Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

ACARA II
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA

OLEH :
NAMA : ANISA PERMATA AULIA

NIM : B1A021009

HARI/TANGGAL : JUMAT, 05 NOVEMBER 2021

ASISTEN : ANNISA TASYA CHUMAIR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
LABORARORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


I. TUJUAN ...................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 1
III. PROSEDUR PERCOBAAN .................................................................... 4
3.1. Alat........................................................................................................ 4
3.2. Bahan .................................................................................................... 4
3.3. Cara Kerja ............................................................................................. 4
3.4. Skema Kerja .......................................................................................... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 13
4.1. Data Pengamatan ................................................................................ 13
4.2. Pembahasan ........................................................................................ 16
V. KESIMPULAN .......................................................................................... 32
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 32
5.2. Saran ................................................................................................... 33

ii
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA

I. TUJUAN

1. Mengidentifikasi logam dengan reaksi nyala.


2. Mengidentifikasi kation dengan reaksi basah.
3. Mengidentifikasi anion dengan reaksi basah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kimia analitik merupakan disiplin ilmu kimia yang mempelajari


metode dan teknik untuk menentukan atau menganalisa komposisi zat
(Achmad 2012). Hal yang dibahas dalam kimia analitik berupa metode yang
digunakan untuk menentukan kandungan kimia suatu bahan secara kualitatif
dan kuantitatif. Secara kualitatif berhubungan dengan komponen-komponen
yang terdapat dalam bahan. Sedangkan, secara kuantitatif berhubungan
dengan jumlah relatif komponennya. Dalam metode kualitatif, juga terdapat
pencarian informasi tentang atom dan molekul komponen senyawa atau
gugus fungsi yang ada dan sifat-sifat sampel yang jumlahnya dianalisis dala
metode kuantitatif (Wonorahardjo 2020).
Dari sana, dapat disimpulkan bahwa kimia analitik dapat dibagi
menjadi dua bidang, yaitu analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa
kualitatif adalah analisis kimia yang ditujukan untuk mengetahui atau
mengidentifikasi komponen-komponen atau senyawa-senyawa yang ada
dalam zat. Sementara itu, analisis kuantitatif adalah analisis kimia tentang
kadar, jumlah, atau banyaknya unsur atau ion yang ada dalam suatu zat baik
tunggal maupun campuran (Wiryawan, Retnowati, and Akhmad 2007).
Analisis kualitatif biasanya mendahului analisis kuantitatif terhadap sampel,
apalagi jika sampel yang akan diuji belum diketahui sama sekali, Contoh
analisis kualitatif adalah identifikasi urine para atlet olahraga untuk
mendeteksi adanya senyawa doping, dan lain-lain (Ethica 2020).

1
2

Analisis kualitatif bisa dilakukan dalam skala makro (0,5-1 gram; 20


ml), semimikro (0,05-0,1 gram; 1 ml), dan mikro (≤ 0,01 gram). Namun,
teknik semimikro lebih sering dipilih untuk efisiensi bahan kimia, kecepatan
analisis, dan ketajaman pengamatan yang memadai (Sulistyarti 2017).
Secara garis besar, terdapat dua macam reaksi uji untuk analisis kualitatif,
yaitu reaksi basah dan reaksi kering. Reaksi basah adalah reaksi-reaksi yang
dilaksanakan dengan melarutkan sampel dalam pelarut cair, sehingga bisa
diterapkan pada zat uji yang berbentuk larutan. Contohnya yaitu uji
pengendapan ion perak oleh ion klorida dan uji identifikasi formalin dengan
pereaksi Schiff (Ethica 2020). Reaksi kering merupakan reaksi yang
dilaksanakan tanpa melarutkan sampel dalam pelarut cair, sehingga bisa
diterapkan untuk zat uji berbentuk padatan. Reaksi kering dapat
dilaksanakan dengan pemanasan untuk melihat perubahan sifat yang dapat
digunakan untuk mengenali analit dengan proses sublimasi, pelelehan,
penguraian yang disertai dengan perubahan warna atau pembebasan gas.
Contoh analisis kualitatif dengan reaksi kering ialah uji nyala dan uji manik
boraks.
Analisis kimia kualitatif dapat digunakan baik untuk senyawa organik
maupun anorganik. Analisis kualitatif senyawa organik bertujuan untuk
memisahkan dan mengidentifikasi hadirnya gugus fungsi senyawa organik.
Sedangkan analisis kualitatif senyawa anorganik bertujuan untuk
memisahkan lalu mengidentifikasi adanya kation dan anion tertentu di
dalam sampel (Ethica 2020). Kation merupakan ion yang bermuatan positif.
Sedangkan, anion merupakan ion yang bermuatan negatif (Amanda,
Hisbiyah, and Nisyak 2020).
Terdapat dua aspek penting dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan
dan identifikasi. Yang pertama adalah pemisahan, dimana kation-kation
yang nantinya dianalisis perlu dipisahkan secara sistematik. Kation-kation
ini dibagi menjadi golongan kemudian menjadi komponennya. Pembagian
golongan kation berdasarkan perbedaan sifat kimianya di dala asam klorida
dan H2S, yaitu golongan I (Ag+, Pb+, Hg+); golongan II (Pb2+, Hg2+, dll.);
3

golongan III (Fe2+, Fe3+, dll.); golongan IV (Ca2+, Sr2+, Ba2+); golongan V
(Mg2+, Na+, K+, NH4+). Yang kedua adalah identifikasi, pengidentifikasian
ion-ion yang telah dipisahkan untuk meyakinkan keberadaan ion tersebut.
Hal tersebut dilaksanakan dengan reaksi identifikasi, reaksi pengenal, atau
reaksi penentuan. Pengenalan ini bisa diketahui melalui warna,
pembentukan endapan/melarutnya endapan, endapan berwarna, dan adsorpsi
zat warna. Kedua aspek ini dilandasi oleh prinsip-prinsip, seperti
kelarutan/pengendapan, keasaman dan kebasaan, pembentukan senyawa
kompleks, oksidasi reduksi, sifaat mudah menguap, serta ekstraksi (Achmad
2012).
III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan identifikasi zat kimia


adalah jarum osche, botol reagen, bunsen, tabung reaksi, penangas air,
lakmus merah/batang gelas, dan pipet tetes.

