Anda di halaman 1dari 27

KOMPLEKS KOORDINASI BESI

(KALIUM TRIOKSALATOFERRAT (III) )


I. TUJUAN
Untuk dapat menggambarkan sifat kompleks koordinasi dari Fe(III) dalam kalium
trioksalatoferrat (III)
II. TEORI
2.1 Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada
ion logam pusat. Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen
koordinasi antara suatu atom atau ion logam dengan suatu ligan (ion atau molekul
netral). Logam yang dapat membentuk kompleks biasanya merupakan logam transisi,
alkali, atau alkali tanah. Studi pembentukan kompleks menjadi hal yang menarik untuk
dipelajari karena kompleks yang terbentuk dimungkinkan memberi banyak manfaat,
misalnya untuk ekstraksi dan penanganan keracunan logam berat.
Senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-macam.
Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai delapan dengan struktur linear, tetrahedral,
segi empat planar, trigonal bipiramidal dan oktahedral. Setiap senyawa kompleks juga
memiliki sifat magnet yang berbeda, bentuk geometri dan sifat kemagnetan senyawa
kompleks dapat dipelajari dalam teori teori senyawa kompleks [1].
Secara umum teori mengenai senyawa kompleks juga dikemukaan oleh Lewis,
yang dikenal dengan teori asam-basa Lewis. Teori ini melibatkan reaksi antara asam
dengan basa. Menurut Lewis, ion logam berperan sebagai asam (penerima pasangan
elektron) dan ligan sebagai basa (donor pasangan elektron) [2]. Senyawa kompleks dapat
merupakan senyawa kompleks netral seperti [Ni(CO)4] atau senyawa kompleks ionik
seperti [Ag(NH3)]2Cl. Senyawa kompleks ion dapat berbentuk ion positif (kation) atau
ion negatif (anion) [3].
2.2 Teori Ikatan Valensi
Teori ini diawali oleh Alfred Werner yang mengusulkan dua tipe valensi, atau
kemampuan bergabung, untuk ion logam yaitu valensi primer, sekarang dikenal sebagai
oxidation state, adalah muatan positif pada logam yang harus diimbangi oleh muatan dari
anion dan valensi sekunder, sekarang dikenal sebagai coordination number, adalah jumlah
dari ligan yang terikat langsung pada atom pusat. Peran valensi sekunder yang dikenal
Werner diinterpretasikan oleh Lewis sebagai ikatan kovalen koordinat, yaitu ikatan yang
terbentuk dari pasangan elektron yang hanya berasal dari satu pihak saja yaitu pihak
atom donor ligan. Tetapi Sidgwick mempertimbangkan bahwa proses pembentukan
kovalen koordinat sebagai suatu kesempatan bagi ion pusat untuk mencapai konfigurasi
gas mulia yang kemudian dikenal sebagai nomor atom efektif.
Lebih lanjut Linus Pauling (1931) berikutnya mengembangkan teori ikatan valensi
modern untuk senyawa koordinasi, yang kemudian dikenal sebagai VBT, dengan
mengenalkan konsep hibridisasi. Teori ikatan valensi dengan konsep hibridisasi, cukup
baik untuk menjelaskan bentuk geometri molekul maupun sifat magnetik senyawa
kompleks. Contohnya, ion heksa ammin kromium (III), [Cr(NH3)6]3+ digambarkan
dengan teori VBT untuk membentuk kompleks oktahedral. Enam orbital kosong ion Cr 3+
dua orbital 3d, satu 4s, dan tiga 4p yang akan diisi oleh enam molekul NH3 yang memberi
pasangan elekton bebasnya sehingga menghasilkan hibrida d2sp3. Tiga orbital 3d yang
tidak terisi penuh membuat ion kompleks paramagnetik [4].
Pada teori ini juga diidentifikasi adanya kompleks orbital dalam dan kompleks
orbital luar. Selain itu Pauling juga mengidentifikasi bahwa kompleks orbital luar yang
bersifat spin tinggi, interaksi antara atom pusat dengan ligan bersifat ionik. sebaliknya
pada kompleks orbital dalam ruang bersifat spin rendah, interaksi atom pusat dengan
ligan dianggap bersifat kovalen atau molekular.
Kelemahan dari teori ini belum dapat menjelaskan senyawa kompleks dengan
orbital d7 seperti [Co(NO2)6]4-. Kelemahan lain adalah untuk senyawa kompleks
