Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS DASAR

Disusun oleh :

1. Ahmad Faqih Ilham (061930400560)


2. Indiana Damayanti (061930400565)
3. Mesa Maisela (061930400567)
4. Putri Rieka Fitri Hayati (061930400570)
5. Sri Ningsih (061930400572)
6. Yuda Adi Pratama (061930400084)

Instruktur : Ir. Nyayu Zubaidah, M.Si.


Jurusan : Teknik Kimia Prodi D-III Teknik Kimia
Kelas/Kelompok : 1 KA/2

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG


TAHUN PELAJARAN 2019-2020

1
DAFTAR ISIS

Cover ..................................................................................................1
Daftar Isi ............................................................................................2

Pembuatan Larutan ..................................................................................3

Analisis Anion .......................................................................................17

Analisis Kation ......................................................................................33

Analisis Air Kristal .................................................................................53

Titrasi Asam Basa ..................................................................................62

Tirasi Asam Basa Karbonat-Bikarbonat .....................................................77

Gravimetri ............................................................................................87

Daftar Pustaka ..................................................................................97

2
PEMBUATAN LARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu :
1. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari padatan dan cairan.
2. Membuat larutan dengan cara yang tepat dan benar.
3. Menggunakan peralatan dengan tepat dan benar

II. DASAR TEORI


Satu tipe campuran yang paling sering dijumpai adalah larutan. Di alam, sebagian
besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Suatu larutan adalah campuran
homogen dari molekul, atom maupun ion dari dua zat atau lebih. Umumnya
larutan terdiri dari zat terlarut(solut) dan zat pelarut (solven). Kuantitas relatif
suatu zat tertentu dalam suatu larutan disebut konsentrasi. Konsentrasi dari
larutan dapat berupa :

% w/w = persen berat/berat = gram zat terlarut


100 gram larutan
% w/v = persen berat/volume = gram zat terlarut
100 ml larutan
M = Molaritas = mol zat terlarut
Liter larutan
N = Normalitas = ekivalen zat terlarut
Liter larutan
m = molalitas = mol zat terlarut
kg pelarut

Larutan dapat dibuat dari zat asalnya yaitu :


a. Padatan
Jumlah zat terlarut (solut) yang dibutuhkan = M x V x BM
M : molaritas larutan , mol/liter
V : volume larutan, liter
BM : berat molekul zat, gr/mol
Jika larutan yang akan dibuat dalam % w/v maka, jumlah zat yang diperlukan :
% w/v x V.

3
b. Cairan
Jika larutan yang dibuat dari zat asalnya cairan, umumnya senyawa asam,
basa,anorganik, maka volume zat yang dibutuhkan ditemukan dari persamaan:
V1 x M1 = V2 x M2 atau V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan :
V1 = volume awal
M1 = molaritas awal
N1 = normalitas awal
V2 = volume akhir
M2 = molaritas akhir
N2 = normalitas akhir

Molaritas awal didapat dari :


Untuk % V/V:
M = % x p x1000
BM

III. DAFTAR ALAT


1. Kaca arloji
2. Spatula
3. Pengaduk
4. Gelas kimia 100ml, 250ml
5. Labu takar 100ml, 250ml
6. Botol aquadest
7. Corong gelas
8. Bola karet
9. Pipet ukur
10. Pipet tetes
11. Masker,kacamata,sarung tangan

4
IV. DAFTAR BAHAN
1. HCl
2. H2SO4
3. NH3
4. CH3COOH
5. AgNO3
6. Ba(NO3)2
7. NH4Cl
8. MgCl2.6H2O
9. K2CrO4
10. KI
11. Hg(NO3)2

V. GAMBAR ALAT (Terlampir)

VI. KESELAMATAN KERJA


 Untuk mengambil larutan zat pekat (misalnya asam dan basa kuat) gunakan
sarung tangan, masker, dan kacamata.
 Sebelum larutan pekat dimasukkan ke dalam labu ukur, terlebih dahulu isi labu
ukur dengan air aquades
 Lakukan pengenceran di lemari asam

VII. LANGKAH KERJA


a. Untuk zat asal padatan(pelarutan)
1. Menghitung jumlah zat yang diperlukan
2. Menimbang zat tersebut dengan menggunakan kaca arloji
3. Memasukkan zat ke dalam gelas kimia, menyemprot zat yang tertinggal
danmembilasnya dengan air demineral
4. Aduk hingga semua zat terlarut dalam air
5. Memindahkan larutan ke dalam labu ukur yang sudah dipasang corong

5
6. Membilas zat yang tertinggal dengan air demineral
7. Menambahkan air dengan hati-hati sampai tanda
8. Menutup labu ukur dan mengocok sambil dibolak balik sampai homogen
9. Memindahkan ke dalam botol zat, diberi label identitas zat(nama zat/
rumuskimia, konsentrasi, tanggal)

b. Untuk zat asal cairan(pengenceran)


1. Menghitung molaritas zat asal berdasarkan keterangan pada botol zat
2. Menghitung volume zat yang dibutuhkan berdasarkan rumus pengenceran
3. Mengisi air demineral 1/3 bagian ke dalam labu ukur yang akan digunakan
sesuaidengan volumenya
4. Mengambil zat tersebut dengan menggunakan pipet ukur
5. Masukkan ke dalam labu melalui dindingnya
6. Menambahkan air sampai tanda batas
7. Menutup dan mengocok sambil dibolak balik sampai homogen.
8. Memasukkan ke dalam botol zat, beri label

VIII. DATA PENGAMATAN


Zat yang Sifat Fisik & Kimia Jumlah Konsentr Volume
digunakan Perubahan yang asi larutan
dibutuhk larutan yang
an yang dibuat
dibuat
HCl Warna : Bening Menjadi larutan
Bau : Berbau tapi berwarna bening,
tidak menyengat tidak terjadi 16 ml 2M 100 ml
Bentuk : Cairan perubahan yang
Mr : 36,5 gr/mol signifikan
% : 37%
P : 1,18 gr/L

6
H2SO4 Warna : Bening Menjadi larutan
Bau : Tidak berbau bening dan
Bentuk : Cairan memiliki suhu yang 10 ml 2M 100 ml
Mr : 98,08 gr/mol tinggi (panas)
% : 98%
P : 1,84 gr/L
NH3 Warna : Bening Menjadi larutan
Bau : Bau bening dan
menyengat memiliki bau yang 7,5304 2M 100 ml
Bentuk : Cairan menyengat ml
Mr : 17 gr/mol
% : 25%
P : 0,903 gr/L
Warna : Bening
(CH3CO)2O
Bau : Berbau Menjadi larutan
menyengat bening berminyak 19,44 ml 2M 100 ml
Bentuk : Cairan dan memiliki bau
Mr : 102,01 gr/mol yang menyengat
% : 97 %
P : 1,084 gr/L
AgNO3 Warna : Putih
Bau : Tidak berbau Menjadi larutan
Bentuk : Padatan bening dan tidak 0,84 0,1 M 50 ml
Mr : 170 gr/mol memiliki bau gram
%:-
P:-
Ba(NO3)2 Warna : Bening /
Putih Menjadi larutan 1,3 gram 0,1 M 50 ml
Bau : Tidak berbau bening dan tidak
Bentuk : Padatan berbau

7
Mr : 261,35 gr/mol
NH4Cl Warna : Bening /
Putih Menjadi larutan 0,17
Bau : Tidak berbau bening dan tidak gram 0,1 M 50 ml
Bentuk : Padatan memiliki bau
Mr : 53,49 gr/mol

MgCl2.6H2O Warna : Bening /


Putih Menjadi larutan
Bau : Tidak berbau bening dan tidak 0,56 0,1 M 50 ml
Bentuk : Padatan memiliki bau gram
Mr : 203,3 gr/mol
K2CrO4 Warna : Kuning Menjadi larutan 0,77 0,1 M 50 ml
Bau : Tidak berbau berwarna kuning gram
Bentuk : Padatan dan tidak memiliki
Mr : 194,19 gr/mol bau
KI Warna : Bening / Menjadi larutan
Putih tidak berwarna
Bau : Tidak berbau (bening), dan tidak 0,83 0,1 M 50 ml
Bentuk : Padatan memiliki bau gram
Mr : 166 gr/mol
Hg(NO3)2 Warna : Bening / Menjadi larutan
Putih tidak berwarna 1,7131
Bau : Tidak berbau (bening), tidak gram 0,1 M 50 ml
Bentuk : Padatan memiliki bau
Mr : 342,62 gr/mol
Dimetil Warna : Putih Menjadi larutan
Glioksin Bau : Tidak Berbau bening dan tidak 0,5 gram - 50 ml
Bentuk : Padatan berbau
%:1%

8
PERHITUNGAN

1. HCl, 2 M
Diketahui : % = 37% = 0,37 V2 = 100 ml
P = 1,19 gr/L Mr = 36,45 gr/mol
Ditanya : V1?
Jawab : M1 = p x % x 1000
Mr
= 1,19 gr/L x 0,37 x 1000
36,45 gr/mol
= 12,06 mol/L

M1 . V1 = M2 . V2
V1 = 2 M . 100 ml
12,06 M
= 16 ml
2. H2SO4, 2 M
Diketahui : % = 98% = 0,98 V2 = 100 ml
P = 1,84 gr/L Mr = 98,08 gr/mol
Ditanya : V1?
Jawab : M1 = p x % x 1000
Mr
= 1,84 gr/L x 0,98 x 1000
98,08 gr/mol
= 18,4 mol/L

M1 . V1 = M2 . V2
V1 = 2 M . 100 ml
18,4 M
= 5 ml

9
3. NH3, 2M
Diketahui : % = 25 % = 0,25 V2 = 100 ml
P = 0,93 gr/L Mr = 17,036 gr/mol
Ditanya : V1?
Jawab : M1 = p x % x 1000
Mr
= 0,93 gr/L x 0,25 x 1000
17,036 gr/mol
= 13,251 mol/L

M1 . V1 = M2 . V2
V1 = 2 M . 100 ml
13,251 M
= 15,09 ml
4. (CH3CO)2O 2 M

Diketahui : % =97 % = 0,97 V2 = 100 ml

P = 1,084 gr/L Mr = 102,01 gr/mol

Ditanya : V1?

Jawab : M1 = p x % x 1000
Mr
= 1,084 gr/L x 0,97 x 1000
102,01 gr/mol
= 10,307 mol/L
M1 . V1 = M2 . V2
V1 = 2 M . 100 ml
10,037 M
= 19,4 ml
5. AgNO3, 0,1 M

10
Diketahui : V2 = 50 ml = 0,05L
Mr = 170 gr/mol
Ditanya : gr ?

Jawab : gr = M x V x Mr
= 0,1 mol/L x 0,05L x 169,84 gr/mol
= 0,8492 gram
6. Ba(NO3)2, 0,1 M
Diketahui : V2 = 50 ml = 0,05L
Mr = 261,35 gr/mol
Ditanya : gr ?
Jawab : gr = M x V x Mr
= 0,1 mol/L x 0,05L x 261,35 gr/mol
= 1,3 gram
7. NH4Cl, 0,1 M
Diketahui : V2 = 50 ml = 0,05L
Mr = 53,49 gr/mol
Ditanya : gr ?
Jawab : gr = M x V x Mr
= 0,1 mol/L x 0,05L x 53,49 gr/mol
= 0,267 gram
8. MgCl2.6H2O, 0,1 M
Diketahui : V2 = 50 ml = 0,05L
Mr = 203,3 gr/mol
Ditanya : gr ?
Jawab : gr = M x V x Mr
= 0,1 mol/L x 0,05L x 203,3 gr/mol
= 1,016 gram
9. K2CrO4, 0,1 M
Diketahui : V2 = 50 ml = 0,05L
Mr = 155,05 gr/mol

11
Ditanya : gr ?
Jawab : gr = M x V x Mr
= 0,1 mol/L x 0,05L x 155,05 gr/mol
= 0,775 gram

10. KI, 0,1 M

Diketahui : V2 = 50 ml = 0,05 L
Mr = 166 gr/mol
Ditanya : gr ?
Jawab : gr = M x V x Mr
= 0,1 mol/L x 0,05L x 166 gr/mol
= 0,83 gram
11. Hg(NO3)2, 0,1 M
Diketahui : V2 = 50 ml = 0,05L
Mr = 342,62 gr/mol
Ditanya : gr ?
Jawab : gr = M x V x Mr
= 0,1 mol/L x 0,05L x 342,62 gr/mol
= 1,71 gram

12. Dimetil Glioksin


Diketahui : % w/v : 1 %
Ditanya : gr ?
Jawab : gr = 1 x Jumlah Volume w/v
100

= 0,5 gr

12
PERTANYAAN

1. Tuliskan 4 nama zat dan rumus kimianya dari zat asalnya padatan dan
cairan, serta fisik dan kimianya !
2. Hitung molaritas larutan larutan yang mengandung 10gram NaCl (BM =
58,44) dalam 200 ml larutan !
3. Hitung molaritas HCl pekat jika diketahui densitasnya = 1,18 gr/L dan %
HCl 36 !

Jawab :

1. Padatan
 AgNO3 (perak nitrat)
Sifat fisik : Berwarna putih, tidak berbau
Sifat kimia : 170 gr/mol
 K2CrO4 (kalium dikromat)
Sifat fisik : Berwarna kuning , tidak berbau
Sifat kimia : 194,19 gr/mol
Cairan
 H2SO4 (asam sulfat)
Sifat fisik : Bening, panas
Sifat kimia : Mr = 98,08 gr/mol
% = 98%
P = 1,84 gr/L
 HCl (asam klorida)
Sifat fisik : Bening, tidak panas
Sifat kimia : Mr = 36,5 gr/mol
% = 37 %
P = 1,18 gr/L

2. Diketahui : V = 200 ml = 0,2L


Mr = 58,44 gr/mol
gr = 10 gram
Ditanya :M?

13
Jawab : gr = M x V x Mr

M = gr
V x BM
= 10 gram
0,2 L x 58,44 gr/mol
= 0,855 mol/L

3. Diketahui : % = 36% = 0,36 V2 = 50 ml


P = 1,18 gr/L Mr = 36,5 gr/mol
Ditanya : V?
Jawab :M = p x % x 1000
Mr
= 1,18 gr/L x 0,36 x 1000
36,5 gr/mol
= 424,8
36,5

= 11,6383 mol/L

14
ANALISIS PERCOBAAN

Dari percobaan yang telah dilakukan tentang pembuatan larutan, hal


pertama dan yang terpenting adalah perhitungan jumlah zat / berapa banyak zat
yang dibutuhkan untuk dilarutkan / diencerkan dengan aquades agar tercapai
volume dan molaritas yang telah ditetapkan. Selain itu, setiap prosedur kerja harus
dilakukan sesuai dengan urutannya dan dilakukan dengan benar, karena setiap
prosedur dapat berpengaruh besar jika terjadi sedikit kesalahan, seperti
ketidaktepatan dalam perhitungan, penimbangan, pengukuran, dll, yang dapat
merubah hasil dari larutan yang akan dibuat.