3.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan identifikasi zat kimia


adalah larutan HCl, KCl 5%, NaCl 5%, CaCl2 5%, AgNO3 1%,
NH4OH 1%, Pb(NO3)2, KI 1%, HgCl2, FeSO4 1%, NaOH 1%, BaCl2
1%, (NH4)2CO3 1%, HNO3 1%, NH4Cl 1%, NaBr 1%, AgNO4 1%,
Na2SO4 1%, K2Fe(CN)6 1%, H2SO4, H3PO4 1%, (NH3)2MoO3 1%,
NHO3 1%, Na2C2O4 1%, dan Na2S2O3 1%.

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Percobaan 1: Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan


Cara Reaksi Nyala

1. Jarum Osche yang terbuat dari platina dicuci terutama


bagian ujungnya dengan cara mencelupkannya ke dalam
HCl pekat dalam botol reagen tertutup dan dalam lemari
asam.
2. Ujung jarum dimasukkan ke dalam api bunsen di daerah
fusi, sampai tidak menimbulkan warna apapun dari api
bunsen.
3. Ujung jarum Osche tersebut dicelupkan lagi ke dalam HCl
tadi kemudian dicelupkan ke dalam larutan bahan dalam
tabung reaksi saudara yang diduga mengandung logam K,
Na, dan Ca. Digunakan larutan 5% KCl, NaCl, dan CaCl2.

4
5

4. Ujung jarum osche yang membawa larutan tersebut dibakar


pada api bunsen di daerah oksidasi. Untuk bahan-bahan
yang mudah menguap pembakaran dilakukan di daerah fusi.

3.3.2. Percobaan 2: Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi


Basah

1. Sebanyak 1 mL 1% AgNO3 (gol.1) ditambahkan 1 mL


pereaksi larutan 1% HCl. Apa yang terjadi diamati,
kemudian ditambahkan pereaksi larutan 1% NH4OH.
Bagaimana akibat dari endapan yang terbentuk.
2. Sebanyak 1 mL larutan Pb(NO3)2 (gol.1) ditambahkan 1 mL
pereaksi larutan 1% KI. Apa yang terjadi diamati bila
dididihkan dalam penangas air. Apa yang terjadi diamati
dan dilihat bila didinginkan.
3. Sebanyak 1 mL larutan HgCl2 (gol. 3) ditambahkan 1 mL
pereaksi larutan 1% KI. Apa yang terjadi diamati, kemudian
ditambahkan lagi 4 ml pereaksi tersebut. Diamati akibat dari
endapan yang sudah terbentuk.
4. Sebanyak 1 mL larutan 1% FeSO4 (gol. 3) ditambahkan 1
ml pereaksi larutan 1% NaOH. Apa yang terjadi diamati,
kemudian dikocok. Diamati akibat dari endapan yang sudah
terbentuk.
5. Sebanyak 1 mL larutan 1% BaCl2 (gol 4) ditambahkan 1
mL pereaksi larutan 1% (NH4)2CO3. Apa yang terjadi
diamati, kemudian 1% pereaksi larutan HNO3 ditambahkan.
Diamati akibat endapan yang sudah terbentuk dan apa yang
ditimbulkannya.
6. Sebanyak 1 mL larutan 1% NaOH (gol 5) ditambahkan 1
mL pereaksi larutan 1% NH4Cl. Apa yang terjadi diamati
dan diperhatikan baunya jika lakmus merah ditaruh pada
6

bibir tabung. Batang gelas diambil dan dimasukkan ke


dalam HCl pekat dan ditaruh di atas mulut tabung reaksi
jika tidak ada lakmus.
7. Setelah praktikum selesai dibuat laporan yang lengkap
dengan persamaan reaksinya.

3.3.3. Percobaan 3: Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi


Basah

1. Sebanyak 1 ml larutan 1% NaBr (gol 1) ditambahkan 1 ml


reaksi larutan 1% AgNO4. Apa yang terjadi diamati.
2. Sebanyak 1 ml larutan 1% Na2SO4 (gol. 2) ditambahkan 1
ml pereaksi larutan 1% BaCl2. Apa yang terjadi diamati.
3. Sebanyak 1 ml larutan 1% K2Fe(CN)6 (gol. 2) ditambahkan
1 ml larutan H2SO4 pekat dengan hati-hati, pipet tetes
digunakan. Apa yang terjadi diamati.
4. Sebanyak 1 ml larutan 1% H3 PO4 (gol. 2) ditambahkan 1
ml pereaksi larutan 1% (NH3)2 MoO3 dan 1 mL 1% NHO3.
Kemudian sedikit dipanaskan sebentar lalu didinginkan, apa
yang terjadi diamati.
5. Sebanyak 1 mL larutan 1% Na2C2O4 (gol. 3) ditambahkan 1
ml larutan 1% H2SO4 pekat dengan hati-hati dan pipet tetes
digunakan. Apa yang timbul diamati.
6. Sebanyak 1 ml larutan 1% Na2S2O3 (gol.4) ditambahkan
pereaksi larutan 1% AgNO3. Apa yang terbentuk dan
perubahan perubahan warna yang timbul diamati.
7. Laporan lengkap dengan persamaan reaksinya dibuat.
7

3.4. Skema Kerja

3.4.1. Percobaan 1: Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan


Cara Reaksi Nyala

Jarum osche yang terbuat dari platina

- dicuci terutama bagian ujungnya, dengan cara


mencelupkannya ke dalam HCl pekat dalam botol reagen
tertutup dan dalam lemari asam.
- dimasukkan ke dalam api bunsen di daerah fusi, sampai
tidak menimbulkan warna apapun dari api bunsen.
- dicelupkan lagi ke dalam HCl tadi kemudian dicelupkan
ke dalam larutan bahan dalam tabung reaksi saudara yang
diduga mengandung logam K, Na, dan Ca. Digunakan
larutan 5% KCl, NaCl dan CaCl2.
- dibakar pada api bunsen di daerah oksidasi. Untuk bahan-
bahan yang mudah menguap pembakaran dilakukan di
daerah fusi.