oktahedron dari ion logam dengan orbital d1-d3, teori hibdridisasi intuk ion-ion ini tidak
dapat menjelaskan hibridisasi mana yang dipilih, karena keduanya tidak memberikan
perbedaan sifat elektromagnetik kompleks yang bersangkutan [5].
2.3 Teori Medan Kristal
Teori medan kristal pada mulanya dikembangkan oleh J. Bethe dan Van Vleck pada tahun
1932. Teori ini mengasumsikan bahwa dalam senyawa kompleks, atom pusat dan ligan-
ligan dipandang sebagai titik yang bermuatan listrik. Dengan demikian prinsip
elektrostatik, yaitu tolak-menolak antara elektron elektron orbital d atom pusat dengan
elektron-elektron atom donor dalam ligan mengambil peran utama.
Dalam atom ataupun ion bebas (yaitu dalam keadaan gas), energi elektron- elektron
kelima orbital d adalah sama atau setingkat karena sama sekali tidak ada pengaruh dari
luar. Kelima orbital ini dikatakan bersifat degenerate yang artinya mempunyai energi
setingkat, dan atom dikatakan dalam tingkat dasar (ground state), tanpa adanya pengaruh
medan. Namun untuk senyawa kompleks, pasangan elektron atom-atom donor ligan
diarahkan kepada atom pusat untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan
demikian, ligan memberikan medan ligan listrik negatif di seputar atom pusat sehingga
menghasilkan interaksi tolakan dengan elektron-elektron dx terluar dari atom pusat ini.
Akibatnya, energi elektron-elektron dx mengalami kenaikan. Teori ini menjelaskan
terjadinya pembelahan (energi) orbital d oleh karna interaksinya dengan ligan dalam
geometri kompleks [5].
Jenis geometri dan kuat atau lemahnya interaksi ini membawa konsekuensi
konfigurasi elektronik spin tinggi atau spin rendah yang berkaitan dengan sifat
diamagnetik atau paramagnetic senyawa kompleks. Lebih lanjut terjadinya transisi
elektronik dari energi orbital d lebih rendah ke energi orbital d lebih tinggi diasosiasikan
dengan warna senyawa kompleks yang bersangkutan [6].
2.4 Kompleks Fe(III)
Senyawa kompleks Fe(III) umumnya membentuk struktur oktahedral dengan
bilangan koordinasi enam. Namun struktur lain seperti tetrahedral dengan bilangan
koordinasi empat dan segiempat piramida dengan bilangan koordinasi lima juga dapat
terjadi [7].
Besi(III) bersifat sangat stabil, bersifat paramagnetik dengan momen magnetik
sebesar 5,9 Bohr Magneton (BM). Nilai momen magnetik ini mengidentifikasikan adanya
5 elektron yang tidak berpasangan (spin tinggi) dalam konfigurasi elektronnya. Besi(III)
jika ditinjau dari konfigurasi elektronnya [Ar]3d54s0, dan ion besi(III) ini memiliki 5
elektron yang tidak berpasangan sehingga mudah dipelajari sifat kemagnetanya [5].
2.5 Asetil Aseton
Asetil aseton adalah reagen pengkelat untuk menekan reaksi hidrolisis yang cepat.
Penggunaan asetil aseton menyebabkan larutan tidak peka terhadap kelembaban. Film
PZT yang diperoleh dari asetil aseton menunjukkan sifta stabil dan tanpa retak [8]
Asetilaseton mengandung tidak kurang dari 98% C5H8O2 dan memilki bobot
molekul 100,11 senyawa ini berupa cairan jernih, tidak berwarna hingga kuning lemah,
dan mudah terbakar. Kelarutan asetilaseton P adalah larut dalam air dan dapat
bercampur dengan etanol, dengan kloroform, denganseton, dengan eter, dan dengan
asam asetat glasial. Asetilaseton P memilki indeks bias 1,4505 dan 14525 pada suhu 20ºC
[9].
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsi
No Alat Fungsi
1. Gelas piala 100 mL untuk wadah zat
2. Corong untuk membantu proses penyaringan endapan
3. Gelas ukur untuk mengukur volume larutan
4. Batang pengaduk untuk mengaduk zat
5. Erlenmeyer untuk meletakkan zat
6. Kaca arloji untuk meletakkan zat saat menimbang
7. Hot Plate dan untuk memanaskan zat dan membantu proses
Magnetic stirrer pengadukan
8. Tabung reaksi untuk mereaksikan zat
9. Magnetik bar untuk mengaduk larutan
10. Kertas saring untuk penyaring endapan

