Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


ANALISIS KELOMPOK KATION

Praktikan : Devina Wisnu Tri Handayani


NIM : 24030120140061
Hari Praktikum : Rabu
Tanggal Praktikum : 03 November 2021
Asisten : Fathimatuz Zahra

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
ABSTRAK
Telah dilakukan suatu percobaan berjudul “Analisis Anion”, dengan tujuan
untuk mengidentifikasi secara difinitif anion-anion dalam sampel (unknown)
berupa larutan maupun padatan menggunakan metoda pemisahan “kemikalia cair”
yang didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan
reagen-reagen tertentu. Adapula prinsip yаng digunаkаn dаlam percobaan ini
iadalah reaksi pengompleksan. Pemisahan untuk аnаlisis kelompok аnion
diperoleh hаsil seperti berikut dengаn adanya endapan dаn perubаhan warna:
 Cl- iditandai idengаn iendapan iputih isetelah ipenambаhan iAgNO3
idan iHNO3.
 Br- iditandai idengan iendapan iputih isetelаh ipenаmbahan iAgNO3 idan
iHNO3.
 I- ditandai idengan iendаpаn ikekuningаn isetelаh ipenambahan iAgNO3
idan iHNO3.
 SO32- iditandai idengan iendapan iputih isetelah ipenambаhan
iBa(C2H3O2)2 idan iHCl.
 SO42- iditandai idengan iendаpаn iputih isetelah ipenambahan
iBa(C2H3O2)2 idan iHCl.
 PO43- iditandai idengаn iendаpan iputih isetelah ipenambahan
iBа(C2H3O2)2 idаn iHCl.
 NO3- iditandai idengan iterbentuknyа icincin icoklаt isetelah
ipenambahan iFeSO4.
 SO42- iditаndаi idengan iendapan iputih isetelah ipenambаhаn
iBа(C2H3O2)2 idаn iHCl.

