Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PERCOBAAN 5

“TINGKAT KELARUTAN ZAT PADAT DALAM


BERBAGAI PELARUT”

Disusun Oleh:

Nama : Firdaus Shofwan


NIM : 24030120130069
Hari, tanggal : Selasa, 7 September 2021
Kelompok :5
Asisten : Terysa Hezki P.

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
ABSTRAK

Percobaan 5 ini berjudul “Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut”
yang bertujuan untuk menentukan secara kualitatif kelarutan zat padat di dalam
berbagai pelarut. Metode yang digunakan adalah zat terlarut (solute) yang
dilarutkan pada berbagai jenis pelarut (solvent) dalam jangka waktu tertentu.
Prinsip yang digunakan adalah like dissolve like, yaitu sebuah prinsip dimana
suatu pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang memiliki tingkat
kepolaran yang sama. Dalam percobaan ini, hal yang dilakukan adalah melarutkan
kristal NaCl, CaCl2, dan NiCl2 ke dalam berbagai jenis pelarut, yaitu akuades,
etanol, kloroform, HCl, dan NH4OH. Hasil yang didapatkan adalah kristal NaCl
dapat larut dalam akuades, HCl, dan NH4OH, serta larut sebagian dalam etanol
dan tidak larut dalam kloroform. Kristal CaCl2 dapat larut dalam akuades, HCl,
dan NH4OH, serta tidak larut dalam etanol dan kloroform. Kristal NiCl2 dapat
larut dalam semua pelarut, yaitu akuades, etanol, kloroform, HCl, dan NH4OH.
Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat kelarutan suatu zat padat dalam
pelarut bergantung pada sifat kepolarannya dan sifat alamiah lainnya.

Kata Kunci : Perbedaan Kelarutan, Like Dissolve Like, Solute, Solvent


PERCOBAAN 5
“TINGKAT KELARUTAN ZAT PADAT DALAM BERBAGAI PELARUT”

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1. Menentukan secara kualitatif kelarutan zat padat di dalam berbagai
pelarut.

II. DASAR TEORI


II.1. Larutan
Larutan merupakan suatu campuran homogen yang terdiri dari
berbagai zat. Zat yang terkandung di dalamnya adalah zat terlarut
yang jumlahnya lebih sedikit dan zat pelarut yang jumlahnya lebih
banyak. Larutan dapat dibuat dengan menambahkan zat pelarut pada
zat terlarut, kemudian diaduk hingga merata. Fasa larutan dapat
berbentuk padat, cair, maupun gas yang tergantung dari sifat
pembentuk larutan (Petrucci, 1985).
II.2. Kelarutan
Kelarutan adalah konsentrasi jumlah zat terlarut yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah
zat pelarut pada suhu tertentu. Kelarutan dapat dipengaruhi oleh
jumlah zat terlarut dan zat pelarut, pH larutan, suhu, dan tekanan
(Martin, dkk., 1993).
II.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
1. Sifat Pelarut
Pelarut polar dapat melarutkan senyawa polar dan pelarut
non polar dapat melarutkan senyawa non polar (Khopkar, 2010).
2. Suhu
Kelarutan suatu zat padat dalam pelarut zat cair pada suhu
tinggi lebih besar daripada kelarutan suatu zat padat dalam
pelarut zat cair pada suhu rendah dikarenakan kalor diserap
untuk memecahkan kristal-kristal zat padat (Sunarya, 2003).
3. Tekanan
Tekanan hanya sedikit berpengaruh pada kelarutan zat padat
dalam cairan. Berat suatu zat padat yang terlarut dalam jumlah
cairan tertentu berbanding lurus dengan tekanan yang diberikan
dalam kesetimbangan (Keenan, 1986).
II.4. Proses Pelarutan
Pelarutan adalah sebuah cara yang dilakukan untuk
mencampurkan dua atau lebih zat menjadi suatu larutan campuran
homogen. Larutan dapat berupa campuran dari beberapa bentuk zat,
seperti padat, cair, dan gas. Zat yang dilarutkan dinamakan zat
terlarut (solute), memiliki kuantitas yang lebih sedikit, sedangkan zat
yang melarutkan disebut zat pelarut (solvent), memiliki kuantitas
yang lebih banyak (Whitten, 2004).
II.5. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah sebuah tetapan
kesetimbangan antara garam yang mudah atau sukar larut dengan
pelarutnya yang dilambangkan dengan Ksp.
Persamaannya:
XmYn (s) ↔ mXn+ + nYm-
Ksp = [Xn+]m [Ym-]n

(Keenan, 1986)

II.6. Garam Kompleks


Garam kompleks adalah suatu senyawa garam yang terbentuk
dari anion dan/atau kation kompleks, dan akan terionisasi menjadi
ion-ion kompleks pembentuknya saat dilarutkan dalam larutan
(Rasmila, 2017). Contohnya adalah garam Cu(NH3)4SO4 . H2O
(Prakash dkk, 2000).
II.7. Perpindahan Elektron Hibridisasi
Dalam pembentukan suatu ikatan kimia, electron berperan
dalam proses tersebut. Berbagai senyawa juga pasti memiliki
hibridisasi electron. Contohnya adalah pembentukan molekul CH4.
Konfigurasi electron atom C adalah 1s2 2s2 2p2. Sisa electron pada
orbital p akan mengalami hibridisasi dan electron dari atom H akan
menindih electron dari atom C sehingga bentuk molekulnya adalah
sp2 (Chang, 2004)
II.8. Ikatan Ionik dan Ikatan Kovalen
Ikatan ionic adalah jenis ikatan kimia dengan gaya
elektrostatik ion-ion dengan perbedaan keelektronegatifan yang
bessar. Ion-ionnya yaitu anion (ion negatif yang berupa unsur
dengan afinitas electron yang tinggi) dan kation (ion positif yang
berupa unsur dengan energi ionisasi rendah) (Suryani, dkk., 2012).