3.1.2 Bahan dan Kegunaan


No Bahan Kegunaan
1. Garam Mohr sebagai sumber Fe2+
2. Kalium Oksalat sebagai sumber kalium dan ion oksalat
4. Asam sulfat 6M sebagai pemberi suasana asam
5. Akuades sebagai pelarut
6. H2O2 3 % sebagai oksidator Fe
7. Asam Oksalat sebagai sumber ligan oksalat
8. Etanol 95 % sebagai pembantu mempercepat pengendapan
9. NaCl jenuh sebagai larutan reagen uji kualitatif
10. H3PO4 sebagai larutan reagen uji kualitatif
11. KSCN sebagai larutan reagen uji kualitatif
12. KMnO4 Sebagai pentiter dan autoindikator
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Kalium Trioksalatoferrat(III)
Sebanyak 5 gram ferroammonium sulfat (garam Mohr) ditimbang dan dilarutkan dengan
15 mL akuades di dalam gelas piala, lalu diasamkan dengan 5 tetes H2SO4 6 N dan
dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 75oC. Kemudian ditambahkan 25 mL H2C2O4
1 M sambil diaduk dan dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu, filtrat dibuang dan
endapan dibiarkan dalam gelas piala. Air panas ditambahkan sebanyak 20 mL pada
endapan sambil diaduk dan dipanaskan hingga mendidih. Setelah mendidih didiamkan
pada suhu kamar, diamkan hingga semua endapan turun.
Setelah endapan turun, filtrat dipisahkan. Endapan ditambahkan larutan K2C2O4
jenuh dengan melarutkan 4 gram K2C2O4 dalam 10 mL akuades. Campuran dipanaskan
pada suhu 40oC kemudian ditambahkan 20 mL H2O2 3% secara perlahan dengan
menggunakan buret. Larutan dipanaskan hingga mendidih dan ditambahkan 5 mL asam
oksalat 1 M ke dalam larutan ketika hendak mendidih. Kemudian larutan disaring. Etanol
95% ditambahkan sebanyak 11 mL saat masih cukup panas, kemudian diaduk.
Campuran dibiarkan selama satu malam. Kemudian, endapan yang terbentuk disaring.
Setelah itu, endapan dikeringkan dan ditimbang. Rendemen dihitung berdasarkan
penimbangan massa endapan.
3.2.2 Analisis Kualitatif Kalium Trioksalatoferrat(III)
Larutan sampel dibuat dari beberapa mg sampel sebanyak 5 mL dan dilakukan beberapa
uji. Uji pertama yaitu ditambahkan 2 mL larutan NaCl jenuh kedalam 1 mL larutan
sampel. Kemudian uji yang kedua yaitu dengan menambahkan kalium tiosianat 1 M
sebanyak 2 mL kedalam 1 mL larutan sampel. Uji yang terakhir yaitu dicampurkan 1 mL
larutan sampel dan larutan asam fosfat 1M dengan volume yang sama. Hasil yang terjadi
pada masing-masing campuran diamati.
3.2.3 Analisis Kuantitatif Kalium Trioksalatoferrat(III)
Kompleks Fe(III) oksalat yang telah didapat, ditimbang sebanyak 0,05 g dan dilarutkan
ke dalam 20 mL asam sulfat 6 N. Kemudian dipanaskan larutan pada 60°C dan dititrasi
saat panas dengan permanganate 0,02 M.
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Pembuatan Kalium Trioksalatoferrat(III)

5 Garam Mohr

- dilarutkan dalam 15 mL H2O


- diasamkan dengan 5 tetes H2SO4
- dipanaskan hingga suhu 75°C
- ditambahkan 25 mL asam oksalat 1M
- diaduk dan dipanaskan hingga mendidih
- didinginkan dan disaring

