Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PERCOBAAN V
“TINGKAT KELARUTAN ZAT PADAT DALAM BERBAGAI PELARUT”

Disusun Oleh :

Nama : Devis Saputra


Hari,tanggal : Selasa, 3 Oktober 2023
Kelompok :2
Asisten :

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PERCOBAAN V
“TINGKAT KELARUTAN ZAT PADAT DALAM BERBAGAI PELARUT”

Semarang, 3 Oktober 2023


Mengetahui,
Asisten Laboratorium Praktikan

Salma Rasyidah Devis Saputra


NIM. 24030120130104 NIM. 24030122120029
PERCOBAAN V
“TINGKAT KELARUTAN ZAT PADAT DALAM BERBAGAI PELARUT”

I. Tujuan Percobaan

I.1 Menentukan secara kualitatif kelarutan zat padat di dalam berbagai pelarut.

II. Tinjauan Pustaka


II.1. Larutan

Campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih yang
mempunyai komposisi berbeda dapat dikatakan larutan. Zat yang
terdapat dalam jumlah sedikit dalam suatu larutan dapat dikatakan
zat terlarut dan zat yang terdapat dalam jumlah banyak dalam suatu
larutan disebut pelarut (Utami et al., 2009). Berdasarkan
kelarutannya, larutan dibedakan menjadi 3 yaitu larutan tak jenuh,
larutan jenuh, dan larutan lewat jenuh dengan penjelasan sebagai
berikut:

 Larutan tak jenuh adalah larutan yang jumlah zat


terlarutnya lebih sedikit dari jumlah pelarutnya sehingga
molekul zat terlarut tidak bereaksi sempurna dengan
pelarutnya. Nilai Ksp lebih besar dari nilai Qc.
 Larutan jenuh adalah larutan yang jumlah zat terlarut dan
pelarutnya seimbang sehingga seluruh pelarut tidak
bereaksi sempurna dengan zat terlarut. Nilai Ksp sama
dengan nilai Qc.
 Larutan lewat jenuh adalah larutan yang jumlah zat
terlarutnya lebih besar dari pada pelarutnya sehingga
terdapat molekul zat terlarut yang tidak bereaksi dengan
pelarut tersebut. Nilai Ksp lebih kecil dari Qc.

(Utami et al.,
2009)
II.2. Kelarutan

Kelarutan adalah banyaknya zat terlarut, baik padat, cair, maupun


gas, yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu sehingga
membentuk larutan jenuh. Pada endapan, kelarutan diartikan
sebagai keadaan dimana endapan tersebar ke segala arah dalam
larutan dan zat padat akan mengalami penambahan dan
membentuk endapan.

(Daintith, 2008)

II.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kelarutan

Kelarutan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal dibawah ini:

 Sifat Pelarut

Kelarutan akan terjadi dalam skala besar jika molekul zat terlarut
mempunyai struktur dan sifat kelistrikan yang sama dengan
pelarut.

 Pengaruh Suhu

Senyawa anorganik meningkatkan kelarutannya pada suhu yang


lebih tinggi.

 Pengaruh Tekanan

Perubahan tekanan sekecil apa pun dapat mempengaruhi kelarutan.

 Pengaruh pH

Kelarutan garam asam lemah bergantung pada pH larutan.

 Sifat-sifat Zat Terlarut

Konsentrasi atau jumlah zat terlarut mempengaruhi waktu larut dan


kelarutan dalam pelarut.

(Utami et al., 2009)


II.4. Proses Pelarutan

Prinsip dasar yang digunakan untuk menentukan proses pelarutan


suatu zat terlarut ke dalam suatu pelarut biasanya dikenal dengan
sebutan “like dissolves like” artinya pelarut yang sejenis akan
melarutkan molekul yang sejenis, artinya molekul pelarut dan zat
terlarut saling berinteraksi antar molekulnya dengan membentuk
adanya ikatan tertentu diantara keduanya, sehingga secara
termodinamika zat terlarut akan larut dalam pelarut. Ada istilah
lain yang menyebabkan terjadinya proses pelarutan suatu zat
terlarut dalam molekul pelarut, yaitu istilah solvasi pelarut.
Pelarutan pelarut adalah suatu proses dimana ion-ion zat terlarut
dikelilingi oleh molekul-molekul pelarut dan membentuk semacam
jembatan atau ikatan antara keduanya, misalnya garam meja.
Proses pembentukan larutan hampir selalu terjadi bersamaan
dengan adsorpsi atau pelepasan energi. Banyaknya kalor yang
diserap atau dilepaskan pada saat suatu zat membentuk larutan
disebut kalor pelarutan yang diberi simbol ∆H pelarutan. Kalor
pelarutan adalah selisih antara energi yang dimiliki suatu larutan
setelah terbentuk dan energi yang dimiliki komponen-komponen
larutan sebelum tercampur.

(Mariana dkk., 2018).

II.5. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Hasil kali kelarutan atau Ksp adalah hasil kali konsentrasi molar
ion-ion dalam larutan jenuh yang dipangkatkan dengan koefisien
(Brady, 2000). Ketika suatu zat padat dilarutkan dalam suatu
larutan, ada beberapa kondisi yang mungkin terjadi, yaitu larutan
tak jenuh, larutan jenuh, dan larutan lewat jenuh. Konsentrasi ion
atau Qc yang tidak sesuai dengan kondisi kesetimbangan
digunakan untuk memperkirakan akan terbentuknya endapan atau
tidak. Qc sama dengan Ksp, namun bedanya Qc menyatakan
konsentrasi ion dalam keadaan tidak setimbang, sedangkan Ksp
menyatakan konsentrasi ion dalam keadaan setimbang. Berikut
kemungkinan hubungan antara Qc dan Ksp:

Qc < Ksp tak jenuh (tidak terbentuk endapan)

Qc = Ksp jenuh (tidak terbentuk endapan)

Qc > Ksp lewat jenuh (terbentuk endapan)

Apabila air ditambahkan ke dalam larutan jenuh yang terdiri dari


senyawa AmBn, maka senyawa tersebut akan mengalami ionisasi
dan terjadi reaksi kesetimbangan sebagai berikut:

AmBn mA + nB
n+ m+

Dan akan diperoleh konstanta hasil kali kelarutan sebagai berikut


(Nurissalam, 2012):

Ksp = [An+]m [Bm+]n

(Nurissalam, 2012)

II.6. Garam Kompleks

Senyawa kompleks yang dimaksud tidak lain adalah garam,


sehingga senyawa kompleks sering juga disebut dengan garam
kompleks. Senyawa kompleks atau disebut juga senyawa
koordinasi adalah senyawa yang mengandung molekul atau ion
kompleks. Senyawa ionik yang kation logam transisinya berikatan
dengan dua atau lebih anion atau molekul netral merupakan
definisi ion kompleks. Pada senyawa kompleks terdapat kation
logam dari unsur transisi yang disebut atom pusat dan terdapat juga
ligan yang merupakan anion atau molekul yang terikat pada atom
pusat.
(Momo, 2015; Sunarya & Agus,
2009)

II.7. Perpindahan Elektron Hibridisasi

Hibridisasi adalah proses dimana orbital atom bergabung


membentuk orbital hibrida yang memiliki tingkat energi yang
sama.Orbital – orbital ini kemudian berinteraksi dengan orbital
atom yang lain untuk membentuk ikatan kimia.