Dalam proses penimbangan zat padat di neraca analitik, ketelitian sangat


diperlukan karena neraca analitik sangat sensitif termasuk terhadap udara yang
dapat menyebabkan kesalahan dalam perhitungan, sehingga diharuskan menutup
setelah melakukan penimbangan. Sedangkan dalam pengambilan zat cair dengan
pipet ukur harus menggunakan sarung tangan untuk melindungi tangan dari zat
tsb dan juga harus menggunakan masker. Pengambilan zat asam harus dilakukan
di lemari asam khusus, agar zat tsb yang menguap bisa langsung diserap dan
dibuang.

KESIMPULAN

- Larutan terdiri dari 2 macam zat, yaitu pelarut & terlarut yang homogen
- Setiap zat memiliki sifat fisika & kimia
- Ketelitian dalam perhitungan sangat dibutuhkan agar tidak terjadi
kesalahan dalam pembuatan larutan
- Suatu zat tidak selalu memiliki perubahan yang sama, tergantung dari jenis
zat, baik itu zat padat maupun cair.

15
16
ANALISIS ANION

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal sifat-sifat unsur dan ion - ionnya dalam larutan melalui
pengamatan.
2. Melakukan analisis anion dalam suatu cuplikan melalui penentuan
golongan dan tes khusus (specific test).

II. DASAR TEORI


Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
unsur apa yang terdapat pada suatu sampel. Analisis kualitatif untuk zat
anorganik terdiri dari :
1. Analisis Anion
2. Analisis Kation
Pada analisis anion, anion yang dipelajari adalah sebagai berikut :
Cl- ,Br-, I-, SCN-, S2-, CO32-, SO42-, PO43-, CrO42-, MnO4-, NO2-, asetat oksalat.
Tahapan analisis kualitatif yang dilakukan adalah sebagai berikut :

A. Analisis Pendahuluan
Pada cuplikan dilakukan pemeriksaan “Pemeriksaan Pendahuluan” yaitu
pengamatan sifat fisika yaitu warna, bau, bentuk Kristal, dan tes kelarutan
dalam air.
Beberapa anion bereaksi dengan asam basa atau bereaksi secara reduksi
oksidasi sering menghasilkan perubahan warna atau menghasilkan gas.

Tabel 1. Analisis Pendahuluan untuk Anion


Anion Reagen : H2SO4 (6M) HNO3 (6M) HCl
(6M)
CO32- Dengan pereaksi tersebut tanpa dipanaskan akan dihasilkan gas
CO2, yang tidak berwarna dan tidak berbau.

17
SO32- Dalam keadaan tanpa dipanaskan akan terjadi pegolakan pasa
larutan, dihasilkan gas SO3 dengan bau yang khas seperti hasil
bakaran sulkfur (S), tanpa warna.
NO2- - Tanpa dipanaskan akan terjadi pergolakan (mendidih)
- Dihasilkan gas NO2 warna coklat
- Larutan warna biru bila digunakan reagen H2SO4 dan
HNO3 dan akan berwarna kuning bila dengan HCl
I- Bila digunakan HNO3 tanpa pemanasan akan dihasilkan larutan
berwarna kuning dan gas I2 berwarna ungu. Bila direaksikan
dengan pemanasan, maka dihasilkan larutan berwarna gelap dan
dengan asam sulfat dipanaskan akan dihasilkan larutan kuning.
Dengan asam nitrat dipanaskan dihasilkan larutan berwarna jingga
dan gas berwarna jingga.
Br- Dengan asam nitrat dipanaskan, terjadi pergolakan dengan cepat,
dihasilkan gas NO2 warna coklat.
SCN- Dengan asam silfat dan HCl maka pergolakan akan lebih sedikit.
CrO4- Dihasilkan larutan berwarna kuning dari semua reagen tanpa
pemanasan.
S2- Dihasilkan gas H2S dengan semua reagen tanpa pemanasan,
dengan HNO3 dihasilkan gas NO2 berwarna coklat dan larutan
keruh
C2H3O- Dengan semua reagen, asam yang dilarutkan berbau asam cuka.
Mudah untuk mendeteksi, masukkan batang pengaduk dalam
larutan panas, kemudian cium baunya.

Pemanasan dilakukan dengan menggunakan gelas kimia yang berisi air


mendidih (water batch).

B. Pemeriksaan Anion secara Sistematis (golongan)


Tabel 2. Pemeriksaan Anion secara Sistematis

18
AgNO3 0,1 M, endapan BaNO3 0,1 M, endapan
Gol Anion
yang terjadi yang terjadi
1 Putih kuning, tidak larut Tidak ada endapan Cl-, Br-, I-,
dalam asam nitrat 1M SCN-
2 Larut dalam asam nitrat Tidak ada endapan S22-, NO22-
1M
3 Putih, larut dalam SO32-
Putih, larut dalam HNO3 HNO3 1M
4 1M PO42-, CrO42-
Putih, larut dalam
5 Coklat keemasan, larut HNO3 1M MnO4-
dalam asam nitrat
6 Tidak ada endapan Tidak ada endapan SO42-

Tidak ada endapan Putih, tidak larut dalam


asam nitrat 1M

Setelah golongan anion ditemukan, maka dilakukan tes spesifik

C. Analisa Anion dengan Reaksi Spesifik


a. Cl-
Ag+ + Cl- AgCl(s) Putih
Larut dalam amoniak berlebih
b. Br-
Ag+ + Br- AgBr(s) Kuning Putih
Larut dalam (NH4)2CO3.
Larutan Br- akan mereduksi MnO4- menjadi Mn2- dalam suasana asam
menghasilkan Br2 yang berwarna orange.
10 Br-(aq) + 2MnO4- + 16H+ + 2Mn2+(aq) ditambahkan larutan cakbon
tetra klorida. Br2 dapat larut dalam CCl4 menghasilkan warna kecoklatan.
c. I-

19
Ag+ + I- Agl Kuning larut dalam
(NH4)2CO3
Fe3+ + I- ½ I2 + Fe2+ coklat
I2 dapat membirukan larutan kanji atau I2 dalam CCl4 menghasilkan warna
ultra violet.
d. SCN-
Fe3- + 3SCN- Fe(SCN)3 merah bata
e. S2-
Pb2+ + S2- PbS(s) hitam
f. NO2-
I- + NO2- + 2H+ ½ I2 + NO + H2O warna biru
NO2- + Fe2+ + 2H- NO + Fe3+ + H2O
Fe2+ + NO + SO42- [FeNO]SO4 coklat
g. CH3COO-
CH3COONa + KHSO4 CH3COOH + NaKSO4
h. SO32-
2(MnO4) + 5(SO3)2- + 6H+ 2Mn2+ + 5SO42- + 3H2O
(Cr2O7)2- + 3(SO3)2- + 8H+ 2Cr2+ + 3(SO4)2- + 4H2O
i. CO32-
CO32- + Ca2+ CaCO3(s) putih
Endapan ini larut dengan asam kuat (keluar gas CO2)
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2(g)
j. PO42-
Mg2+ + (NH4)+ + (PO4)- Mg(NH4)(PO4) putih
12 (NH4)2 MoO4 + 23H+ + PO43- (NH4)3 [PMo12O40](s) + H2O
kuning
k. C2O42-
Ca2+ + C2O42- CaC2O4(s) putih
5(COO)22- + 2(MnO4)- + 16H- 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Endapan oksalat violer bening
l. MnO4-

20
Sama dengan oksalat.
MnO4- bila direaksikan dengan ion SO32- dalam suasana asam akan
menghilangkan warna ungu dari MnO4-

2(MnO4)- + 5(SO3)2- + 6H+ 2Mn2+ + 5 (SO4)2- + 3H2O


Violet bening
m. SO22-
Ba2+ + SO42- BaSO4(s) putih, tidak larut
dalam asam kuat
n. CrO42-
2Ag+ + (CrO4)2- Ag2CrO4(s) merah
Tidak larut dalam asam asetat, tetapi larut dalam asama kuat dan amoniak.

III. DAFTAR ALAT


- Tabung reaksi dan rak = 16/3 buah
- Pipet tetes = 5 buah
- Gelas kimia 150 ml = 3 buah
- Kaca arloji = 3 buah
- Pengaduk = 3 buah
- Spatula = 4 buah
- Botol aquadest = 3 buah
- Pipet ukur 10 ml,15ml = 2/2 buah
- Bola karet = 3 buah
- Masker = 6 buah
- Sarung tangan = 6 buah

IV. BAHAN YANG DIGUNAKAN


4.1 Reagen
- Tioasetamida 1M - Ba(NO3)2 0,1M
- (NH4)2CO3 1M dalam NH3 1M - K4Fe (CN)6 0,5M
- NH4Cl 2M - K3(CN)6 0,5M
- HCl 6M - NaBiO3 Padat
- HNO3 1M - dimetilglioksim 1% dalam etanol
- NaOH 2M - KCNS padat
- NaOH 6M - NaSO3 1M dan padat
- H2SO4 6M - KHSO4 padat
- HNO3 1M - Na3(CO(NO2)6) padat
- CH3COOH 2M

21
- Larutan Morin

4.2 Cuplikan
- Na2S 0,1M (S-) - KSCN 0,1M (K+/SCN-)
- BaCl2 0,1M - MnSO4 0,1M (Mn2+ / SO42-)
- CusO4 - SnCl2 0,1M
- CaCl2 0,1M - (NH4)2C2O4 (NH4+ / C2O42-
- MnSO4 0,1M - NiSO4 0,1M
- CoCl2 0,1M - FeCl3 0,1M
- Al2(SO4)3 0,1M - KNO2 0,1m
- Hg(NO3) 0,1M - KI 0,1M (I-)
- CH3COONa 0,1M - CrCl3 0,1M
- CH3COOPb 0,1 M - NaSO3 0,1M (SO3-)
- KBr 0,1 (Br-)
- Mg(CH3COO)2 0,1M

V. KESELAMATAN KERJA
- Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker
untuk zat-zat korosif dan toksik
- Jangan memanaskan tabung reaksi berisi larutan langsung di atas api
Bunsen, gunakan water batch (penangas air)

VI. LANGKAH KERJA


6.1 Menganalisis Pendahuluan
- Pengamatan fisik
Melakukan pengamatan fisik seperti warna, bau, dan bentuk Kristal.
- Test Kelarutan
Mengambil 0,2 gr cuplikan dan menambahkan 2 ml air demineral
mengamati kelarutan nya di dalam air dingin. Bila tidak melarut, meletakkan
tabung reaksi di dalam gelas kimia yang berisi air mendidih, mengamati dan
mencatat hasil pengamatan, yaitu warna dan pH larutan.
Bila cuplikan tidak larut dalam air dingin maupun air panas, maka
dilakukan tes kelarutan dengan asam-asam sebagai berikut
1 ml H2SO4 6M
1 ml HCl 6M
1 ml HNO3 6M

22
6.2 Menganalisis Golongan Anion
Menemukan salah satu anion dengan cara mereaksikan asam, kemudian
melakukan reaksi identifikasi. Bila tidak ditemukan satu ion pun melalui
reaksi dengan asam (tidak diperoleh hasil yang jelas melalui reaksi dengan
asam), maka dilakukan klasifikasi golongan.
Dalam 2 tabung reaksi, masin-masing memasukkan 0,1gr cuplikan dan 1-
2ml air, kedalam salah satu tabung reaksi ditambahkan 1 ml AgNO3 0,1 M,
dan tabung lainnya 1ml Ba(NO3)2 0,1M. Mengamati berdasarkan table
golongan anion.

6.3 Reaksi Spesifik


1. SCN-
- Fe3+ + 3SCN Fe(SCN)3 merah bata
- 1ml cuplikan + ½ ml FeCl3 0,1M merah tua
2. SO42-
- Ba2+ + SO42- BaSO4(s) putih tidak larut dalam asam
kuat
- 1ml cuplikan + aml BaCl2 1M endapan putih yang tidak
larut dalam asam kuat.
3. Br-
- Ag+ + Br- AgBr(s) kuning putih
Larut dalam (NH4)2CO3
Larut Br- akan mereduksi MnO4- menjadi Mn2- dalam suasana asam
menghasilkan Br2 yang berwarna orange.
10Br-(aq) + 2MnO4- + 16H+ + 2Mn2+(aq), ditambahkan larutan carbon tetra
klorida.
Br2 dapat larut CCl4 menghasilkan warna kecoklatan.
- 1ml cuplikan + 1ml AgNO3 Putih kekuningan
- 1ml cuplikan + 4 tetes H2SO4 6M + 1ml KMnO4 0,2M
menghasilkan warna merah coklat dari Br2 dapat larut CCl4 dengan warn
coklat.

23
4. CrO42-
- 2Ag+ + (CrO4)2- Ag2CrO4(s) merah
Tidak larut dalam asetat, tetapi larut dalam asam kuat dan amoniak.
- 1ml cuplikan + 1ml AgNO3 0,1M Endapan merah
Tidak larut dalam asam asetat tapi larut dalam asam kuat dan amoniak.
- Sama dengan SO32-

6.4 Reaksi Identifikasi Anion


a. Cl-
1ml cuplikan + 1ml AgNO3 putih
b. Br-
- 1ml cuplikan + 1ml AgNO3 putih kekuningan
- 1ml cuplikan + 4 tetes H2SO4 2M + 1ml KMnO4 0,2M
menghasilkan warna merah coklat dari Br2 dapat larut
dalam CCl4 dengan warna coklat

c. I-
- 1ml cuplikan + 1ml AgNO3 kuning mudah
- 1ml cuplikan + 1ml FeCl3 0,1M setelah 1 menit menghasilkan
endapan coklat kemerahan. Bila ditambahkan CCl4 menghasilkan
2 fase larutan. Bagian bawah violet dan bagian atas coklat
kemerahan.
d. SCN-
1ml cuplikan + ½ ml FeCl 0,1M merah tua
e. S2-
1ml cuplikan + ½ ml Pb(NO3)2 0,1M + 2 tetes HCl 2M hitam
f. NO22-
- 1ml cuplikan + 2 tetes H2SO4 2M + 1ml KI 0,1M menghasilkan
larutan coklat dengan endapan hitam yang larut dalam CCl4 yang
menghasilkan warna violet.

24
- 1ml cuplikan + 1ml FeSO4 + 3 tetes H2SO4 2M menghasilkan
larutan coklat kuning, setelah semenit berubah coklat tua.
g. CH3COO-
Seujung spatula cuplikan + 1 spatula K2SO4 digerus dalam mortar,
amati baunya
h. SO32-
- Seujung spatula cuplikan + 5 tetes KMnO4 + 3 tetes H2SO4 2M
panaskan, maka warna ungu hilang larutan menjadi bening.
- Seujung spatula cuplikan + 1ml K2CrO4 0,1M + 5 tetes H2SO4 2M
panaskan maka larutan menjadi hijau.
i. CO32
- 1ml cuplikan + 1ml CaCl2 0,1M putih, larut dalam HCl
2M
- Seujung spatula Kristal cuplikan + 2ml HCl 2M menghasilkan
gelembung-gelembung udara.
j. PO43-
1ml larutan cuplikan + 5 tetes NH4Cl 1M + 5 tetes NH4OH 1M +
0,5ml MgCl 0,1M menghasilkan endapan putih.
k. C2O42-
- 1ml cuplikan + 1ml CaCl2 0,1M endapan putih
- 1ml cuplikan + 1ml H2SO4 2M dipanaskan sampai 50oC – 60oC +
4 tetes KMnO4 maka warna ungu KMnO4 akan hilang

l. MnO4-
Sama dengan oksalat

m. SO42-
1ml cuplikan + 1ml BaCl2 1M endapan putih yang tidak
larut dalam asam kuat.
n. CrO42-

25
- 1ml cuplikan + 1ml AgNO3 0,1M endapan merah tidak
larut dalam asam asetat, tapi larut dalam asam kuat dan amoniak.
- Sama dengan SO32-

VII. PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan antara analisis kuantitatif dengan analisis kualitatif?
2. Tuliskan sifat-sifat fisika dan kimia dari cuplikan yang anda analisis ( 8
cuplikan )
3. Tuliskan 5 reaksi anion pada reaksi spesifik! Apakah warna endapan yang
dihasilkan?