Endapan Fe(II) Oksalat

- ditambahkan air panas sebanyak 20 mL


- diaduk dan dipanaskan hingga mendidih
- dipisahkan endapan Fe(II) secara dekantasi
- ditambahkan larutan kalsium oksalat jenuh
- dipanaskan hingga suhu 40°C
- ditambahkan 20 mL H2O2 3%
- dipanaskan hingga mendidih
- ditambahkan 5 mL asam oksalat 1M
- disaring larutan
- ditambahkan 11 mL etanol 95% saat masih panas
- diaduk
- dibiarkan selama 1 malam

Endapan Kalium Trioksalatoferrat


(III)
- disaring
- dikeringkan dan ditimbang
- dihitung rendemen

Rendemen Kalium Trioksalatoferrat


(III)
3.3.2 Analisis Kualitatif Kalium Trioksalatoferrat(III)

Beberapa mg K3[Fe(C2O4)3]
K3[Fe(C2O4)3]

1 mL Sampel 1 mL Sampel 1 mL Sampel

- ditambah - ditambah - ditambah


2 mL NaCl Jenuh 1 mL KSCN 1M 1 mL
H3PO4 1M

Hasil Hasil Hasil

3.3.3 Analisis Kuantitatif Kalium Trioksalatoferrat(III)


0,05 g K3[Fe(C2O4)3]

- dilarutkan kedalam 20 mL asam sulfat 6 N


- dipanaskan larutan kira-kira 60°C
- dititrasi saat panas dengan permanganat 0,02 M

Hasil
3.4 Skema Alat

9
8

1 6

2
5

Keterangan :
1. Gelas piala
2. Magnetic bar
3. Termometer
4. Hot plate
5. Erlenmeyer
6. Corong
7. Standar
8. Klem
9. Buret
IV. DATA DAN PERHITUNGAN
4.1 Data
Masa garam Mohr = 5 gram
Mr garam Mohr = 392,13 gram/mol
Mr Kalium Trioksalatoferrat(III) = 491 gram/mol
Massa Kalium Trioksalatoferrat(III) = 5,85 gram
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi kompleks trioksalatoferrat(III)
(NH4)2SO4.FeSO4.6H2O + H2O → 2NH4+ + Fe2+ + 2SO42- + 7H2O
2Fe2+ + 2H2O + H2C2O4 → 2FeC2O4.2H2O + 2H+
2FeC2O4.2H2O + 4C2O42- + H2O2 + 2H+ → 2Fe(C2O4)3)3-+ OH-
3K+ + [Fe(C2O4)3]3- + 3H2O → K3[Fe(C2O4)3].3H2O
4.2.2 Analisis kualitatif kompleks trioksalatoferrat(III)
a. K3[Fe(C2O4)3] + NaCl jenuh ↛
3-
b. K3[Fe(C2O4)3] + 6KSCN → [Fe(SCN)]6 + 9K+

c. K3[Fe(C2O4)3] + H3 PO4 ↛
4.2.3 Penentuan jumlah oksalat pada kompleks [Fe(C2O4)3]3-
MnO-4 + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O x2
C2O42- → 2CO2 + 2e- x5
+ 2+
2MnO−
4 + 5C2O4 +16H → Mn +8H2 O+10CO2
2-

4.3 Perhitungan
4.3.1 Massa K3[Fe(C2O4)3].3H2O secara teori
(NH4)Fe(SO4)2 + K2C2O4 + H2C2O4 → K3[Fe(C2O4)3]
1 1
491 gram K3[Fe(C2O4)3] 1 mol K3[Fe(C2O4)3]
Massa = x x
1 mol K3[Fe(C2O4)3] (NH4)2Fe(SO4)2
1 mol (NH4)2Fe(SO4)2
x 5 gram (NH4)2Fe(SO4)2
392,13 gram (NH4)2Fe(SO4)2

Massa = 6,26 gram K3[Fe(C2O4)3]


massa percobaan
Rendemen = x 100%
massa teori
5,85 g
= x 100%
6,26 g

= 93%
4.3.2 Analisis Kuantitatif Kompleks Trioksalatoferrat
Massa sampel = 0,05 gram
Volume K3 [Fe(C2 O4 )3 ] = 20 mL
Volume KMnO4 = 20,2 mL
Konsentrasi KMnO4 = 0,02 M