 Hibridisasi sp

Hibridisasi pada BeCl2 sebagai berikut

Diagram orbital untuk elektron valensi Be

Diagram orbital Be untuk elektron tereksitasi

Pada Be terdapat dua orbital yang tersedia untuk ikatan


yaitu 2s dan 2p.Tetapi,jika dua atom Cl bergabung dengan
Be dalam keadaan tereksitasi inj,elektron dari satu atom Cl
akan berpasangan dengan elektron 2s dan elektron dari satu
atom Cl yang lain akan berpasangan dengan elektron
2p.Dalam molekul BeCl2 yang sebenarnya,kedua ikatan
BeCl setara.Jadi orbital 2s dan 2p harus berhibridisasi
dahulu,untuk membentuk dua orbital sp yang setara.

Diagram orbital Be terhibridisasi

 Hibridisasi sp2
Hibridisasi pada BF3 sebagai berikut
Diagram orbital B adalah
Diagram orbital B tereksitasi
Pencampuran orbital 2s dan dua orbital 2p menghasilkan
tiga orbital hibrida sp2

Ketiga orbital sp2 ini terletak pada bidang yang sama ,dan
membentuk sudut 120° antara satu dengan yang
lainnya.Setiap ikatan BF terbentuk dari tumpang tindih
orbital hibrida sp2 boron dan orbital 2p fluorin.

 Hibridisasi sp3
Molekul CH4 memiliki bentuk molekul tetrahedral
Diagram orbital C adalah
Diagram orbital C tereksitasi

Pencampuran orbital 2s dan tiga orbital 2p menghasilkan


empat orbital hibrida sp3

 Hibridisasi sp3d
Molekul PCl5 memiliki bentuk molekul bipiramida trigonal
Diagram orbital P adalah
Diagram orbital P tereksitasi

Pencampuran orbital 2s dan tiga orbital 2p dan satu orbital


3d menghasilkan lima orbital hibrida sp3d

Lima elektron yang tidak berpasangan pada orbital sp3d


akan berpasangan dengan elektron dan atom Cl.
 Hibridisasi sp3d2
Molekul SF6 memiliki bentuk molekul oktahedral

Diagram orbital S adalah


Diagram orbital P terhibridasi tereksitasi

Pencampuran orbital 2s dan tiga orbital 2p dan dua orbital


3d menghasilkan lima orbital hibrida sp3d2

Enam elektron yang tidak berpasangan pada orbital sp3d2


akan berpasangan dengan elektron dari atom F

(Nasirudin dkk., 2016)

II.8. Ikatan Ionik dan Ikatan Kovalen


Ikatan ionik merupakan ikatan yang terjadi ketika adanya
transfer elektron antara atom logam dan atom nonlogam
sehingga membentuk ion positif atau kation dan ion negatif
atau anion.Kedua ion saling tarik menarik hingga
menurunkan energi potensial dan terbentuk ikatan.
(Sholeh dkk., 2022)

Ikatan kovalen terbentuk ketika atom non logam berikatan


dengan atom non logam lainnya dengan pasangan elektron
yang digunakan bersama antara dua atom untuk berikatan.
(Sholeh dkk., 2022)

II.9. Kepolaran
Kelarutan suatu senyawa ditentukan oleh kepolarannya.Hal
ini sesuai dengan prinsip kelarutan (like dissolve like) yakni
pelarut polar akan melarutkan senyawa polar,demikian juga
sebaliknya pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa
nonpolar.(Arsa dan Achmad, 2020)

II.10. Macam – macam Pelarut


Secara umum, pelarut diklasifikasikan berdasarkan
kepolarannya, yang diindikasikan oleh konstanta dielektriknya.
II.10.1. Polar
Ikatan antar atom pada pelarut polar memiliki
elektronegativitas yang sangat berbeda serta memiliki momen
dipol yang besar, seperti H-O. Pelarut polar mampu terlarut
pada air. Pelarut polar terbagi atas pelarut polar protik dan
polar aprotik.
1) Pelarut polar protik
Pelarut protik polar dapat mengikat hidrogen sebab
mengandung setidaknya satu atom hidrogen yang berikatan
langsung dengan atom elektronegatif (contoh ikatan N-H
atau O-H). Pelarut ini cenderung memiliki konstanta
dielektrik serta momen dipol yang besar. Contohnya yaitu
air, asam asetat, etanol, amonia, dan sebagainya.
2) Pelarut polar aprotic
A berarti “tanpa” serta protik mengacu pada “proton
atau atom hidrogen”, sehingga pelarut aprotik polar dapat
diartikan sebagai pelarut yang atom hidrogennya tak
berikatan langsung ke atom elektronegatif dan tak dapat
mengikat hidrogen. Contohnya yaitu DMF, aseton,
asetonitril, dan sebagainya.
II.10.2. Non Polar
Ikatan antar atom pada pelarut non polar memiliki
elektronegativitas yang tidak terlalu berbeda ataupun sama
(contoh C-H), memiliki konstansta dielektrik yang rendah (<5)
serta bersifat hidrofobik. Contohnya yaitu heksana, benzena,
kloroform, dietil eter, dan sebagainya.
(Mondal, 2020)

II.11. Padatan Ionik


Padatan ionik ialah zat padat yang mana antar atomnya terikat
dengan gaya tarik-menarik antara anion dan kation. Contohnya
seperti MgO serta NaCl. Keberadaan kation dan anion pada kisi
kristal dapat mempengaruhi perbedaan sifat senyawa ionik
dengan kovalen. Beberapa karakteristik senyawa ionik yaitu:

 Stereokimia. Ikatan ionik sangat kuat dan terarah ke segala


arah. Kekuatan ionik mampu menembus ke seluruh ruangan
dan sama-sama kuat ke segala arah.
 Titik leleh dan titik didih. Karena kekuatan interaksi kation-
anionnya dan dapat menembus kisi kristal, senyawa ionik
memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi, serta
memiliki kalor pembentukan dan kalor penguapan tinggi.
Dalam kristal NaCl, setiap ion Na+ dikelilingi oleh enam
ion Cl- dan setiap ion Cl- dikelilingi oleh enam ion Na+.
Susunan ini menyebar pada kisi kristal, akibatnya kekuatan
daya tariknya sangat kuat menembus kristal.
 Kekerasan. Gaya tarik elektrostatik multivalen dalam
kristal ionik membuat kristal menjadi keras. Kekerasan
meningkat dengan menurunnya jarak antarion dan
meningkatnya muatan ion. Ion- ion dengan susunan
konfigurasi elektron kulit terluar mirip gas mulia yang inert
(ion dengan 8 elektron valensi) membuat kristal menjadi
lebih keras dibandingkan ion-ion dengan konfigurasi
elektron kulit terluar mirip gas pseudoinert (18 elektron).
 Kerapuhan. Jika tersedia cukup energi yang diberikan pada
lapisan kristal dari sebuah sel unit, maka gaya tarik-
menarik berubah menjadi gaya tolak- menolak antara
anion-anion dan tolak-menolak kation-kation dan kristal
menjadi rapuh. Kristal ionik, meskipun keras, rapuh dan
mudah menjadi butiran dan serbuk kecil dengan hanya
dipukul dengan palu.
 Kelarutan. Senyawa ion dapat larut dalam larutan polar
dengan konstanta dielektrikum tinggi karena menurunnya
gaya antar ion dalam medium yang mempunyai dielektrik
sekaligus karena terjadinya gaya tarik (interaksi) dipol
antara ion dengan pelarut. Kedua hal ini memberikan energi
untuk memecahkan kisi ionic.
 Konduktansi. Dalam keadaan padat, senyawa ionik
mempunyai sifat penghantar yang sangat rendah, karena
posisi ion-ion yang rapat dalam kisi kristalnya. Beberapa
padatan seperti MAg4I5 (M = K, NH4, dan Rb)
mempunyai konduktivitas yang sama seperti ion-ion dalam
larutannya, karena faktor mobilitas Ag+ yang tinggi dalam
suatu kisi kristal yang khas. Dalam keadaan cair dan dalam
larutan, senyawa ionik dapat menghantar listrik karena
faktor pembentukan ion bebas yang sangat mobil (bebas
bergerak) yang dapat berpindah tempat dalam medan listrik
sehingga dapat membawa muatan listrik.

(Mudzakir, 2000)

II.12. Gaya Intermolekular


Gaya antarmolekul adalah gaya elektromagnetik yang
terjadi antara molekul-molekul atau antara bagian yang
terpisah jauh dari suatu makromolekul.Secara umum,gaya
intermolekul terdiri dari gaya dipol-dipol,dipol-
semidipol,dan gaya dispersi atau yang dikenal dengan gaya
van der waals.(Rahayu dkk, 2015)

II.13. Analisa Bahan


II.13.1. Aquadest
a. Sifat Fisik
- berbentuk cair
- titik lebur 0 oC
- titik didih 100 oC
- densitas 1,00 g/cm3 pada 20 oC
(MSDS, 2021b).
b. Sifat Kimia
- pH netral pada 20 oC
- tidak mudah meleda
- tidak korosif
- stabil dibawah kondisi suhu kamar
(MSDS, 2021b).

II.13.2. Etanol
a. Sifat Fisik
- Berbentuk cair
- Tidak berwarna
- Berbau seperti alkohol
- Titik lebur -144 oC pada 1.013,25 hPa
- Densitas 0,790-0,793 g/cm3
(MSDS, 2022)

b. Sifat Kimia
- pH 7,0 pada 10g/l pada 20oC
- Uap dapat membentuk campuran mudah-
meledak dengan udara
(MSDS, 2022)
II.13.3. Kloroform
a. Sifat Fisik
- Bentuk Cair
- Tidak berwarna
- Bau manis
- Titik didih 60,5-61,5 oC
- Densitas 1,492 g/mL pada 25 °C
(Msds, 2021)
b. Sifat Kimia
- Stabil pada kondisi penyimpanan yang
disarankan
- Tidak diklasifikasikan sebagai mudah
meledak
- Dapat didistilasi dalam kondisi tidak terurai
(undecomposed) pada tekanan normal
(Msds, 2021)

II.13.4. HCl 2N
a. Sifat Fisik
- Bentuk Cair
- Titik lebur kira-kira -32 °C
- Titik didih/rentang didih 121 °C pada 1.013
hPa
- Densitas kira-kira1,03 g/cm3 pada 20 °C

(MSDS,
2019a)

b. Sifat Kimia
- pH < 1 pada 20 °C
- Dapat korosif terhadap logam
- Menghasilkan gas atau uap yang berbahaya
jika mengalami kontak dengan: Logam
(MSDS,
2019a)

II.13.5. Ammonium Hidroksida


a. Sifat Fisik
- Bentuk cair
- tidak berwarna
- Bau pedih
- Titik lebur -57,5 °C
- Titik didih/rentang didih 37,7 °C

(MSDS, 2021a)

b. Sifat Kimia
- pH pada 20 °C alkali kuat
- Dapat korosif terhadap logam
- Larutan Amonia tidak mudah terbakar, tetapi
dapat membentuk campuran amonia/udara
yang dapat terbakar dengan penggasan.
(MSDS, 2021a)

II.13.6. NiCl2
a. Sifat Fisik
- Bentuk padat
- Warna hijau
- Tak berbau
- Densitas 1,92 g/cm³
(MSDS, 2017)
b. Sifat Kimia
- Melepaskan air kristal jika dipanaskan
- pH kira-kira 4,9 pada 100 g/l 20 °C
- Reaksi yang hebat dapat terjadi dengan :
Logam basa
(MSDS, 2017)
II.13.7. CaCl2
a. Sifat Fisik
- Bentuk padat
- Warna putih
- Densitas 2,15 g/cm3 pada 20 °C