Kаtа Kunci: Anion, endapan, reaksi selektif ion, reaksi spesifik ion.
PERCOBAAN II
ANALISIS ANION
I. TUJUAN
Mengidentifikasi secara difinitif anion-anion dalam sampel (unknown) berupa
larutan maupun padatan menggunakan metoda pemisahan “kemikalia cair”
yang didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan
dengan reagen-reagen tertentu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Analisa Kualitatif
Dalam kimia analitik, terdapat dua jenis analisis, yaitu analisis
kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kimia kualitatif adalah analisis
kimia yang hanya memperhatikan ada atau tidaknya suatu unsur atau zat
dalam suatu sampel bahan. Contoh pengujian analisis kimia kualitatif
adalah uji nyala api untuk menguji unsur apa yang terdapat di dalamnya,
biasanya logam, dan test Kastle-Meyer untuk mengetahui adanya darah
(Maharani, 2019).
II.2 Metode Pengendapan
Saat dua larutan di campurkan, senyawa yang tidak dapat larut
kadang kadang terbentuk, zat tersebut umunya berbentuk padat dan
terpisah dari larutan tersebut. Reaksi demikian disebut sebagai
pengendapan, dan zat yang padat yang terbentuk disebut sebagai endapan
(Zumdahl, 2017).
II.3 Hasil Kali Kelarutan
Ksp atau solubilityproductconstants adalah kesetimbangan antara
ion-ion dalam larutan jenuh yang kelarutannya rendah. Nilai Ksp dapat
dihitung dengan mengalikan konsentrasi ion-ion penyusun suatu senyawa
dipangkatkan koefisiennya. Ksp memiliki hubungan dengan Qc, dimana
Qc merupakan kesetimbangan antara ion-ion dalam larutan nyata,
konsentrasinya belum dapat dipastikan apakah jenuh atau tidak. Ksp dan
Qc digunakan untuk memperkirakan terjadinya suatu endapan dengan
melakukan perbandingan nilai Ksp dan Qc. Jika nilai Qc < Ksp, maka
larutan belum jenuh dan endapan belum terjadi. Jika nilai Qc = Ksp,
larutan tepat jenuh dan mulai terjadi endapan. Jika Qc > Ksp, maka
larutan sudah lewat jenuh dan endapan sudah terjadi (Farhaini, 2017).
II.4 Pencucian Endapan
Tujuan dari pencucian endapan adalah untuk menyingkirkan
kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa
secara mekanis sehingga diperoleh endapan murni. Endapan murni adalah
endapan analit yang bersih atau tidak mengandung molekul-molekul lain.
Pencucian akan berhasil jika dilakukan berulang-ulang dengan pemakaian
sebagian demi sebagian cairan pencuci. Pencucian dilanjutkan terus
sampai ion pengotor telah hilang sama sekali. Hilangnya ion pengotor
ditandai dari hasil negative pada pengujian cairan pencuci dengan
pereaksi yang cocok (Chadijah, 2012).
II.5 Reaksi Pembentukan Kompleks
Reaksi pembentukan kompleks dalam suatu Analisa anorganik
kualitatif biasanya sering digunakan untuk suatu identifikasi ataupun
pemisahan Pembentukan senyawa kompleks dapat dilihat dari beberapa
sudut pandang tergantung dari logam pusat dan ligan yang berikatan,
berbagai teori berkembang dan menyempurnakan proses pembentukan
senyawa kompleks ini. Pembentukan senyawa kompleks dapat dilihat dan
digambarkan melalui 2 jenis model yakni model ikatan ionik dan model
ikatan kovalen.
a. Model ikatan ionik
Model ini merujuk pada pendekatan teori medan kristal di mana
repulsi dan atraksi elektrostatis antar awan elektron dan orbital
pada logam dan ligan membentuk suatu ikatan. Logam sebagai
pusat koordinasi senyawa kompleks biasanya berupa kation dan
ligannya berupa anion atau molekul netral dengan densitas elektron
tinggi pada atom donornya sehingga memiliki atraksi yang kuat
terhadap kation logam. Atom donor akan tersusun mengeliilingi ion
logam pusat dalam susunan berdasarkan tarikan elektrostatis
menuju logam pusat dan repulsi elektrostatis menuju ligan lainnya.
b. Model ikatan kovalen
Model ikatan kovalen merujuk pada pendekatan kombinasi orbital-
orbital yang dijelaskan melalui teori orbital molekul. Kombinasi
orbital-orbital logam pusat dan ligan menghasilkan paket orbital
dengan energi yang berbeda. Ketika satu orbital atom A
dikombinasi dengan satu orbital dari atom X, akan dihasilkan 2
orbital, 1 terstabilisasi (orbital bonding,energi rendah) dan 1
terdestabilisasi (orbital anti-bonding,energi tinggi). Elektron yang
masuk ke dalam orbital bonding akan membentuk situasi stabil di
mana A dan X terhubung melalui sebuah ikatan, membentuk
senyawa stabil AX.
(Lawrence, 2013)
II.6 Selektif Ion
Elektroda selektif ion merupakan jenis elektroda pada
potensiometri yang berfungsi dalam proses mengukur kuantitas ion
terlarut pada larutan (D’Orazio, 2012). Selektivitasnya sendiri ditentukan
berdasarkan komposisi dari membrane yang menyusunnya. Komponen
penyusun utama dari pengukuran Elektrida Selektif Ion, yaitu larutan
standar. larutan yang ada pada luar sampel yang akan dilakukan
pemisahan melalui membrane tipis. Potensial yang ada pada membran
merupakan hasil yang diperoleh dari adanya tukar ion dan terjadi di
permukaan membran serta larutan (Gross, 1998).
II.7 Kemikalia Cair
Teknik memisahkan dalam menganalisis kation dan anion berdasar
pada perilaku ion-ion yang berbeda saat larutan anion ataupun kation
mengalami reaksi dengan reagen tertentu (Svehla, 1985).
II.8 Analisis Ion
II.8.1 Klorida (Cl-)
Ada beberapa senyawa yang sedikit larut, seperti AgCl, HgCl.
Sebagian besar klorida akan larut dalam air. Namun dapat larut jika dalam
keadaan suhu larutan yang tinggi. Kemungkinan hasil uji ditandai dengan
bau yang menyengat dari HCl.
II.8.2 Bromida (Br-)
Sebagian besar bromida larut dalam air, kecuali pada Hg(I), Ag,
Cu(I) dan Pb. Timbel bromide sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi
lebih larut dalam air mendidih. Contoh AgBr tidak larut dalam air, tetapi
dapat dioksidasi dengan HNO3. Kemungkinan hasil uji ditandai dengan
keluarnya uap brom berwarna coklat dan bau khas bromin.
II.8.3 Iodida (I-)
Kelarutan iodide adalah serupa dengan klorida dan bromida, perak,
merkurium (II), tembaga (I) dan timbel iodide adalah garam-garam yang
sedikit larut. Iodida mempunyai kelarutan yang hamper sama dengan
klorida dan bromida. Kemungkinan hasil uji ditandai dengan uap ungu
atau larutan berwarna ungu kehitaman.
II.8.4 Nitrat (NO3-)
Sebagian besar nitrat larut dalam air. Kemungkinan hasil uji
ditandai dengan larutan berwarna coklat atau terbentuk cincin coklat.
II.8.5 Sulfat (SO42-)
Sulfat dari sronsium, barium, dan timbal tidak dapat terlarut dalam
pelarut air. Akan tetapi sulfat dari merkuri (II) dan kalsium dapat sedikit
terlarut dalam pelarut air, sedangkan sulfat-sulfat dari logam lainnya
dapat mudah terlarut dalam pelarut air.
II.8.6 Kromat (CrO42-)
Kromat logam umunya akan menghasilkan warna kuning apabila
dilarutan dalam pelarut air. Dalam asam mineral encer yaitu ion-ion
hidrogen, kromat akan berubah menjadi dikromat.
II.8.7 Fosfat (PO43-)
Fosfat akan larut dalam air jika reaksi dengan ammonium dan
logam alkali, kecuali lithium. Fosfat dari alkali tanah sedikit larut, bahkan
tidak larut dalam air.
II.8.8 Sulfit (SO32-)
Pada kondisi anaerob ion sulfat akan tereduksi menjadi ion sulfit
yang membentuk kesetimbangan dengan ion hidrogen membentuk
hidrogen sulfit (H2S). Apabila direaksikan dengan asam klorida encer atau
asam sufat encer sulfit akan melepaskan gas. Apabila direaksikan dengan
hidrogen peroksida sulfit akan teroksidasi menjadi sulfat.
(Petrucci, 2017)
II.9 Analisa Bahan
II.9.1 AgNO3
 Sifat Fisik
a. Memiliki wujud kristal
b. Tidak memiliki warna
c. Memiliki titik leleh sebesar 60oC
 Sifat Kimia
a. Larut bersama asam nitrat
(Daintith, 1990)
II.9.2 H2SO4
 Sifat Fisik
a. Memiliki wujud cairan
b. Tidak memiliki warna
c. Tidak memiliki bau
 Sifat Kimia
a. Bersifat asam
b. Berperan sebagai katalis
(Basri, 2003)
II.9.3 HNO3
 Sifat Fisik
a. Memiliki titik didih sebesar 84oC
b. Memiliki warna agak kuning
c. Tidak memiliki bau
 Sifat Kimia
a. Memiliki sifat korosif
b. Sebagai oksidator
(Basri, 2003)
II.9.4 HCl
 Sifat Fisik
a. Memiliki titik didih sebesar 85oC
b. Tidak memiliki warna
c. Memiliki bau yang tajam
 Sifat Kimia
a. Larut bersama air
(Daintith, 1990)
II.9.5 FeSO4
 Sifat Fisik
a. Tidak memiliki warna
 Sifat Kimia
a. Larut bersama air
b. Dapat dihidratasi
(Daintith, 1990)
III. METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Tabung Reaksi
2. Pipet tetes
III.1.2 Bahan
1. NaCl
2. KBr
3. KI
4. Na2SO4
5. Pb(NO3)2
6. K2CrO4
7. AgNO3
8. Ba(C2H3O2)2
9. HCl
10. HNO3
11. H2SO4 Pekat
12. FeSO4
III.2 Skema Kerja
III.2.1 Ion Cl-
- Test 1 dan 2
5 tetes larutan Cl-
Tabung reaksi

Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat


Hasil

- Test 3

5 tetes larutan Cl-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3


Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3

Hasil

- Test 4

5 tetes larutan Cl-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(CH3COO)2


Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil
- Test 5

5 tetes larutan Cl-


Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4

Hasil

III.2.2 Uji Ion Bromida (dalam KBr)


- Test 1 dan 2
5 tetes larutan Br-
Tabung reaksi

Pengamatan larutan

Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat

Hasil

- Test 3

5 tetes larutan Br-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3

Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3

Hasil
- Test 4

5 tetes larutan Br-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(CH3COO)2

Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil

- Test 5

5 tetes larutan Br-


Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil

III.2.3 Uji Larutan Iod (dalam KI)


- Test 1 dan 2
5 tetes larutan I-
Tabung reaksi

Pengamatan larutan

Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat

Hasil
- Test 3

5 tetes larutan I-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3

Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3

Hasil

- Test 4

5 tetes larutan I-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(CH3COO)2

Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil

- Test 5

5 tetes larutan I-
Tabung reaksi

Hasil
Penambahan 5 tetes FeSO4

III.2.4 Uji Ion Sulfit (dalam Na2SO3)


- Test 1 dan 2
5 tetes larutan SO3-
Tabung reaksi

Pengamatan larutan

Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat

Hasil

- Test 3

5 tetes larutan SO3-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3

Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3

Hasil
- Test 4

5 tetes larutan SO3-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(CH3COO)2

Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil

- Test 5
5 tetes larutan SO32-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4

Hasil

III.2.5 Uji Ion Sulfat (dalam Na2SO4)


- Test 1 dan 2
5 tetes larutan SO42-
Tabung reaksi

Pengamatan larutan

Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat

Hasil
- Test 3

5 tetes larutan SO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3

Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3

Hasil

- Test 4

5 tetes larutan SO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(CH3COO)2

Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil

- Test 5

5 tetes larutan SO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil
III.2.6 Uji Ion Fosfat (dalam NaH2PO4)
- Test 1 dan 2