(V x M)Permanganat = (V x M)
Oksalat

20,2mL x 0,02 M = 20mL x Moksalat


Moksalat = 0,0202 M
[Fe(C2O4)3] → Fe3+ + 3C2O42-
1 mol Fe(C2O4)3 3 mol C2O42-
1 mol K3[Fe(C2O4)3] 50 mL 1
[Fe(C2O4)3] = 0,05 g x x x
491 gram K3[Fe(C2O4)3] 1L 20 mL

= 0,051 M
Moksalat = 3 x 0,051 M
= 0,153 M
M teori dari massa [Fe(C2O4)3] yang didapat : 0,051 M

Mokspercobaan - Moksteori
%Kesalahan =
MoksTeori
0,153 M-0,0202 M
%Kesalahan = x 100%
0,153 M
%Kesalahan = 32,026%
V. PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengamatan
5.1.1 Pengamatan Setiap Langkah Kerja

No. Langkah Kerja dan Reaksi Foto Pengamatan Analisis


1. Sebanyak 5 gram garam Terbentuk larutan Garam Mohr merupakan sumber Fe2+.
Mohr ditimbang dan berwarna bening Pelarutan garam mohr di dalam air bertujuan
dilarutkan dengan 15 mL kehijauan untuk mengionisasi garam tersebut menjadi
akuades di dalam gelas ion Fe2+. Untuk meningkatkan kelarutan garam
piala, lalu diasamkan mohr ditambahkan H2SO4. Penambahan H2SO4
dengan 5 tetes H2SO4 6 N juga berfungsi untuk memberi suasana asam di
dan dipanaskan suhu 75oC. dalam larutan.
(NH4)2SO4.FeSO4.6H2O +
H2O + H2 SO4 → 2NH4+ +
Fe2+ + 2SO42- + 7H2O + 7H+
+ SO42-
2. 25 mL H2C2O4 1M Terdapat endapan H2C2O4 merupakan sumber ligan oksalat.
ditambahkan sambil diaduk berupa suspensi Pemanasan terhadap campuran akan
dan dipanaskan hingga berwarna kuning mempercepat reaksi pembentukan senyawa
mendidih. Setelah itu, filtrat kompleks. Di dalam tahap ini terbentuk
dibuang dan endapan FeC2O4.2H2O yang merupakan kompleks
dibiarkan dalam gelas piala. intermediate atau sementara yang berwarna
2Fe2+ + 2H2O + H2C2O4 → kuning.
2FeC2O4.2H2O + 2H+ + SO42-
3. Air panas ditambahkan Endapan Kontaminan yang terdapat pada endapan
sebanyak 20 mL pada berwarna kuning. dihilangkan dengan penambahan air panas.
endapan sambil diaduk dan Pengadukan membantu proses homogenisasi
dipanaskan hingga campuran. Untuk mempercepat reaksi yang
mendidih. Setelah mendidih berlangsung dilakukan pemanasan.
didiamkan pada suhu
kamar hingga semua
endapan turun.
4. Setelah endapan turun, Terbentuk Penambahan kalium oksalat jenuh pada
dipisahkan. Endapan endapan orange endapan berfungsi sebagai sumber kalium dan
ditambah larutan K2C2O4 ion oksalat. Saat penambahan senyawa
jenuh dengan melarutkan 4 tersebut, terbentuk endapan orange. Perubahan
gram K2C2O4 dalam 10mL warna endapan menjadi orange menandakan
akuades. Campuran kompleks K3[Fe(C2O4)3] telah terbentuk.
dipanaskan pada suhu 40oC Namun ion pusat dari kompleks tersebut masih
2FeC2O4 + 4 K2C2O4+ 2H+ + berupa Fe2+. Fe2+ belum dioksidasi menjadi Fe3+
H2O → 2 K3[Fe(C2O4)3] +
H2O
5. 20 mL H2O2 3% Endapan berubah H2O2 merupakan oksidator yang mengoksidasi
ditambahkan secara menjadi coklat Fe2+ menjadi Fe3+.
perlahan dengan
menggunakan buret.
6. Larutan dipanaskan hingga Warna larutan Asam oksalat ditambahkan kembali untuk
mendidih dan ditambahkan menjadi hijau memperbesar konsentrasi oksalat dan
5 mL asam oksalat 1M ke menyempurnakan pengikatan 3 oksalat oleh
dalam larutan ketika Fe. Perubahan warna terjadi pada saat
hendak mendidih. penambahan asam oksalat.
Kemudian larutan disaring.
2FeC2O4.2H2O + 3K2 C2O4 +
H2O2 + H+ →
2K3[Fe(C2O4)3].3H2O +
2H2O
7. Etanol 95% ditambahkan 11 Larutan berwarna Etanol ditambahkan untuk mempercepat
mL saat masih cukup panas hijau kristalisasi senyawa kompleks.
kemudian diaduk.
Campuran dibiarkan selama
satu malam.
8. Endapan yang terbentuk Endapan berupa Pemisahan endapan dari larutan dilakukan
disaring dan dikeringkan. kristal berwarna dengan penyaringan. Endapan dikeringkan
Massa endapan ditimbang hijau untuk memperoleh berat konstan dari
untuk menghitung endapan.
rendemen.
5.1.1.1 Analisis Kualitatif Kompleks Kalium Trioksalatoferrat(III)
No. Langkah Kerja dan Reaksi Foto Pengamatan Analisis
1 Larutan yang mengandung Larutan berwarna Larutan dibuat dari 0,05 gram sampel
0,05 gram sampel dibuat hijau sebanyak 5 mL yang digunakan
sebanyak 5 mL kemudian untuk uji kualitatif kompleks kalium
dimasukkan kedalam tabung trioksalatoferrat(III).
reaksi
2. 2 mL larutan NaCl jenuh Larutan berwarna Reaksi pergantian ligan tidak terjadi
ditambahkan ke dalam 1 ml kuning lembayung. karena ligan Cl- lebih lemah dari
K3[Fe(C2O4)3] + NaCl jenuh ↛ C2O4.