(SmartLab, 2019)

b. Sifat Kimia
- pH kira-kira 8 - 10 pada 100 g/l 20 °C
- tidak mudah terbakar
- proses disolusi exothermic dengan air
(SmartLab, 2019)
II.13.8. NaCl
a. Sifat Fisik
- Bentuk padat
- Warna putih
- Titik didih 1.461 °C pada 1.013 hPa
- Titik lebur 801 °C
(MSDS, 2019b)
b. Sifat Kimia
- pH 4,5 - 7,0 pada 100 g/l 20 °C
- Beresiko meledak: Logam basa
- Reaksi eksotermik dengan : Litium
(MSDS, 2019b)
III. Metodelogi Percobaan
III.1. Alat dan Bahan
1. Alat
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Neraca analitik
 Cawan gelas
 Stopwatch
 Batang pengaduk
2. Bahan
 Aquadest
 Etanol
 Kloroform
 HCl 2N
 Ammonium Hidroksida
 NiCl2
 CaCl2
 Nacl
III.2. Gambar Alat

Rak tabung reaksi

Tabung reaksi
Cawan gelas

Neraca analitik

Stopwatch Batang pengaduk


III.3. Skema Kerja

10 mL Aquadest 10 mL HCl 10 mL Etanol 10 mL NH4OH 10 mL CHCl3


Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi

- Penambahan 0,25 gram NiCl2

- Penggojogan

- Pengamatan

- Pencatatan waktu saat seluruh padatannya melarut

Hasil

10 mL Aquadest 10 mL HCl 10 mL Etanol 10 mL NH4OH 10 mL CHCl3


Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi

- Penambahan 0,25 gram CaCl2


- Penggojogan
- Pengamatan
- Pencatatan waktu saat seluruh padatannya
melarut

Hasil

10 mL Aquadest 10 mL HCl 10 mL Etanol 10 mL NH4OH 10 mL CHCl3


Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi

- Penambahan 0,25 gram CaCl2

- Penggojogan

- Pengamatan

- Pencatatan waktu saat seluruh padatannya melarut

Hasil
IV. Hipotesis

Pada praktikum ini telah dilakukan percobaan dengan judul yaitu


Percobaan V “Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut” yang
bertujuan untuk menentukan secara kualitatif kelarutan zat padat di dalam
berbagai pelarut.Prinsip pada percobaan ini yaitu prinsip perbedaan larutan
dimana suatu senayawa hanya dapat larut pada senyawa yang memiliki
sifat kepolaran yang sama berdasarkan prinsip “like dissolve like” dengan
menggunakan metode yakni melarutkan zat terlarut dengan berbagai jenis
pelarut dan dilakukan pengadukan dengan rentang waktu tertentu sehingga
dapat dibandingkan tingkat kelarutan dari berbagai zat terlarut dalam
berbagai jenis pelarut.Maka, dari prinsip yang digunakan senyawa polar
seperti NaCl,CaCl2,NiCl2 dapat larut dalam pelarut yang polar juga seperti
aquades, amonium hidroksida dan asam klorida. Sedangkan pada senyawa
yang semi polar seperti kloroform, ethanol dan padatan NaCl,CaCl2,NiCl2
kurang larut karena tidak bersesuaian dengan prinsip “like dissolve like.”
V. Data Pengamatan

Zat terlarut
NaCl CaCl2 NiCl2
Pelarut

Larut (48,25 s)
Larut (21 s); Larut (40s) ;
Aquadest ; menjadi
Bening hijau kebiruan
keruh
Larut (2m 12s)
Larut sebagian ;
HCl ; kuning Larut ; berasap
kuning
bening
Larut (26s) ;
Tidak larut ; Larut (3m 9s) ; berwarna ungu ;
NH4OH
keruh keruh berbau
menyengat

Larut sebagian
Larut sebagian
(2m 4s) ; bening Larut (1m 58s) ;
Etanol (2m 12s) ;
dan menyisakan hijau bening
agak keruh
endapan

Tidak larut ; Tidak larut ; larut ;


padatan bening dan menyisakan
Kloroform
menempel di menyisakan endapan hijau
dinding endapan putih bening
VI. Pembahasan

Pada praktikum ini telah dilakukan percobaan dengan judul yaitu


Percobaan V “Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut” yang
bertujuan untuk menentukan secara kualitatif kelarutan zat padat di dalam
berbagai pelarut.Prinsip pada percobaan ini yaitu prinsip perbedaan larutan
dimana suatu senyawa hanya dapat larut pada senyawa yang memiliki sifat
kepolaran yang sama berdasarkan prinsip “like dissolve like” .Prinsip like
dissolve like yaitu senyawa polar akan larut dalam senyawa polar dan
senyawa nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar.(Mariana, 2018).
Berdasarkan prinsip ini, dapat diamati reaksi pelarutan senyawa dalam
berbagai pelarut dengan polaritas berbeda.Metode yang digunakan dalam
percobaan ini adalah melarutkan zat terlarut (solute) pada berbagai jenis
pelarut dan dilakukan pengadukan dalam rentang waktu tertentu sehingga
dapat dibandingkan tingkat kelarutan dari beberapa zat terlarut dalam
berbagai jenis pelarut.Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
pelarut dan zat terlarut. Pelarut yang digunakan adalah aquadest, etanol,
kloroform, HCl, dan NH4OH. Zat terlarut yang digunakan antara lain
NaCl, CaCl2, dan NiCl2. Ketiga zat terlarut ini bersifat higroskopis. Tujuan
penggunaan pelarut dan zat terlarut yang berbeda adalah untuk mengetahui
perbedaan kemampuan larut suatu senyawa. Adapun beberapa perlakuan
yang dilakukan sebagai berikut :

VI.1.Pelarut Aquadest

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelarutan NaCl,


CaCl2, dan NiCl2 sebagai zat terlarut dalam pelarut air suling secara
kualitatif. Aquades (H2O) merupakan molekul yang bersifat polar karena
terjadi polarisasi antara muatan negatif (-) dan muatan positif (+) yang
disebut dengan dipol (bi-pole). Padatan ionik (kristal) yang terlarut akan
mengalami interaksi dipol. Jika ion dipol lebih besar dari gaya ikat padatan
ionik, maka padatan ionik akan larut dan membentuk sistem ion terhidrasi.
Molekul air memiliki struktur non linier dengan sudut 104,5oC. Molekul
air ini mempunyai nilai konstanta dielektrik 81,3 pada 288 K dan
mempunyai momen dipol 1,84.(Tominik dan Haiti, 2020).