5 tetes larutan PO43-

Tabung reaksi

Pengamatan larutan

Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat

Hasil

- Test 3

5 tetes larutan PO43-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3

Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3

Hasil
- Test 4

5 tetes larutan PO43-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(CH3COO)2

Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil

- Test 5

5 tetes larutan PO43-


Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil

III.2.7 Uji Ion Nitrat (dalam Pb(NO3)3)


- Test 1 dan 2
5 tetes larutan NO3-

Tabung reaksi
Pengamatan larutan
Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat

Hasil
- Test 3

5 tetes larutan NO3-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3

Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3

Hasil

- Test 4

5 tetes larutan NO3-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(CH3COO)2

Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil
- Test 5

5 tetes larutan NO3-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4

Hasil

III.2.8 Uji Ion Kromat (K2CrO4)


- Test 1 dan 2
5 tetes larutan CrO42-

Tabung reaksi

Pengamatan larutan

Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat

Hasil

- Test 3

5 tetes larutan CrO42-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3

Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3

Hasil
- Test 4

5 tetes larutan CrO32-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(CH3COO)2

Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil

- Test 5

5 tetes larutan CrO32-

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4


Hasil

III.2.9 Uji Larutan Unknown 1


- Test 1 dan 2
5 tetes larutan Unknown 1

Tabung reaksi

Pengamatan larutan

Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat

Hasil
- Test 3
5 tetes larutan Unknown 1
Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3

Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3

Hasil

- Test 4

5 tetes larutan Unknown 1

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(CH3COO)2

Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil
- Test 5

5 tetes larutan
Larutan Unknown I
Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4

Hasil

III.2.10 Uji larutan Unknown 2


- Test 1 dan 2
5 tetes larutan Unknown 2

Tabung reaksi

Pengamatan larutan

Hasil

Penambahan 5 tetes H2SO4 pekat

Hasil

- Test 3
5 tetes larutan Unknown 2
Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes AgNO3

Hasil

Penambahan 5 tetes HNO3

Hasil
- Test 4

5 tetes larutan Unknown 2

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes Ba(CH3COO)2

Hasil

Penambahan 5 tetes HCl

Hasil

- Test 5

5 tetes larutan
Larutan Unknown II

Tabung reaksi

Penambahan 5 tetes FeSO4

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
Ion Larutan Test 1 Test 2 Test 3 Test 4 Test 5
Kenampakan H2SO4 AgNO3 HNO3 Ba(C2H3O2)2 HCl Khusus
yang Diuji
Larutan Pekat Uji Nitrat
-
Cl Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan (+)
bening bening, keruh, keruh, keruh keruh Terbentuk
timbul endapan endapan cincin
panas putih putih coklat
-
Br Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan (+)
bening bening, keruh, keruh, bening bening Terbentuk
timbul endapan endapan cincin
panas putih putih coklat
-
I Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan (+)
bening bening, putih putih keruh keruh Terbentuk
timbul keruh, keruh, cincin
panas endapan endapan coklat
kuning kuning
2-
SO3 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan (+)
bening bening, bening bening keruh dan keruh dan Terbentuk
timbul endapan endapan cincin
panas putih putih coklat
SO42- Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan (+)
bening bening, bening bening keruh dan keruh dan Terbentuk
timbul endapan endapan cincin
panas putih putih coklat
PO43- Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan (-) Tidak
bening bening, bening bening keruh dan keruh dan terbentuk
timbul endapan endapan cincin
panas putih putih coklat
NO3- Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan (-) Tidak
bening bening, bening bening keruh keruh terbentuk
timbul cincin
panas coklat
CrO42- Larutan Larutan Larutan Larutan Kuning Kuning (+)
kuning orange, coklat kuning keruh keruh Terbentuk
timbul kemerahan cincin
panas , endapan coklat
merah bata
Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan (+)
Unknown I bening bening, keruh, keruh, keruh keruh Terbentuk
timbul endapan endapan cincin
panas kuning kuning coklat
Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan (+)
Unknown II kuning orange, coklat kuning keruh keruh Terbentuk
timbul kemerahan cincin
panas , endapan coklat
merah bata