Jawab
1. Analisis kuantitatif adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui
jumlah kadar dari suatu sampel. Sedangkan analisis kualitatif adalah
analisa yang dilakukan untuk mengetahui unsur yang terdapat pada suatu
sampel.
2. Sampel 1 : Sampel 2 :
Warna : Putih Warna : Putih
Bau : Tidak berbau Bau : Tidak berbau
Bentuk Kristal : Gumpalan Bentuk Kristal : Gumpalan
Larut : Larut dalam air dingin Larut : Larut dalam
air dingin

Sampel 3 :
Warna : Biru muda
Bau : Tidak berbau
Bentuk Kristal : Bubuk
Larut : Larut dalam air dingin

3. 1. Ag+ + Cl AgCl(s) putih


2. Ag+ + Br- AgBr(s) kuning putih

26
3. Fe3+ + 3SCN Fe(SCN)(s) merah bata
4. Pb2+ + S2- PbS(s) hitam
5. CO32- + Ca2+ CaCO3 putih

VII. DATA PENGAMATAN


a) Data Pengamatan Fisik
Sifat fisik
Warna Bau Bentuk Kristal
No. Cup
1 Putih Tidak berbau Gumpalan
2 Putih Tidak berbau Gumpalan
3 Biru muda Tidak berbau Bubuk
b) Tes Kelarutan
Cupli Air Air H2SO4 HCL HNO3
kan dingin mendidi
h
1 Larut - Berwarna Berwarna Berwarna
bening,larut bening,larut bening,larut
dalam H2SO4 6M dalam HC dalam HNO3 6M
,tidak ada bau. 6M,bau asam. ,tidak ada bau.
MgCl2+H2SO4 MgCl2+HCL MgCl2+
MgSO4 2MgCl 2HNO3Mg(NO3
+2HCL +CL+H2 )2+2HCL

2 Larut - Berwarna putih Berwarna bening, Berwarna bening,


keruh, larut dalam HCL larut dalam
larut dalam H2SO4 6M HNO36M
6M ,berbau asam ,berbau asam
,berbau asam Pb(CH3COO)2+ Pb(CH3COO)2+
Pb(CH3COO)2+ HCL HNO3
H2SO4 2CH3COOH+PbC Pb(NO3)2+2CH3C
2CH3COO+PbSO4 l2 OOH

3 Larut - Berwarna Berwarna Berwarna biru


biru,larut hijau,larut bening,larut
dalam H2SO4 dalam HCL dalam
6M,berbau amis. 6M,tidak berbau. HNO36M,berbau
CuSO4+ H2SO4 CuSO4+ HCL amis.
CuSO4+ H2SO4 CuCl2+ H2SO4 CuSO4+ 2HNO3
Cu(NO3)2+ H2SO4
c) Tes Golongan Anion

Pereaksi AgNO3 0,1M

27
Cuplikan Pengamatan Anion yang Mungkin
1 Warna=putih keruh
Bau=tidak bau CL-,Br-,I-,SCN-
Kelarutan=larut,ada endapan
MgCl2+2AgNO3Mg(NO3)2+2AgCl
2 Warna=putih
Bau=tidak bau Tidak terdapat anion yang
Kelarutan=larut,ada endapan memungkinkan
AgNO3+
Pb(CH3COO)22Ag(CH3COO)2+Pb(NO3)2
3 Warna=biru kehijauan
Bau=tidak bau SO42-
Kelarutan=larut,ada endapan
CuSO4+AgNO3Cu(NO3)2+AgSO4

Pereaksi Ba(NO3)2 0,1M

Cuplikan Pengamatan Anion yang Mungkin


1 Warna=bening
Bau=tidak bau CL-,Br-,I-,SCN-
Kelarutan=larut
MgCl2+ Ba(NO3)2 BaCl2+ Mg(NO3)2
2 Warna=putih
Bau=bau asam pekat Tidak terdapat anion yang
Kelarutan=larut,ada endapan memungkinkan
Ba(NO3)2 +
Pb(CH3COO)22Ba(CH3COO)2+Pb(NO3)2
3 Warna=biru pekat
Bau=tidak bau SO42-
Kelarutan=larut,ada endapan
CuSO4+BaNO3Cu(NO3)2+BaSO4

Reaksi Identifikasi Anion

Cukplikan Anion yang Pengamatan Anion yang mungkin


dibuktikan
1ml cuplika+1ml
Sampel 1 CL -
AgNO3↓kuning muda Cl-
MgCl2+2AgNO3 (Golongan 1)
Mg(NO3)2+2AgCl
Seujung spatula
cuplikan+1spatula K2SO4
Sampel 2 CH3COO- dalam mortar amati baunya CH3COO-
Pb(CH3COO)2+H2O+

28
K2HSO4
CH3COOH+PbKSO4+H2O
1ml cuplika+1ml BaCl2 1M
↓ putih yang tidak larut SO42-
2-
Sampel 3 SO4 dalam asam pekat (Golongan 6)
CuSO4+ BaCl2
BaSO4+CuCl2

VIII. ANALISIS PENGAMATAN


Pada analisis anion ini terdapat beberapa percobaan yang harus
dilakukan,yaitu:Pengamatan fisik,Tes kelarutan,Analsis golongan anion,dan Tes
identifikasi anion.
Pada tahap pertama pengamatan fisik,dilakukann pengamatan terhadap
warna,bentuk dan bau masing-masingsampel sebelum direaksika.Kemudian
dilanjutkan tahap ke dua yang terdiri dari H2SO4,HCL,HNO3.Hasil yang
didapatkan bahwa ketiga sampel sama-sama larut dalam air dingin dan larut dalam
asam kuat.Tahap berikutnya adalah anailis golongan,keduanya aka dilarutkan
dalam AgNO3 0,1M dan Ba(NO3)2 0,1M dengan tujuan mengetahui golongan
anion yang terkadung dalam sampel.Hasilnya,pada sampel 1 memungkikan
terkandung anion CL-,Br-,I-,SCN-,dengan indikator AgNO3 0,1M dan Ba(NO3)2
0,1M.Sedangkan pada sampel 2 memungkinkan anion CH3COO- dan sampel
3memungkinkan terkandung anion SO42-

Pada tes identifikasi anion,ke-tiga sampel direaksikan secara spesifik agar


dapat menentukan secara pasti anion yang terkandung dalam masing-masing
sampel.Untuk sampel 1 dilakukan uji spesifik dengan mereaksikan 1 ml
cuplikan+1 ml AgNO3 dan menghasilkan warna kuning muda,maka dapat
dipastikan bahwa sampel 1 mengadung anion CL-.Pada sampel 2 direaksikan
seujung spatula cuplikan+1 spatula K2SO4 kemudian ditumbuk dalam dengan
mortar dan menghasilan bau asam,maka dapat disimpulkan bahwa sampel 2
mengandung ion CH3COO-.Dan pada sampel 3diambil 1ml cuplikan ditambah

29
1ml BaCl2 1M kemudian mengahasilkan endapan maka dapat disimpulkan bahwa
sampel 3 mengandung anion SO42-.

IX. KESIMPULAN
 Dengan melakukan pengamatan dan percobaan kita dapat mengetahui
sifat fisik dari suatu sampel dan sifat kelarutan dalam air tersebut
 Percobaan anailis dapat mengetahui ion-ion apa yang terdapat dalam
cuplikan seperti adanya endapan,perubahan warna,perubahan
bau.Melalui tes kelarutan ,ters golongan,dan tes uji spesifik.Pada
percobaan ini didapati cuplikan 1 mengandung anion CL-.,cuplikan 2
mengandung anion CH3COO-.,cuplikan 3 mengandung anion SO42-.

30
31
ANALISIS KATION

I. TUJUAN PERCOBAAN

32
1. Mengenal sifat-sifat unsur dan ion-ionnya dalam larutan melalui
pengamatan.
2. Melakukan analisis kation dalam suatu cuplikan melalui penentuan
golongan dan test khusus (specific test).

II. DASAR TEORI


Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
unsur apa yang terdapat pada suatu sampel. Analisis kualitatif untuk zat anorganik
terdiri dari :
1. Analisis Anion
2. Analisis Kation
Pada analisis kation, kation yang di pelajari adalah sebagai berikut :
NH4+, Na+, Ca2+, Ba2+, Mg2+, Hg2+, Pb2+, Cu2+, Sn2+, Fe2+, Fe3+, Co2+, Mn2+, Ni2+,
Al3+, K+, Ag2+, dan sebagainya.
Tahapan analisis kualitatif yang dilakukan adalah sebagai berikut :
A. Analisis Pendahuluan
Pada cuplikan dilakukan “pemeriksaan pendahuluan” yaitu, pengamatan
sifat fisik yaitu warna, bau, bentuk kristal, dan test kelarutan dalam air.
B. Test nyala
Untuk menganalisis suatu kation dalam cuplikan, dapat dilakukan test
nyala. Beberapa logam mempunyai warna nyala tertentu bila di panaskan dalam
nyala bunsen dengan menggunakan kawat Ni-Cr.

Warna Nyala pada Unsur Logam


Colour Metal
Red Charmine:Lithium Chompounds. Masked by Barium and Sodium
Scarlet or Crinsom:Strotium Chompounds, Masked by Barium
Yellow Yellow-red : Cakium Chompounds, Masked by Barium.
Sodium chompounds amount. A Yellow flame is not indicative of

33
sodium unless it persist and is not intensified by addition of 1 %
NaCl to the dry chompuond.
White White-Green : Zink
Green Emerald : copper chompounds, other than halides. Thallium Blue-
Green : Phospates, when moistened with H2SO4 or Br2O3. Faint
Green Antimony and NH4 chompounds.
Blue Yellow-Green : Barium, Molybdenum
Azure: lead, selenium, bismuth, CuCl2 and other copper
chompounds moistened with hydrodoric acid. Light-Blue : arcenic
and come off it chompounds.
Grenish-Blue : CuBr2, antimony.
Violet Pottasium chompounds other than borates, phospates, and
silicates. Masked by sodium or lithium.
Purple-red: Potassium, Rubidium, and / cessium , in the precense
of sodium when viewed through a blue glass.

Logam-Logam` Warna Nyala


Na Kuning
K Lembayung (kaca kobalt)
Li Merah padam
Ca Merah kuning
Sr Kuning hijau
Cu + logam boraks Hijau
Pb, As, Sb, Bi Biru muda

C. Penentuan Golongan Kation


Untuk identifikasi kation secara sistematis, harus dilakukan pemisahan
golongan. Setelah itu baru dilakukan uji spesifik setiap kation yang ada dalam
golongan tersebut untuk mengidentifikasi keberadaan di dalam cuplikan. Dalam
analisis kation ini terdapat lima golongan :

34
Golongan 1 : Ag +, Pb2+ akan mengendap sebagai garam klor dalam
kondisi asam kuat.
Golongan 2 : Pb2+, Hg2+, CU2+, Sn2+ akan mengendap sebagai
garam sulfida atau hidroksida dalam suasana sedikit asam.
Golongan 3 : Fe2+, Fe3+, Co2+, Mn2+, Ni2+, Al3+ akan mengendap
sebagai garam sulfida atau hidroksida dalam suasana sedikit basa.
Golongan 4 : Ca2+, Ba2+ tetap berada dalam larutan setelah pemeriksaan
kation golongan 1, 2, 3.
Golongan 5 : NH4+, Mg2+, K+, Na+.
Golongan 5 dapat dipisahkan langsung dari golongan 1 - 4, karena gas H2S
mempunyai bau yang tidak enak serat berbahaya, maka digunakan tiosetamida
sebagai pengganti. Reaksi tiosetamida dengan air bila dipanaskan akan
menghasilkan H2S juga, tetapi berupa larutan jenuh.

C. Sistematika Pemisahan Kation

Larutan yang tidak di ketahui

35
+ (NH4)2CO3

Larutan Endapan

Golongan 5 Terdapat kation dari


Golongan 1-4
+ HCl 6M

Endapan Larutan

Golongan 1 Golongan 2-4


+tiosetamida
+ HCl

Endapan Larutan

Golongan 2 Golongan 3 dan 4


+NH3/NH4Cl
+tiosetamida

Endapan Larutan
Larutan

Golongan 3 Golongan 4

Gambar 1. Sistematika Pemisahan Golongan untuk Kation

D. Analisis Kation dengan Reaksi Spesifik

36
Tes spesifik digunakan untuk mengetahui adanya kation tertentu dalam suatu
sampel atau suatu larutan.

a. Ag+
Ag+ + Cl- → AgCl(s) ↓ putih
Ag+ + OH- → AgOH(s) ↓ hitam coklat
AgOH + 2NH3 → (Ag(NH3) 2)+ (larutan)
Larut dalam amoniak berlebih

b. Pb2+

Pb2+ + CrO42- → PbCr4(s) ↓ putih


Pb2+ + SO2- → PbSO4 ↓ putih
Pb2+ + OH- → Pb(OH)(s) ↓ putih
Tidak larut dalam amoniak berlebih

c. Hg+
Hg+ + 2OH- → Hg2O(s) ↓ kuning + H2O
Hg2+ + 2I- → HgI2 ↓ merah

d. Cu2+
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O → Cu(OH)2. CuSO4 ↓ + 2NH4+
Cu2+ + 2OH- → Cu(OH) ↓ biru
Cu(OH)2 ↓ → Cuo ↓ hitam + H20

e. Sn2+
Sn2+ + HgCl → HgCl ↓ putih + Sn4+ + 2Cl-
Jika di tambahkan Sn berlebih
Sn2+ + HgCl → 2Hg ↓ abu-abu + Sn4+ + 2Cl-

f. Fe2+
Fe2+ + 2OH- → Fe(OH) 2 ↓ putih

37
4Fe(OH) 2 + H2O + O2 → 4Fe(OH) 3 ↓ coklat merah
Fe2+ + [Fe(CN)6]3- → Fe3+ + [Fe(CN) 6]4-
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- → Fe4 [Fe(CN) 6] 3 ↓ biru turnbull

g. Fe3+
Fe3+ + 3SCN- → Fe(SCN)3 ↓ merah tua
Fe3+ + [Fe(CN)6]3- → Fe [Fe(CN)6] ↓ coklat
Dengan menambahkan HO atau sedikit larutan timah (ɪɪ) klorida
menghasilkan endapan biru prusia

h. Co2+
Co2+ + 4SCN- → [Co(SCN)4]2- ↓ biru

i. Mn2+
Mn2+ + 5NaBiO3 + 14H+ → 2MnO4+ + 5Bi3+ + 5Na+ + 7H2O
Menghasilkan warna ungu dari permanganat

j. Ni2+
H
O O

H3C N N CH3
CH3 C N OH
Ni2+ + 2 C C
CH3 C N OH Ni +2H+
C C

H3C N N CH3

O O

k. Al3+

38
Al3+ + 3CH3COO- + 2H2O → AL(OH) 2 CH3COO + 2CH3COOH
Al3+ + 3OH- → AL(OH) 3 ↓ putih

l. Ba2+
Ba2+ + SO42- → BaSO4 ↓ putih
Ba2+ + CrO42- → BaCrO4 ↓ kuning

m. Ca2+
Ca2+ + SO42- → CaSO42- ↓ putih
Ca2+ + CrO42- → tidak berbentuk endapan

n. NH4+
NH4+ + OH- → NH3 + H2O
Timbul bau, kertas lakmus merah berubah menjadi biru

o. Mg2+
Mg2+ + NH3 + HPO42- → Mg(NH4)PO4 ↓ kristalin putih

p. K+
3K+ + [Co(NO2) 6]3- → K3[Co(NO2) 6] ↓ kuning

q. Na+
- Na+ + Mg2+ + 3UO22+ + 9CH3COO- → NaMg(UO2) 3 (CH3COO) 9 ↓
Kristalin kuning
- Test nyala