Warna nyala api


8

3.4.2. Percobaan 2: Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi


Basah

1 mL larutan 1% AgNO3 (gol.1)

- dimasukkan ke dalam tabung reaksi.


- ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% HCl.
- ditambahkan pereaksi larutan 1% NH4OH.
- diamati endapan yang sudah terbentuk.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.

1 mL larutan Pb(NO3)2 (gol.1)

- dimasukkan kedalam tabung reaksi.


- ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% KI.
- diamati reaksi yang terjadi.
- dididihkan dalam penangas air.
- diamati apa yang terjadi bila didinginkan.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.


9

1 mL larutan HgCl2 (gol. 3)

- dimasukkan kedalam tabung reaksi.


- ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% KI.
- diamati apa yang terjadi.
- ditambahkan lagi dengan 4 ml pereaksi tersebut.
- diamati endapan yang sudah terbentuk.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.

1 mL larutan 1% FeSO4 (gol. 3)

- dimasukkan ke tabung reaksi.


- ditambahkan 1 ml pereaksi larutan 1% NaOH.
- diamati apa yang terjadi.
- dikocok.
- diamati akibat dari endapan yang sudah terbentuk.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.


10

1 mL larutan 1% BaCl2 (gol 4)

- dimasukkan ke dalam tabung reaksi


- ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% (NH4)2CO3.
- diamati apa yang terjadi.
- ditambahkan 1% pereaksi larutan HNO3.
- diamati akibat endapan yang sudah terbentuk dan apa yang
ditimbulkannya.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.

1 mL larutan 1% NaOH (gol 5)

- dimasukkan ke tabung reaksi.


- ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% NH4Cl.
- diamati apa yang terjadi dan diperhatikan baunya jika
lakmus merah ditaruh pada bibir tabung. Batang gelas
diambil dan dimasukkan ke dalam HCl pekat dan ditaruh
di atas mulut tabung reaksi jika tidak ada lakmus.
- diamati apa yang terjadi.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.


11

3.4.3. Percobaan 3: Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi


Basah

1 ml larutan 1% NaBr (gol 1)

- dimasukkan ke tabung reaksi.


- ditambahkan 1 ml reaksi larutan 1% AgNO4.
- diamati apa yang terjadi.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.

1 ml larutan 1% Na2SO4 (gol. 2)

- dimasukkan ke tabung reaksi


- ditambahkan 1 ml larutan 1% H2SO4 pekat dengan hati-
hati
- digunakan pipet tetes.
- diamati apa yang terjadi.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.

1 ml larutan 1% K2Fe(CN)6 (gol. 2)

- dimasukkan ke tabung reaksi.


- ditambahkan 1 ml larutan H2SO4 pekat dengan hati-hati,
- digunakan pipet tetes.
- diamati apa yang terjadi.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.


12

1 ml larutan 1% H3 PO4 (gol. 2)

- dimasukkan ke tabung reaksi.


- ditambahkan 1 ml pereaksi larutan 1% (NH3)2 MoO3 dan
1 mL 1% NHO3.
- dipanaskan sebentar lalu didinginkan.
- diamati apa yang terjadi.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.

1 mL larutan 1% Na2C2O4 (gol. 3)

- dimasukkan ke tabung reaksi


- ditambahkan 1 ml larutan 1% H2SO4 pekat dengan hati-
hati
- digunakan pipet tetes.
- diamati apa yang timbul/terjadi.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.

1 ml larutan 1% Na2S2O3 (gol.4)

- dimasukkan ke tabung reaksi.


- ditambahkan pereaksi larutan 1% AgNO3.
- diamati apa yang terjadi.

Perubahan warna dan endapan yang terbentuk.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan

A. Identifikasi Logam Alkali dengan Reaksi Kering


No. Perlakuan Pengamatan
1. Kawat platina dicuci bagian ujungnya -
dengan cara mencelupkan ke dalam HCl
pekat
2. Ujung kawat dipanaskan di daerah fusi api -
bunsen
3. Ujung kawat dicelupkan lagi ke dalam HCl Berwarna ungu
pekat kemudian dicelupkan ke larutan KCl
5%
4. Ujung kawat dibakar di daerah oksidasi dan -
diamati warna yang ditimbulkan
5. Ujung kawat dicelupkan ke dalam HCl Berwarna kuning
pekat kemudian dicelupkan ke larutan NaCl
lalu dibakar
6. Ujung kawat dicelupkan ke dalam HCl Berwarna jingga (oranye)
pekat kemudian dicelupkan ke larutan
CaCl2 lalu dibakar

B. Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah


No. Perlakuan Pengamatan
1. Sebanyak 0,1 mL larutan AgNO3 1% Terdapat endapan berwarna
ditambah 0,1 mL larutan HCl 1% dan putih.
perubahan diamati
Larutan NH4OH ditambahkan, perubahan Tidak terjadi perubahan
diamati warna.
2. Sebanyak 1 mL larutan Pb(NO3)2 1% Terdapat endapan berwarna

13
14

ditambah 0,1 mL larutan KI 1% dan kuning.


perubahan diamati
Larutan dididihkan dan perubahan diamati Larutan berubah warna
menjadi lebih bening.
Terdapat endapan berwarna
kuning.
3. Sebanyak 1 mL larutan HgCl2 1% ditambah Larutan tidak berwarna.
1 mL larutan KI 1% dan perubahan diamati
Larutan KI 1% ditambahkan dan perubahan Tidak terjadi perubahan
diamati warna.
4. Sebanyak 1 mL larutan FeSO4 1% Larutan berwarna
ditambah 1 mL larutan NaOH 1% dan kekuningan.
perubahan diamati
Larutan dikocok dan perubahan diamati Tidak terjadi perubahan.
5. Sebanyak 1 mL larutan BaCl2 1% ditambah Larutan tidak berwarna.
1 mL larutan (NH4)2CO3 1% dan perubahan
diamati
Larutan HNO3 encer ditambahkan dan Tidak terjadi perubahan
perubahan diamati warna.
6. Sebanyak 1 mL larutan NaOH 1% Larutan tidak berwarna.
ditambah 1 mL larutan NH4Cl 1% dan
perubahan diamati saat diberi lakmus
merah
Tabung dipanaskan dan perubahan diamati Lakmus menjadi berwarna
biru.

C. Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah


No. Perlakuan Pengamatan
1. Sebanyak 1 mL larutan KBr 1% ditambah 1 Endapan berwarna putih.
mL AgNO3 1% dan perubahan diamati
15

2. Sebanyak 1 mL larutan Na2SO4 1% Endapan berwarna putih.


ditambah 1 mL larutan BaCl2 1% dan
perubahan diamati
3. Sebanyak 1 mL larutan K4Fe(CN)6 1% Larutan berwarna
ditambah 0,1 mL larutan H2SO4 pekat dan kekuningan.
perubahan diamati
4. Sebanyak 1 mL larutan H3PO4 1% Larutan tidak berwarna.
ditambah 1 mL larutan (NH4)2MoO4 1%
dan 1 mL larutan HNO3 1% serta
perubahan diamati
5. Sebanyak 1 mL larutan Na2C2O4 1% Larutan tidak berwarna.
ditambah 1 mL larutan H2SO4 pekat dan
perubahan diamati
6. Sebanyak 0,1 mL larutan Na2S2O3 1% Larutan tidak berwarna.
ditambah 1 mL larutan AgNO3 1% dan
perubahan diamati
16

4.2. Pembahasan

Analisis adalah disiplin ilmu kimia yang mempelajari tentang


identifikasi, penentuan komposisi, dan struktur spesies. Analisis kimia
dapat dibagi menjadi dua berdasarkan tujuannya, yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan
mengidentifikasi spesies dan strukturnya. Sedangkan, tujuan analisis
kuantitatif adalah untuk mengetahui jumlah dan komposisi spesies.
Analisis kualitatif juga bisa disebut analisis konvensional/kimia,
sedangkan analisis kuantitatif disebut analisis modern/instrumental
(Padmaningrum 2010). Analisis kualitatif bisa dilakukan dalam skala
makro (0,5-1 gram; 20 ml), semimikro (0,05-0,1 gram; 1 ml), dan
mikro (≤ 0,01 gram). Namun, teknik semimikro lebih sering dipilih
untuk efisiensi bahan kimia, kecepatan analisis, dan ketajaman
pengamatan yang memadai (Sulistyarti 2017). Secara garis besar,
terdapat dua macam reaksi uji untuk analisis kualitatif, yaitu reaksi
kering dan reaksi basah.

4.2.1. Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan Cara Reaksi


Nyala

Salah satu jenis reaksi uji untuk analisis kualitatif adalah


reaksi kering. Reaksi kering merupakan reaksi yang
dilaksanakan tanpa melarutkan sampel dalam pelarut cair,
sehingga bisa diterapkan untuk zat uji berbentuk padatan.
Reaksi kering dapat dilaksanakan dengan pemanasan untuk
melihat perubahan sifat yang dapat digunakan untuk mengenali
analit dengan proses sublimasi, pelelehan, penguraian yang
disertai dengan perubahan warna atau pembebasan gas. Salah
satu contoh analisis kualitatif dengan reaksi kering ialah uji
nyala. Uji nyala ini biasanya menggunakan api dari alat
bunsen, yang tidak berjelaga, untuk pemanasannya. Struktur
nyala bunsen adalah sebagai berikut.
17

Gambar 4.2.1 Struktur nyala bunsen

Keterangan:

(a) Daerah suhu rendah, digunakan untuk menguji zat-zat yang


mudah menguap/volatile, untuk menentukan apakah zat
tersebut memberikan warna pada nyala api.
(b) Daerah nyala paling panas (difusi), digunakan untuk
menguji sifat peleburan suatu zat dan melengkapi daerah
suhu rendah dalam menguji kemudahan relatif suatu zat
untuk menguap.
(c) Daerah oksidasi bawah, untuk mengoksidasi zat-zat yang
terlarut dalam mutu boraks, fosfat, dan karbonat.
(d) Daerah oksidasi atas, untuk mengoksidasi zat-zat yang
tidak memerlukan suhu tinggi.
(e) Daerah reduksi atas, digunakan untuk mereduksi oksida-
oksida berupa kerak menjadi logam.
(f) Daerah reduksi bawah, untuk mereduksi boraks lelehan.

Nyala bunsen dengan katup terbuka seluruhnya terdiri atas 3


bagian, yaitu:

(1) Kerucut biru bagian dalam (ADB) terdiri atas gas yang
tidak terbakar secara sempurna.
(2) Ujung dari bagian yang bercahaya (D), hanya terlihat
ketika katup udara sedikit tertutup.
18

(3) Bagian luar (ACBD) yang terdiri atas gas-gas yang


terbakar sempurna.
Dalam praktikum ini, dilakukan pengidentifikasian
logam alkali menggunakan salah satu contoh reaksi kering
tadi, yaitu reaksi/uji nyala. Logam alkali sendiri adalah unsur
golongan I yang bertekstur lunak, berwarna putih mengilap,
dan memiliki titik leleh yang rendah. Unsur pada golongan ini,
yaitu litium (Li), natrium (Na), kalium (K), rubidium (Rb),
sesium (Cs), dan fransium (Fr) (Lestari 2004). Dalam
praktikum ini, menggunakan beberapa logam alkali, yaitu KCl,
NaCl, dan CaCl2. Unsur-unsur tersebut memiliki warna nyala
yang berbeda-beda saat dibakar menggunakan pembakar
bunsen. Hal ini karena sifat dari atomnya, dimana jika
diberikan energi, posisi elektron dalam atom akan berbubah
dan berpindah ke kulit yang lebih tinggi (eksitasi). Kemudian,
elektron akan kembali ke dasar (stabil) dan melepaskan energi
radiasi elektromagnetik berupa pancaran nyala cahaya (Rahayu
2009).
Berdasarkan hasil percobaan ini, jarum osche/kawat
platina yang dicelupkan ke larutan HCl pekat lalu dibakar pada
bagian fusi pembakar bunsen tidak menghasilkan warna nyala.
Hasil ini sesuai dengan teori dimana unsur H tidak akan
menghasilkan warna nyala. Identifikasi logam alkali lainnya
adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Logam Alkali K pada Larutan KCl 5%
Langkah pertama dari identifikasi ini adalah
mencelupkan ujung kawat pada larutan HCl pekat.
Kemudian, ujung kawat dicelupkan ke larutan KCl 5% dan
dibakar pada bagian oksidasi pembakar bunsen. Hasil dari
pembakaran itu adalah warna nyala ungu. Hasil ini sesuai
dengan teori bahwa pembakaran unsur K akan
19