Terdapat 2 jenis ikatan kovalen, yakni:

1. Ikatan kovalen polar


Yaitu jenis ikatan kovalen yang terjadi apabila elektron di
antara dua atom tidak benar-benar digunakan secara bersama atau
adanya pasangan elektron bebas.

Ciri-ciri ikatan kovalen polar:

a. Memiliki sifat larut dalam pelarut polar.


b. Memiliki bentuk geometris yang tidak simetris.3. Memiliki
titik berat muatan positif dan negatif yang berimpit.4. Medan
magnet mempengaruhi ikatan kovalen polar ini.

(Erwin, dkk., 2016)

2. Ikatan kovalen nonpolar


Yaitu jenis ikatan kovalen yang penggunaan pasangan
elektronnya digunakan secara bersama sama atau atau tertarik
secara kuat. Ikatan kovalen terjadi karena tidak adanya perbedaan
keelektronegatifan yang besar.

Ciri-ciri ikatan kovalen nonpolar:

a. Memiliki sifat tidak dapat menghantarkan arus listrik.


b. Memiliki perbedaan keelektronegatifan yang kecil, yaitu
kurang dari 0.5.

(Amarin, 2015)

II.9. Kepolaran
Kepolaran merupakan suatu peristiwa dimana suatu molekul
zat tertentu membentuk suatu kutub sementara yang dinamakan
dipol yang dapat menyebabkan gaya tolak-menilak atau gaya Tarik-
menarik antaratom dalam senyawa tersebut. Dipengaruhi oleh
beberapa factor, seperti sudut ikatan, pasangan electron bebas, dan
bentuk molekul (Khafidzin, 2020).
II.10.Macam-macam Pelarut
1. Pelarut Polar
Pelarut polar adalah sebuah pelarut yang mempunyai kutub
muatan sehingga dapat dengan mudah melarutkan senyawa
polar. Contohnya adalah air dan etanol.
2. Pelarut Non Polar
Pelarut non polar adalah sebuah pelarut yang tidak
mempunyai kutub muatan sehingga dapat dengan mudah
melarutkan senyawa non polar. Contohnya adalah minyak.

(Sudarmadji, dkk., 1997)

II.11.Padatan Ionik
Padatan ionic merupakan sebuah kristal dari senyawa elektrolit
yang akan terionisasi apabila dilarutkan. Umumnya terbentuk ketika
perbedaan keelektronegatifan antara dua atom dalam suatu molekul
lebih besar dari 2.0 (Nasrudin dan Samik, 2016).
II.12.Gaya Intermolekular
Gaya intermolekul merupakan gaya ikatan elektromagnetik
antarmolekul yang lebih lemah dibandingkan dengan gaya
intramolecular karena untuk dapat memutusnya tidak perlu energi
yang terlalu besar. Jenisnya ada gaya dipol-dipol, gaya dipol khusus:
ikatan hydrogen, gaya disperse/London, dan gaya Van-der Waals
(Departemen Kimia, 2020).
II.13.Analisis Bahan
II.13.1. NiCl2

● Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik lebur : 1009oC.

2. Tekanan uap : 1.33 hPa (671oC).

3. Warna : Kuning-oranye.

4. Bentuk : Serbuk.

5. Kerapatan relatif : 3.55 gram/cm3.

● Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Larut dalam air.

2. Tidak berlaku sebagai oksidator

3. Bersifat iritan dan dapat menyebabkan kelainan usus.

(Merckmilipore, 2012)

II.13.2. NaCl

● Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik leleh : 800.4oC.

2. Titik didih : 1413oC.

3. Warna : Putih.

4. Bentuk : Kristal.

5. BEM : 58.45 gram/mol.

● Memiliki sifat kimia, seperti:


1. Mudah larut dalam air.

2. Tidak akan larut pada HCl namun sedikit larut pada


alkohol.

3. Memiliki sifat yang tidak korosif pada semua logam dan


kaca.

(Perry, 2008)

II.13.3. CaCl2

● Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Bau : Tidak berbau.

2. Densitas : 2.15 g/cm3 (20oC).

3. Warna : Putih.

4. Bentuk : Padat.

5. BEM : 110.98 gram/mol.

● Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Larut dalam air.

2. Dapat menyebabkan iritasi mata yang serius.

3. Tidak bersifat oksidator.

(SmartLab, 2019)

II.13.4. Etanol

● Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik beku : -114.1oC.

2. Titik didih : 78oC.

3. BEM : 46 gram/mol.
4. Densitas : 0.789 gram/mL.

5. Temperatur kritik : 234.1oC.

6. Tekanan kritik : 63 atm.

7. Bentuk : Cair.

● Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Bereaksi dengan asam karboksilat akan membentuk


senyawa eter dan air.