39
III. ALAT DAN BAHAN
Daftar alat yang digunakan :
 Tabung reaksi dan rak
 Pipet tetes
 Kawat Ni-Cr
 Bunsen, kaki tiga, kasa
 Gelas kimia 500 ml
 Kaca arloji
 Labu ukur 100 ml
 Pengaduk
 Spatula
 Botol aquadest
 Pipet ukur 5 ml, 10 ml
 Bola karet
 Masker
 Sarung tangan
 Kaca kobalt
 Penjepit kayu
Bahan yang di gunakan :
a. Reagen
- Tiosetamida 1M - NH₃ 1M
- (NH4)2 CO3 1M dalam NH3 1M - K₂CrO₄ 0,1 M
- HCl 6M - Dimetil glioksin
- HNO3 6M - NH₄CL 1M
- -NaOH 2M - KuFe(crl)₆ 0,5 M
- H2SO4 2M
b. Cuplikan
Sampel 1, Sampel 2, Sampel3

40
IV. KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker
untuk zat-zat korosif dan toksik.

V. LANGKAH KERJA

1. Analisis pendahuluan
 Pengamatan fisik
Lakukan pengamatan fisik seperti waran, bau, dan bentuk kristal, catat.

kation/sifat fisik warna bau bentuk kristal


Sampel1 Putih bening Tidak berbau Kristal padatan
putih
Sampel 2 Hijau muda Tidak berbau Kristal padatan
putih
Sampel 3 Biru Tidak berbau Kristal padatan
putih

 Test kelarutan
Ambil ± 0.2 gr cuplikan dan tambahkanlah 2 ml air aquadet. Amati
kelarutannya di dalam air dingin. Bila tidak melarut, letakkan tabung reaksi
di gelas kimia yang berisi air mendidih. Amati dan catat hasil pengamatan,
yaitu warna, dan pH larutan.
Bila cuplikan tidak larut dalam air dingin maupun air panas, maka
dilakukan tes kelarutan dengan asam-asam sebagai berikut:
1 ml H2SO4 6M
1 ml HCl 6M
1 ml HNO3 6M

41
Kation Air dingin Air H₂SO₄ 6M HCL 6M HNO₃ 6M
mendidih
Sampel 1 larut - - - -
Sampel 2 larut - - - -
Sampel 3 larut - - - -

2. Identifikasi golongan kation


 Langkah 1 : ( golongan 1-4, 5 )
1 ml larutan cuplikan + 1 ml (NH4)CO3. Bila mengendap berarti kation dari
golongan 1-4. Bila tidak mengendap berarti golongan 5, maka kerjakan
langkah 5.
 Langakh 2 : ( golongan1, 2-4 )
1 ml larutan cuplikan + 3 tetes HCl 6M. Bila ada endapan kemungkinan
adanya Ag+, Hg+, atau Pb2+. Bila tidak ada endapan lanjut ke langkah 3.
 Langkah 3 : ( golongan 2, 3-4 )
1 ml cuplikan + tets HCl 6M dan 1 ml tisetamida 1M (pH 1). Letakkan
tabung reaksi selama 5 menit ke dalam gelas kimia 250 ml yang berisi air
mendidih. Sulfida yang mengendap dalam asam akan sempurna. Bila
endapan berwarna hitam, kemungkinan adanya kation Pb2+, Mg2+, Cu2+.
Bila endapan coklat, berarti kation Sn2+. Bila tidak mengendap lanjutkan ke
langkah 4.bila terdapat zat pengoksidasi ( Fe2+, CrO42- ), maka zat-zat
tersebut bereaksi dengan H2S membentuk koloid sulfar (kuning keruh).
 Langkah 4 ( golongan 3, 4)
1 ml cuplikam + 3 tetes NH4Cl 1M dan ½ mlNH3 6M. Tambahkan 1 ml
tiosetamida 1M, kocok dan didihkan + 5 menit. Bila ada endapam hitam
berarti kemungkinan adanya Cr3+. Bila ada endapan merah berarti adanya
Mn2+. Bila tidak ada endapan lanjutkan ke langkah 5.
 Langkah 5 : ( golongan 4 )
Lakukan reaksi spesifik kation golongan 4.

42
3. Reaksi spesifik untuk analisa kation
Golongan 1:
1. Ag+
 1 ml cuplikan + 5 tetes HCl 2M endapan putih.
Endapan larut bila ditambahkan 3/2 ml NH3 6M dan larutan menjadi
bening.
 1 ml cuplikan + 2 tetes NH3 1M endapan coklat.
Tambahkan ½ ml NH3 1M, endapan larut dan larutan menjadi bening.
2. Pb2+
 1 ml cuplikan + 4 tetes K2CrO4 0.1M kuning
 1 ml cuplikan + 2 tetes NH3 1M putih
Tidak larut dalam NH3 berlebih.
Golongan 2 :
1. Hg2+
 1 ml cuplikan + ½ getes NH3 1M kuning keruh
 1 ml cuplikan + 1 ml KI 0.1M merah keruh
2. Cu2+
1 ml cuplikan + 2 tetes NH3 1M biru muda
Tambahkan amoniak berlebih (NH4OH) terjadi larutan biru tua
3. Sn2+
1 ml cuplikan + 1 ml Hg(NO3)2 0.1M putih
Golongan 3:
1. Fe2+

1 ml cuplikan + 5 tetes NaOH 2 M endapan seperti galatin


warna cokelat
1 ml cuplikan + 5 tetes K3Fe(CN)6 biru tua
2. Fe3+
 1 ml cuplikan + 3 tetes KSCN 0,1 M Merah tua.
 1 ml cuplikan + 3 tetes K4Fe(CN)6 0,5 M biru berlin.

43
3. Co2+,
2 ml cuplikan + 1 spatula KSCN Biru keunguan
Tambahkan eter amil alkohol berubah menjadi biru

Golongan 4:

1. Ba2+,

a. 1 ml cuplikan + 5 tetes H2SO4 2 M putih


tidak larut dalam asam kuat
b. 1 ml cuplikan + 5 tetes K2CrO4 0,1 M kuning muda
2. Ca2+,

a. 1 ml cuplikan + 5 tetes H2SO4 2 M putih

b. 1 ml cuplikan + 5 tetes H2SO4 2 M tidak ada endapan

Golongan 5:

1. Mg2+,
1 ml cuplikan + 4 tetes NH4Cl 1 M + NH4OH / NH3 2 M dan 1 ml
Na2HPO4 0,1 M maka timbul endapan putih.

VI. DATA PENGAMATAN


 Identifikasi golongan kation
Cuplikan Reaksi Pengamatan Golongan yang
mungkin
Sampel 1 1. 1 ml larutan Terdapat endapan Golongan 1-4
+1ml (NH4)CO3
BaCL2
+(NH4)2→BaCO
3↓putih
+2(NH4)CO3

44
Tidak ada endapan Golongan 2-4
2. 1 ml larutan +3
tetes HCL 6M
BaCL2 +HCL
Tidak ada endapan Golongan 3-4
3. 1 ml larutan
cuplikan +3 tetes
HCL 6M dan 1ml
tiosetamida
1M
BaCl2+HCL+C2H
5N5
Tidak ada endapan Golongan 3-4
4. 1 ml larutan
cuplikan+3 tetes
NH4CL 1 M dan
½ ml NH3
6M.Tambahkan 1
ml tiosetamida
BaCl2+NH4Cl+N
H3

Sampel 2 1. 1 ml larutan Terdapat endapan Golongan 1-4


cuplikan +1 ml
(NH4)2CO3
NiSO4
+(NH4)2CO3→Ni
CO3↓putih
(NH4)2SO4

2. 1 ml larutan Tidak ada endapan Golongan 2-4

45
cuplikan +3 tetes
HCL 6M NiSO4
+2 HCL→NiCL2
+H2SO4

3. 1 ml larutan Terdapat endapan Golongan 2-4


cuplikan +3 tetes
HCL 6M dan 1ml
tiosetamida 1M
NiSO4 +HCL
+C2H5N5 →↓

4. 1 ml larutan Terdapat endapan Golongan 3 Fe2+,


cuplikan+ 3 tetes Fe3+, Co2+, Mn2+,
HCL NH4CL 1M Ni2+, Al3+
dan 1½ ml NH3
6M

Sampel 3 1. 1ml larutan Terdapat endapan Golongan 1-4


cuplikan +1ml
(NH4)2CO3
CuSO4+(NH4)2
CO3→
CuCO3↓2NH4SO
4
Tidak ada endapan Golongan 2-4
2. 1 ml larutan

46
cuplikan + 3 tetes
HCL 6M
CuSO4+2HCL→
CuCL2+H2SO4
Terdapat endapan Kation yang
3. 1 ml larutan mungkin
cuplikan +3tetes Pb²⁺,Mg²⁺
HCL 6M dan 1 ml
tiosetamida 1M
CuSO4+HCL+C2
H5N5→endapan
kation

 Identifikasi secara kation


Reaksi Reaksi Pengamatan Golongan yang
mungkin
Sampel 1 A. 1ml larutan Terdapat endapan Golongan 4
cuplikan +5 tetes
H2SO4
2M→↓putih tidak
larut dalam asam
kuat
B. 1 ml cuplikan Terdapat endapan

47
+5 tetes K2CrO4 kuning muda
0,1 M →↓kuning
muda
:Reaksi
BaCl2+K2CrO4→
BaCrO4+2HCL
Sampel 2 1 ml larutan Terdapat endapan Golongan 3
cuplikan +2 tetes merah
NH3 1M +1 ml
dimetilglioksin→
merah
:reaksi
NiSO4+NH3+C4
HoN2O2
Sampel 3 1 ml cuplikan Terdapat endapan Golongan 2
+2tetes NH3 biru muda dan jika
1M→biru muda ditambah amoniak
Tambahkan berlebih akan
amoniak berlebih menjadi biru tua
(2NH3.2H2O)
terjadi larutan biru
tua
Reaksi:CuSO4
+2NH3+2H2O→
CU(OH)2.CuSO4
↓+2NH4

VII. ANALISA PERCOBAAN


Sebelum melakukan analisis lebih lanjut, hal pertama yang harus
dilakukan yaitu analisis pendahuluan yang meliputi sifat fisika yaitu
warna,bau,bentuk dan tes kelarutan dalam air. Kemudian tes kelarutan

48
dilakukan dengan cairan asam bila kristal tidak larut dalam air dingin dan
mendidih.
Dalam penggolongan kation, setiap sampel ditambahkan dengan larutan
yang telah ditentukan, jika terdapat endapan maka larutan dilanjutkan pada tes
golongan selanjutnya, namun jika tidak terjadi endapan maka larutan tersebut
termasuk golongan 5.
Setelah menemukan golongan dari sampel1,2,dan 3 dilakukan uji
spesifikasi kation dengan menambahkan reagen sesuai golongan. Selanjutnya
hasil percobaan harus diamati dengan baik dan tepat untuk meminimalisir
kegagalan dan kesalahan didalam percobaan ini.

VIII. PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan antara analisis kuantitatif dan kualitatif!
2. Tuliskan sifat-sifat fisik dan kimia dari cuplikan yang anda analisa !
3. Tuliskan reaksi kation Al3+, Cr3+, Mn2+ dengan larutan natrium hidroksida.
Warna endapan yang dihasilkan?

Jawaban :

1. Analisis Kualitatif adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui


unsur apa yang terdapat dalam sebuah sampel. Sedangkan, analisis
Kuantitatif menghitung analisa dengan angka atau untuk menghitung
kandungan pada sampel.

2. Sifat fisik dan kimia dari cuplikan yang dianalisis.

Cuplikan 1
Warna : Putih bening
Bau : Tidak berbau
Bentuk: Kristal padatan
Cuplikan 2

49
Warna : Hijau muda Cuplikan 3
Bau : Tidak berbau Warna : Biru
Bentuk: Kristal padatan Bau : Tidak berbau
Bentuk: Kristal padatan

3. Al3+
AL2(SO4)3 + 6 NaOH 2 Al(OH)3 + 3 Na2SO4 putih
Cr3+
CrCl3 + 3 NaOH Cr(OH)3 + 3 NaCl putih
Mn2+
MnSO4 + 2 NaOH Mn(OH)2 + NaSO4 putih

IX. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

1. Analisa kation merupakan salah satu analisa kualitatif.


2. Analisa kualitatif adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui unsur
apa yang terdapat dalam sebuah sampel.
3. Kation merupakan unsur yang memiliki ion positif.
4. Tahapan dalam analisa kualitatif :
a. Analisis pendahuluan
b. Penentuan golongan
c. Analisis dengan reaksi spesifik
5. Sifat dari setiap cuplikan berbeda antara unsur satu dengan yang lain.]
6. Faktor-faktor penyebab kesalahan praktikum :
a. Kurang teliti praktikan dalam mengamati perubahan/endapan yang
terjadi.
b. Jumlah zat yang digunakan terlalu banyak.
c. Kurang sabar praktikan dalam melakukan percobaan.

50
51
GAMBAR ALAT (LAMPIRAN)

pipet tetes
rak tabung reaksi

pipet ukur
gelas kimia

spatula

bola karet

tabung reaksi
kaca arloji

botol aquadest

labu ukur
penjepit kayu

pengaduk

52
ANALISIS AIR KRISTAL

A. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa mampu menganalisis secara kuantitatif dan kualitatif suatu air kristal.