menghasilkan warna nyala ungu. Hal ini karena saat


dipanaskan, elektron dalam atom K menglami eksitasi dan
akan menghasilkan warna nyala saat ia kembali stabil
(Rahayu 2009). Hal ini menunjukkan bahwa larutan KCl
5% benar mengandung unsur logam alkali K.
2. Identifikasi Logam Alkali Na pada Larutan NaCl
Setelah mengidentifikasi unsur K, ujung jarum/kawat
platina dicelupkan kembali pada larutan HCl pekat.
Kemudian, ujung kawat dicelupkan ke larutan NaCl dan
dibakar pada bagian oksidasi pembakar bunsen. Hasil dari
pembakaran itu adalah warna nyala kuning. Hasil ini sesuai
dengan teori bahwa pembakaran unsur Na akan
menghasilkan warna nyala kuning. Hal ini karena saat
dipanaskan, elektron dalam atom Na akan menglami
eksitasi dan menghasilkan warna nyala saat ia kembali
stabil (Rahayu 2009). Hal ini menunjukkan bahwa larutan
NaCl benar mengandung unsur logam alkali Na.
3. Identifikasi Logam Alkali Ca pada Larutan CaCl2
Identifikasi terakhir adalah mengidentifikasi unsur Ca
pada larutan CaCl2 yang termasuk unsur alkali tanah. Ujung
jarum/kawat platina dicelupkan kembali pada larutan HCl
pekat. Kemudian, ujung kawat dicelupkan ke larutan CaCl2
dan dibakar pada bagian oksidasi pembakar bunsen. Hasil
dari pembakaran itu adalah warna nyala jingga (oranye).
Hasil ini hampir sesuai dengan teori bahwa pembakaran
unsur Ca akan menghasilkan warna nyala merah jingga. Hal
ini karena saat dipanaskan, elektron dalam atom Ca
menglami eksitasi dan akan menghasilkan warna nyala saat
ia kembali stabil (Rahayu 2009). Hal ini menunjukkan
bahwa larutan CaCl2 benar mengandung unsur logam alkali
tanah Ca.
20

4.2.2. Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah

Reaksi basah adalah salah satu jenis reaksi uji dalam


analisis kualitatif. Reaksi basah adalah reaksi-reaksi yang
dilaksanakan dengan melarutkan sampel dalam pelarut cair,
sehingga bisa diterapkan pada zat uji yang berbentuk larutan
(Ethica 2020). Reaksi basah memiliki keuntungan dimana
sebagian besar jalannya reaksi kimia mudah untuk dilihat dari
terbentuknya endapan, pembebasan gas, bau gas yang timbul
dan perubahan warna. Dalam reaksi basah, ada dua jenis
identifikasi, yaitu identifikasi kation dan identifikasi anion.

Kation sendiri adalah ion yang bermuatan positif. Kation


diklasifikasikan menjadi lima golongan berdasarkan sifat
kation tersebut terhadap beberapa reagensia. Dalam reaksi
basah memang dibutuhkan reagensia golongan yang sistematik
dapat menetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation.
Reagensia yang paling umum digunakan dalam identifikasi
kation ialah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida,
ammonium karbonat, natrium karbonat, ammonium
hidroksida, dan asam oksalat. Identifikasi ini didasarkan pada
kemampuan kation bereaksi dengan reagensia dengan
membentuk endapan atau tidak (Amanda, Hisbiyah, and
Nisyak 2020).

1. Identifikasi Kation Ag+ dalam larutan AgNO3


Langkah pertama yang harus dilakukan adalah 1 mL
larutan 1% AgNO3 (gol.1) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi menggunakan pipet tetes. Lalu, 1 mL larutan HCl 1%
ditambahkan. Penambahan HCl digunakan untuk
mempercepat adanya gumpalan. Kemudian, diamati apa
yang terjadi setelahnya. Perekasi 1% NH4OH ditambahkan
21

kedalammnya dan diamati apakah ada endapan yang


terbentuk. Berikut adalah reaksinya.

AgNO3 + HCl → AgCl + HNO3


AgCl + 2NH4OH → Ag(NH3)2Cl + 2H2O

Berikut adalah gambar hasil identifikasi kation dengan


reaksi basah dari AgNO3 dan HCl.

Gambar 4.2.2. Hasil reaksi AgNO3 Gambar 4.2.3. Hasil reaksi setelah ditambah
dengan HCl NH4OH

Gambar 4.2.2, di atas menunjukkan hasil reaksi antara


AgNO3 dengan HCl berupa endapan putih. Penambahan
NH4OH sendiri bertujuan untuk membentuk endapan
kompleks, sehingga seperti pada Gambar 4.2.3, bahwa tetap
terdapat endapan berwarna putih (tidak ada perubahan).
Oleh kerena itu, hasil praktikum sama dengan hasil analisis.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa ion Ag+ jika direaksikan
dengan HCl akan menghasilkan endapan berwarna putih,
dan bila Kembali direaksikan dengan NH4OH akan kembali
membentuk endapan. Ion Ag+ termasuk kation golongan I.

