengambil proton dari H dan elektron dari H yang ada
pindah ke O terprotonasi.
• Langkah ke-5, 1 elektron pada C dibawa oleh H2O yang mudah dilepas.
Kemudian, 1 pasang elektron di O akan membentuk ikatan rangkap 2.
• Langkah ke-6, R’OH (alkohol) mengambil proton dari H dan satu elektron
H diberikan ke O.
4. Tentukan nilai Kc pada suhu pengamatan.
Kc erlenmeyer 1 = 0,0104 mol-1/L-1
Kc erlenmeyer 2 = 0,349 mol-1/L-1
Kc erlenmeyer 3 = 8,512 mol-1/L-1
Kc erlenmeyer 4 = 1,99 mol-1/L-1
0,0104+0,349+8,512+1,99
Kc rata-rata = = 2,637 mol-1/L-1
4
B. Dokumentasi

Percobaan Foto Keterangan


5 mL HCl 2N
dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer

Ditambahkan 1-2
tetes indikator PP

Larutan Blanko

Dititrasi dengan
NaOH 2N

Menghasilkan
larutan berwarna
soft pink
5 ml HCl 2N
dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer

Ditambahkan etanol
(Erlenmeyer 1 = 1
mL
Erlenmeyer 2 = 2
mL
Erlenmeyer 3 = 3
mL
Erlenmeyer 1, 2, 3 Erlenmeyer 4 = 4
dan 4 mL)

Ditambahkan
CH3COOH
(Erlenmeyer 1 = 4
mL
Erlenmeyer 2 = 3
mL
Erlenmeyer 3 = 2
mL
Erlenmeyer 4 = 1
mL)
Ditutup dengan
alumunium foil dan
didiamkan selama
kurang lebih 3 hari
Ditambahkan
indikator PP 1-2
tetes

Dititrasi dengan
NaOH

Menghasilkan
larutan berwarna
soft pink
(Erlenmeyer 1 : +++
Erlenmeyer 2 : +
Erlenmeyer 3 : ++
Erlenmeyer 4 : +++)

Anda mungkin juga menyukai