B. DASAR TEORI

Pada umumnya kristal suatu senyawa bila diletakkan beberapa lama di udara akan
mengadsorpsi air pada permukaannya. Jumlah air yang diadsorpsi relative kecil dan bergantung pada
kelembaban udara. Hal ini dapat dilihat dari permukaannya yang basah.
Terdapat pula kristal yang mengandung sejumlah air yang terikat secarakimiadalam kristal
tersebut. Kristal-kristal ini, biasanya merupakan garam ionic. Air yang terdapat di dalamnya, disebut
air kristal dan biasanya berikatan dengan kationnya. Air kristal yang terdapat pada senyawa,
mempunyai jumlah tertentu dan relative mudah dihilangkan melalui pemanasan pada suhu di atas titik
didih air. Sebagai contoh adalah hidrat tembaga (II) klorida yang dapat diubah menjadi tembaga (II)
klorida melalui pemanasan pada suhu 110oC.

110oC
CuCl2.xH2O CuCl2+ H2O

Reaksi di atas dikenal dengan reaksi dehidrasi. Pada dehidrasi,terjadi perubahan kristal dan
warnanya. Perubahan ini juga bergantung pada pemanasannya, apakah sempurna atau tidak. Sebagai
contoh kristal CoCl2.6H2O berwarna merah, jika dipanaskan sampai CoCl2.2H2O akan berwarna
violet, tetapi jika dipanaskan sempurna dia akan berubah menjadi biru.
Adanya senyawa hidrat bila diletakkan di udara terbuka akan melepaskan air. Banyak air
yang dilepaskan bergantung pada kelembapan udara, makin besar kelembapan udara makin sedikit air
yang dilepaskan. Proses pelepasan air ini disebut efflorescence, misalnya CoCl2.6H2O. tetapi ada juga
senyawa yang jika diletakkan di udara akan menyerap air dan mencair bila diletakkan lebih lama lagi.
Senyawa demikian disebut deliquescence, misalnya krisal NaOH. Tidak hanya air di udara, tetapi
dapat juga menyerap air dari senyawa sedemikian rupa sehingga larutan tersebut bebas air. Senyawa
yang demikian disebut desicant atau zat pengering. Jadi desicant menyerap air tidak hanya di udara
tetapi dilarutan juga.
Beberapa senyawa juga menghasilkan air pada saat pemanasan, tetapi senyawa tersebut bukan
senyawa hidrat yang sebenarnya. Air yang dihasilkan tersebut merupakan proses penguraian dan
bukan merupakan proses penghilangan air melalui dehidrasi. Senyawa-senyawa organic terutama
bersifat tersebut diatas.
Penguraian dengan menghasilkan air, bukan merupakan proses reversible. Penambahan air ke
dalam senyawa yang terurai tersebut, tidak akan mengembalikan senyawa ke bentuk asalnya.
Senyawa yang merupakan senyawa hidrat yang sebenarnya, akan mengalami dehidrasi secara
reversible. Penambahan air kedalam CoCl anhidirida, akan menghasilkan CoCl.2H2O. Bila cukup air
yang ditambahkan, maka akan diperoleh larutan yang mengandung hidrat ion Cu2+ .
Semua hidrat ionic larut dalam air dan dapat diperoleh kembali melalui kristalisasi dan
larutannya. Jumlah air yang terikat bergantung kepada cara pembuatan hidrat tersebut.

C. DAFTAR ALAT YANG DIGUNAKAN

 Tabung reaksi (7)


 Bunsen (1)
 Kaca Arloji (4)
 Rak Tabung Reaksi (1)

53
 Cawan Penguapan (2)
 Krus Porselen + tutup (2)
 Desikator (2)
 Segitiga dan Kaki Tiga (1)
 Penjepit Kayu (3)
 Spatula (4)

D. BAHAN YANG DIGUNAKAN

1. Identifikasi Hidrat
 K2Cr2O7
 BaCl2 .
 Boraks

2. Reversibilitas Hidrat
 CoCl2 . xH2O

3. Deliquescence dan Efflorescence


 Na2CO3 . H2O
 CuSO4 . 5H2O
 KAl(SO4)2 . 10H2O
 CaCl2 . 2H2O

4. Jumlah Air Kristal


 CuSO4 . xH2O

E. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

F. KESELAMATAN KERJA
Jangan menyentuh Kristal langsung dengan tangan, gunakan spatula untuk menanganinya.

G. LANGKAH KERJA

1. Identifikasi Hidrat
1) Panaskan sejumlah kristal 0,5 gr di dalam tabung reaksi
2) Jika ada tetesan air di dinding tabung, catatlah.
3) Catat perubahan yang terjadi (warna, sifat).
4) Setelah dingin larutkan dalam air (amati warna larutan), jika perlu dipanaskan.

2. Reversibilitas Hidrat
1) Panaskan ±0,3 gr kristal di dalam cawan penguapan sampai warnanya berubah
sempurna
2) Larutkan residu dengan air di dalam cawan penguapan.
3) Panaskan larutan sampai mendidih dan kering.
4) Catat perubahan warna
5) Biarkan dan catat perubahan warna

3. Deliquescence dan Efflorescence


1) Tempatkan tiap kristal berikut di kaca arloji yang terpisah
2) Letakkan senyawa-senyawa tersebut ke cawan penguapan
3) Catat perubahan yang terjadi, warna dan kelembabannya
4) Amati sample selama di laboratorium

54
4. Jumlah Air Kristal
1) Bersihkan krus porselen dan tutupnya dengan HNO3 6M
2) Bilas dengan aquades
3) Panaskan crucible beserta tutupnya di atas segitiga sampai kemerahan selama 2 menit
4) Timbang setelah dingin dengan ketelitian 0,001 gr
5) Masukkan 1 gr sample yang tidak diketahui ke dalam crucible
6) Timbang krusible beserta isinya
7) Letakkan krusible di segitiga dengan tutup yang jauh dari pusat. Panaskan lagi,
jangan sampai merah.
8) Selama 10 menit, pusatkan lagi tutupnya dan dinginkan.
9) Timbang lagi sampai diperoleh berat konstan.
10) Amati residu yang diperoleh, tambahkan air ke dalam krusible sampai dengan 2/3
bagian terisi air. Bila residu tidak larut, maka panaskan perlahan-lahan.

H. DATA PERCOBAAN

A. Identifikasi Hidrat

No Zat atau bahan Apakah terdapat Warna residu Apakah larut Apakah
H2O pada dalam air mempunyai
dinding air kristal

1 K2Cr2O7 Ada Orange Kemerahan Larut ada

2 BaCl2 Ada Putih (tetap) Larut ada

3 Boraks Ada Putih Larut ada


(Na2B4O7)

B. Beri kesimpulan dari hasil pengamatan anda .

- Apakah dehidrasi dan hidrasi Cocl2, reversibel

Zat Perubahan warna zat yang terjadi

Warna asal Dipanaskan dilarutkan dipanaskan didiamkan

CoCl.x Ungu Biru Biru biru ungu


3H2O

Kesimpulan : Cocl2 adalah zat reversibel . Warna awal cocl2 . 3H20 adalah ungu , setelah
dipanaskan didalam cawan penguapan dan bunsen warnanya berubah menjadi biru . Namun setelah
dilarutkan dengan air aquades warnanya kembali berwarna ungu , kemudian dipanaskan lagi sehingga

55
warnanya menjadi biru . Setelah didiamkan lagi beberapa saat , warnanya kembali menjadi ungu
seperti awalnya . Dapat di simpulkan bahwa Cocl2xH2o adalah zat reversibel.

Pengamatan Kesimpulan

Zat Sebelum Sesudah pengamatan

Warna : putih Warna : putih Karena cupilikan


melepaskan air.Hal
Bentuk : butiran Bentuk : butiran
tersebut terbukti
Na2CO3 Bau : tidak Bau : tidak efflorescence karena tidak adanya
berbau berbau perubahan

Warna: biru Warna : biru Karena cupilikan


melepaskan air.Hal
CuSO4 Bentuk : butiran Bentuk : butiran
tersebut terbukti
Bau : tidak Bau : tidak efflorescence karena tidak adanya
berbau berbau perubahan

Warna : putih Warna : putih Karena cupilikan


melepaskan air.Hal
Bentuk : serbuk Bentuk : serbuk
tersebut terbukti
KAI(SO4)2 Bau : tidak Bau : tidak efflorescence karena tidak adanya
berbau berbau perubahan

CaCl2 Warna : putih Warna : bening Karena cuplikan


menyerap air dan
Bentuk : serbuk Bentuk : cairan Deliquescence
mencair saat lebih
Bau : tidak Bau : tidak lama diletakkan di
berbau berbau udara

C. Jumlah Air Kristal

Massa crucible + tutup = 55,75 gram

Massa crucible + tutup + hidrat padat = 56,83 gram

Massa crucible + tutup + residu = 56,43 gram

56
Massa hidrat padat = 1,08 gram

Massa residu (CoCl2) = 0,68 gram

Mol residu (CoCl2) (a) = 0,006 mol

Massa h2o yang hilang = 0,4 gram

Mol h2o yang hilang (b) = 0,02 gram

Jumlah air kristal (perbandingan a: b ) =1:3

Rumus molekul dari hidrat = CoCl2 .x3H2O

I. PERHITUNGAN

Massa hidrat padat = (massa crucible + tutup + hidrat padat ) – (Massa crucible + tutup )

= (96,83-55,75) gram

= 1,08 gram

massa residu = (Massa crucible + tutup + residu) –( Massa crucible + tutup )

= (56,45 – 55,75) gram

= 0,68 gram

𝑔𝑔 0,68
mol cocl2 = 𝑔𝑔 𝑔𝑔𝑔𝑔2
= 129,83−18 = 0,006 mol

Massa H2O yang hilang = (Massa hidrat padat ) – (Massa residu (CoCl2) )

= (1,08-0,68 ) gram

= 0,4 gram

𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔−𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔
% Kesalahan = 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔
x 100%

6−4
= 4
x 100%

= 50%

Jumlah air Kristal (a,b)

57
Mol residu = mol h2o yang hilang

0,006 = 0,02

0,6 = 2

1=3

J. PERTANYAAN

1) Tuliskan macam-macam air kristal ?


2) Tuliskan 10 zat yang mengandung air kristal?

Jawab :
1) - Hidratasi adalah air yang oleh ion-ion dalam Kristal dan berbentuk H2O
- Konstitusi adalah air yang merupakan bagian mol zat padat tetapi tidak berbentuk
H2O

2) CaCl².6H2O , boraks (Na2B4O7.2H2O ), Kal(SO4)2. 10H2O, NaOH, CuCl2. 2H2O,


K2Cr2O7, CoCl2, BaCl2. 2H2O, Na2Co3. . 5H2O, dan CuSO4 .5 H2O.

K. ANALISIS PERCOBAAN

Dari percobaan analisis air kristal, dapat dilihat bahwa air kristal mempunyai sifat seperti
deliquescence, efflorescence, dan reversible. Ada empat percobaan yang kami lakukan, yaitu
identifikasi hidrat, reversibilitas hidrat, deliquescence dan efflorescence, dan penghitungan jumlah air
kristal.
Pada percobaan pertama (Identifikasi Hidrat), ada 3 bahan yang diamati. Bahan pertama yaitu
K2Cr2O7, tidak memiliki H2O pada dinding tabung reaksi, warna residu setelah dipanaskan menjadi
warna merah bata dari warna awal orange. Residunya larut dalam air bila dipanaskan. Bahan kedua,
BaCl2 . 2H2O, memiliki H2O di dinding tabung, warna residunya putih, larut dalam air dan terdapat air
kristal. Bahan ketiga, boraks (Na2B4O7 . 10H2O) , memiliki H2O di dinding tabung, setelah
dipanaskan warnanya berubah menjadi bening, residunya larut bila dipanaskan dan terdapat kristal air.
Pada percobaan kedua (reversibilitas hidrat), bahan yang digunakan CoCl 2 . xH2O. Awalnya
bahan berwarna ungu. Setelah dipanaskan berubah menjadi warna biru. Warna bahan berubah jadi
ungu kembali setelah dilarutkan dengan air. Lalu ketika bahan dididihkan sampai kering, warnanya
berubah menjadi biru lagi. Jadi, jelas bahwa CoCl2 . xH2O bersifat reversible (dapat kembali seperti
semula).
Pada percobaan ke 3 (deliquescence dan efflorescence), menggunakan 4 bahan. Bahan
Na2CO3, CuSO4 . 5H2O, dan KaI(SO4)2 . 10H2O tidak mengalami perubahan, baik bentuk ataupun
warna. Ini membuktikan bahwa Na2CO3, CuSO4 . 5H2O, dan KaI(SO4)2 . 10H2O melepas air.
sedangkan bahan CaCl2 . 2H2O mengalami perubahan bentuk, dari serbuk menjadi cair (ada sedikit
air). Ini membuktikan bahwa CaCl2 . 2H2O menyerap air jika dibiarkan di udara. Dapat dilihat bahwa
zat Na2CO3, CuSO4 . 5H2O, dan KaI(SO4)2 . 10H2O bersifat efflorescence, sedangkan CaCl2 . 2H2O
bersifat deliquescence.

L. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Analisis air Kristal meliputi 4 percobaan, yaitu identifikasi hidrat, reversibilitas hidrat,
deliquescence dan efflorescence, dan penghitungan jumlah air kristal.

58
2. Tujuan percobaan identifikasi hidrat adalah untuk mengetahui warna residu, ada atau
tidaknya H2O pada dinding tabung reaksi, larut atau tidaknya zat, serta ada atau tidaknya
kandungan air kristal pada suatu zat.
3. Percobaan reversibilitas hidrat bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan warna pada
zat dan melihat apakah zat tersebut bersifat reversible (dapat kembali seperti semula) atau
tidak.
4. Percobaan ke-3 bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sample menyerap air atau
melepas air.
5. Jumlah air Kristal dihitung untuk mengetahui banyaknya H2O pada sample. Dalam
percobaan ini dipakai sample CuSO4. Dari percobaan didapat rumus CuSO4 . 3,6 H2O.
Tetapi, secara teori rumusnya adalah CuSO4 . 5H2O. Perbedaan ini terjadi karrena kurang
lamanya waktu membiarkan sample.

59
GAMBAR ALAT

Desikator Kaca Arloji Cawan Penguapan

Krus Porselen Rak Tabung Reaksi Spatula

Tabung Reaksi Segitiga Bunsen Bola Karet

Penjepit Kayu Kaki Tiga Pipet Tetes Pipet Ukur

60
61
62
TITRASI ASAM BASA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa mampu:

63
 Melakukan standardisasi untuk larutan asam kuat dan basa kuat
 Melakukan penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi asam basa

II. PERINCIAN KERJA


 Standardisasi larutan NaOH dengan KHP
 Standardisasi larutan HCl dengan Na2CO3
 Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std. NaOH
 Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std. HCl
 Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std. NaOH
 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std. HCl

III. DASAR TEORI


3.1 Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang
terjadi antara analit dengan titran. Titrasi asam basa terdiri dari titrasi antara :
- asam kuat dengan basa kuat
- asam kuat dengan basa lemah
- basa lemah dengan asam kuat

3.2 Pereaksi Asam Basa


Dalam praktikum di laboratorium adalah hal biasa untuk membuat atau
menstandardisasi satu larutan asam atau satu larutan basa. Karena larutan asam lebih mudah
diawetkan daripada lautan basa, maka suatu asam lah yang biasanya dipilih sebagai standar
pembanding tetap yang lebih baik daipada basa.
Dalam memilih asam untuk dipakai dalam larutan standar, faktor – faktor berikut harus
diperhatikan :
1. asam harus kuat, yaitu terdisosiasi tinggi
2. asam tidak boleh mudah menguap
3. larutan asam harus stabil
4. garam dari asamnya harus larut
5. asamnya harus tidak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat untuk merusak
senyawa – senyawa organik yang digunakan seperti indikator.