Langkah awal yang perlu dilakukan dalam percobaan ini yakni


menyiapkan pelarut berupa aquades yang ditempatkan pada tiga tabung
reaksi berbeda dikarenakan akan menguji kelarutan dari tiga zat terlarut
yang berbeda yaitu NaCl,CaCl2,NiCl2.Setelah itu masukan
NaCl,CaCl2,NiCl2 masing – masing ke dalam tabung reaksi yang berisi
aquades.Lakukan penggojogan supaya reaksi dapat berlangsung lebih
cepat antara pelarut aquades dan zat terlarutnya. Penggojogan ini dapat
mempercepat reaksi karena pada saat dilakukan penggojogan akan terjadi
tumbukan antara partikel zat terlarut dan pelarut dalam jumlah besar.
Tumbukan banyak partikel tersebut akan menyebabkan reaksi terjadi
dengan cepat. Langkah selanjutnya adalah mencatat waktu yang tepat
ketika zat terlarut dimasukkan ke dalam pelarut dan digojog.

VI.1.1. Pelarutan NaCl dengan Aquades

Pada pelarut aquades, padatan NaCl larut karena terjadi interaksi


ion dipol yang lebih kuat dari energi ikatnya dan perbandingan
momen dipol antara keduanya jauh, sehingga molekul NaCl akan
lebih mudah berikatan dengan H 2O, dimana NaCl akan menjadi
lebih kuat. terdispersi secara homogen oleh H2O. Ion NaCl yang
pecah dikelilingi oleh ion pelarut yang mempunyai muatan
berlawanan dimana ionisasi NaCl adalah Na + dan Cl-. Selain itu
NaCl memiliki kelarutan yang lebih tinggi dalam air suling yang
memiliki konstanta dielektrik yang lebih tinggi dan NaCl memiliki
energi kisi yang rendah sehingga membuat NaCl lebih mudah larut.
(Umarni dkk., 2017).Berikut reaksi yang terjadi dalam pelarutan
NaCl dengan pelarut H2O :

2 NaCl+2 H ₂ O→ 2 NaOH +Cl ₂+ H ₂

(Umarni dkk., 2017)


Adapun reaksi ionisasi dari NaCl akibat dilarutkan dalam aquades:

(Umarni dkk., 2017)

Dari percobaan diperoleh waktu yang dibutuhkan untuk


melarutkan NaCl dalam aquades sebanyak 21 detik dengan kondisi
larutan tetap bening

Begitu pula NiCl2 dan CaCl2 juga merupakan padatan ionik yang
mempunyai polaritas yang sama, sehingga mampu larut dalam air.

VI.1.2. Pelarutan CaCl2 dengan Aquades

Melarutkan CaCl2 membutuhkan waktu yang lebih singkat


dibandingkan NaCl karena ikatan ion CaCl2 tidak sekuat NaCl,
oleh karena itu air suling lebih mudah memutus ikatan antar CaCl2.
Selain itu, CaCl2 memiliki energi kisi yang rendah sehingga
memudahkan penguraian ion-ion dalam air suling dan melarutkan
CaCl2. Alasan lain waktu kelarutan CaCl2 lebih kecil dari NaCl
adalah karena kelarutan CaCl2 lebih besar dari NaCl yaitu 745 g/L
sedangkan NaCl 360 g/L(Dan dkk., 2023)

Sifat CaCl2 dan air suling yang polar menyebabkan nilai


keelektronegatifan yang besar sehingga dihasilkan momen dipol
sehingga menimbulkan kutub listrik permanen. Reaksi pada
percobaan ini adalah sebagai berikut:

CaCl₂+2H₂O→Ca(OH)₂+2HCl

(Vershinin dkk., 2021)


(Vershinin dkk., 2021)

Dari percobaan yang dilakukan, waktu pelarutan CaCl2 adalah


48,25 detik disertai perubahan warna larutan berwarna putih keruh.
Dapat disimpulkan bahwa CaCl2 larut sempurna dengan aqudes
karena sifat keduanya yang mirip yaitu sama-sama polar.

VI.1.3. Pelarutan NiCl dengan Aquades

Dari percobaan yang dilakukan, waktu pelarutan NiCl2


dalam aquades adalah 40 detik dengan warna larutan menjadi hijau
kebiruan. Warna hijau larutan pada percobaan ini disebabkan oleh
warna NiCl2 itu sendiri yaitu hijau. Diantara ketiga zat terlarut yang
dilarutkan pada percobaan ini, zat terlarut NiCl2 lebih mudah larut
dibandingkan NaCl dan CaCl2 karena nilai kelarutan NiCl2 lebih
besar dibandingkan dengan NaCl dan CaCl2.(Handayani dkk.,
2018)Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:

NiCl ₂+ H ₂O →∋ ( OH ) ₂+ HCl

(Wanta dkk., 2019)

(Wanta dkk., 2019)

Dapat disimpulkan bahwa kelarutan dalam aquadest, NiCl 2


lebih besar dibanndingkan dengan CaCl2 maupun NaCl. Urutan
tersebut sebagai berikut NaCl < CaCl2 < NiCl2.
VI.2. Pelarut Etanol

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat


kelarutan dari beberapa zat terlarut NaCl, CaCl2, dan NiCl2 terhadap
etanol.Etanol merupakan pelarut semipolar, karena mempunyai
kepolaran seperti air namun lebih rendah dari air serta mempunyai
gugus alkil yang bersifat nonpolar. Etanol cukup baik digunakan
sebagai pelarut meskipun konstanta dielektriknya rendah yaitu 25.
(Hakim dan Saputri, 2020). Langkah-langkah yang dilakukan pada
percobaan ini adalah memasukkan etanol ke dalam 3 tabung reaksi
yang berbeda dilanjutkan dengan menambahkan tiga zat terlarut pada
masing-masing tabung reaksi dilanjutkan dengan penggojogan.
Penggojogan dilakukan untuk mempercepat reaksi akibat tumbukan
antara partikel etanol dengan zat terlarut. Tahap terakhir adalah
pencatatan. dengan penurunan energi solvasi ion. Seperti juga air,
autoionisasi pada etanol dapat terjadi pada reaksi:

+
ROH + ROH ROH 2 + RO-

(Juwita, 2017)

Reaksi yang terjadi :

+
NaCl (s) Na (aq) + HCl (aq)

2+
CaCl2 (s) Ca (aq) + 2Cl- (aq)

2+
NiCl2 (s) Ni (aq) + 2HCl (aq)

(Juwita, 2017)

Adanya gugus alkil non polar pada etanol mempengaruhi kelarutan


dari padatan NaCl, NiCL2, dan CaCl2. Berikut perlakuan kelarutan
dari beberapa zat terlarut sebagai berikut :
VI.2.1. Pelarutan NaCl dengan Etanol

Dari percobaan yang dilakukan, NaCl hanya larut sebagian


dalam air. Hal ini karena kekuatan ionik NaCl sangat kuat.
Kekuatan ionik ini berarti etanol dengan tingkat polaritas yang
lemah tidak dapat memutuskan ikatan tersebut secara sempurna
sehingga etanol hanya larut sebagian. Alasan lain mengapa NaCl
tidak larut dalam etanol adalah karena nilai konstanta dielektrik
etanol adalah 25 yang menunjukkan kurangnya kemampuan etanol
dalam menarik ion dari NaCl sehingga tidak menimbulkan interaksi
dipol dan tidak cukup energi untuk memecah kisi energi dalam
NaCl.Reaksinya yaitu:

+
NaCl (s) Na (aq) + HCl (aq)

(Juwita, 2017)

Hasil dari pengamatan yaitu waktu yang dibutuhkan selama 2


menit 4 detik dimana larutan masih berwarna bening dan disertai
endapan.