V. HIPOTESIS
Percobaan yang berjudul “Analisis Anion” ini bertujuan untuk
mengidentifikasi secara difinitif anion-anion dalam sampel (unknown) berupa
larutan maupun padatan menggunakan metoda pemisahan “kemikalia cair”
yang didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan
dengan reagen-reagen tertentu. Prinsip yang digunakan adalah reaksi spesifik
dan reaksi selektif ion. Metode yang digunakan adalah kemikalia cair.
Percobaan ini mungkin akan mendapatkan anion-anion dan sampel yang
dapat bereaksi dengan reagen-reagen tertentu.
VI. PEMBAHASAN
Telah dilakukan perobaan II yang berjudul “Analisis Anion” dengan
tujuan agar praktikan dapat mengidentifikasi secara difinitif anion-anion
dalam sampel (unknown) berupa larutan maupun padatan, menggunakan
metoda pemisahan “kemikalia cair” yang didasarkan pada kelakuan ion –ion
yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen – reagen tertentu. Pada
percobaan ini menggunakan prinsip reaksi selektif dan spesifik ion dimana
reaksi selektif merupakan suatu reaksi dari sekelompok bahan yang berbeda
terhadap suatu pereaksi tertentu, sedangkan reaksi spesifik merupakan suatu
reaksi yang khas antara bahan tertentu dan pereaksi spesifik untuk bahan
tersebut (Harjadi, 1989). Pada percobaan ini menggunakan metode kemikalia
cair yang merupakan suatu metode pemisahan yang didasarkan pada perlikau
ion – ion yang berbeda ketika suatu larutan kation atau anion direaksikan
dengan reagen tertentu pada proses analisis kation maupun anion (G. Svehla,
1998).
Pada percobaan ini setiap bahan dilakukan 5 kali tahap uji anion. Tahap
pertama adalah pengamatan larutan sebelum dilakukan penambahan reagen,
tahap kedua dillakukan penambahan reagen asam sulfat bertujuan untuk
pengujian anion, kemudian tahap ketiga dilakukan penambahan AgNO3 dan
HNO3 bertujuan untuk menguji apakah anion dalam larutan termasuk dalam
golongan perak dimana uji positifnya menghasilkan endapan putih. Tahap
keempat adalah dengan penambahakan Ba(C2H3O2)2 dan HCl untuk
mengendapkan anion yang berasal dari golongan barium kalsium. Tahap
kelima dilakukan penambahan FeSO4 bertujuan unutk menguji khusus anion
nitrat dengan uji positifnya adalah cincin coklat dan uji negatifnya adalah
endapan coklat.
VI.1 Uji Ion Klorida (Cl-)
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya anion
klorida dalam sampel menggunakan metode kemikalia cair dan prinsip
reagen spesifik serta reagen selektif.
Tahap pertama pengamatan menghasilkan larutan Cl- bewarna
bening, kemudian pada tahap kedua dilakukan penambahan asam sulfat
menghasilkan larutan bening dengan panas dikarenakan terjadinya reaksi
secara eksoterm dan terjadi pelepasan hydrogen.
NaCl + H2SO4 → NaHSO4 + HCl
(Svehla 1990)
Tahap ketiga dilakukan penambahan AgNO3 dan HNO3 bertujuan
untuk mengendapkan anion yang berasal dari golongan perak.Tahapan ini
menghasilkan larutan keruh dan terbentuknya endapan putih, sehingga
disimpulkan bahwa larutan percobaan ini mengandung ion golongan
perak. Endapan dapat terbentuk akibat hasil kali kelarutan dari larutan
melebihi hasil kali kosentrasi ion-ion yang terlibat atau Qc > Ksp, dimana
Ksp dari AgCl sebesar 1,8x10-10., sehingga terbentuknya endapan.
AgNO3 + NaCl → AgCl↓ + NaNO3
(Svehla 1990)
Kemudian di tahap ketiga ini ditambahkan HNO 3 bertujuan untuk
melarutkan endapan AgCl yang terbentuk sebagai uji definitifnya lebih
lanjut. Tahap ini menghasilkan larutan yang keruh dan endapan putih
tidak larut. Hal ini terjadi karena AgCl sudah cukup stabil atau kerapatan
yang tinggi sehingga penambahan HNO3 saja tidak cukup untuk
melarutkan dan memutuskan senyawa tersebut. Sehingga, penambahan
HNO3 ini dijadikan uji definitive untuk memperkuat adanya ion Cl -.
Terbentuknya endapan menandakan uji positif adanya anion Cl-
AgCl (s) + HNO3 → AgCl (s) ↓ + H2O + NO3-
(Svehla 1990)
Tahap keempat dilakukan penambahan Ba(CH3COO)2 dan HCl
bertujuan untuk mengidentifikasi adanya anion kelompok barium
kalsium. Tahap ii menghasilkan warna larutan keruh, sehingga
disimpulkan bukan merupakan golongan barium kalsium. Tahap kelima
dilakukan penambahan FeSO4 untuk mengidentifikasi adanya anion nitrat
pada larutan. Tahap ini menghasilkan uji positif dimana terdapat cincin
coklat menandai adanya ion nitrat (NO3-) dalam larutan. Sedangkan untuk
uji negatifnya akan terbentuk larutan kuning dengna endapan coklat
menandai tidak terdapat ion nitrat dalam larutan.
VI.2 Uji Anion Br-
Percobaan ini untuk mengidentifikasi larutan yang memiliki
kandungan anion Br2-. Yang pertama menyiapkan larutan yang memiliki
kandungan anion Br2- ke tabung reaksi. Cara kerja pertama mengamati
larutan yang semula bening, lalu diberi penambahan H2SO4 namun
larutannya tetap bening dan terasa panas karena reaksi eksoterm serta
pelepasan anion Br2-. Tujuan dari penambahan untuk menguji anion yang
terkandung dalam larutan.
Lalu Penambahan AgNO3 terjadi perubahan dengan munculnya
endapan AgBr serta larutannya menjadi keruh. Karena hasil kali
kelarutannya sudah melampui hasil konsentrasi ionnya (Qc > Ksp). Ksp
-13
AgBr sebesar 4 x 10 . Tujuan dari penambahan untuk menentukan
anion tersebut dalam golongan perak. Reaksinya ;
KBr + AgNO3  AgBr + KNO3
(Svehla 1985)
Selanjutnya penambahan HNO3 tidak ada perubahan yang terjadi.
Tujuan dari penambahan supaya endapannya jelas dan melarutkan
endapan. Rekasinya ;
AgBr + HNO3  AgBr + H2O + NO3-
(Svehla 1985)
Kemudian penambahan Ba(CH3COO)2 terjadi perubahan
larutannya menjadi bening. Tujuan dari penambahan supaya bisa
menentukan anion termasuk dalam golongan barium dan kalsium.
Selanjutnya penambahan HCl larutannya tetap bening, tujuan
penambahan untuk uji definitnya. Yang terakhir uji FeSO 4 menghasilkan
warna kuning serta terdapat endapan coklat yang hasil ujinya negative.
Tujuan dari penambahan untuk uji nitrat.