Asam – asam klorida dan sulfat merupakan larutan asam yang paling luas digunakan
sebagai larutan standar, meskipun tidak satu pun mencukupi semua persyaratan di atas.
Garam klorida dan ion – ion perak, timbal, dan merkuri (I) adalah larut , seperti halnya sulfat
dari logam – logam alkali tanah dan timbal. Namun hal ini biasanya tidak menyebabkan
kesukaran pada kebanyakan penggunaan titrasi asam basa. Hidrogen klorida merupakan gas
tetapi tidak cukup menguap dari larutan – larutan pada batas – batas konsentrasi yang

64
biasanya dipergunakan, karena terdisosiasi sangat tinggi dalam larutan air. Suatu larutan 0,5
N dapat dididihkan untuk beberapa lama tanpa kehilangan hidrogen klorida., jika larutannya
tidak boleh dipekatkan dengan penguapan. Asam nitrat juga jarang digunakan, sebab
merupakan pereaksi oksidasi kuat, dan larutannya terurai apabila dipanaskan atau dikenakan
cahaya. Asam peklorat merupakan asam kuat tidak menguap dan stabil terhadap reduksi
dalam larutan – larutan encer. Garam – garam kalium dan amonium dapat mengendap dari
larutan – larutan pekat apabila terbentuk selama titrasi. Asam perklorat lebih disukai dalam
titrasi yang bukan air. Ia pada dasarnya suatu asam yang lebih kuat terdisosiasi dalam pelarut
yang bersifat asam, seperti asam asetat murni.
Natrium hidroksida merupakan basa yang paling umum digunakan. Kalium hidroksida
tidak memberikan keuntungan dibandingkan dengan natrium hidroksida dan lebih mahal.
Natrium hidroksida selalu terkontaminasi oleh jumlah kecil zat pengotor , yang paling sering
diantaranya adalah natrium karbonat.

3.3 Indikator untuk Tirasi Asam Basa


Indikator yang digunakan pada titrasi ini adalah indikator yang bekerja sesuai dengan
perubahan pH pada larutan. Indikator asam basa merupakan suatu asam atau basa organik
lemah yang bentuk tak terdisosiasinya berbeda warna dengan ionnya. Indikator ini akan
berubah warna pada perubahan pH larutan yang menyebabkan indikator tersebut mengalami
disosiasi.
Indikator yang terkenal adalah indikator fenolftalein. Indikator ini merupakan asam diprotik
dan tak berwarna. Ia mula-mula terdisosiasi kedalam suatu bentuktak bewarna dan kemudian
kehilangan hidrogen kedua, menjadi ion yang berwarna merah.

3.4 Standardisai Larutan


Standardisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Terdapat dua macam larutan standar, yaitu standar primer dan
standar sekunder. Standar primer biasanya dibuat dengan cara menimbang dengan teliti suatu
solut kemudian melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya.

Syarat – syarat dari standar primer adalah sebagai berikut:


1. Murni, jumlah pengotornya tidak lebih dari 0,01 – 0,02%
2. Stabil, tidak higroskopis, dan tidak mudah bereaksi dengan udara
3. Mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi untuk mengurangi kesalahan pada waktu
penimbangan
Larutan standar primer digunakan untuk menstandardisasi larutan standar sekunder , larutan
std. sekunder selanjutnya digunakan untuk penentuan suatu larutan atau cuplikan.
Senyawa kalium hidrogen ftalat, KHC8H4O4 (KHP) merupakan standar primer, sangat
baik untuk larutan – larutan basa. Senyawa ini mudah diperoleh dengan kemurnian 99,95%
atau lebih. Zat ini stabil apabila dikeringkan, tidak higroskopis dan mempunyai berat ekivalen
yang tinggi 204,2 gr/ek. Merupakan asam monoprotik lemah, maka hal ini bukannya suatu
kerugian. Indikator fenolftalein digunakan dalam titrasi dan larutan basanya harus bebas
karbonat.

65
Natrium karbonat, Na2CO3 secara luas digunakan sebagai standar primer untuk larutan
asam kuat. Mudah dipeoleh dalam keadaan sangat murni, kecuali hadirnya sejumlah kecil
natrium bikarbonat. Bikarbonat dapat secara lengkap diubah menjadi karbonat dengan
memanaskan zatnya hingga berat tetap pada 270°C - 300°C. Natrium karbonat sedikit
higroskopis, tetapi dapat ditimbang tanpa banyak kesulitan. Karbonat dapat dititrasi menjadi
natrium bikarboant dengan menggunakan indikator fenolftalein, berat ekivalennya sama
dengan berat molekulnya yaitu 106,0. Tetapi secara umum zat ini dititrasi menjadi asam
karbonat dengan menggunakan indikator metil orange dengan berat ekivalen setengah dari
berat molekulnya, 53,00.

IV. ALAT –ALAT YANG DIGUNAKAN


 Neraca analitik (1 buah)
 Kaca arloji (3 buah)
 Erlenmeyer 250 ml (6 buah)
 Buret 50 ml (2 buah)
 Pipet ukur 25 ml (2 buah)
 Gelas kimia 100 ml, 500 ml (4 buah)
 Labu ukur 100 ml, 250 ml (4 buah)
 Spatula (4 buah)
 Pengaduk (4 buah)
 Bola karet (2 buah)
 Pipet tetes (4 buah)
 Desikator
 Corong gelas (4 buah)
 Botol aquadest (2 buah)

V. BAHAN YANG DIGUNAKAN


 Larutan baku sekunder NaOH 1 N, 100 ml
 Larutan baku sekunder HCl 1 N, 100 ml
 Kalium hidrogen ftalat, KHC8H404 (KHP) 0,4 gram, 50 ml
 Natrium karbonat 0,15 gram, 50 ml
 Indikator metil orange/metil jingga
 Indikator fenolftalien (PP)
 Larutan H2SO4 1M, 100 ml
 Larutan CH3COOH 1M, 100 ml

66
 Larutan NH4OH 1M, 100 ml

VI. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

VII. KESELAMATAN KERJA


Gunakan peralatan keselamatan kerja, seperti masker dan sarung tangan dalam
menangani larutan asam pekat dan basa kuat. Lakukan pengenceran di dalam lemari asam
dengan mengisi labu ukur dengan aquadest terlebih dahulu.

VIII. PROSEDUR PERCOBAAN


8.1 Standardisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP
 Memasukkan kira – kira 4 – 5 gr KHP murni dalam botol timbang yang bersih dan
mengeringkan dalam oven pada temperatur 110°C sekurang – kurangnya selama 1
jam
 Mendingingkan botol timbang beserta isinya dalam desikator
 Menimbang dengan teliti 3 Erlenmeyer bersih yang telah diberi nomor sebanyak
0,7 – 0,8 gr KHP
 Pada tiap Erlenmeyer, menambahkan 50 ml air aquadest ke dalamnya yang diukur
dengan gelas ukur dan mengocok perlahan – lahan sampai KHP larut
 Menambahkan 2 tetes indikator pp pada tiap Erlenmeyer
 Menitrasi larutan dengan NaOH yang telah dibuat sampai berubah warna menjadi
merah muda
 Mencatat volume titran

8.2 Standarisasi larutan std sekunder HCl dengan Na2CO3


 Membuat larutan yang mempunyai pH 4 dengan cara melarutkan 1 gr KHP dalam
100 ml air aquadest. Menambahkan 2 tetes metil jingga ke dalamnya
 Larutan ini digunakan sebagai larutan pembanding
 Menimbang dengan teliti 3 buah cuplikan dalam erlenmeyer masing – masing 0,2 –
0,25 gr Na2CO3 murni yang sebelumnya telah dikeringkan
 Melarutkan dalam 50 ml air aquadest dan menambahkan 2 tetes metil jingga
 Menitrasikan dengan HCl, sampai warnanya sama dengan larutan pembanding
 Mencatat volume titran

67
8.3 Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std. NaOH
 Memipet 25 ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
 Menambahkan indikator m.o
 Menitrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap
 Mengulangi untuk 3 kali percobaan

8.4 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std. HCl


 Memipet 25 ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
 Menambahkan indikator pp
 Menitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap
 Mengulangi untuk 3 kali percobaan

8.5 Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std. NaOH


 Memipet 25 ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
 Menambahkan indikator m.o
 Menitrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap
 Mengulangi untuk 3 kali percobaan

8.6 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std. HCl


 Memipet 25 ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
 Menambahkan indikator pp
 Menitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap
 Mengulangi untuk 3 kali percobaan

68
IX. DATA PENGAMATAN
 Standarisasi larutan standar sekunder NaOH dengan KHP (indikator PP)
Volume Perubahan warna
Percobaan Massa KHP(gr)
titran(ml) sebelum sesudah
1 0,4 2 Bening Merah Muda
2 0,4 2,2 Bening Merah Muda
Rata-Rata 0,4 2,1

 Standarisasi Larutan Standar Sekuler HCL dengan NA2CO3 (Indikator mo)

Massa NA2CO3 Volume HCL Perubahan warna


Percobaan
(gr) (ML) sebelum sesudah
1 0,15 2,9 Orange Merah
2 0,15 3 Orange Merah
Rata-Rata 0,15 2,95

 Penentuan Konsentrasi Larutan CH3COOH dengan larutan standar NaOH (Indikator


PP)
Volume Volume NAOH Perubahan warna
Percobaan
CH3COOH (gr) (ML) sebelum sesudah
1 10 ml 9,6 Bening Merah muda
2 10 ml 9,3 Bening Merah muda
Rata-Rata 10 ml 9,45

 Penentuan Konsentrasi Larutan NH4OH dengan Larutan Standar HCL (m.o)

Volume NH4OH Volume HCL Perubahan warna


Percobaan
(gr) (ML) sebelum sesudah
1 10 ml 9,6 Orange Merah muda
2 10 ml 9,8 Orange Merah muda
Rata-Rata 10 ml 9,7

 Penentuan Konsentrasi Larutan H2SO4 dengan Larutan Standar NAOH (m.o)

Volume H2SO4 Volume NHOH Perubahan warna


Percobaan
(gr) (ML) sebelum sesudah
1 10 ml 9,4 Merah Jingga
2 10 ml 9,8 Merah Jingga
Rata-Rata 10 ml 9,6

 Penentuan Konsentrasi Larutan NAOH dengan Larutan Standar HCL (PP)

69
Volume NAOH Volume HCL Perubahan warna
Percobaan
(gr) (ML) sebelum sesudah
1 10 ml 9,5 Ungu Bening
2 10 ml 10 Ungu Bening
Rata-Rata 10 ml 9,9

X. PERHITUNGAN
 Standardisasi larutan NaOH dengan KHP

𝑔 𝑔𝑔𝑔
1) = volume NaOH x N.NaOH
𝑔𝑔 𝑔𝑔𝑔

400 𝑔𝑔
= 2,1 ml x N NaOH
204,22 𝑔𝑔/𝑔𝑔𝑔

400
𝑔 𝑔𝑔𝑔𝑔 = 𝑔𝑔/𝑔𝑔
428,862

𝑔 𝑔𝑔𝑔𝑔 = 0,93 𝑔𝑔𝑔/𝑔𝑔

% Kesalahan = N.Teori – N.Praktek x 100


N.Teori

= 1 N – 0,93 N x 100
1N
= 7%
 Standardisasi larutan HCl dengan Na2CO3

1) g Na2CO3 = volume HCl x N.HCl


BE Na2CO3
150 𝑔𝑔
= 3 ml x N HCl
53 𝑔𝑔/𝑔𝑔𝑔

150
𝑔 HCl = 𝑔𝑔𝑔/𝑔𝑔
196,1

𝑔 HCl = 0,94 𝑔𝑔𝑔/𝑔𝑔

70
% Kesalahan = N.teori – N.praktek x 100
N.teori

= (1- 0,87) N x 100


1N
= 13 %
 Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std. NaOH

1) 𝑔 𝑔 𝑔1 𝑔𝑔3𝑔𝑔𝑔𝑔 = 𝑔1 𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑔 𝑔 𝑔𝑔𝑔𝑔

10 ml x N CH3COOH = 9,45 ml x 0,93 ek/ml

8,78
N1 NaOH= ek/ml
10

= 0,87 ek/ml

% Kesalahan = N.teori – N.praktek x 100


N.teori

= (1- 0,87) N x 100


1N
= 13 %
 Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std. HCl
𝑔 𝑔 𝑔1 𝑔𝑔4𝑔𝑔 = 𝑔1 𝑔𝑔𝑔 𝑔 𝑔 𝑔𝑔𝑔

10 ml x N NH4OH = 9,7 ml x 0,94 mek/ml

9,11
N1 NH4OH= mek/ml
10

= 0,91 mek/ml

% Kesalahan = N.teori – N.praktek x 100


N.teori

= (1- 0,91) N x 100


1N
= 9%

71
 Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std. NaOH

V x N1 H2SO4 =V1 NaOH x N NaOH

10 ml x N H2SO4 = 9,6 ml x 0,93 ek/ml

8,9
N1 H2SO4 = mek/ml
10

= 0,89 mek/ml

% Kesalahan = N.teori – N.praktek x 100


N.teori

= (1- 0,89) N x 100


1N
= 11 %

 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std. HCl

V x N1 NaOH =V1 HCl x N HCl

10 ml x N NaOH = 9,9 ml x 0,94 mek/ml

9,3
N1 NaOH = mek/ml
10

= 0,93 mek/ml

% Kesalahan = N.teori – N.praktek x 100


N.teori

= (1- 0,93) N x 100


1N
= 7%

72
XI. PERTANYAAN
1. Tuliskan 5 macam standar primer untuk titrasi asam basa!
2. Tuliskan 5 macam indikator untuk titrasi asam basa!
3. Tuliskan 5 macam penerapan dari titrasi asam basa!
4. Suatu standar primer, kalium hidrogen ftalat (KHP) seberat 0,8426 gram dititrasi
dengan 42,14 ml NaOH. Hitung normalitas larutan!
Jawab:
1. 5 macam standar primer, yaitu:
 kalium hidrogen ftalat (KHP)
 Na2CO3
 HCl
 NaOH
 SO42-

2. 5 macam indikator untuk titrasi asam basa, yaitu:


 Indikator pp
 Indikator metil merah
 Indikator metil orange
 Indikator bromthymol biru
 Indikator timol biru

3. 5 macam penerapan dari titrasi asam basa, yaitu:


 Penentuan zat – zat organik, anorganik, dan biologis
 Penentuan unsur
 Analisis bahan anorganik
 Analisis bahan organik
 Penentuan garam

4. Penyelesaian:
g KHP / BE KHP = V. NaOH x N. NaOH
0,8426 gr / 204,2 gr/ek = 0,04214 l x N. NaOH
0,004 ek = 0,04214 l x N. NaOH
N. NaOH = 0,097 ek/l

73
XII. ANALISIS DATA

Pada percobaan ini dapat dianalisis bahwa untuk menentukan konsentrasi larutan
dengan titrasi asam basa perlu melakukan bebarapa tahapan. Awalnya kami melakukan
standarisasi larutan std sekunder NaoH dengan KHP. KHP yang digunakan haruslah kering
dan pengeringan dilakukan pada oven selama 1 jam. Hal ini juga berlaku pada standarisasi
larutan std HCl dengan Na2CO3. Na2CO3 juga harus dikeringkan dalam oven minimal selama
1 jam dengan suhu 110⁰C. Selama KHP dan Na₂CO₃ dikeringkan, kita membuat larutan
H₂SO₄ dan larutan NaOH untuk titrasi basa, serta larutan HCl dan NaOH untuk titrasi asam.

