Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM KIMIA UNSUR TRANSISI


PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI, [Ni{NH3}6]I2

KELOMPOK 4

ANGGOTA :

1. DWI AGUSTINI ANGRAINI ( 06101381722045 )

2. KURNIA MEGA LESTARI ( 06101281722047 )

3. FRIDA RAMADIAN ( 06101381722057 )

4. ACNES OKTAVIANI ( 06101381722063 )

DOSEN PEMBIMBING :

1. MAEFA EKA HARYANI,S.PD.,M.PD.

2. EKA AD`HIYA, S.PD.,M.PD.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
Percobaan ke-4

I. Judul : Pembuatan Senyawa Koordinasi, [Ni{NH3}6]I2


II. Tanggal : 24 September 2019
III. Tujuan : Mempelajari pembuatan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2.
IV. Dasar Teori
Senyawa Koordinasi adalah senyawa yang terbentuk dari ion
sederhana (kation maupun anion) serta ion kompleks. Unsur transisi
periode keempat dapat membentuk berbagai jenis ion kompleks. Ion
kompleks terdiri dari kation logam transisi dan ligan. Ligan adalah
molekul atau ion yang terikat pada kation logam transisi. Interaksi antara
kation logam transisi dengan ligan merupakan reaksi asam-basa Lewis.
Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang berperan sebagai spesi
pendonor elektron. Sementara itu, kation logam transisi merupakan asam
Lewis yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan
demikian, terjadi ikatan kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan
kation logam transisi pada proses pembentukan ion kompleks. Kation
logam transisi kekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki
sekurangnya sepasang elektron bebas (PEB). Beberapa contoh molekul
yang dapat berperan sebagai ligan adalah H2O, NH3, CO, dan ion Cl-.
Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation
logam transisi. Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion
[Ag(NH3)2]+ adalah dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+
adalah empat, dan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah
enam. Bilangan koordinasi yang sering dijumpai adalah 4 dan 6.
Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan elektron bebas
(PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat,
dan polidentat. H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat
(mendonorkan satu pasang elektron). Sedangkan Etilendiamin (H2N-
CH2-CH2-NH2, sering disebut dengan istilah en) merupakan contoh ligan
bidentat (mendonorkan dua pasang elektron). Ligan bidentat dan
polidentat sering disebut sebagai agen chelat (mampu mencengkram
kation logam transisi dengan kuat).
Muatan ion kompleks adalah penjumlahan dari muatan kation logam
transisi dengan ligan yang mengelilinginya. Sebagai contoh, pada ion
[PtCl6]2-, bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1.
Dengan demikian, bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4.
Contoh lain, pada ion [Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing
ligan (molekul NH3) adalah 0 (nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi
Cu (kation logam transisi) adalah +2.
Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan
suatu ion kompleks maupun senyawa kompleks :
1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa
ionik pada umumnya.
2. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut urutan abjad,
kemudian dilanjutkan dengan nama kation logam transisi.
3. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks.
4. Ketika beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan
awalan di-, tri, tetra-, penta-, heksa-, dan sebagainya.
5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan dalam bilangan
Romawi.
6. Ketika ion kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi
diberi akhiran at.
Bentuk ion kompleks dipengaruhi oleh jumlah ligan, jenis ligan, dan
jenis kation logam transisi. Secara umum, bentuk ion kompleks dapat
ditentukan melalui bilangan koordinasi. Hubungan antara bilangan
koordinasi terhadap bentuk ion kompleks dapat dilihat pada tabel berikut :
Bilangan Koordinasi Bentuk Ion Kompleks
2 Linear
4 Tetrahedral atau Square Planar
6 Oktahedral
 Senyawa Nikel(II)
Sebagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur
geometri oktahedron, hanya sedikit mengadopsi geometri tertrahedron
dan bujursangkar. Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan
pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit
ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas
dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat
menghasilkan alloy yang sangat berharga. Nikel digunakan untuk
pembuatan baja tahan karat dan alloy lain yang bersifat tahan korosi.
Alloy tembaga-nikel berbentuk tabung banyak digunakan untuk
pembuatan instalasi proses penghilangan garam untuk mengubah air laut
menjadi air segar. Nikel, digunakan untuk membuat uang koin,dan baja
nikel untuk melapisi senjata dan ruangan besi (deposit di bank).
 Senyawa Iodida
Iod tergolong unsur halogen, terdapat dalam bentuk iodida dari air
laut yang terasimilasi dengan rumput laut, sendawa Chili, tanah kaya
nitrat (dikenal sebagai kalis, yakni batuan sedimen kalsium
karbonat yang keras), air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam
air payau dari sumur minyak dan garam. Iod adalah padatan berkilauan
berwarna hitam kebiru-biruan, menguap pada suhu kamar menjadi gas
ungu biru dengan bau menyengat. Iod membentuk senyawa dengan
banyak unsur, tapi tidak sereaktif halogen lainnya, yang kemudian
menggeser iodida. Iod menunjukkan sifat-sifat menyerupai logam. Iod
hanya sedikit larut dalam air. Ada 30 isotop yang sudah dikenali. Tapi
127
hanya satu isotop yang stabil, I yang terdapat di alam. Isotop buatan
131
I, memiliki masa paruh waktu 8 hari, dan digunakan dalam proses
penyembuhan kelenjar tiroid. Senyawa yang paling umum adalah iodida
dari natrium dan kalium (KI), juga senyawa iodatnya (KIO3). Kekurangan
iod dapat menyebabkan penyakit gondok. Senyawa iod sangat penting
dalam kimia organik dan sangat berguna dalam dunia pengobatan. Iodida
dan tiroksin yang mengandung iod, digunakan sebagai obat, dan sebagai
larutan KI dan iod dalam alkohol digunakan sebagai pembalut luar.
V. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. Beaker gelas 100 mL
2. Batang pengaduk
3. Corong Hirsch
4. Kertas saring
5. Silinder pengukur 10 mL
6. Tabung reaksi dengan label
Bahan yang digunakan :
1. H2O2 3%
2. Ammonia 1 M
3. Etanol
4. Nikel klorida heksahidrat
5. Potassium iodide
6. Indikator amilum