2. Mudah terbakar.

3. Menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan.

(Kirk dan Othmer, 1998)

II.13.5. Kloroform

● Memiliki sifat fisika, seperti:

1. BEM : 119.39 g/mol.

2. Bentuk : Cairan.

3. Warna : Bening.

4. Titik didih : 61.2oC.

5. Densitas : 2.284 g/cm³, padat hidrat.

6. Titik leleh : -63.5°C.

(Ketta dan Cunningham, 1992)

● Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Ketika bereaksi dengan udara atau cahaya secara


perlahan akan teroksidasi menjadi karbonil klorida.
2. Dapat direduksi dengan bantuan seng dan asam klorida
menghasilkan metilen klorida, namun apabila direduksi
dengan bantuan debu seng dan air menghasilkan metana.

3. Bereaksi dengan asam nitrat pekat akan menghasilkan


nitro kloroform.

(Kirk dan Othmer, 1998)

II.13.6. HCl
 Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik didih : -85oC.

2. Komposisi : 99%.

3. Kelarutan : Mudah larut dalam air.

4. Warna : Tidak berwarna.

5. Bentuk : Cair.

(Perry, 2008)

 Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Memiliki sifat yang mudah larut dalam air.

2. Bereaksi dengan alkohol menghasilkan alkohol klorida.

(Ullman, 1989)

II.13.7. NH4OH

● Memiliki sifat fisika, seperti:

1. Titik lebur : -57.5oC.

2. Titik didih : 37.7oC (1013 hPa).

3. Bau : Sangat tajam.


4. Bentuk : Cair.

5. BEM : 58.45 gram/mol.

6. Warna : Tidak berwarna.

● Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Mudah larut dalam air.

2. Korosif pada logam dan kulit.

3. Tidak mudah terbakar, namun dapat membentuk suatu


campuran ammonia atau udara yang dapat terbakar.

(SmartLab, 2017)

II.13.8. Aquades
 Memiliki sifat fisika, seperti:

1. BEM : 18.02 gram/mol.

2. Densitas : 1000 kg/m3.

3. Tekanan uap : 2.3 kPa.

4. Titik didih : 100oC.

5. Bentuk : Cair.

6. Rasa : Tidak memiliki rasa.

 Memiliki sifat kimia, seperti:

1. Memiliki pH 7 (netral).

2. Tidak dapat terbakar.

3. Tidak beracun.

4. Tidak bersifat iritan pada kulit.

(Petrucci, 2008)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Alat
- Tabung reaksi - Neraca analitik
- Rak tabung reaksi - Cawan gelas
- Pengaduk kaca - Stopwatch
3.2. Bahan
- Akuades - Larutan ammonium hidroksida encer
- Etanol - Kristal NaCl
- Kloroform - Kristal CaCl2
- Larutan HCl 2 N - Kristal NiCl2
3.3. Gambar Alat dan Bahan
3.3.1. Gambar Alat