2. Identifikasi Kation Pb2+ dalam Larutan Pb(NO3)2


Langkah awal yang harus dilakukan adalah 1 mL
larutan 1% Pb(NO3)2 (gol.1) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi menggunakan pipet tetes. Lalu, ditambahkan 1 mL
larutan pereaksi KI 1%. Kemudian, diamati apa yang terjadi
setelahnya. Setelah itu, dididihkan dalam air dan saat dingin
22

dilihat apa yang terjadi. Berikut ini adalah persamaan


reaksinya.
Pb2++ 2I- → PbI2

Gambar 4.2.4 Hasil reaksi Pb(NO3)2 Gambar 4.2.5 Hasil setelah dididihkan
dengan KI

Gambar percobaan di atas menunjukan hasil dari reaksi


yang terjadi dimana menghasilkan endapan berwarna
kuning. Endapan kuning itu berubah menjadi tidak
berwarna setelah dididihkan. Pemanasan/pendidihan ini
bertujuan untuk mempercepat reaksi dan melarutkan
endapan. Sehingga, hasil pengamatan sama dengan hasil
analisis, dimana timbal yang direaksikan dengan kalium
iodida akan terbentuk endapan kuning timbal iodida.
Endapan larut dalam air mendidih menghasilkan larutan tak
berwarna.
3. Identifikasi Kation Hg2+ dalam Larutan HgCl2
Langkah awal dari percobaan ini adalah memasukkan 1
mL larutan HgCl2 (gol.2) ke dalam tabung reaksi
menggunakan pipet tetes, kemudian menambahkan 1 mL
pereaksi larutan KI 1%. Diamati bagaimana hasilnya.
Setelah itu, larutan ditambahkan dengan larutan KI 1%
berlebih. Penambahan KI 1% ini bertujuan untuk
membentuk tetraiodo. Persamaan reaksi dari percobaan
tersebut yakni sebagai berikut.

Hg2++2I- → HgI2 ↓
Hgl2 ↓ + 2I- → [Hgl4]2- (Aq)
23

Selain itu, disajikan gambar identifikasi larutan 1% HgCl2


dan pereaksi larutan 1% KI yakni sebagai berikut.

Gambar 4.2.6 Hasil reaksi HgCl2


dengan KI dan KI berlebih

Berdasarkan hasil percobaan, diketahui bahwa hasil reaksi


antara HgCl2 dengan KI menghasilkan larutan tidak
berwarna dan tanpa endapan. Oleh karena itu, hasil
praktikum berbeda dengan hasil analisis, dimana kalium
iodida bila ditambahkan perlahan-lahan pada larutan
terbentuk endapan merah merkurium (II) iodida, jika
ditambah regensia berlebih terbentuk ion tetraiodomerkurat
(II) yang larut. Penyebab perbedaan hasil ini kemungkinan
karena saat menambahkan KI ke dalam tabung reaksi,
praktikan terlalu terburu-buru.

4. Identifikasi Kation Fe2+ dalam larutan FeSO4


Langkah awal dari percobaan ini adalah memasukkan 1
mL larutan FeSO4 (gol.3) ke dalam tabung reaksi
menggunakan pipet tetes, kemudian menambahkan
sebanyak 1 mL NaOH 1 % ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi 1 mL larutan FeSO4 menggunakan pipet yang
lain. Setelah itu larutan dikocok. Pengocokan dilakukan
untuk mempercepat reaksi. Persamaan reaksi pada
percobaan tersebut yakni sebagai berikut.

Fe2+ + 2OH- → Fe(OH)2 ↓


24

Berikut adalah gambar hasil reaksi FeSO4 dengan NaOH.

Gambar 4.2.7 Hasil reaksi FeSO4


dengan NaOH
Hasil dari reaksi ini adalah larutan berwarna kekuningan
tanpa endapan. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil analisis,
dimana, larutan natrium hidroksida terbentuk
endapan putih bila tidak terdapat udara sama sekali.
Bila terkena udar akan teroksidasi menjadi besi (III)
hidroksida yang berupa endapan coklat kemerahan.
5. Identifikasi Kation Ba2+ dalam larutan BaCl2
Langkah awal dari percobaan ini adalah memasukkan 1
mL larutan BaCl2 1% (gol.4) ke dalam tabung reaksi
menggunakan pipet tetes, kemudian menambahkan 1 mL
(NH4)2CO3 1% menggunakan pipet yang lain. Setelah itu
larutan ditambahkan sebanyak 1 mL HNO3 1%. Persamaan
reaksi dari percobaan tersebut yakni sebagai berikut.
Ba2+ + CO32+ → BaCO3 ↓

Disajikan gambar identifikasi larutan 1% BaCl2, pereaksi


larutan 1% (NH4)2CO3 dan penambahan 1% pereaksi
larutan HNO3 yakni sebagai berikut.

Gambar 4.2.8 Hasil reaksi BaCl2


dengan (NH4)2CO3 dan HNO3
25

Hasil dari reaksi ini adalah larutan tidak berwarna, berbau,


maupun memiliki endapan. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil praktikum berbeda dengan referensi, dimana harusnya
reaksi ini menghasilkan endapan berwarna putih.
6. Identifikasi Kation Na+ dalam larutan NaOH
Larutan NaOH dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 1 ml. Kemudian,
ditambahkan dengan pereaksi larutan 1% NH4Cl sebanyak 1
ml kedalam tabung reaksi tersebut dan lakmus merah yang
ditaruh pada bibir tabung, diamati apa yang terjadi setelah
perlakuan tersebut. Persamaan reaksi dari percobaan
tersebut yakni sebagai berikut.

NaOH + NH4Cl → NaCl + NH4OH

Berikut adalah gambar identifikasi larutan NaOH dengan


pereaksi larutan NH4Cl.

Gambar 4.2.9 Larutan hasil reaksi Gambar 4.2.10 Tes lakmus sesudah
reaksi

Gambar tersebut menunjukkan bahwa kertas lakmus merah


berubah menjadi warna biru setelah ditaruh diatas tabung
reaksi. Hal ini menandakan bahwa pH dari larutan tersebut
diatas 7 yakni bersifat basa. Percobaan tersebut
membuktikan bahwa zat yang direaksikan menghasilkan
basa karena perubahan warna pada lakmus.
26