3. 2 mL larutan KSCN Larutan berwarna Terjadi penggantian ligan karena


ditambahkan ke dalam 1 ml orange ligan SCN- lebih kuat dari ligan C2O4.
K3[Fe(C2O4)3] + KSCN →
3-
[Fe(SCN)]6

4. 1 mL larutan H3PO4 Larutan berwarna Reaksi pergantian ligan tidak terjadi


ditambahkan ke dalam 1 ml hijau lembayung karena ligan C2O4 lebih kuat dari
K3[Fe(C2O4)3] + H3 PO4 ↛ ligan PO43-
5.1.1.2 Analisis Kuantitatif Kompleks Kalium Trioksalatoferrat(III)
No. Langkah Kerja dan Reaksi Foto Pengamatan Analisis
1. Kompleks Fe(III) oksalat Perubahan warna Kompleks Fe(III) oksalat dilarutkan
yang telah didapat, dari kuning menjadi dalam asam sulfat yang merupakan
ditimbang 0,05 gram dan lembayung. pelarut yang baik untuk senyawa
dilarutkan dalam 20 mL kompleks dan sekaligus memberi
asam sulfat 6N. Kemudian suasan asam dalam larutan. Titrasi
dipanaskan larutan pada 60 dilakukan saat panas untuk
oC dan dititrasi saat panas mempercepat reaksi. Titrasi yang
dengan permanganat 0,02 dilakukan adalah permangonometri
M. yang merupakan titrasi redoks.
+
2MnO−
4 + 5C2O4 +16H →
2- Oksalat teroksidasi dan Mn7+ tereduksi
Mn2+ +8H2 O+10CO2 menjadi Mn2+.
5.1.2 Pengamatan Hasil Ahkir

No. Senyawa Akhir Foto Analisis Sifat Fisik Analisis rendemen


1. Kalium trioksalatoferrat(III) Sifat fisika produk Dalam keadaan dasar, 5
K3[Fe(C2O4)3].3H2O praktikum yang elektron pada orbital 3d pada
O didapatkan adalah: Fe tidak berpasangan. Saat
O
C - Berbentuk terjadi eksitasi, dua elektron
C
O kristal pada orbital 3d berpasangan
O C O O - Berwarna dan 1 elektron tidak
Fe
O C O O hijau berpasangan karena ligan
O - Memiliki oksalat yang merupakan ligan
C
C struktur kuat mendorong elektron
O
O oktahedral untuk berpasangan. Keika
hibridisasi ligan oksalat
masuk sebagai ligan bidentat
yang menyumbangkan dua
pasang elektron bebas.
Hibridisasi : d2sp3
Geometri : oktahedral
sifat : diamagnetik
Keadaan dasar