Tabung Reaksi Rak Tabung Reaksi Pengaduk Kaca

Neraca Analitik Cawan Gelas Stopwatch


3.3.2. Gambar Bahan

Akuades Etanol Kloroform

Larutan Ammonium
Larutan HCl 2 N Kristal NaCl
Hidroksida Encer

Kristal CaCl2 Kristal NiCl2


3.4. Skema Kerja
3.4.1. Zat Terlarut NiCl2

10 mL Aquades 10 mL CHCl3 10 mL Etanol 10 mL NH4OH 10 mL HCl

Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 0,3 gram padatan NiCl2


Penggojogan
Pengamatan
Pencatatan waktu hingga padatan melarut

Hasil

3.4.2. Zat Terlarut NaCl

10 mL Aquades 10 mL Etanol 10 mL CHCl3 10 mL HCl 2 N 10 mL NH4OH

Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 0,3 gram padatan NaCl


Penggojogan
Pengamatan
Pencatatan waktu hingga padatan melarut

Hasil
3.4.3. Zat Terlarut CaCl2

10 mL Aquades 10 mL CHCl3 10 mL Etanol 10 mL NH4OH 10 mL HCl

Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 0,3 gram padatan CaCl2


Penggojogan
Pengamatan
Pencatatan waktu hingga padatan melarut

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN

Solvent
NaCl CaCl2 NiCl2
Solute
 Tidak berwarna  Putih keruh  Hijau bening
(cenderung keruh)  t = 27 s  t = 20 s
Aquadest
 t = 33 s  Larut  Larut
 Larut
 Tidak berwarna  Terbentuk endapan  Hijau bening
(cenderung keruh) CaCl2  t = 33 s
Etanol
 t=-  t=-  Larut
 Larut sebagian  Tidak larut
 Terbentuk endapan  Terbentuk endapan  Terbentuk 2
NaCl CaCl2 lapisan:
 t=-  t=- - Atas = hijau
Kloroform
 Tidak larut  Tidak larut - Bawah = bening
 t = 51 s
 Larut
 Tidak berwarna  Tidak  Hijau
(cenderung keruh) berwarna/bening  t = 15 s
HCl
 t = 38 s  t = 35 s  Larut
 Larut  Larut
 Tidak berwarna  Putih keruh  Biru
(cenderung keruh)  t=5s  t = 10 s
NH4OH
 t=3s  Larut  Larut
 Larut
V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Tingkat Kelarutan Zat
Padat dalam Berbagai Pelarut” yang bertujuan untuk menentukan secara
kualitatif kelarutan zat padat di dalam berbagai pelarut. Metode yang
digunakan adalah zat terlarut (solute) yang dilarutkan pada berbagai jenis
pelarut (solvent) dalam jangka waktu tertentu sehingga didapatkan
perbandingan tingkat kelarutan zat terlarut yang digunakan dalam berbagai
jenis pelarut (Petrucci, 1985). Prinsip yang digunakan adalah like dissolve
like yang merupakan sebuah prinsip dimana suatu pelarut akan cenderung
melarutkan senyawa yang memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu
pelarut polar melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan
senyawa non polar (Suryani, dkk., 2015). Alat yang digunakan adalah
tabung reaksi, rak tabung reaksi, pengaduk kaca, neraca analitik, cawan
gelas, dan stopwatch. Bahan yang digunakan adalah zat terlarut yang
berupa kristal NaCl, kristal CaCl2, dan kristal NiCl2, dan pelarut yang
berupa akuades, etanol, kloroform, HCl, dan NH4OH.

V.1. Pelarut Akuades


Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan secara
kualitatif kelarutan zat padat NaCl, CaCl2, dan NiCl2 di dalam
pelarut akuades. Prinsip yang digunakan digunakan adalah like
dissolve like, yaitu prinsip suatu pelarut akan cenderung melarutkan
senyawa yang memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu pelarut
polar melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan
senyawa non polar. Metode yang digunakan adalah zat terlarut
(solute) yang dilarutkan pada berbagai jenis pelarut (solvent) dalam
jangka waktu tertentu sehingga didapatkan perbandingan tingkat
kelarutan zat terlarut yang digunakan dalam berbagai jenis pelarut.
Pada percobaan ini, pelarut yang digunakan adalah akuades.
Akuades (H2O) merupakan sebuah pelarut yang polar. Dikarenakan
molekul H2O bersifat polar, maka akan terjadi pembentukan kutub
ion sementara yang disebut dipol. Ketika zat padat ionic dilarutkan
dalam akuades, maka interaksi gaya dipol-dipol akan terjadi.

Gambar 1.1 Molekul H2O (Siahaan, dkk., 2010)

Langkah kerja yang dilakukan adalah memasukkan akuades ke


dalam tiga tabung reaksi yang berbeda lalu tambahkan NaCl, CaCl 2,
dan NiCl2 ke dalamnya pada tabung reaksi yang berbeda pula.
Setelah itu, lakukan penggojogan yang bertujuan untuk membuat
larutan menjadi homogen. Amati dan catat waktu yang dibutuhkan
hingga ketiga zat padat tersebut larut.

V.1.1. Pelarutan NaCl dengan Akuades

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NaCl di dalam pelarut akuades.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa NaCl larut secara sempurna dalam akuades dengan
waktu 33 detik dan warna larutannya tidak berubah, yaitu
tidak berwarna, tetapi cenderung keruh. Hal tersebut
dikarenakan keduanya memiliki tingkat kepolaran yang sama,
yaitu polar, yang sesuai dengan prinsip like dissolve like,
yaitu prinsip suatu pelarut akan cenderung melarutkan
senyawa yang memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu
pelarut polar melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar
melarutkan senyawa non polar.

Reaksi yang terjadi:

2 NaCl (s)+ 2 H2O (l) → 2 NaOH (aq) + Cl2 (g) + H2 (g)

(Chang, 2004)

V.1.2. Pelarutan CaCl2 dengan Akuades

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat CaCl2 di dalam pelarut akuades.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa CaCl2 larut secara sempurna dalam akuades dengan
waktu 27 detik dan warna larutannya berubah dari bening
menjadi putih keruh. Hal tersebut dikarenakan keduanya
memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu polar, yang
sesuai dengan prinsip like dissolve like, yaitu prinsip suatu
pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang memiliki
tingkat kepolaran yang sama, yaitu pelarut polar melarutkan
senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan senyawa non
polar.

Reaksi yang terjadi:

CaCl2 (s) + 2 H2O (l) → Ca(OH)2 (aq) + 2 HCl (aq)

(Chang, 2004)

V.1.3. Pelarutan NiCl2 dengan Akuades

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NiCl2 di dalam pelarut akuades.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa NiCl2 larut secara sempurna dalam akuades dengan
waktu 20 detik dan warna larutannya berubah dari bening
menjadi hijau bening, dimana warna hijau berasal dari ion
Ni2+. Hal tersebut dikarenakan keduanya memiliki tingkat
kepolaran yang sama, yaitu polar, yang sesuai dengan prinsip
like dissolve like, yaitu prinsip suatu pelarut akan cenderung
melarutkan senyawa yang memiliki tingkat kepolaran yang
sama, yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar dan
pelarut non polar melarutkan senyawa non polar.

Reaksi yang terjadi:

NiCl2 (s) → Ni2+ (aq) + 2 Cl- (aq)

(Chang, 2004)

Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa akuades dapat


melarutkan NaCl, CaCl2, dan NiCl2 dikarenakan memiliki tingkat
kepolaran yang sama yang juga sesuai dengan literatur yang ada.
Dapat disimpulkan bahwa akuades merupakan pelarut yang baik
untuk zat padat garam.