VI.3 Uji Anion I-


Percobaan ini bertujuan untuk mengidentikasi adanya anion iodida
dalam sampel known dengan menggunakan metode kemikalia cair
berdasarkan perbedaan kelakuan ion ketika direaksikan dengan reagen
tententu. Percobaan ini dilakukan pengidentifikasian adanya ion I- dalam
larutan sample menggunakan beberapa test. Warna dari larutan sample
yaitu bening dan setelah ditambahkan asam sulfat (H 2SO4) yang
didapatkan hasil larutan tetap bening, terbentuk endapan kuning susu
namun larutan sampel di dalam tabung terasa panas. Hal ini terjadi karena
adanya reaksi eksoterm dimana terjadi perpindahan panas dari sistem
yakni larutan sampel ke lingkungan yakni tabung reaksi. Terbentuknya
endapan kuning susu menunjukkan bahwa larutan sampel tidak
mengandung ion I-. Karena menurut literatur, jika mengandung ion I-
maka akan terbentuk endapan putih. Kemudian test yang ketiga
ditambahkan AgNO3 dan HNO3 menjadi putih keruh. Fungsi penambahan
AgNO3 dan HNO3 untuk mengendapkan I- sebagai AgI, reaksinya:
KI + AgNO 3 → KNO 3+ AgI ( putih keruh)
(Svehla, 1985)
Pada test ketiga menunjukkan larutan sampel mengandung ion I-
karena walaupun tidak terbentuk endapan tetapi hasil larutannya putih
keruh seperti hampir mengendap. Hal ini bisa disebabkan karena
penambahan reagen yang terlalu sedikit sehingga tidak mengendap
sempurna. Kemudian test keempat yaitu dengan menambahkan
Ba(C2H3O2)2 dan HCl. Hasilnya adalah larutan tetap bening. Test
keempat ini menunjukkan hasil negatif karena tidak adanya perubahan.
VI.4 Uji Anion SO32-
Selanjutnya рada sub-рercobaan ini, kita akan menggunakan
Na2SO3 atau Natrium Sulfit sebagai samрle dimana untuk di identifikasi
ion SO3- di dalamnya. Рertama-tama, akan dilakukan рenambahan Na 2SO3
ke dalam tabung reaksi menggunakan рiрet sebanyak 5 tetes, yang
kemudian dilanjut dengan рenambahan H2SO4 рekat untuk membuat
larutan berada di dalam keadaan asam dan sebagai indikator untuk ion-ion
yang sudah menguaр. Рenambahan H2SO4 рekat akan menimbulkan
reaksi eksoterem yang akan memanaskan tabung reaksi. Adaрula Reaksi
yang terjadi dalam tabung adalah
Na2SO3 + H2SO4 → Na2SO4 + H2O + SO2 H2SO4
(Sabnis, 2009)
Рada test selanjutnya, рercobaan dimulai dengan рenambahan
AgNO3 dalam tabung reaksi untuk mengidentifikasi ion halida. Dimana
jika larutan mengandung ion iodida, maka akan terjadi reaksi yang
membentuk endaрan рutih. Dari рengamatan yang dilakukan, endaрan
рutih yang meruрakan hasil uji рositif tidak lah terbentuk, dan larutan
yang awalnya transрaran masih memiliki warna yang sama setelah
рenambahan dilakukan. Sama ruрanya рada рenambahan HNO3 dimana
tidak terdaрat рerubahan yang daрat diamati
Selanjutnya dalam analisa ini, dilakukan рenambahan Ba(C2H3O2)2
untuk mengetahui aрakah di dalam larutan terdaрat sulfit, sulfat, fosfat,
atau kromat. Dimana akan terdaрat reaksi рembentukan endaрan рutih
jika larutan mengandung sulfit atau sulfat; dan larutan keruh akan
terbentuk jika larutan mengandung fosfat. Aрabila larutan berubah warna
menjadi kuning, maka larutan tersebut mengandung kromat. Saat
рengamatan, daрat terlihat bahwa larutan mengalami рerubahan warna
dari bening menjadi рutih layaknya susu, maka dari itu HCl ditambahkan
untuk mengendaрkan hasil reaksi yang terbentu, dimana teramati bahwa
endaрan рadat berwarna рutih terbentuk di bagian bawah larutan.yang
diduga adalah BaSO3
Analisa dilanjutkan lagi dengan рenambahan 5 tetes FeSO4 untuk
lebih mengidentifikasi ion nitrat di dalam larutan, dimana aрabila larutan
tersebut mengandung ion nitrat, maka akan terbentuk cincin coklat di
рermukaan larutan. Akan tetaрi fenomena tersebut tidak lah terjadi,
melainkan uji menandakan tanda negatif dengan terbentuknya endaрan
coklat yang memungkinkan kita mengambil kesimрulan bahwa tidak
tedaрat ion nitrat dalam larutan. Maka dari itu sudah bisa diрastikan
bahwa endaрan tersebut adalah benar BaSO3.
VI.5 Uji Anion SO42-
Percobaan ini bertujuan untuk menguji adanya ion sulfat pada
Na2SO4 dengan berbagai reagen. Terdapat lima tes yang akan dilakukan,
yaitu tes 1 berupa pengamatan larutan dan tes 2 berupa penambahan
H2SO4 pekat, tes 3 berupa penambahan AgNO3 dan HNO3, tes 4 berupa
penambahan Ba(C2H3O2)2 dan HCl, serta tes 5 berupa penambahan
FeSO4.
Penambahan H2SO4 pekat berguna sebagai zat pengoksidasi dan
pemberi suasana asam. Penambahan AgNO3 berguna untuk
mengidentifikasi zat tersebut dapat membentuk endapan dengan Ag+ dan
HNO3 berguna untuk memperkuat reaksi tersebut. Penambahan
Ba(C2H3O2)2 berguna untuk mengidentifikasi zat tersebut dapat
membentuk endapan dengan Ba2+ dan HCl berguna untuk memperkuat
reaksi tersebut. Penambahan FeSO4 berguna untuk mengidentifikasi
adanya anion kelompok nitrat.
Pada tes 1 dan 2, langkah kerja yang dilakukan adalah
memasukkan 5 tetes larutan SO42- ke dalam tabunng reaksi kemudian
dilakukan pengamatan larutan. Setelah larutan tersebut diamati, lakukan
penambahan 5 tetes H2SO4 pekat dan amati perubahan yang terjadi.
Pada tes 3, langkah kerja yang dilakukan adalah memasukkan 5
tetes larutan SO42- ke dalam tabunng reaksi kemudian lakukan
penambahan 5 tetes AgNO3 dan amati peubahan yang terjadi. Setelah itu,
lakukan penambahan 5 tetes HNO3 dan amati perubahan yang terjadi.
Pada tes 4, langkah kerja yang dilakukan adalah memasukkan 5
tetes larutan SO42- ke dalam tabunng reaksi kemudian lakukan
penambahan 5 tetes Ba(C2H3O2)2 dan amati perubahan yang terjadi.
Setelah itu, lakukan penambahan 5 tetes HCl dan amati perubahan yang
terjadi.
Pada tes 5, langkah kerja yang dilakukan adalah memasukkan 5
tetes larutan SO42- ke dalam tabunng reaksi kemudian lakukan
penambahan 5 tetes FeSO4 sebagai uji nitrat dan amati perubahan yang
terjadi.
Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
SO42- + H2SO4 → 2H+ + 2SO42- (panas)
SO42- + AgNO3 + HNO3 →
(Svehla 1985)
SO42- + Ba(C2H3O2)2 + HCl → BaSO4 ↓ (Putih) + 2C2H3O2- + HCl
(Svehla 1990)
SO42- + FeSO4 → cincin coklat
(Svehla 1990)
Dari percobaan tersebut, didapatkan hasil berupa larutan bening
pada tes 1 dan pada tes 2 larutan tetap bening, namun menjadi panas
setelah ditambahkan H2SO4 pekat dikarenakan terjadi reaksi eksoterm
antara H+ dengan SO42-. Pada tes 3 larutan tetap bening setelah
ditambahkan AgNO3 dan HNO3 dikarenakan reagen yang digunakan
encer sehingga endapan tidak terbentuk. Menurut literatur, ion sulfat
setelah ditambahkan AgNO3 dan HNO3 akan menghasilkan endapan
Ag2SO4 (Keenan, 1986). Pada tes 4 larutan berubah dari bening menjadi
keruh dan terbentuk endapan BaSO4 berwarna putih setelah ditambahkan
Ba(C2H3O2)2 dan HCl dikarenakan Ksp ion Ba2+ dan SO42- lebih besar