Keadaan tereksitasi

Hibridisasi

LiganOksalat
5.2 Pembahasan
Pada percobaan kompleks koordinasi besi ( Kalium Triokasalatoferrat (III)), percobaan
dilakukan untuk menggambarkan sifat kompleks koordinasi dari Fe(III) dalam kalium
trioksalatoferrat (III). Kompleks ini berbentuk oktahedral dengan hibridisasi d2sp3
dimana ligan yang terikat pada atom pusat merupakan ligan kuat yang menarik elektron
atom pusat untuk mengisi orbital t2g terlebih dahulu sehingga kompleks yang terbentuk
adalah inner sphere kompleks.
Garam Mohr dilarutkan dalam akuades yang bertujuan untuk mengionkan Fe 2+
sebagai sumber atom pusat. Kemudian ditambahkan H2SO4 , hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kelarutan (NH4)2Fe(SO4)2 dan mempercepat pelepasan Fe2+ sekaligus
sebagai pemberi suasana asam. Selanjutnya ditambahkan asam oksalat sebagai sumber
ligan oksalat untuk senyawa kompleks. Terhadap campuran diatas dilakukan
pemanasan, hal ini berguna untuk mempercepat reaksi dengan diaduk dan dipanaskan
sampai mendidih sehingga akan terbentuk endapan berupa suspensi. Endapan yang
berupa suspensi didinginkan agar mengendap dan dengan mudah dipisahkan filtratnya.
Endapan yang terbentuk dicuci dengan air panas yang bertujuan untuk menghilangkan
senyawa pengotor dalam endapan.
Endapan yang terbentuk ditambahkan larutan oksalat jenuh, hal ini berfungsi
sebagai sumber ion K+. Larutan dipanaskan kembali untuk mempercepat reaksi larutan
ini ditambahkan H2O2 3% sebagai oksidator yang akan mengubah Fe2+ menjadi Fe3+ yang
ditandai dengan perubahan warna. Asam oksalat ditambahkan kembali pada larutan
yang sedang dipanaskan yang berfungsi untuk menghentikan reaksi intermediet yaitu
terikatnya OH- pada ion pusat. Asam oksalat juga berfungsi untuk memperkuat ligan.
Endapan disaring dan ditambahkan etanol 95% yang berfungsi untuk mempercepat
kristalisasi senyawa kompleks. Campuran didiamkan selama semalam untuk
mendapatkan kristal yang sempurna.
Kompleks trioksalatoferrat (III) yang telah didapatkan selanjutnya diuji kualitatif
dan uji kuantitatif. Analisis kualitatif kompleks Fe(III) oksalat bertujuan untuk melihat
terjadi atau tidaknya reaksi pergantian ligan. Analisis kuantitatif bertujuan melihat dan
mengetahui konsentrasi Fe3+ didalam kompleks melalui titrasi permanganometri. Dalam
uji kualitatif ini reaksi pergantian ligan tidak dapat terjadi pada penambahan reagen
NaCl jenuh dan H3PO43- karena ligan C2O4 2- lebih kuat dari ligan Cl- dan PO43- sehingga
substitusi ligan sulit untuk dilakukan. Reaksi pergantian ligan terjadi pada penambahan
reagen KSCN karena ligan SCN- lebih kuat dari ligan C2O4 2- .
Titrasi permanganometri dilakukan untuk mengoksidasi oksalat dan mereduksi
Mn.Pada titrasi ini tidak dibutuhkan indikator tambahan karena permanganat sudah
berfungsi sebagai indikator.Dari titrasi permanganometri yang telah dilakukan
didapatkan konsentrasi oksalat dari percobaan sebesar 0,0202M sedangkan konsentrasi
oksalat berdasarkan perhitungan secara teori bernilai 0,153M. Persen kesalahan yang
diperoleh sebesar 32,026%. Perbedaan nilai konsentrasi oksalat secara percobaan dan