V.2. Pelarut Etanol

Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NaCl, CaCl2, dan NiCl2 di dalam
pelarut etanol. Prinsip yang digunakan digunakan adalah like
dissolve like, yaitu prinsip suatu pelarut akan cenderung melarutkan
senyawa yang memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu pelarut
polar melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan
senyawa non polar. Metode yang digunakan adalah zat terlarut
(solute) yang dilarutkan pada berbagai jenis pelarut (solvent) dalam
jangka waktu tertentu sehingga didapatkan perbandingan tingkat
kelarutan zat terlarut yang digunakan dalam berbagai jenis pelarut.
Pada percobaan ini, pelarut yang digunakan adalah etanol. Etanol
(C2H5OH) merupakan sebuah pelarut yang polar, tetapi tingkat
kepolarannya lebih rendah daripada akuades dikarenakan molekul
C2H5OH memiliki gugus alkil yang non polar.

Gambar 1.2 Molekul C2H5OH (Pubchem, 2021)


Langkah kerja yang dilakukan adalah memasukkan etanol ke
dalam tiga tabung reaksi yang berbeda lalu tambahkan NaCl, CaCl 2,
dan NiCl2 ke dalamnya pada tabung reaksi yang berbeda pula.
Setelah itu, lakukan penggojogan yang bertujuan untuk membuat
larutan menjadi homogen. Amati dan catat waktu yang dibutuhkan
hingga ketiga zat padat tersebut larut.

V.2.1. Pelarutan NaCl dengan Etanol

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NaCl di dalam pelarut etanol.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa NaCl larut sebagian saja dalam etanol dan warna
larutannya tidak berubah, yaitu tidak berwarna, tetapi
cenderung keruh. Hal tersebut dikarenakan perbedaan tingkat
kepolarannya. NaCl merupakan garam ionic yang sangat kuat
ikatannya dan etanol merupakan pelarut polar, tetapi tingkat
kepolarannya lebih rendah daripada akuades sehingga hanya
dapat memutus sebagian ikatannya saja.

Reaksi yang terjadi:

NaCl (s) + C2H5OH (aq) →

(Petrucci, 2008)

V.2.2. Pelarutan CaCl2 dengan Etanol

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat CaCl2 di dalam pelarut etanol.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa CaCl2 tidak larut dalam etanol dan terbentuk endapan
CaCl2.
Reaksi yang terjadi:

CaCl2 (s) + C2H5OH (aq) →

(Petrucci, 2008)

Namun, dari literatur yang ada CaCl2 dapat larut dalam


etanol dalam waktu yang lebih lama, yaitu sekitar 10 menit,
agar etanol dapat memutus ikatan pada CaCl2.

Reaksi yang terjadi:

CaCl2 (s) ↔ Ca2+ (aq) + 2 Cl- (aq)

(Keenan, 1986)

V.2.3. Pelarutan NiCl2 dengan Etanol

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NiCl2 di dalam pelarut etanol.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa NiCl2 larut secara sempurna dalam akuades dengan
waktu 33 detik dan warna larutannya berubah dari bening
menjadi hijau bening, dimana warna hijau berasal dari ion
Ni2+. Hal tersebut dikarenakan keduanya memiliki tingkat
kepolaran yang sama, yaitu polar, yang sesuai dengan prinsip
like dissolve like, yaitu prinsip suatu pelarut akan cenderung
melarutkan senyawa yang memiliki tingkat kepolaran yang
sama, yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar dan
pelarut non polar melarutkan senyawa non polar.

Reaksi yang terjadi:

NiCl2 (s) ↔ Ni2+ (aq) + 2 Cl- (aq)

(Keenan, 1986)
Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa etanol hanya dapat
melarutkan NiCl2 dan melarutkan sebagian dari NaCl serta tidak
dapat melarutkan CaCl2. Namun dari literatur yang ada, CaCl2 juga
larut dalam etanol. Dan dapat disimpulkan bahwa etanol merupakan
pelarut yang kurang baik untuk zat padat garam.

V.3. Pelarut Kloroform

Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NaCl, CaCl2, dan NiCl2 di dalam
pelarut kloroform. Prinsip yang digunakan digunakan adalah like
dissolve like, yaitu prinsip suatu pelarut akan cenderung melarutkan
senyawa yang memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu pelarut
polar melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan
senyawa non polar. Metode yang digunakan adalah zat terlarut
(solute) yang dilarutkan pada berbagai jenis pelarut (solvent) dalam
jangka waktu tertentu sehingga didapatkan perbandingan tingkat
kelarutan zat terlarut yang digunakan dalam berbagai jenis pelarut.
Pada percobaan ini, pelarut yang digunakan adalah kloroform.
Kloroform (CHCl3) merupakan sebuah pelarut yang non polar.
Dikarenakan molekul CHCl3 bersifat non polar, maka tidak akan
terjadi interaksi dipol.