VI.2.2. Pelarutan CaCl2 dengan Etanol

Dari percobaan yang dilakukan diketahui bahwa CaCl2


dilarutkan dalam etanol dalam waktu 2 menit 12 detik dengan
larutan berwarna keruh. Hal ini disebabkan kesamaan sifat polaritas
pelarut etanol. Selain itu pada CaCl2 ikatan ioniknya tidak terlalu
kuat dibandingkan dengan NaCl sehingga kekuatan polar etanol
mudah memutus ikatan ion CaCl2. Reaksi yang terjadi dari proses
pelarutan ini adalah sebagai berikut:

2+
CaCl2 (s) Ca (aq) + 2Cl- (aq)

(Juwita, 2017)

VI.2.3. Pelarutan NiCl2 dengan Etanol


Dari percobaan yang dilakukan, waktu pelarutan NiCl2
adalah 1 menit 58 detik dengan warna larutan hijau bening. Warna
hijau pada larutan terbentuk karena warna asli senyawa NiCl 2. Sifat
polar NiCl2 dan etanol yang serupa membuat NiCl2 larut. Selain itu,
kekuatan ionik NiCl2 juga tidak terlalu kuat sehingga energi kisi
yang dihasilkan lebih rendah dan etanol lebih mudah memutus
ikatan ionik. Berikut reaksi pelarutan NiCl 2 dalam etanol sebagai
berikut:

2+
NiCl2 (s) Ni (aq) + 2HCl (aq)

(Juwita, 2017)

Hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah NaCl dan CaCl 2
larut sebagian dalam etanol, sedangkan NiCl2 dapat larut dalam etanol.
Dengan waktu NiCl2 1 menit 58 detik larutan berwarna hijau bening,
CaCl2 dengan waktu 2 menit 12 detik larutan keruh, NaCl 2 menit 4
detik larutan bening dan menyisakan endapan. Perubahan warna
larutan setelah penambahan NiCl2 disebabkan oleh terbentuknya
reaksi kompleks. Jadi tingkat kelarutan NaCl, CaCl2 dan NiCl2 dalam
pelarut etanol adalah: NiCl2 > CaCl2 > NaCl.

VI.3. Pelarut Kloroform

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan zat terlarut


NaCl, NiCl2, dan CaCl2 secara kualitatif. Kloroform merupakan pelarut
yang sangat reaktif dan juga mudah menguap. Kloroform mempunyai
nilai konstanta dielektrik sebesar 5,10 dan momen dipol sebesar 1,10
Kloroform merupakan pelarut semipolar namun tidak dapat melarutkan
CaCl2 dan NaCl, hal ini dikarenakan kloroform tidak dapat melarutkan
spesi ionik melainkan hanya untuk senyawa yang mempunyai ikatan
kovalen, sedangkan NaCl dan CaCl2 merupakan senyawa ionik sehingga
tidak dapat diikat oleh kloroform dan kloroform tidak dapat
memutuskannya. Ikatan NaCl dan CaCl2 yang menyebabkan zat terlarut
tidak larut. Sedangkan NiCl2 dapat larut walaupun hanya sedikit dan
dalam waktu yang lama. Dapat disimpulkan bahwa kloroform merupakan
pelarut yang buruk terhadap padatan garam, karena tidak dapat
melarutkan NaCl dan CaCl2. (Mariana, 2018).Reaksinya :

2+
NiCl2 + CHCl3 Ni + 2CHCl

NaCl + CHCl3

CaCl2 + CHCl3

(hidayat fahrul, 2023)

Langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan 10 mL


kloroform ke dalam 3 tabung reaksi, kemudian ditambahkan padatan
NaCl, CaCl2 dan NiCl2 sebanyak 0,25 gr. Kemudian pengadukan selesai.
Pengadukan disini berfungsi untuk menimbulkan tumbukan antar partikel
sehingga reaksi yang terjadi dapat berlangsung dengan cepat. Setelah itu
dilakukan observasi dan pencatatan waktu. Waktu di sini digunakan
sebagai pembanding.

VI.3.1. Pelarutan NaCl dengan Kloroform

Pada percobaan ini diketahui bahwa NaCl dalam kloroform


tidak larut.Terbentuk padatan yang menempel pada dinding.Hal ini
dikarenakan NaCl merupakan senyawa ionik sehingga tidak dapat
dilarutkan oleh kloroform yang merupakan pelarut senyawa ikatan
kovalen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

NaCl + CHCl3

(hidayat fahrul, 2023)

VI.3.2. Pelarutan CaCl2 dengan Kloroform

Pada percobaan ini ditemukan bahwa CaCl2 dalam


kloroform tidak larut.Menyisakan endapan putih. Hal ini
dikarenakan CaCl2 merupakan senyawa ionik sehingga tidak dapat
dilarutkan oleh kloroform yang merupakan pelarut senyawa ikatan
kovalen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

CaCl2 + CHCl3

(hidayat fahrul, 2023)

VI.3.3. Pelarutan NiCl2 dengan Kloroform


Pada percobaan ini diketahui bahwa dalam waktu 1 menit 8
detik .NiCl2 membentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna hijau
dan lapisan bawah bening. Hal ini terjadi karena pada percobaan
teknis digunakan kloroform yang mengandung air. Jadi NiCl2 yang
bersifat polar dapat terionisasi membentuk lapisan hijau berupa ion
Ni2+ dan larutan bening menunjukkan warna kloroform. Dapat
disimpulkan bahwa NiCl2 tidak dapat dilarutkan dalam kloroform.
Reaksinya adalah sebagai berikut

2+
NiCl2 + CHCl3 Ni + 2CHCl

(hidayat fahrul, 2023)