teori terjadi karena kesalahan yang dilakukan saat titrasi berlangsung.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Kompleks koordinasi dari Fe(III) dalam kalium trioksalatoferrat (III) bersifat
diamagnetik dan merupakan inner sphere kompleks.
6.2 Saran
Agar percobaan berikutnya berjalan dengan lancar, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah:
1. Penambahan H2O2 dari buret dilakukan secara perlahan-lahan.
2. Pemanasan larutan dilakukan dengan sempurna.
3. Penambahan NaCl jenuh, KSCN, dan H3PO4 pada analisa kualitatif tidak
berlebihan.
4. Titrasi permanganometri dilakukan dengan hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Jahro, Iis, S., O.Djulia, Ismunandar dan R. I. Susanto.: Kajian Mekanisme Reaksi Kompleks
Multi Inti FeII-MnII-CrIII dengan Ligan Ion Oksalat dan 2,(2’-pyridyl) quinoline dalam
Pelarut Metanol dan Air, 7 :74-79, Departemen Kimia, FMIPA, ITB: Bandung, 2010.
[2] Laurence,G.: Introduction to CoordinationCchemistry, University of Newcastle:
Callaghan, 2010.
[3] Effendi.: Tata Nama Senyawa Koordinasi Jilid I, Bayu Media Publishing: Malang, 2007.
[4] Medianto, A.: Senyawa Koordinasi (Coordination Compound), Rineka Cipta: Jakarta, 2013.
[5] Sugiyarto, K.H.: Dasar-Dasar Kimia Anornagik Transisi, Graha Ilmu: Yogyakarta, 2012.
[6] Huheey, J.E., Keiter, E. A., dan Keiter, R. L.: Inorganic Chemistry, Fourth Edition, Herpes
Collins College Publisher: New York, 1993.
[7] Cotton, F. A dan Wilkinson.: Kimia Anorganik Dasar, Universitas Indonesia Press:
Jakarta, 1989.
[8] Etin, A., E, Gennady., Shter., Baltianski, S & Grader, G.S.: Controlled elemental depth
profile in sol-gel-derived PZT films 89(8), 2387-2393, The American ceramic society:
USA, 2006
[9] Roosita, Arnie.: Validasi Metoda Spektrofotometri Visibel Untuk Penetapan Kadar Ampisilin
Menggunakan Pereaksi AsetilAseton dan Formalin, Universitas Sanata Dharma:
Yogyakarta, 2007.
LAMPIRAN 1. TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1. Apakah ion kompleks trioksalaoferrat (III) termasuk kompleks yang inert atau labil?
Jelaskan!
Berdasarkan kinetika, Ion kompleks trioksalatoferrat (III) termasuk kompleks yang
inert karena reaksi pertukaran ligan berlangsung dengan sangat lambat atau bahkan
tidak berlangsung sama sekali (tidak mudah bereaksi). Dalam reaksi pemutusan
atau pergantian ligan membutuhkan energi aktivasi yang besar. Apabila energi
aktivasi belum tercapai, reaksi belum dapat terjadi.
2. Buatlah rumus bangun dari ion trioksalatoferrat (III)!

3. Apa yang dimaksud dengan kompleks koordinasi?


Kompleks koordinasi adalah kompleks yang terbentuk dari ion sederhana (kation
maupun anion) serta ion kompleks yang terbentuk melalui ikatan koordinasi.
LAMPIRAN 2. STRUKTUR BAHAN DAN PRODUK
No Bahan dan Produk Struktur Bahan dan Produk
1 Garam Mohr

2 Kalium Oksalat O

KO C
C OK

O
3 Natrium Klorida Na Cl
4 Asam Sulfat O

HO S OH

O
5 Peroksida H H
O O
6 Asam Fosfat O

P OH
HO
HO
7 Asam Oksalat O

HO C
C OH

O
8 Etanol H2
C
H3C OH
9 Besi(III) Nitrat O

N
O O

Fe3+
O O
O O
N N

O O
10 Kalium Tiosianat K C
S N
11 Kalium Trioksalatoferrat O
O
(III)
C
C
O
O C O O
Fe
O C O O
O
C
C
O
O

Anda mungkin juga menyukai