Gambar 1.3 Molekul CHCl3 (Pubchem, 2021)


Langkah kerja yang dilakukan adalah memasukkan kloroform
ke dalam tiga tabung reaksi yang berbeda lalu tambahkan NaCl,
CaCl2, dan NiCl2 ke dalamnya pada tabung reaksi yang berbeda pula.
Setelah itu, lakukan penggojogan yang bertujuan untuk membuat
larutan menjadi homogen. Amati dan catat waktu yang dibutuhkan
hingga ketiga zat padat tersebut larut.

V.3.1. Pelarutan NaCl dengan Kloroform

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NaCl di dalam pelarut
kloroform. Dari langkah kerja yang sudah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa NaCl tidak larut dan terbentuk
endapan NaCl. Hal tersebut dikarenakan perbedaan tingkat
kepolarannya. NaCl merupakan senyawa garam ionic yang
sangat kuat ikatannya dan kloroform merupakan pelarut non
polar sehingga tidak dapat memutus ikatan NaCl.

Reaksi yang terjadi:

NaCl (s) + CHCl3 (aq) →

(Petrucci, 2008)

V.3.2. Pelarutan CaCl2 dengan Kloroform

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat CaCl2 di dalam pelarut
kloroform. Dari langkah kerja yang sudah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa CaCl2 tidak larut dan terbentuk
endapan CaCl2. Hal tersebut dikarenakan perbedaan tingkat
kepolarannya. CaCl2 merupakan senyawa garam ionic dan
kloroform merupakan pelarut non polar sehingga tidak dapat
memutus ikatan CaCl2.
Reaksi yang terjadi:

CaCl2 (s) + CHCl3 (aq) →

(Petrucci, 2008)

V.3.3. Pelarutan NiCl2 dengan Kloroform

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NiCl2 di dalam pelarut
kloroform. Dari langkah kerja yang sudah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa NiCl2 larut dalam kloroform dengan
waktu 51 detik dan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas
berupa ion Ni2+ yang berwarna hijau dan lapisan bawah
berupa CHCl berwarna bening. Terbentuknya dua lapisan
tersebut dikarenakan perbedaan kepolaran antara ion Ni 2+ dan
CHCl, serta densitas ion Ni2+ lebih kecil daripada CHCl.
Walaupun CHCl3 merupakan pelarut non polar, tetapi dapat
melarutkan NiCl2. Namun, hal tersebut tidak sesuai dengan
literatur dikarenakan NiCl2 hanya sedikit larut dalam
kloroform dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
melarutkan NiCl2.

Reaksi yang terjadi:

NiCl2 (s) + CHCl3 ↔ Ni2+ (aq) + 2 CHCl (aq)

(Svehla, 1990)

Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa kloroform hanya


dapat melarutkan NiCl2, dan tidak dapat melarutkan NaCl dan CaCl 2.
Dapat disimpulkan bahwa kloroform merupakan pelarut yang kurang
baik untuk zat padat garam.
V.4. Pelarut HCl

Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NaCl, CaCl2, dan NiCl2 di dalam
pelarut HCl. Prinsip yang digunakan digunakan adalah like dissolve
like, yaitu prinsip suatu pelarut akan cenderung melarutkan senyawa
yang memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu pelarut polar
melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan senyawa
non polar. Metode yang digunakan adalah zat terlarut (solute) yang
dilarutkan pada berbagai jenis pelarut (solvent) dalam jangka waktu
tertentu sehingga didapatkan perbandingan tingkat kelarutan zat
terlarut yang digunakan dalam berbagai jenis pelarut. Pada
percobaan ini, pelarut yang digunakan adalah akuades. HCl
merupakan sebuah pelarut yang polar, dimana keelektronegatifan
dari atom Cl lebih besar daripada atom H yang mengakibatkan
electron cenderung tertarik ke arah atom Cl. Hal tersebut
menyebabkan ikatan kovalen polar. Dikarenakan molekul HCl
bersifat polar, maka akan terjadi pembentukan kutub ion sementara
yang disebut dipol. Ketika zat padat ionic dilarutkan dalam HCl,
maka interaksi gaya dipol-dipol akan terjadi.

Gambar 1.4 Molekul HCl (Pubchem, 2021)


Langkah kerja yang dilakukan adalah memasukkan HCl ke
dalam tiga tabung reaksi yang berbeda lalu tambahkan NaCl, CaCl 2,
dan NiCl2 ke dalamnya pada tabung reaksi yang berbeda pula.
Setelah itu, lakukan penggojogan yang bertujuan untuk membuat
larutan menjadi homogen. Amati dan catat waktu yang dibutuhkan
hingga ketiga zat padat tersebut larut.

V.4.1. Pelarutan NaCl dengan HCl

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NaCl di dalam pelarut HCl. Dari
langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
NaCl larut secara sempurna dalam HCl dengan waktu 38
detik dan warna larutannya tidak berubah, yaitu tidak
berwarna, tetapi cenderung keruh. Hal tersebut dikarenakan
keduanya memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu polar,
yang sesuai dengan prinsip like dissolve like, yaitu prinsip
suatu pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang
memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu pelarut polar
melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan
senyawa non polar.