4.2.3. Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah

Anion adalah ion bermuatan negatif. Dasar dari


identifikasi anion atau sisa asam adalah perbedaan kelarutan
dari garam-garam barium dan perak. Sisa asam atau anion
dapat diklasifikasikan menjadi 7 golongan. Golongan-
golongan tersebut, yaitu (1) Golongan 1 adalah asam atau sisa
asam yang garam peraknya tidak larut dalam air dan asam
nitrat tetapi garam bariumnya larut dalam air (asam klorida,
asam bromida, asam iodida, asam sianida, ferosianida,
ferisianida, tiosianida dan asam hipoklorit); (2) Golongan 2
adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya larut dalam
air asam nitrat tetapi tidak larut atau sukar larut dalam air,
sedangkan garam bariumnya larut dalam air (hidrosulfat,
hidrogen sulfida, hidroselenat, nitrit, asetat, sianat, hipofosfit,
hidrotekirat dan asam hidrozoat); (3) Golongan 3 adalah asam
atau sisa asam yang garam peraknya berwarna putih dan larut
dalam asam nitrat, sedangkan garam bariumnya sukar larut
atau tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam nitrat (sulfit,
selenit, karbonat, oksalat, iodat, borat, molibdat, selenat, dan
telurat tertarat, citrat dan asam meta serta pirofosfat); (4)
Golongan 4 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya
berwarna dan larut dalam asam nitrat, tetapi garam bariumnya
tidak larut dalam air namun larut dalam asam nitrat (fosfat,
arsenat, arsenit, vanadat, tiosulfat, kromat dan asam feriodat).
Kemudian golongan 5 sampai 7.

1. Identifikasi Anion Br- dalam Larutan KBr


Langkah awal yang harus dilakukan yaitu memasukkan
1 mL larutan KBr 1% menggunakan pipet tetes kedalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan pereaksi
larutan 1% AgNO4, lalu diamati apa yang terjadi.
27

Persamaan reaksi dari percobaan tersebut yakni sebagai


berikut.

Br- + Ag+ → AgBr ↓

Berikut gambar hasil reaksinya.

Gambar 4.2.11 Hasil reaksi

Gambar percobaan diatas menunjukkan bahwa larutan


tersebut setelah direaksikan menghasilkan endapan
berwarna putih. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
pengamatan dan hasil referensi berbeda. Larutan yang
sudah direaksikan pada data pengamatan berwarna putih
dan terbentuk endapan, sedangkan pada referensi terbentuk
endapan kuning muda.

2. Identifikasi Anion SO2- dalam Larutan Na2SO4


Langkah yang harus dilakukan pada percobaan ini yaitu
larutan 1% Na2SO4 (gol.2) sebanyak 1 mL dimasukkan
kedalam tabung reaksi. Kemudian, ditambahkan dengan
pereaksi larutan 1% BaCl2 dan diamati setelahnya.
Persamaan reaksi dari reaksi tersebut yakni sebagai berikut.

Na2SO4 + BaCl2 → BaSO4 + 2NaCl

Gambar hasil reaksinya adalah sebagai berikut.


28

Gambar 4.2.12 Hasil reaksi

Gambar percobaan diatas, menunjukkan bahwa larutan yang


sudah direaksikan menghasilkan endapan putih. Telah
terjadi perubahan warna saat praktikum, dari yang tidak
berwarna ke warna putih. Hal ini menunjukan bahwa hasil
praktikum sesuai dengan hasil referensi.
3. Identifikasi Anion CN- dalam Larutan K4Fe(CN)6
Langkah yang pertama harus dilakukan, yaitu larutan
1% K4Fe(CN)6 (gol.2) sebanyak 1mL dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan 1 ml larutan
H2SO4 pekat dengan hati- hati menggunakan pipet tetes dan
diamati setelahnya. Persamaan reaksi dari percobaan
tersebut yakni, sebagai berikut.

K4Fe(CN)6+ 2H2SO4 → H4Fe(CN)6 + 2K2SO4

Gambar hasil reaksinya adalah sebagai berikut.

Gambar 4.2.13 Hasil reaksi

Gambar percobaan diatas menunjukkan bahwa larutan yang


sudah direaksikan berwarna kekuningan tanpa endapan.
Penambahan H2SO4 digunakan untuk mengubah oksalat
menjadi karbondiokasida dan karbon monoksida.
29

4. Identifikasi Anion dalam Larutan H3PO4


Langkah pertama, yaitu larutan 1% H3PO4 dimasukkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Kemudian
ditambahkan larutan 1% (NH4)2MoO3 dan larutan 1%
HNO3 sebanyak 1 ml. Kemudian, larutan tersebut
dipanaskan sebentar kemudian didinginkan dan diamati.
Persamaan reaksi dari percobaan tersebut yakni sebagai
berikut.

H3PO4 +3(NH4)2MoO3 → 3H2MoO3 + 2(NH4)3PO4

Gambar hasil percobaan adalah sebagai berikut.

Gambar 4.2.14 Hasil awal reaksi Gambar 4.2.15 Hasil setelah


dipanaskan

Gambar dari percobaan diatas yakni gambar larutan


ketika sebelum dan sesudah dipanaskan. Keadaan fisik
larutan pada gambar yakni larutan sebelum dipanaskan
tidak berwarna, tidak ada endapan, dan juga tidak ada bau.
Setelah direaksikan juga didihkan larutan tidak ada
perubahan baik dari segi warna, bau, dan endapan. Oleh
karena itu, Hal ini berbeda dengan referensi, dikatakan
bahwa reaksi antara H3(PO)4, (NH4)2MoO3 dan HNO3 akan
menghasilkan warna kuning kenari.
5. Identifikasi Anion dalam Larutan Na2C2O4
Langkah yang harus dilakukan pada percobaan ini yaitu
larutan 1% Na2C2O4 sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan pereaksi
30

larutan 1% H2SO4 pekat sebanyak 1 ml dengan hati-hati


yang kemudian diamati. Persamaan reaksi dari percobaan
tersebut, yakni sebagai berikut.

Na2C2O4 + H2SO4 → Na2SO4 + H2O + CO2 + CO

Gambar hasil reaksinya sebagai berikut.

Gambar 4.2.16 Hasil reaksi

Gambar dari percobaan diatas memperlihatkan hasil


reaksi berupa larutan berwarna bening tanpa ada bau dan
juga endapan, sedangkan larutan yang belum direaksikan
pun berwarna bening. Penambahan H2SO4 digunakan untuk
mengubah oksalat menjadi karbondioksida dan
karbonmonoksida. Hal ini sesuai dengan referensi dimana
larutan Na2C2O4 (tidak berwarna) ditambahkan H2SO4 (tak
berwarna) tidak akan berwarna, tidak memiliki endapan,
dan tidak berbau.
6. Identifikasi Anion dalam Larutan Na2S2O3
Langkah pertama yaitu larutan 1% Na2S2O3 (gol.4)
dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml.
Kemudian ditambahkan dengan pereaksi larutan 1% AgNO3
sebanyak 1 ml. Lalu diamati zat apa yang terbentuk dan
perubahan warna yang timbul. Persamaan reaksi pada
percobaan tersebut yakni sebagai berikut.