VI.4. Pelarut HCl


Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan tingkat kelarutan 3
zat terlarut. Langkah percobaan yang dilakukan sama dengan percobaan
sebelumnya. HCl merupakan pelarut polar sehingga mampu melarutkan
zat terlarut polar seperti NaCl, CaCl2, dan NiCl2. HCl dapat melarutkan
padatan ionik karena HCl merupakan pelarut protonik yang hampir
sama dengan udara, yaitu sangat baik dalam melarutkan zat terlarut
ionik meskipun konstanta dielektriknya lebih rendah dibandingkan H2O
(udara). Jika konstanta dielektriknya tinggi maka kelarutan zat tersebut
juga tinggi. Hubungan konstanta dielektrik dengan kelarutan adalah
semakin tinggi konstanta dielektrik maka kelarutan suatu zat akan
semakin besar, begitu pula sebaliknya. Senyawa yang mempunyai
konstanta dielektrik yang tinggi akan lebih mudah melarutkan zat yang
mempunyai konstanta dielektrik yang hampir sama. Hal ini
menyebabkan pelarut polar lebih mudah larut dalam zat polar dan ionik
yang mempunyai konstanta dielektrik tinggi.
Reaksi yang terjadi pada setiap zat terlarut:
NaCl(s) + H+(aq) Na +
(aq) + HCl(aq)
CaCl2(s) + 2H+(aq) Ca 2+
(aq) + 2HCl(aq)

NiCl2(s) + 2H+(aq) Ni 2+
(aq) + 2HCl(aq)

(Ade dkk., 2016)


VI.4.1 Pelarutan NaCl dengan HCl
Sesuai dengan sifat dari pelarut HCl yakni bersifat protonic yang
mana mempu melarutkan senyawa ionik, dapat disimpula bahwa NaCl
dapat larut dalam aquadest. Akan tetapi pelarutan NaCl berlangsung lebih
lama dibandingkan dengan pelarutan zat terlarut yang lain. Hal ini
disebabkan karena kekuatan ionik dari NaCl sangat kuat dan nilai
kelarutan yang dimilikinya lebih kecil dibandingkan dengan CaCl 2 dan
NiCl2 sehingga waktu kelarutan yang dibutuhkan selama 35 detik. Adapun
reaksi yang terjadi

NaCl + H+ Na+ + HCl

(Ade dkk., 2016)


VI.4.2 Pelarutan CaCl2 dengan HCl
Sesuai dengan sifat dari pelarut HCl yakni bersifat protonic yang
mana mempu melarutkan senyawa ionik, dapat disimpula bahwa CaCl 2
dapat larut dalam aquadest. Waktu pelarutan CaCl 2 lebih cepat
dibandingkan dengan NaCl dikarenakan tingkat kelarutan CaCl 2 lebih
tinggi serta kekuatan ikatan ioniknya tidak sekuat NaCl. Adapun reaksi
yang terjadi sebagai berikut

CaCl2 + H+ Na+ + HCl

(Ade dkk., 2016)

VI.4.3 Pelarutan NiCl2 dengan HCl


Sesuai dengan sifat dari pelarut HCl yakni bersifat protonic yang
mana mempu melarutkan senyawa ionik, dapat disimpula bahwa NiCl 2
dapat larut dalam aquadest. Waktu pelarutan NiCl 2 lebih cepat
dibandingkan dengan CaCl2 dikarenakan tingkat kelarutan NiCl2 lebih
tinggi serta kekuatan ikatan ioniknya tidak sekuat CaCl 2. Adapun reaksi
yang terjadi sebagai berikut
NiCl2 + 2H+ Ni2+ + 2HCl

(Ade dkk., 2016)

Sehingga dari percobaan yang dilakukan urutan kelarutan sebagai


berikut NaCl < CaCl2 < NiCl2.

VI. Pelarut NH4OH

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kelarutan dari beberapa zat


padat secara kualitatif. Larutan NH4OH merupakan larutan NH3 dalam
air, tergolong solvent yang baik untuk senyawa ionik. NH 4OH
memiliki sifat basa lemah, polar, memiliki konstanta dielektrikum 22
pada 239 K dan momen dipol 1,46 (Sriyanti, 2002). Reaksi yang
terjadi dalam pelarut ialah:

NiCl2(s) + 6NH4 OH [Ni(NH ) ]Cl2 biru + 6H2O


3 6

CaCl2(s) + 2NH4 OH Ca(OH) 2 + 2NH4Cl

NaCl(s) + NH4OH NaOH + NH 4Cl

(Vershinin dkk., 2021)

VI.5.1 Pelarutan NaCl dengan NH4OH


Dari percobaan ini dihasilkan NaCl yang tidak larut dalam
NH4OH.Dengan perhitungan waktu selama 1 menit 37 detik. NaCl dalam
NH4OH dapat larut disebabkan kesamaan jenis sifat dari keduanya yakni
sesama polar. Selain itu NH4OH reaktif terhadap garam itulah yang
menyebabkan NaCl larut dalam NH4OH. Adapun reaksi yang terjadi dalam
percobaan ini sebagai berikut

NaCl(s)+ NH4OH NaOH + NH4Cl

(Vershinin dkk., 2021)

VI.5.2 Pelarutan CaCl2 dengan NH4OH


Dari percobaan ini dihasilkan CaCl2yang larut dalam NH4OH selama 3
menit 9 detik. CaCl2 dalam NH4OH dapat larut disebabkan kesamaan jenis
sifat dari keduanya yakni sesama polar. Selain itu NH 4OH reaktif terhadap
garam itulah yang menyebabkan CaCl2 larut dalam NH4OH. Adapun reaksi
yang terjadi dalam percobaan ini sebagai berikut
CaCl2(s) + 2NH4OH Ca(OH)2 + 2NH4Cl

(Vershinin dkk., 2021)