Reaksi yang terjadi:

NaCl (s) + H+ (aq) ↔ Na+ (aq) + HCl (aq)

(Keenan, 1990)

V.4.2. Pelarutan CaCl2 dengan HCl

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat CaCl2 di dalam pelarut HCl.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa CaCl2 larut secara sempurna dalam HCl dengan waktu
35 detik dan warna larutannya tidak berubah, yaitu bening.
Hal tersebut dikarenakan keduanya memiliki tingkat
kepolaran yang sama, yaitu polar, yang sesuai dengan prinsip
like dissolve like, yaitu prinsip suatu pelarut akan cenderung
melarutkan senyawa yang memiliki tingkat kepolaran yang
sama, yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar dan
pelarut non polar melarutkan senyawa non polar.

Reaksi yang terjadi:

CaCl2 (s) + H+ (aq) ↔ Ca2+ (aq) + 2 HCl (aq)

(Keenan, 1990)

V.4.3. Pelarutan NiCl2 dengan HCl

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NiCl2 di dalam pelarut HCl.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa NiCl2 larut secara sempurna dalam HCl dengan waktu
15 detik dan warna larutannya berubah dari bening menjadi
hijau, dimana warna hijau berasal dari ion Ni2+. Hal tersebut
dikarenakan keduanya memiliki tingkat kepolaran yang sama,
yaitu polar, yang sesuai dengan prinsip like dissolve like,
yaitu prinsip suatu pelarut akan cenderung melarutkan
senyawa yang memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu
pelarut polar melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar
melarutkan senyawa non polar.

Reaksi yang terjadi:

NiCl2 (s) + H+ (aq) ↔ Ni2+ (aq) + 2 HCl (aq)

(Keenan, 1990)
Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa HCl dapat
melarutkan NaCl, CaCl2, dan NiCl2 dikarenakan memiliki tingkat
kepolaran yang sama yang juga sesuai dengan literatur yang ada.
Dapat disimpulkan bahwa HCl merupakan pelarut yang baik untuk
zat padat garam.

V.5. Pelarut NH4OH

Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NaCl, CaCl2, dan NiCl2 di dalam
pelarut NH4OH. Prinsip yang digunakan digunakan adalah like
dissolve like, yaitu prinsip suatu pelarut akan cenderung melarutkan
senyawa yang memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu pelarut
polar melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan
senyawa non polar. Metode yang digunakan adalah zat terlarut
(solute) yang dilarutkan pada berbagai jenis pelarut (solvent) dalam
jangka waktu tertentu sehingga didapatkan perbandingan tingkat
kelarutan zat terlarut yang digunakan dalam berbagai jenis pelarut.
Pada percobaan ini, pelarut yang digunakan adalah NH 4OH. NH4OH
merupakan sebuah pelarut yang polar dikarenakan molekul NH4OH
merupakan pelarut yang terbuat dari NH3 dan H2O yang juga polar.
Maka dari itu, akan terjadi pembentukan kutub ion sementara yang
disebut dipol. Ketika zat padat ionic dilarutkan dalam akuades, maka
interaksi gaya dipol-dipol akan terjadi. NH4OH reaktif terhadap zat
padat garam dan cocok digunakan sebagai pelarut senyawa ionic.

Gambar 1.5 Molekul NH4OH (Pubchem, 2021)


Langkah kerja yang dilakukan adalah memasukkan NH4OH ke
dalam tiga tabung reaksi yang berbeda lalu tambahkan NaCl, CaCl 2,
dan NiCl2 ke dalamnya pada tabung reaksi yang berbeda pula.
Setelah itu, lakukan penggojogan yang bertujuan untuk membuat
larutan menjadi homogen. Amati dan catat waktu yang dibutuhkan
hingga ketiga zat padat tersebut larut.

V.5.1. Pelarutan NaCl dengan NH4OH

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NaCl di dalam pelarut NH4OH.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa NaCl larut secara sempurna dalam NH4OH dengan
waktu 3 detik dan warna larutannya tidak berubah, yaitu tidak
berwarna, tetapi cenderung keruh. Hal tersebut dikarenakan
keduanya memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu polar,
yang sesuai dengan prinsip like dissolve like, yaitu prinsip
suatu pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang
memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu pelarut polar
melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan
senyawa non polar.

Reaksi yang terjadi:

NaCl (s) + NH4OH (aq) → NaOH (aq) + NH4Cl (aq)

(Svehla, 1985)

V.5.2. Pelarutan CaCl2 dengan NH4OH

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat CaCl2 di dalam pelarut NH4OH.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa CaCl2 larut secara sempurna dalam NH4OH dengan
waktu 5 detik dan warna larutannya berubah dari bening
menjadi putih keruh. Hal tersebut dikarenakan keduanya
memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu polar, yang
sesuai dengan prinsip like dissolve like, yaitu prinsip suatu
pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang memiliki
tingkat kepolaran yang sama, yaitu pelarut polar melarutkan
senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan senyawa non
polar.

Reaksi yang terjadi:

CaCl2 (s) + 2 NH4OH (aq) → Ca(OH)2 (aq) + 2 NH4Cl (aq)

(Svehla, 1985)

V.5.3. Pelarutan NiCl2 dengan NH4OH

Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan secara


kualitatif kelarutan zat padat NiCl2 di dalam pelarut NH4OH.
Dari langkah kerja yang sudah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa NiCl2 larut secara sempurna dalam HCl dengan waktu
10 detik dan warna larutannya berubah dari bening menjadi
biru, dimana warna biru menunjukkan bahwa terjadi reaksi
pembentukan senyawa kompleks. Hal tersebut dikarenakan
keduanya memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu polar,
yang sesuai dengan prinsip like dissolve like, yaitu prinsip
suatu pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang
memiliki tingkat kepolaran yang sama, yaitu pelarut polar
melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar melarutkan
senyawa non polar.