daripada Ksp BaSO4. Pada tes 5 terbentuk endapan coklat ketika
ditambahkan FeSO4 yang menandakan bahwa ion sulfat dapat membentuk
anion golongan nitrat.
VI.6 Uji Anion PO42-
Pada percobaan ini telah dilakukan uji ion fosfat pada H3PO4 yang
memiliki tujuan identifikasi adanya ion PO43- pada larutan H3PO4. Tahap
awal yang dilakukan pada uji ini, yaitu dimasukkan larutan sampel pada
tabung reaksi (warna awal dari sampel, yaitu bening). Proses dilanjutkan
dengan dilakukan penambahan asam sulfat pekat sehingga didapatkan
larutan hangat. Hal ini sendiri terjadi karena terjadinya reaksi eksoterm
setelah dilakukan penambahan asa, sulfat pekat. Selain itu setelah
penambahan tidakk terjadi perubahan warna pada larutan. Selanjutnya
pada sampel ditambahkan dengan AgNO3 dan HNO3. Setelah dilakukan
penambahan AgNO3 dan HNO3 pada larutan tidak terjadi perubahan, hal
ini terjadi karena pada larutan sendiri tidak terkandung anion golongan
perak. Proses selanjutnya, yaitu pada campuran ditambahkan dengan
Ba(C2H3O2)2 dan HCl. Berdasarkan penambahan yang telah dilakukan,
didapatkan larutan dengan warna keruh. Tujuan dari penambahan reagen
yang telah dilakukan, yaitu unutuk identifikasi ion PO43- yang ada dalam
larutan.
Berikut merupakan reaksi yang terjadi:
3Ba2+ + 2PO42- Ba3(PO4)2 (endapan putih)
(Svehla, 1985)
Terbentuknya endapan Ba3(PO4)2 sendiri karena hasil kali
konsentrasi dari ion Ba2+ yang lebih besar jika dibandingkan dengan ksp
dari Ba3(PO4)2 (3,4 x 10-23) (Svehla, 1985). Ketika dilakukan penambahan
Ba(C2H3O2)2 larutan BaPO4 mengalami lewat jenuh dan berdampak pada
adanya endapan. Hal ini sendiri terjadi karenan ion PO 43- sendiri
merupakan kelompok kalsium-barium sehingga ketika dilakukan
penambahan Ba(C2H3O2)2 dan HCl akan terbentuk suatu endapan dengan
warna putih.
Proses selanjutnya, yaitu sampel ditambahkan dengan FeSO4.
Penambahan ini sendiri bertujuan untuk dilakukan uji atau identifikasi
adanya suatu anion nitrat dalam larutan. Setelah dilakukan penambahan
ternyata dihasilkan uji negatif, yaitu tidak terbentuk cincin coklat pada
larutan. Terbentuknya cincin coklat pada larutan sendiri merupakan uji
positif pada prcobaan ini, yang menandakan adanya ion nitrat (NO 3-) pada
sampel. Hasil negatif yang didapat dipengaruhi oleh konsentrasi larutan
yang digunakan pada percobaan ini yang kurang (sedikit) sehingga tidak
mengalami lewat jenuh.
VI.7 Uji Anion NO3-
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya
anion nitrat dalam sampel.Pada perlakuan test pertama dan kedua dengan
penambahan larutan H2SO4 pekat pada tabung reaksi berisi larutan
sampel, diperoleh hasil larutan tetap bening dan terjadi reaksi eksotermal
yang menghasilkan panas. Asam sulfat juga berfungsi sebagai pengasam
sampel.
Persamaan reaksi :
NO3- + H2SO4  HNO3 + SO42-
(Welcher, 1963)
Pada tes ketiga dilakukan penambahan AgNO3 dan HNO3, dengan
tujuan untuk mengendapkan anion golongan perak, karena pada hal ini
tidak ada anion golongan perak dalam sampel, maka tidak dihasilkan
endapan. Warna setelah ditambahkan yaitu bening.
Persamaan reaksi :
NO3- + Ag+  AgNO3
(Welcher, 1963)
Kemudian pada tes keempat dilakukan penambahan Ba(CH3COO)2
dan dilanjutkan dengan penambahan HCl. Hasilnya tetap keruh karena ion
NO3- susah terendapkan dan hanya mengendap pada reagen nitrat.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Ba2+ + NO3-  Ba2NO3
(Welcher, 1963)
Kemudian pada tes kelima menggunakan reagen FeSO 4. Hasil uji
positif dari percobaan ini adalah terbentuknya cincin coklat dan hasil
negatif menunjukkann adanya endapan coklat.
VI.8 Uji Anion CrO42-
Analisis ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi dan
memastikan keberadaan ion kromat, CrO42- dalam sampel K2CrO4.
Pengujian dilakukan dalam 5 jenis tes sebagaimana dicantumkan pada
skema kerja. Berdasarkan data pengamatan, pada uji 1 yakni pengamatan
warna, K2CrO4 memiliki warna awal kuning. Warna kuning didapat
karena ion kromat pada K2CrO4 merupakan senyawa kompleks dengan
atom pusat berupa logam transisi Cr2+ yang memungkinkan pembentukan
ligan karena adanya kekosongan orbital d. Pada uji 2, dengan
penambahan reagen berupa H2SO4 teramati adanya perubahan warna
menjadi oranye disertai kenaikan suhu pada larutan. Perubahan warna
disebabkan oleh keberadaan asam, ion H+ yang mengonversi ion kromat
menjadi dikromat, membentuk larutan oranye-kemerahan (Vogel &
Svehla, 1979). Kenaikan suhu disebabkan oleh adanya reaksi eksotermik
di mana akibat penambahan asam pekat, terjadi kenaikan energi dalam
larutan, ditandai dengan perpindahan panas dari sistem ke lingkungan.
Reaksi yang terjadi selama uji ini adalah
2CrO42- + 2H+ ⇌ Cr2O72- + H2O
2CrO42- + 2H+ ⇌ 2HCrO4-- ⇌ Cr2O72- + H2O
(Vogel & Svehla, 1979)
Selanjutnya, pada uji 3 dengan penambahan berupa AgNO3, larutan
mengalami perubahan warna menjadi coklat kemerahan serta
pembentukan endapan berwarna merah bata dan setelah penambahan
HNO3larutan berubah menjadi kuning. Perubahan warna dan
pembentukan endapan ini diasosiasikan dengan reaksi yang terjadi antara
ion kromat dengan ion perak, Ag+ membentuk endapan Ag2CrO4
berwarna merah bata yang turut memberikan warna pada larutan. Partikel
padatan dapat mengendap dalam larutan akibat adanya perbedaan Ksp
antara produk dengan larutan, di mana hasil kali kelarutan ion-ion dalam
Ag2CrO4 yang terbentuk melampaui harga Ksp dari larutannya, yakni Qc
Ag2CrO4 > 2,4 x 10-12 (Vogel & Svehla, 1979). Endapan ini dapat larut
dalam asam nitrat encer dan penambahan larutan amonia, sehingga
setelah penambahan HNO3 dapat dijelaskan adanya perubahan warna
larutan menjadi kuning dan pelarutan endapan(Vogel & Svehla, 1979).
Endapan yang terlarut dalam asam nitrat membentuk kembali ion Ag +,
diiringi pembentukan dikromat dan air. Reaksi yang terjadi selama uji 3
berlangsung dapat dirinci sebagai berikut
CrO42- + Ag+ → Ag2CrO4 ↓
2Ag2CrO4↓ + 2H+ → 4Ag+ + Cr2O72- + H2O
(Vogel & Svehla, 1979)
Uji 4 dilakukan dengan penambahan Ba asetat, Ba(CH3COO)2 dan
dilanjutkan dengan penambahan HCl. Berdasarkan data pengamatan,
teramati perubahan larutan kalium kromat menjadi larutan kuning keruh.
Hal ini dikaitkan dengan terbentuknya endapan tersuspensi pada reaksi
antara CrO42- dan ion Ba2+ membentuk endapan Ba2CrO4 yang kemudian
terlarutkan menjadi BaCl akibat penambahan HCl sehingga didapat
larutan keruh. Endapan dapat larut dikaitkan dengan pemenuhan prinsip
Le-Chatelier di mana terjadi pergeseran kesetimbangan dengan
pembentukan lebih banyak produk dan pengurangan jumlah reaktan
(endapan BaCrO4) Reaksi yang terjadi pada uji ini adalah
CrO42- + 2Ba2+ → BaCrO4↓
BaCrO4↓+ 2HCl → BaCl2 + H2CrO4