Na2S2O3 + 2AgNO3 → Ag2S2O3 +2NaNO3


31

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, ketika


Na2S2O3 direaksikan dengan AgNO3 warnanya adalah
bening. Hasil pada percobaan larutan AgNO3 berbeda
dengan referensi, dimana akan terbentuk endapan putih
yang kemudian berubah warnanya menjadi kuning coklat
dan akhirnya hitam disebabkan terjadinya argentum sulfida.
V. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

1. Identifikasi logam dengan reaksi nyala dapat diketahui dari warna


nyala masing-masing unsur logam alkali saat dilakukan
pembakaran oleh bunsen, seperti:
- Larutan KCl 5% saat dibakar oleh pembakar bunsen akan
menghasilkan warna nyala ungu. Warna nyala itu berasal dari
elektron dalam atom K yang menglami eksitasi dan akan
menghasilkan warna nyala saat ia kembali stabil.
- Larutan NaCl menghasilkan warna nyala kuning karena
mengandung atom Na.
- Larutan CaCl2 menghasilkan warna jingga karena
mengandung atom Ca.
2. Identifikasi kation dengan reaksi basah didasarkan pada
kemampuan kation bereaksi dengan reagensia dengan membentuk
endapan atau tidak, seperti:
- Reaksi AgNO3 dengan HCl menghasilkan endapan berwarna
putih. Saat ditambahkan NH4OH, tidak terjadi perubahan
pada warna.
- Reaksi Pb(NO3)2 dengan KI menghasilkan endapan berwarna
kuning yang berubah menjadi tidak berwarna setelah
dididihkan.
- Reaks HgCl2 dengan KI menghasilkan larutan tidak berwarna
dan tanpa endapan yang seharusnya membentuk endapan
merah merkurium (II) iodida dan jika ditambah regensia
berlebih maka terbentuk ion tetraiodomerkurat (II) yang larut.
- Reaksi FeSO4 dengan NaOH adalah larutan berwarna
kekuningan tanpa endapan yang harusnya membentuk
endapan putih atau coklat kemerahan jika terkontaminasi
udara.

32
33

- Reaksi BaCl2 dengan (NH4)2CO3 dan penambahan HNO3


menghasilkan larutan tak berwarna yang seharusnya
menghasilkan endapan putih.
- Reaksi NaOH dengan NH4Cl lalu tabung dipanaskan
membuat lakmus merah berubah biru.
3. Identifikasi anion dengan reaksi basah pada beberapa larutan,
sebagai berikut.
- Reaksi KBr dengan AgNO4 menghasilkan endapan berwarna
putih yang pada referensi harusnya endapan kuning muda.
- Reaksi Na2SO4 dengan BaCl2 menghasilkan endapan putih.
- Reaksi K4Fe(CN)6 dengan H2SO4 pekat menghasilkan larutan
berwarna kekuningan.
- Reaksi % H3PO4 dengan (NH4)2MoO3 lalu ditambah HNO3
dan dipanaskan menghasilkan larutan tak berwarna yang
harusnya kuning kenari.
- Reaksi Na2C2O4 dengan H2SO4 pekat menghasilkan larutan tak
berwarna.
- Reaksi Na2S2O3 dengan AgNO3 menghasilkan larutan tak berwarna
yang harusnya endapan putih.

5.2. Saran

Saran untuk kegiatan praktikum ini yaitu diharapkan dalam setiap


melakukan praktikum, praktikan harus selalu mengunakan alat
pelindung diri. Berhati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan pada
alat-alat laboratorium ataupun kecelakaan karena bahan-bahan kimia.
Memperhatikan penjelasan asisten praktikum. Lakukan praktikum
dengan tertib sesuai prosedur yang berlaku. Praktikan harus menjaga
kebersihan dari alat hingga ruang laboratorium. Melaksanakan
kegiatan praktikum dengan teliti agar tidak terjadi hal-hal yang
berbahaya, dan membersihkan serta merapikan kembali alat dan bahan
laboratorium yang telah dipakai.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2012. Kimia Analitik Kualitatif (Analisis Kualitatif


Konvensional). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
https://books.google.co.id/books?id=xdFqDwAAQBAJ.

Amanda, Eviomitta Rizki, A’yunil Hisbiyah, and Khoirun Nisyak. 2020.


PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK. Pasuruan: Penerbit Qiara
Media. https://books.google.co.id/books?id=fS3dDwAAQBAJ.

Ethica, Stalis Norma. 2020. Buku Ajar Teori Kimia Analitik Teknologi
Laboratorium Medis. Sleman: Deepublish.
https://books.google.co.id/books?id=EgwfEAAAQBAJ.

Lestari, Sri. 2004. Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia. Jakarta: PT Kawan
Pustaka. https://books.google.co.id/books?id=2xiCrFwCUIsC.

Padmaningrum, Regina Tutik. 2010. Jurnal Kimia VALENSI Dasar-Dasar


Analisis Kimia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Rahayu, Iman. 2009. Praktis Belajar Kimia. Bandung: PT Grafindo Media


Pratama. https://books.google.co.id/books?id=T%5C_yEfEOEFtgC.

Sulistyarti, H. 2017. Kimia Analisa Dasar Untuk Analisis Kualitatif. ed. Tim UB
Press. Malang: Universitas Brawijaya Press.
https://books.google.co.id/books?id=WrJVDwAAQBAJ.

Wiryawan, Adam, Rurini Retnowati, and Sabarudin Akhmad. 2007. Kimia


Analitik. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Wonorahardjo, S. 2020. Pengantar Kimia Analitik Modern: Metode Dan Aplikasi.


ed. Putri Christian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
https://books.google.co.id/books?id=7FIOEAAAQBAJ.

34

Anda mungkin juga menyukai