Reaksi yang terjadi:


NiCl2 (s) + 6 NH4OH (aq) ↔ [Ni(NH3)6]Cl2 (aq) (biru) + 2 6
H2O (aq)

(Svehla, 1985)

Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa akuades dapat


melarutkan NaCl, CaCl2, dan NiCl2 dengan sangat cepat dikarenakan
memiliki tingkat kepolaran yang sama yang juga sesuai dengan
literatur yang ada. Dapat disimpulkan bahwa NH4OH merupakan
pelarut yang sangat baik untuk zat padat garam.
VI. PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

VI.1.1. Tingkat kelarutan zat padat dalam pelarut bergantung pada


sifat kepolarannya dan sifat alamiah lainnya, serta sesuai
dengan prinsip like dissolve like, yaitu zat polar akan larut
dalam pelarut polar dan zat non polar akan larut dalam
pelarut non polar. Dapat dilihat bahwa kristal NaCl dapat
larut dalam akuades, HCl, dan NH4OH, serta larut sebagian
dalam etanol dan tidak larut dalam kloroform. Kristal CaCl 2
dapat larut dalam akuades, HCl, dan NH4OH, serta tidak larut
dalam etanol dan kloroform. Kristal NiCl2 dapat larut dalam
semua pelarut, yaitu akuades, etanol, kloroform, HCl, dan
NH4OH.

VI.2. Saran

VI.2.1. Lakukan penggojogan dengan kuat supaya lebih cepat larut.


DAFTAR PUSTAKA

Amirin, T.M. 2015. Metode Penelitian Sekunder (Analisis Data Sekunder).


Yogyakarta: Tatang Manguny.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga.Jilid 2.


Jakarta: Erlangga.

Departemen Kimia. 2020. Gaya Antar Molekul. Depok: Universitas Indonesia.

Erwin, dkk. 2016. Uji Elektron dan Ikatan Kovalen Polar dan Non Polar.
Makassar: SMA 07 Makassar.

Keenan, C. W. 1986. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Ketta, Mc. J. J. and Cunningham, W. A. 1992. Encyclopedia of Chemical


Processing and Design, Vol. 40. New York: Marcel Dekker, Inc.

Khafidzin, N. 2020. Kepolaran Senyawa atau Polaritas Senyawa. Jawa Tengah:


Noor Khafidzin.

Khopkar. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Kirk, R.E. and Othmer, D.F. 1998. Encyclopedia of Chemical Technology, Vol. 7.
New York: The Inter Science Encyclopedia, Inc.

Martin, dkk., 1993. Farmasi Fisik 2, edisi ke-3. Jakarta: UI Press.

Merckmilipore. 2012. Lembaran Data Keselamatan Bahan. Jakarta: Merck


Group.

Nasrudin, H. dan Samik. 2016. Jenis Kristal Berdasarkan Ikatannya. Surabaya:


Universitas Surabaya.

Perry, R.H. 2008. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 8th Edition. NY, USA:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Petrucci, R.H. 1985. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat,
Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R.H. 2008. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern, Edisi Keempat, Jilid
3. Jakarta: Erlangga.

Prakash, S., dkk. 2000. Advance Inorganic Chemistry, Vol. II. New Delhi, India:
S. Chand anda Company LTD.

Pubchem. 2021. Ammonium Hydroxide. USA: National Library of Medicine.

Pubchem. 2021. Chloroform. USA: National Library of Medicine.

Pubchem. 2021. Ethanol. USA: National Library of Medicine.

Pubchem. 2021. Hydrochloric Acid. USA: National Library of Medicine.

Rasmila. 1984. Laporan Praktikum Kimia Anorganik: Pembuatan Garam


Kompleks Tetraamin Copper (II) Sulfat Monohidrat dan Garam Rangkap
Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat. Kendari: Universitas Halu Oleo.

Siahaan, P., dkk. 2010. Interaksi Antarmolekul H2O…H2O. Semarang: Universitas


Diponegoro.

SmartLab. 2017. Lembaran Data Keselamatan Bahan. Tangerang: PT Smart-Lab


Indonesia.

SmartLab. 2019. Lembaran Data Keselamatan Bahan. Tangerang: PT Smart-Lab


Indonesia.

Sudarmadji, S., dkk. 1997. Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberti.

Sunarya, Y. 2003. Kimia Dasar 2. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Suryani, D., dkk. 2012. Ikatan Ionik. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Suryani, N. C., dkk. 2015. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Kandungan Total
Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Matoa (Pometia
pinnata). Bali: Universitas Udayana.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
bagian II. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.

Ullman. 1989. Ullman’s Encyclopedia of Indutrial Chemistry, Vol. A-16. New


York, USA: Interscience Encyclopedia, Inc.

Whitten, K. W. 2014. Chemistry (10th edition). Belmot, CA: Brooks/Cole Cengage


Learning. Page 506-514. ISBN 9781133610663.

vii

Anda mungkin juga menyukai