VI.5.3

Pelarutan NiCl2 dengan NH4OH


Pelarutan NiCl2 dalam NH4OH terjadi dalam waktu yang lebih cepat
dibandingkan pelarutan CaCl2 dan NaCl yakni selama 26 detik. Hal ini
dikarenakan NiCl2 memiliki kekuatan ion yang lebih lemah dibandingkan
keduanya sehingga lebih mudah larut dibandingkan kedua zat padat
lainnya. Warna dari kelarutan NiCl2 dalam NH4OH ialah berwarna ungu.
Perubahan warna ungu disebabkan adanya reaksi penggaraman kompleks
yakni ion atau molekul kompleks yang terdapat ion pusat dan ligan terikat
pada atom pusat. Penggaraman tersebut terjadi pada Ni yang memiliki
orbital kosong sehingga dapat menerima elektron dari ammonia melelaui
kovalen koordinasi dengan meknisme sebagai berikut
Dapat disimpulkan pada pelarut NH4OH urutan kelarutan NaCl <
CaCl2 < NiCl2.
VII. Penutup
VII.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil dari percobaan pelarutan berbagai
padatan ke dalam pelarut yang berbeda, dapat disimpulkan
bahwa kelarutan padatan NiCl2 > CaCl2 > NaCl, hasil ini
sesuai dengan kelarutan masing – masing padatan pada
literatur, yaitu NaCl sebesar 358 g/l pada 20 °C, CaCl2
sebesar 740 g/l pada 20 °C, dan NiCl2 sebesar 2.540 g/l
pada 20 °C. Serta dibuktikan dengan hasil durasi
melarutkan NiCl2 lebih cepat dibanding CaCl2, dan NaCl
cenderung tidak melarut dalam pelarut – pelarut yang ada.
Kelarutan juga dikaitkan dengan prinsip like dissolve like,
yang mana pelarut polar akan melarutkan senyawa polar,
dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar.
VII.2. Saran
1. Karena menggunakan pelarut dan padatan yang cukup
beragam, pastikan teliti dalam melakukan percobaan, agar
meminimalisir human error dan mendapatkan hasil yang
akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Ade, D. I. P., Wijaya, M., dan Putri, S. E. 2016. Pengaruh Katalis Asam Klorida
dan Media Natrium Klorida Terhadap Sintetik Polieugenol dari Minyak
Cengkeh ( Syzygium aromaticum ). J. Chem., 17(1), 33–44.
Arsa, A. K., dan Achmad, Z. 2020. EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI
RIMPANG TEMU IRENG (Curcuma aeruginosa Roxb) DENGAN
PELARUT ETANOL DAN N-HEKSANA. J. Teknol. Technoscientia, 13(1),
83–94.
Dan, S., Organoleptik, S., Pisang, P., Musa, M., dan Aa, A. 2023. EFEKTIVITAS
KONSENTRASI KALSIUM KLORIDA ( Cacl2 ) TERHADAP UMUR. 1(1),
9–16.
Hakim, A. R., dan Saputri, R. 2020. Narrative Review: Optimasi Etanol sebagai
Pelarut Senyawa Flavonoid dan Fenolik. J. Surya Med., 6(1), 177–180.
Handayani, I. A., Haris, A., dan Widodo, D. S. 2018. Synthesis of ZnO/NiO Thin
Film on Fluorine-doped Tin Oxide (FTO) by Two Step Electrodeposition as
Photoanode of a Solar Cell. J. Kim. Sains dan Apl., 21(3), 124–130.
hidayat fahrul, D. 2023. PENGARUH SUBSTITUSI NaCl DENGAN KCl, CaCl2
DAN PENAMBAHAN KETUMBAR (Coriandrum sativum L.) TERHADAP
KUALITAS ALBUMEN TELUR ASIN. 31–41.
Juwita, R. 2017. Kimia Dasar 1. Kim. Dasar Teor. dan Latih. Sekol. TINGGI
Kegur. DAN ILMU Pendidik. PGRI SUMATERA BARAT, 1–174.
Kimia, D., dan Fisika, D. 2015. Peningkatan Konduktivitas Litium Besi Fosfat
Melalui Penambahan Polianilina Terdopan Asam Sulfat. J. Mater. dan Energi
Indones., 05(01), 07–00.
Mariana, 2018. 2018. Validasi Metode Penetapan Kuantitatif Metanol dalam Urin
Menggunakan Gas Chromatography-Flame Ionization Detector. Indones. J.
Chem. Sci., 7(3), 277–284.
Msds. 2021. Lembar Data Keselamatan Bahan chloroform. PT. Pertamina, 1907,
1–9.
MSDS. 2017. Material Safety Data Sheet Nickel Chloride Hexahydrate. ACS
Reag. Chem., 1907, 1–11.
MSDS. 2019a. Lembar Data Keselamatan Bahan HYDROCHLORIC ACID 2.0 N
SOLUTION. Smart Lab, 0(1907), 1–6.
MSDS. 2019b. NaCl. Phase Equilibria Bin. Halides, 1907, 316–328.
MSDS. 2021a. Lembar data Keselamatan Bahan Ammonia Solution 25%.
SmartLab, 011, 1–10.
MSDS. 2021b. Lembar Data Keselamatan Bahan Aquades. Phase Equilibria Bin.
Halides, 1907, 3–4.
MSDS. 2022. Lembar Data Keselamatan etanol. 1907, 1–9.
Mudzakir, A. 2000. Struktur Padatan Anorganik. Kim. Anorg. 2, 1–71.
Nasirudin, N., Setiawan, I., dan Yani, A. 2016. Modul Guru Pembelajar
kurikulum. J. Educ., 2016.
Sholeh, M. I., Tindangen;, M., dan Nurhadi. 2022. Analisis Penerapan Analogi
dalam Pembelajaran Kimia. Semin. Nas. Pendidik. Profesi Guru, 105–111.
SmartLab. 2019. Calcium Chloride Anhydrous. Mater. Saf. Data Sheet, 10043-
52–4, 1–6.
Tominik, V. I. T., dan Haiti, M. 2020. LIMBAH AIR AC SEBAGAI PELARUT
MEDIA SABOURAUD DEXTROSE AGAR (SDA) PADA JAMUR
Candida Albicans. Masker Med., 8(1), 15–20.
Umarni, W. U. S., Uhendar, D. E. D. E. S., Ko, D. A. N. E., dan Adisantoso, P. R.
H. 2017. KLORIDA DALAM BEBERAPA MINYAK YANG DIPANASKAN.
4(2).
Vershinin, V., Forkosh, H., Ben-Lulu, M., Libman, A., dan Pappo, D. 2021.
Mechanistic Insights into the FeCl3-Catalyzed Oxidative Cross-Coupling of
Phenols with 2-Aminonaphthalenes. J. Org. Chem., 86(1), 79–90.
Wanta, K. C., Putra, F. D., Susanti, R. F., Gemilar, G. P., Astuti, W., Virdhian, S.,
dan Petrus, H. T. B. M. 2019. Pengaruh Derajat Keasaman (pH) dalam Proses
Presipitasi Hidroksida Selektif Ion Logam dari Larutan Ekstrak Spent
Catalyst. J. Rekayasa Proses, 13(2), 94.
LAMPIRAN
Lampiran Gambar

Gambar pelarutan NaCl,CaCl2,dan NiCl2 dalam pelarut

Anda mungkin juga menyukai