(Vogel & Svehla, 1979)
Pada uji terakhir, uji 5, diamati adanya uji positif berupa
terbentuknya cincin coklat pada uji nitrat dengan penambahan reagen
spesifik FeSO4 (uji negative berupa terbentuknya endapan berwarna
hitam kehijauan). Reaksi antara K2CrO4 dengan FeSO4 merupakan reaksi
reduksi dimana
CrO42- + 3Fe2+ + 8H+ → Cr3+ + 3Fe3+ + 4H2O
(Vogel & Svehla, 1979)
VI.9 Uji Unknown I
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentikasi kandungan dalam
larutann unknown I dengan menggunakan prinsip reaksi selektif dan
spesifik ion, serta metode kemikalia cair.Pada percobaan ini anion yang di
identifikasi belum diketahui jenis ionnya.
Langkah pertama, dilakukan test pertama dimana pengamatan
larutan unknown I dalam tabung reaksi. Setelah diamati, didapatkan
larutan bening. Kemudian, dilakukan test kedua dengan penambahan
H2SO4 pekat guna menguji anion dalam sampel dimana nantinya akan
dihasilkan panas karena terjadi reaksi eksoterm. Diperoleh hasil setelah
penambahan H2SO4 berupa larutan bening dan menghasilkan panas. Pada
test ketiga, dilakukan penambahan AgNO3 pada larutan unknown I dalam
tabung reaksi guna mengendapkan anion golongan perak. Kemudian,
dilakukan penambahan HNO3 guna melarutkan endapan anion golongan
perak dan memastikan ada atau tidaknya anion golongan perak.
Dihasilkan larutan bening setelah dilakukan penambahan kedua reagen
tersebut dan tidak terbentuk endapan. Pada test keempat, dilakukan
penambahan Ba(C2H3O2)2 pada larutan unknown I dalam tabung reaksi
guna mengendapkan anion kelompok barium kalsium. Kemudian,
dilakukan penambahan HCl sebagai uji definitif anion kelompok barium
kalsium. Dihasilkan larutan berwarna putih keruh dan terbentuk endapan
putih. Pada test kelima, dilakukan penambahan FeSO 4 pada larutan
unknown I dalam tabung reaksi guna mengidentifikasi ada tidaknya ion
nitrat pada sampel. Dari percobaan ini diperoleh uji positif berupa
terbentuknya cincin coklat. Apabila dihsilkan larutan berwarna kuning
dan terbentuk endapan coklat, maka dapat dikatakan terjadi reaksi negatif.
Dari percobaan tersebut, dapat diketahui bahwa larutan unknown I
mengandung ion sulfit (SO32-) karena hasil dari setiap test percobaan ini
sangat mirip dengan hasil test uji anion sulfit.
VI.10 Uji Unknown II
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi anion apa
yang terdapat dalam larutan unknown II. Proses identifikasi dari larutan
unknown II sama dengan identifikasi anion sebelumnya, yaitu dengan 5
kali test.
Tes 1 dilakukan pengamatan kenampakan awal larutan
menunjukkan hasil bahwa larutan berwarna kuning. Kemudian
dilanjutkan pada tes kedua yaitu penambahan H2SO4 dan didapatkan hasil
larutan berwarna orange serta terjadi kenaikan suhu atau timbul panas.
Hal ini menandakan adanya reaksi eksotermis yang terjadi.
Selanjutnya, setelah uji dengan asam sulfat maka dilakukan test ke-
3 menggunakan AgNO3. Fungsi penambahan AgNO3 adalah untuk
mengidentifikasi adanya anion golongan perak pada sampel. Dan setelah
ditambahkan dengan AgNO3, sampel terbentuk endapan merah bata dan
larutan berwarna coklat kemerahan
Kemudian untuk memastikan adanya anion golongan perak pada
sampel, maka dilakukan uji definitif menggunakan HNO 3. Karena tidak
ada anion golongan perak dalam sampel, maka tidak dihasilkan endapan,
larutan berwarna kuning.
Kemudian setelah itu dilakukan tes ke-4 dengan penambahan Ba-
Asetat dan dilanjutkan dengan penambahan HCl. Hasil yang diperoleh
adalah pada saat penambahan Ba(AcO)2 warna larutan keruh dan setelah
penambahan HCl larutan tetap berwarna keruh.
Setelah itu, dilakukan uji yang terakhir yaitu uji nitrat dengan
menggunakan FeSO4. Hasil uji positif dari percobaan ini adalah
terbentuknya cincin coklat dan hasil negatif menunjukkan endapan hitam
berwarna kehijauan.
Dari beberapa tes yang telah dilakukan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa larutan unknown II mengandung CrO42- karena hasil test sampel
memiliki kesamaan dengan hasil uji anion CrO42-. Adapun reaksi yang
terjadi saat pengendapan dengan AgNO3 adalah:
CrO42- + Ag+  Ag2CrO4(s)
(Svehla 1985)
Pada saat uji definitive dengan HNO3 reaksinya adalah :
CrO42- + HNO3  K2NO3+ H2CrO4
(Svehla 1985)
VII. PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
VII.1.1 Anion yang digunakan adalah Cl-, Br2-, SO42-,SO32-, PO43-, PO43-,
NO32-, dan CrO42- serta terdiri 5 tes yang berbeda. Yang pertama tes
pengamatan warna dari larutan yang akan di uji, lalu kedua dengan
menambahkan H2SO4 kedalam larutan supaya bisa menguji anion
yang terkandung, lalu yang ketiga menambahkan AgNO 3 ke dalam
larutan supaya bisa mengtahui apakah termasuk golongan perak yang
bisa menghasilkan suatu endapan, dan menambahkan HNO3 ke dalam
larutan supaya bisa menetukan perubahan dari larutan apakah terdapat
endapan atau tidak, atau supaya valid dari uji AgNO 3, lalu yang
keempat menambahkan Ba(CH3COO)2 ke dalam larutan supaya bisa
anion golongan barium dan kalsium bisa mengendap dan penambahan
HCl agar bisa menguji definit anion golongan kalsium dan barium,
lalu yang terakhir tes kelima menambahkan Fe 2SO4 ke dalam larutan
supaya bisa menguji nitrat yang kemudian menghasilkan larutan
kuning endapan coklat atau cincin coklat
VII.1.2 Dari percobaan ini mendapatkan hasil yang pertama Cl - bereaksi
dengan AgNO3 + HNO3 yang menghasilkan endapan putih, yang
kedua anion Br2- bereaksi dengan AgNO3 + HNO3 yang menghasilkan
endapan putih serta warna larutannya keruh, yang ketiga anion I -
bereaksi dengan AgNO3 + HNO3 yang menghasilkan endapan putih
serta warna larutan keruh, yang keempat anion SO 42- dan SO32-
bereaksi dengan Ba(C2H2O2)2 + HCl yang menghasilkan endapan
putih, yang ke lima anion NO32- bereaksi dengan Ba(C2H2O2)2 + HCl
yang menghasilkan larutan warna kuning keruh, yang ke enam PO 43-
bereaksi dengan Ba(C2H2O2)2 + HCl yang menghasilkan warna larutan
keruh serta adanya endapan putih, lalu ke tujuh nitrat bereaksi dengan
asam sulfat pekat + FeSO4 yang menghasilkan endapan coklat.
Larutan unknown I adalah ion sulfit, yaitu SO42- dan SO32- . Larutan
Unknown II adalah ion kroma yaitu CrO42-
VII.2 Saran
VII.2.1 Untuk bahan yang dicari lebih mudah karena ada disekitar kita,
seperti air perasan jeruk dan lain-lain.
VII.2.2 Saat proses pengukuran reaksi harus berhati-hati agar tidak
mempengaruhi hasil akhir dari perubahan warna maupun terdapat
endapan yang tidak sama dengan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Basri, S. (2003). Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chadijah, S. (2012). Dasar-dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin University