Pada percobaan standarisasi, KHP dan Na2CO3 bertindak sebagai analit sedangkan
NaOH dan HCl sebagai titran. Larutan KHP dimasukkan kedalam erlenmeyer dan NaOH
kedalam buret untuk selanjutnya dilakukan titrasi dari titran ke analit. Adapun volume titran
yang didapat yaitu 2,1 ml. Langkah yang sama juga dilakukan pada Na2CO3 dan HCl.
Na2CO3 dimasukkan dalam erlenmeyer dan HCl dalam buret kemudian dilakukan titrasi HCl
ke Na2CO3. Adapun volume yang didapat yaitu 2,95 ml.

Selanjutnya kami melakukan titrasi pada larutan asam dan basa. Pada titrasi asam yang
bertindak sebagai titran yaitu HCl dan analitnya NaOH. Setelah kami melakukan titrasi HCl
terhadap NaOH, volume titran yang didapat yaitu sebesar 9,9 ml dengan persentase kesalah
sebesar 7 %. Sedangkan pada titrasi basa NaOH bertindak sebagai titran dan H₂SO₄ sebagai
analit Adapun volume titran yang didapat dari menitrasikan NaOH ke H₂SO₄ yaitu 9,6 ml
dengan persentase kesalahan sebesar 11%.

Kesalahan tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu :


- Alat yang digunakan kurang bersih
- Zat yang digunakan telah terkontaminasi
- Pengeringan KHP dan Na2CO3 yang kurang maksimal
- Ketidaktepatan dalam pengukuran dan penimbangan
- Ketidaktelitian dalam menitrasi

XIII. KESIMPULAN
 Standarisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan

74
 Rumus yang digunakan pada standarisasi larutan std. Sekunder titran sengan analit,
yaitu:
𝑔𝑟 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
= 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
𝐵𝐸 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡

 Titrasi asam basa adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang terjadi
antara analit dengan titran.
 Rumus yang digunakan pada penentuan konsentrasi analit dengan titran yaitu
𝑉 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡 𝑥 𝑁 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡 = 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
 Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum yaitu sebagai berikut :
1. Standarisasi larutan
Normalitas NaOH = 0,63 mek/ml ; % kesalahan = 7%
Normalitas HCl = 0,94 mek/ml ; % kesalahan = 6%

2. Penentuan konsentrasi larutan


Normalitas CH3COOH = 0,87 mek/ml ; % kesalahan = 13 %
Normalitas NH4OH = 0,91 mek/ml ; % kesalahan = 9 %
Normalitas H2SO4 = 0,89 mek/ml ; % kesalahan = 11 %
Normalitas H2SO4 = 0,93 mek/ml ; % kesalahan = 7 %

75
GAMBAR ALAT (LAMPIRAN)

Erlenmeyer Labu ukur


Buret

Desikator Corong Botol Aquades

Spatula Pipet Tetes Pengaduk

Bola Karet
Pipet Ukur
Gelas kimia

Kaca Arloji
Neraca Analitik

76
77
78
TITRASI ASAM-BASA PENENTUAN

KARBONAT BIKARBONAT

I. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa mampu melakukan penentuan karbonat dan bikarbonat dalam cuplikan dengan
titrasi menggunakan dua indikator.

II. RINCIAN PERCOBAAN

1. Standardisasi larutan baku HCl dengan Na2CO3

2. Titrasi cuplikan untuk menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dengan menggunakan
dua indikator

III. TEORI

Ion karbonat dapat ditentukan dengan cara titrasi dua langkah yaitu dengan menggunakan dua
indikator.

Co3- + H30+ HCO3- + H2O (fenoftalen)

HCO3- + H3O H2CO3 + H2O (metil orange)

Fenoftalein bekerja sebagai indikator untuk titrasi tahap pertama dengan perubahan warna
dan merah ketidak bewarna metil orange bekerja sebagai indikator terhadap kedua denagn
perubahan warna dan kuning menjadi jingga fenoftalen dengan jangkauan pH 8,0 sampai 9,6
merupakan indikator yang cocok untuk titik alkohol pertama, karena pH larutan NaHCO3
berjumlah 8,35 metil orange dengan jangkauan pH 3,1 – 4,4 cocok untuk titik kahir kedua.
Suatu laruttan jenuh CO3 mempunyai Ph kira kira 3,9. Kedua titik oleh tersebut tidak satupun
membentuk pertahanan yang sangat tajam.

79
Gambar kurva Titrasi dan Na2CO3 dengan HCl

Campurkan karbonat dan bikarbonat, atau karbonat hikdrosida dapat di titrasi dengan
HCl standar sampai kedua titik akhir tersebut diatas. Dalam table I,V adalah volum asam
dalam ml yang digunakan dari permulaan sampai titik akhir fenoftalen dan V2 merupakan
volum dari titik akhir fenoftalen sampai titik akhir metil orange. Hal ini membuktikan bahwa
NaOH secara lengkap bereaksi dalam tahap pertama NaHCO3 hanya bereaksi dalam tahap
kedua, dan Na2CO3 bereaksi dalam tahap kedua, dan Na2CO3 bereaksi dalam tahap kedua
dengan menggunakan volum titran yang sama dalam kedua tahap.

Hubungan Volum dengan Titrasi Karbonat

Zat Hubungan untuk Millmol zat


identifikasi kualitatif
NaOH V2 = 0 M x V1
NaHCO3 V1 = V2 M x V1
N2CO3 V1 = 0 Mx V2
NaOH + Na2CO3 V1 V2 NaOH : M (V1-V2)
Na2CO3 : M x V2
Na2CO3 : M (V2-V1)
NaHCO3 + Na2CO3 V1 V2 Na2CO3 : M x V1

IV. ALAT YANG DIGUNAKAN

- Neraca analitis
- Kaca arloji
- Erlenmeyer
- Buret
- Pipet ukur
- Gelas kimia
- Labu takar
- Spatula, pengaduk
- Bola karet

V. GAMBAR ALAT (LAMPIRAN)

VI. BAHAN YANG DIGUNAKAN

- Cuplikan yang mengandung karbonat bikarbonat


- HCl
- Na2CO3
- Indikator fenoftalein

80
- Indikator metil orange
- Aquadest

VII. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Standardisasi larutan baku HCl dengan Na2CO3

1) Buatlah larutan 0,1 M HCl dengan volume 500 ml

2) Timbang dengan neliti 0,4 gr Na2CO3, larutan dengan aquadest sampai 100 ml

3) Siapkan 3 buah erlenmeyer

4) Ambil alkot sebanyak 10 ml untuk masing masing erlenmeyer

5) Tambahkan 2 tetes indikator metil merah

6) Titrasi dengan HCl, catat volumenya

2. Penentuan Karbonat bikarbonat

1) Timbang dengan titik 0,25 gr cuplikan yang mengandung Na2CO3 dan NaHCO3

2) Larutkan dalam 10 ml air

3) Siapkan 3 buah erlenmeyer, isi masing masing dengan 25 ml alikot

4) Tambahkan 2 tetes indikator fenoftalein

5) Titrasi dengan HCl dengan berubah warna dan merah menjadi tidak berwarna

6) Catat volume titran

7) Tambahkan 2 tetes indikator metil orange

8) Titrasikan dengan HCl hingga berubah warna dari kuning menjadi jingga

VIII. DATA PENGAMATAN

1. Standardisasi larutan HCl

No Percobaan Volume Na2CO3 Volume HCl (ml) Perubahan Warna


(ml)
1 10 9,3 Kuning – ungu
2 10 9 Kuning – ungu
3 10 8,9 Kuning – ungu
4 10 9,7 Kuning – ungu

81
5 10 8,7 Kuning – ungu
6 10 9,5 Kuning – ungu

2. Penentuan Karbonat bikarbonat

Cuplikan 1 = 0,25 gr Na2CO3 + 0,25 gr NaHCO3

No Percobaan Volume HCl (ml) Volume HCl (ml) Perubahan Warna


Titrasi I (pp) Titrasi II (mo)
1 3,8 6,8 Ungu, bening,
kuning, merah
2 3,7 6,4 Ungu, bening,
kuning, merah
3 3,9 7 Ungu, bening,
kuning, merah
Rata rata 3,8 6,7

Cuplikan 2 = 0,2 gr Na2CO3 + 0,3 gr NaHCO3

No percobaan Volume HCl (ml) Volume HCl (ml) Perubahan Warna


Titran I (pp) Titran II (mo)
1 3,2 5 Ungu, bening,
kuning, merah
2 3 5,5 Ungu, bening,
kuning, merah
3 3,3 5,7 Ungu, bening,
kuning, merah
Rata rata 3,1 5,4

IX. PERHITUNGAN

1. Standardisasi larutan HCl

VHCl = 9,3 + 9 + 8,9 + 9,7 + 8,7 + 9,5

gr Na2CO3 = VHCl x NHCl 6

BE Na2CO3 = 9,11

0,4 = 9,10x -3

53

NHCl = 0,082 N

% kesalahan = Teori – Praktek x 100%

82
Teori

= 0,1 N – 0,082 x 100%

0,1 N

= 18%

2. Penentuan karbonat bikarbonat dengan HCl

Cuplikan 1 (0,25 gr Na2CO3 + 0,25 gr NaHCO3)

(PP) % Na2CO3 = V HCl x NHCl x BE Na2CO3 X 100%

gr sampel

= 0,0038 x 0,082 x 53 x 100%

0,5 – 10/100

= 33,02%

% kesalahan = Teori – Praktek x 100%

Teori

= 50 – 33,02 x 100%

50

= 33,96%

% NaHCO3 = V HCl x N HCl x BE NaHCO3 X 100%

gr sampel

= 0,0029 x 0,082 x 84 x 100%

0,5 . 10/100

= 39,95%

% kesalahan = Teori – Praktek x 100%

Teori

83
= 50 – 39,95% x 100%

50

= 20,1 %

Cuplikan 2 : 0,2 gr NaCO3 + 0,3 gr NaHCO3

Indikator pp

% Na2CO3 = V HCl x N HCl x BE Na2C03 x 100%

gr sampel

= 0,0031 x 0,08 x 53 x 100%

0,5 . 10/100

= 25%

% NaHCO3 = V HCl x N HCl x BE NaHCO3 x 100%

gr sampel

= 0,0024 x 0,082 x 84 x 100%

0,05

= 33,06%

% kesalahan = 50 – 33,06 x 100%

50

= 33,88%

X. ANALISIS PERCOBAAN

Pada praktikum yang telah dilakukan, terdapat 2 percobaan yaitu standardisasi larutan HCl
dengan Na2CO3, penolptalein (pp) dan metil orange (mo)

Larutan pembuatan larutan HCl sebagai titran dengan 0,1 M dalam 250 ml kemudian timbang
0,75 gr dan 0,2 Na2CO3 kemudian timbang 0,25 gr NaHCO3 dan 0,3 gr NaHCO3 kemudian
dilarutkan di labu takar dengan 100 ml air akuadest setelah itu analit 2 larutan tersebut
masing masing ke 3 erlenmeyer lalu titran dengan HCl dan amati volume titran sampai terjadi
perubahan warna yang tepat.

84
XI. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

1. NHCl yang didapat pada standarlisasi larutan HCl

a. teori : 0,1 N

b. praktek : 0,082 N

c. % kesalahan : 18%

2. Volume HCl yang didapat pada penentuan karbonat bikarbonat

a. cuplikan 1 (pp) = 3,8 ml

cuplikan 2 (pp) = 3,1 ml

b. cuplikan 1 (mo) = 6,7 ml

cuplikan 2 (mo) = 5,4 ml

3. didalam % NaCO3

Cuplikan 1 = 33,02%

Cuplikan 2 = 25%

% NaHCO3

Cuplikan 1 = 39,95%

Cuplikan 2 = 33,06%

XII. PERTANYAAN

1. Tuliskan rumus kimia untuk indikala fenoftalein dan reaksinya terhadap perubahan Ph !

2. Berapakah jangkauan pH indikator yang digunakan pada percobaan ini?

3. Sebuah contoh berat 0,5 gr yang mungkin mengandung NaOH, Na2CO3, NaHCO3 atau
campuran NaOH + Na2CO3 atau NaHCO3 + Na2CO3 di titrasikan dengan 0,1011 M HCl
dengan cara 2 indikator. Ternyata pada titrasi pertama dengan indikator pp diperlukan 38,44
ml HCl. Kemudian pada titrasi kedua diperlukan 11,25 ml HCl

85
a. campuran apakah yang ada pada contoh?

b. hitung % masing masing zat!

Jawab!

1. Rumus kimia (pp) = C2OH14O4

CO32- + H3o+ HCO3- + H2O (PP)

2. Jangkauan pH indikator ini adalah

1. Fenolflatein (pp) = 3,8 – 3,1

2. Metil orange (mo) = 6,7 – 5,4

3. a. V1 = 38,44 ml

V2 = 11,73

b. % NaOH = V HCl x NHCl x BE NaCH x 100%

gr sampel

= (V1 – V2) x MHCl x BE NaOH X 100%

gr sampel

= 27,21 . 10-3 x 0,1011 x 40 x 100%

0,5 gr

= 22,007%

% Na2CO3 = VHCl x MHCl x BE Na2CO3 X 100%

gr sampel

= 11,33 . 10-3 x 0,101 x 53 x 100%

0,5

= 12,03%

86
87
GAMBAR (LAMPIRAN)

Gelas Kimia Corong Gelas Pipet Ukur

Neraca Analitik
Buret
Batang Pengaduk

Spatula Bola Karet


Erlenmeyer

88
Kaca Arloji
Labu Takar
GRAVIMETRIK (PENENTUAN SULFAT)

 TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, kami dapat melakukan penentuan
nikel secara gravimetrik.

 DASAR TEORI
Analisis gravimetri adalah analisis kuantitatif dengan cara mengisolasi dan
menimbang unsur atau senyawa yang dianalisis. Analit secara fisik dipisahkan dari
semua komponen lainnya dari contoh maupun solvennya. Pada metode gravimetrik
pemisahan ini dilakukan dengan cara mengendapkan unsur/senyawa tersebut dengan
suatu zat pengendap yang akan menghasilkan suatu zat dengan kelarutan yang kecil.
Kemudian dilakukan penyaringan endapan, pencucian, pengeringan, pembakaran
sehingga didapatkan zat yang stabil untuk selanjutnya dilakukan penimbangan.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar cara gravimetri dapat berhasil adalah :
 Proses pemisahan harus cukup sempurna hingga kuantitas analit yang
tidak mengendap secara analitik tidak ditemukan.
 Zat yang ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan mempunyai
kemurnian yang cukup tinggi.
STOIKIOMETRIK
Dalam prosedur gravimetrik, suatu endapan ditimbang dan dari harga ini berat
analit dalam contoh dapat dihitung. Persentase analit A adalah :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴
%A= 𝑥 100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

Untuk menghitung berat analit dari berat endapan digunakan suatu faktor
gravimetrik. Faktor ini didefinisikan sebagai jumlah gram analit dalam gram dari
endapan.
Perkalian berat endapan P dengan faktor gravimetrik memberikan jumlah gram
analit di dalam contoh.
Berat A = berat P x faktor gravimetrik
Maka :
% A = berat P x faktor gravimetrik x 100
berat contoh

89
PENGENDAPAN
Apabila tetapan kali kelarutan suatu senyawa dilampaui dan pengendapan mulai
terjadi, maka sejumlah partikel kecil disebut inti telah terbentuk. Pengendapan
selanjutnya akan berlangsung pada partikel – partikel yang terbentuk semula ini,
dengan makin bertumbuhnya partikel dalam ukurannya sehingga cukup besar untuk
turun ke dasar larutan. Distribusi ukuran partikel dengan endapan ditentukan oleh
kecepatan aktif dari proses sebagai berikut :
1. Pembentukan inti (nukleasi)
2. Pertumbuhan inti
Dari kedua proses di atas diharapkan laju nuleasi lebih kecil dibandingkan
dengan laju pertumbuhan inti sehingga dihasilkan sedikit partikel dengan ukuran yang
relatif besar. Material yang demikian akan lebih mudah disaring dan lebih murni
keadaannya dibandingkan dengan keadaan partikel kecil.
Pada peristiwa pengendapan dapat terjadi proses kopresipitasi, yaitu proses yang
membawa serta suatu zat yang biasanya terlarut. Pada waktu pengendapan dari
endapan yang diinginkan, selain itu dapat juga terjadi pada proses post presipitasi
yaitu proses terdepositnya suatu zat pengotor setelah pengendapan dari zat yang
diinginkan.

TEKNIK PENCUCIAN DAN PENYARINGAN ENDAPAN

Dalam proses gravimetrik, zat yang diinginkan dipisahkan dalam bentuk


endapan, endapan ini harus bebas dari zat pengotor yang tidak diharapkan untuk
kemudian dikeringkan dan ditimbang. Penyaringan dilakukan dengan corong dan
kertas saring maupun krus saringan.
Bermacam – macam jenis kertas saring yang dapat dipergunakan. Untuk analisa
kuantitatif harus digunakan kertas yang berkualitas bebas abu. Kertas ini telah
dikerjakan dengan asam – asam klorida dan fluorida selama dibuat sehingga berkadar
zat anorganik rendah dan apabila dibakar akan meninggalkan abu dalam jumlah yang
dapat diabaikan (untuk kertas berdiameter 11cm mempunyai kadar abu 0,13 mg).
Suatu endapan biasanya dicuci dengan air ataupun dengan larutan pencuci
tertentu sebelum dikeringkan dan ditimbang. Pencucian biasanya dilakukan

90
bersamaan pada tahap penyaringan. Disini endapan ada dalam kertas saring, maka
endapan dapat dicuci dengan melewatkan larutan pencuci melalui saringan. Tetapi
cara tersebut kurang efektif untuk menghilangkan kotoran dalam endapan. Cara yang
lebih efektif adalah dengan menuangkan terlebih dahulu cairan induk ke dalam
saringan. Endapan diusahakan sebanyak mungkin tertinggal di dalam gelas kimia.
Endapan yang tertinggal tersebut diaduk dengan cairan pencuci selanjutnya larutan
pencuci tersebut dituangkan ke dalam saringan meninggalkan endapan. Pencucian ini
dapat diulang sesering mungkin.

PEMBAKARAN ENDAPAN
Langkah – langkah pembakaran endapan sebagai berikut :
5) Pengeringan endapan dan kertas saring
Dapat dilakukan pada suhu 1000C – 1250C di dalam tanur. Jika pembakaran
harus segera diikuti dengan pengeringan maka dilakukan pada suatu sumber.
Menempatkan krus yang tertutup pada kedudukan kering dan miring dalam
segitiga terbuat dari porselin dan menempatkan api kecil di bawah krus. Hindari
pemanasan yang terlalu kuat, nyala api tidak boleh menyentuh krus.
6) Pengeringan kertas
Setelah endapan dan kertas kering sama sekalim tutup krus dibuka sedikit agar
udara dapat masuk, kemudian pemanasan ditingkatkan untuk pengurangan kertas.
Besarkan sedikit nyala apinya dan tempatkan kembali di bawah dasar krus. Kertas
menjadi lapuk tetapi tidak boleh terbakar dengan nyala. Jika kertas terbakar, maka
segera tutup krus untuk memadamkannya.
7) Membakar habis karbon dari kertas
Setelah kertas diarangkan dengan sempurna, dan bahayanya berkobar menjadi
api telah dilalui. Maka besarnya nyala api dapat ditingkatkan sampai dasar krus
menjadi merah. Hal ini dilakukan dengan berangsur – angsur. Sisa karbon dan ter
organik dibakar habis pada tahap ini. Pemanasan dilanjutkan hingga pembakaran
sempurna, yang terbukti dari hilangnya zat berwarna gelap. Sebaiknya sekali –
sekali krus diputar agar semua bagian dipanasi dengan sempurna.
8) Pembakaran tahap akhir
Untuk mengakhiri pembakaran, letakkan krus tegak dengan mengambil tutupnya
untuk memasukkan udara dan memanaskan pada suhu yang ditentukan untuk

91
endapan tertentu. Pembakaran dilanjutkan hingga krus mencapai berat yang stabil,
yaitu hingga selisih antara dua penimbangan kurang dari 0,5 mg.

PENENTUAN NIKEL
Sulfat dalam larutan dapat diendapkan sebagai barium sulfat, dengan zat
pengendap BaCl2. Setelah terbentuk endapan, dilakukan penyaringan dan pencucian
dengan air panas untuk kemudian dilakukan pengeringan dan pemijaran pada suhu
6000C – 8000C.

 DAFTAR ALAT
11) Gelas kimia 250ml/300ml/500ml/ 3 buah
12) Labu ukur 100ml 3 buah
13) Corong panjang 25cm 2 buah
14) Krus porselen 2 buah
15) Ubber policeman 2 buah
16) Bunsen, kaki tiga, kasa 1 buah
17) Segitiga porselen 1buah
18) Penangas uap 1 buah
19) Desikator 1 buah
20) Oven 1 buah
21) Spatula 1 buah
22) Pengaduk 1 buah
23) Kaca arloji 2 buah

 DAFTAR BAHAN
1. NiSO4 padat 0,3 gr
2. Larutan BaCl2 5%
3. Kertas saring whatman no.40

 LANGKAH KERJA
1. Menimbang 0,3 gr NiSO4, Memasukkan ke dalam gelas kimia 400 ML dan
melarutkan dalam air 25 ML.

92
2. Menambahkan 0,3 – 0,6ML HCl pekat, kemudian mengencerkan sampai 200ML.

3. Mendidihkan larutan, lalu menambahkan setetes demi setetes larutan BaCl2 5%,
mengaduk larutan selama penambahan BaCl2.
4. Membiarkan endapan selama beberapa menit, kemudian melakukan tes pada
supernatan dengan menambahkan BaCl2 sampai sedikit berlebih.
5. Menutup gelas kimia dengan kaca arloji, kemudian meletakkan gelas kimia di atas
penangas uap selama 1 jam sampai semua endapan terendapkan dan terbentuk
larutan bening diatasnya. Volume larutan jangan sampai kurang dari 150 ML.
6. Menambahkan lagi beberapa tetes larutan BaCl2 untuk mengetahui kesempurnaan
endapan.
7. Menyaring endapan dengan cara berikut :
6) Menggunakan kertas saring bebas abu (kertas saring whatman no.40).
7) Menuangkan terlebih dahulu larutan jernihnya, lalu menampung filtratnya ke
dalam gelas kimia dan melakukan tes filtrat dengan BaCl2. Bila terbentuk
endapan pada filtrat, kembalikan lagi ke dalam gelas kimia. Bila tidak ,
membuang larutan jernih terebut dan meletakkan gelas kimia dibawah corong.
8) Memindahkan endapan ke kertas saring dengan membilas air panas dari botol
semprot.
9) Mencuci endapan beberapa kali dengan air panas, sampai filtratnya bebas ion
Cl (tes filtrat dengan AgNO3).
8. Memindahkan kertas saring ke dalam krus porselen yang telah ditimbang
sebelumnya.
9. Memijarkan perlahan – lahan sampai krus berwarna merah.
10. Mendinginkan di dalam desikator, menimbang krus setelah dingin.

 DATA PENGAMATAN
1. Berat kertas saring : 1,11 gr
2. Berat kertas saring + cuplikan : 1,304 gr
3. Berat kertas saring + cuplikan+ endapan : 1,41gr
4. Berat endapan sebelum pemanasan : 0,3 gr
5. Berat cuplikan (setelah pemanasan) : 0,298 gr
6. BM cuplikan (NiSO4. H2O) : 263,86gr/mol

93
7. BA komponen : 96,064gr/mol
8. % SO4 dalam NiSO4 : 54,6%

 PERHITUNGAN
NiSO4 + BaCl2 NiCl2 + BaSO4
Mol NiSO4 = massa
BM
= 0,3 gr = 0,00114 mol
262,86 gr/mol
Mol BaSO4 = mol NiSO4
Gr BaCl2 = mol x BM
= 0,00114 mol x 208gr/mol
= 2,3712 gr
Berat kertas saring + culikan = 1,309 gr
Berat kertas saring + krus + endapan = 1,41 gr

% SO4 = Mr SO4
Mr BaSO4
= 96,07 gr/mol x100 = 36,54gr/mol
262,86 gr/mol
Fg BaCl2 = Mr BaCl2
Mr NiSO4 + Mr BaCl2
= 233,40 gr/mol = 0,64 gr/mol
363 gr/mol
% BaSO4 = berat endapan X Fg X 100
Berat contoh
= berat endapanx 0,4117 X 100 = 0,26 %
0,298
% SO4 = 0.3 x 0,4 X 0,417 x100 = 41,44%
0,98
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% Kesalahan = | 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
| X 100 %
36,54 − 41,44
=| 36,54
| X 100 % : 13,40 %

94
 ANALISIS PERCOBAAN
Analisis gravimetrik merupakan analisis dengan cara menganalisis dan
menimbangsenyawa yang di analisis metode gravimetrik, pemisahan dilakukan
dengan mengendapkan senyawa dengan mereaksikan dengan mereaksikan zat
pengendap, yang akan menghasilkan suatu zat larutan yang real. Setelah itu dilakukan
penyeringan, pengendapan, pencucian, pengeringan, pembakaran sehingga di dappat
zat yang stabil selanjutnya dilakukan penimbangan.
Langkah yang harus dilakukan adalah pelarutan NiSO4, BN2O, 0,30r dalam 25
ml air. Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan HCI sebanyak0,6 ml dan di larutkan
dalam 200 ml air. Larutan ini kemudian dididihkan dengan menggunakan hot plate
selama ±10 menit. Setelah larut mendidih ditambahkan BaCI2 5% sebanyak 5 tetes
sambil diaduk, menggunakan batang pengaduk hingga muncul endapan putih yang
merupakan endapan BaCI2 yang merupakan hasil dari reaksi NiSO4 dengan BaCl2.
Setelah endapan terbentuk selanjutnya endapan ditetisi kembali dengan BaCl2 untuk
menguji lagi supernatan untuk menguji masih ada atau tidaknya endapan, jika terdapat
endapan lagi saring lagi mengunakan kertas saring hingga tidak ada endapan jika
sudah tidak terdapat endapan buang larutan dan bersihkan.
Kertas saring yang terdapat endapan ditimbang lalu dioven kemudian ketika
kering ditimbang kembali lalu catat perubahan.

 KESIMPULAN
 Persamaan Reaksi
NiSO4 +.BaCl4 → BaSO4 ↓ putih
 Hasil% SO4 dalam sampel sebesar 41,44% dengan tingkat kesalahan 13,40%
 Dalam melakukan percobaan harus dengan ketelitian dan tingkat kecepatan yang
tinggi untuk menghindari terjadinya tingkat kesalahan yang tinggi.

 PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan gravimetrik ?
Jawab.
Gravimetrik adalah salah satu bagian analisis yang dilakukan dengan cara
mengisolasi dan menimbang unsur/senyawa yang dianalisis.

95
2. Tuliskan 5 macam pereaksi pengendap yang digunakan pada gravimetrik !
Jawab.
5. BaCl2
6. Dimetilglioksimat (C4H8O2N2)
7. AgNO3

3. Tuliskan langkah – langkah dalam analisis gravimetrik !


Jawab.
1. Menimbang 0,3 gr NiSO4, Memasukkan ke dalam gelas kimia 400 ML dan
melarutkan dalam air 25 ML.
2. Menambahkan 0,3 – 0,6ML HCl pekat, kemudian mengencerkan sampai
200ML.
3. Mendidihkan larutan, lalu menambahkan setetes demi setetes larutan BaCl2
5%, mengaduk larutan selama penambahan BaCl2.
4. Membiarkan endapan selama beberapa menit, kemudian melakukan tes pada
supernatan dengan menambahkan BaCl2 sampai sedikit berlebih.
5. Menutup gelas kimia dengan kaca arloji, kemudian meletakkan gelas kimia di
atas penangas uap selama 1 jam sampai semua endapan terendapkan dan
terbentuk larutan bening diatasnya. Volume larutan jangan sampai kurang dari
150 ML.
6. Menambahkan lagi beberapa tetes larutan BaCl2 untuk mengetahui
kesempurnaan endapan.
7. Menyaring endapan.
8. Memindahkan kertas saring ke dalam krus porselen yang telah ditimbang
sebelumnya.
9. Memijarkan perlahan – lahan sampai krus berwarna merah.
10. Mendinginkan di dalam desikator, menimbang krus setelah dingin.

96
 GAMBAR ALAT

GELAS KIMIA CORONG GELAS

BOTOL AQUADEST KACA ARLOJI

PIPET TETES SPATULA

NERACA ANALITIK KRUS PORSELEN

97
BUNSEN KAKI TIGA

GELAS UKUR SEGITIGA PORSELEN

DESIKATOR

98
DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet. Penunjuk Praktikum Kimia Analisis Dasar. 2019 : Politeknik Negeri


Sriwijaya.

99

Anda mungkin juga menyukai