Press.

D’Orazio, P. M., ME. (2012). Electrochemistry and Chemical Sensors. Dala


Burtis, CS. Ashwood, ER., Bruns, DE. Penyunting. Tietz Textbook of
Clinical Chemistry and Molecular Diagnotics, Edisi ke-5. Missouri:
Elsevier. H.

Daintith, J. (1990). Kamus Kimia Lengkap. Jakarta: Erlangga.

Farhaini, D. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 9 Banda Aceh. Banda Aceh: Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry.

Gross, E. M., Kelly, R.S., and Cannon jr., DM. (1998). Analytical
Electrochemistry: Potentiometry. Hiwa WR. Penyunting. Point of Care
Diagnostics. “Clinical Implementation Refresher Series: Ion Selective
Electrodes. New York: Western New York Microcomputer, Inc.

Harjadi, W. (1989). Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lawrence, G. A. (2013). Introduction to Coordination Chemistry. Australia: John


Wiley & Sons.

Maharani, E. T. W. d. Y. (2019). Urgensi Materi Instrumentasi Kimia bagi


Mahasiswa Analis Kesehatan. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Petrucci, R. H. (2017). General Chemistry: Principles and Modern Applications.


New York: Pearson.

Sabnis, R. W., Ross, E., Köthe, J., Naumann, R., Fischer, W., Mayer, W.-D.,
Wieland, G., Newman, E. J., & Wilson, C. M. (2009). Ullmann’s
Encycloрedia of Industrial Chemistry || Indicator Reagents. In Ullmann’s
Encycloрedia of Industrial Chemistry.
Svehla. (1985). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro, Edisi
kelima, Bagian I. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Svehla, G. (1998). Kimia Universitas Asas dan Struktur.

Vogel, A., & Svehla, G. (1979). Vogel’s textbook of macro and semimicro
qualitative inorganic analysis. London, England: Langman Group Ltd.,.

Welcher, F. J. (1963). A text-book of quantitative inorganic analysis including


elementary instrumental analysis (Vogel, Arthur I.): ACS Publications.

Zumdahl, S. S., Zumdahl, S.A., and DeCoste, D.J. (2017). Chemistry, 10th
edition. Massachusetts: Cengage Learning.
LAMPIRAN GAMBAR
1. Analisis Ion Cl- dalam NaCl

Uji 1 (pengamatan) Uji 2 (penambahan H2SO4)

Uji 3 (penambahan AgNO3) Uji 3 (penambahan HNO3)

Uji 4 (penambahan Ba(CH3COO)2 Uji 5 (penambahan FeSO4)


dan HCl )

2. Analisis Ion Br- dalam KBr


Uji 1 (pengamatan) Uji 2 (penambahan H2SO4)

Uji 3 (penambahan AgNO3) Uji 3 (penambahan HNO3)

Uji 4 (penambahan Ba(CH3COO)2 Uji 5 (penambahan FeSO4)


dan HCl)

3. Analisis Ion I- dalam KI


Uji 1 dan 2 (pengamatan dan Uji 3 (penambahan AgNO3)
penambahan H2SO4)

Uji 3 (penambahan HNO3) Uji 4 (penambahan Ba(CH3COO)2

Uji 4 (penambahan HCl) Uji 5 (penambahan FeSO4)


4. Analisis Ion SO32- dalam Na2SO3
Uji 1 (pengamatan) Uji 2 (penambahan H2SO4)

Uji 3 (penambahan AgNO3) Uji 3 (penambahan HNO3)

Uji 4 (penambahan Ba(CH3COO)2 Uji 5 (penambahan FeSO4)


dan HCl)

5. Analisis Ion SO42- dalam Na2SO4


Uji 1 dan 2 (pengamatan dan Uji 3 (penambahan AgNO3)
penambahan H2SO4)

Uji 3 (penambahan HNO3) Uji 4 (penambahan Ba(CH3COO)2

Uji 4 (penambahan HCl) Uji 5 (penambahan FeSO4)

6. Analisis Ion PO43- dalam H3PO4


Uji 1 (pengamatan) Uji 2 (penambahan H2SO4)

Uji 3 (penambahan AgNO3 dan Uji 4 (penambahan Ba(CH3COO)2


HNO3)

Uji 4 (penambahan HCl) Uji 5 (penambahan FeSO4)


7. Analisis Ion NO3- dalam Pb(NO3)2

Uji 1 (pengamatan) Uji 2 (penambahan H2SO4)

Uji 3 (penambahan AgNO3) Uji 4 (penambahan Ba(CH3COO)2

Uji 4 (penambahan HCl) Uji 5 (penambahan FeSO4)


8. Analisis Ion CrO42- dalam K2CrO4

Uji 1 (pengamatan dan H2SO4) Uji 3 (penambahan AgNO3)

Uji 3 (penambahan HNO3) Uji 4 (penambahan Ba(CH3COO)2

Uji 4 (penambahan HCl) Uji 5 (penambahan FeSO4)


9. Analisis Larutan Unknown 1
Uji 1 (pengamatan) Uji 2 (penambahan H2SO4)

Uji 3 (penambahan AgNO3 dam Uji 4 (penambahan Ba(CH3COO)2)


HNO3)

Uji 4 (penambahan HCl) Uji 5 (penambahan FeSO4)


10. Analisis Larutan Unknown 2
Uji 1 (pengamatan dan H2SO4) Uji 3 (penambahan AgNO3)

Uji 3 (penambahan HNO3) Uji 4 (penambahan Ba(CH3COO)2

Uji 4 (penambahan HCl) Uji 5 (penambahan FeSO4)

LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 03 November 2021

Mengetahui Praktikan,
Asisten,

Fathimatuz Zahra Devina Wisnu Tri Handayani


NIM. 24030118140068 NIM. 24030120140061

Anda mungkin juga menyukai