VI. Prosedur percobaan


1. Larutkan 1 gr nikel klorida heksahidrat dalam gelas beker yang berisi 5
mL air.
2. Letakkan gelas beker tersebut dalam lemari asam dan tambahkan 10 mL
larutan NH3 pekat (15 M).
3. Tambahkan ke dalam campuran tersebut 2,6 gr potassium iodide. Biarkan
campuran tersebut beberapa menit.
4. Kumpulkan kristal yang terbentuk dalam corong Hirsch, cuci 2 kali
dengan 2 mL larutan etanol 1:1 dan kemudian tambahkan 2 mL etanol.
5. Keringkan kristal di udara terbuka dengan diangin-angin selama beberapa
menit.
6. Pindahkan kristal-kristal yang telah kering tersebut ke dalam kertas
saring.
7. Pindahkan kelebihan pelarut yang ada dengan menekan atau
memampatkan kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas saring.
8. Pindahkan hasilnya ke dalam tabung yang telah ditimbang beratnya dan
diberi label. Timbang berat tabung beserta isinya dan hitunglah
persentase berat yang dihasilkan berdasarkan jumlah nikel klorida
heksahidrat yang digunakan.
9. Lakukan tes pengujian adanya ion nikel dengan cara: larutkan sedikit
sampel (0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan NH3 (5 M)
dan kemudian tambahkan 5 tetes larutan dimetil glioksim, maka akan
terbentuk endapan merah strawberry bila larutan mengandung nikel (II).
10. Lakukan tes pengujian adanya ion iodide dengan cara: larutkan sedikit
sampel (0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan asam sulfat 5
M, kemudian tambahkan larutan H2O2 3%. Ujilah larutan tersebut dengan
indikator amilum. Timbulnya warna biru kehitam-hitaman menunjukkan
bahwa dalam larutan tersebut mengandung iodin.

VII. Hasil Pengamatan


No. Percobaan Hasil pengamatan

1. 1 gr nikel klorida heksahidrat Nikel larut dalam air menghasilkan


+ 5 mL air larutan berwarna hijau.

2. 10 mL NH3 15 M Larutan hijau berubah menjadi


berwarna biru.

3. Ditambah KI 2,6 gr, biarkan Larutan berwarna biru menjadi


campuran beberapa menit. berwarna ungu dan terbentuk kristal.

4. Kumpulkan kristal, cuci Larutan menjadi tak berwarna dan


dengan 2 ml etanol 2 kali. kristal berwarna ungu.

5. Kristal dikeringkan diudara. Kristal kering berwarna ungu.


Pindahkan kristal pada wadah
Hasil timbangan:
dan ditimbang. - Massa tabung + penutup =
65,04 gr
- Massa tabung + penutup +
kompleks = 67,18 gr
- Massa Kompleks = 2,14 gr

6. Uji ion nikel - Ketika ditambah aquadest


Larutkan sedikit sampel menjadi ungu.
(~0,001- 0,5 ml air) + 2 tetes - Ketika ditambah NH3 + dimetil
NH3 (5 M) + dimetil glioksim. glioksim larutan berwarna
merah strawberry.

7. Uji ion iodin Saat ditambahkan sampel + air


Sampel (ungu) + 0,5 mL air + berwarna ungu, saat ditambahkan
2 tetes H2SO4 5 M + H2O2 3% H2SO4 berwarna hijau dan saat
ditambah H2O2 3% berwarna coklat.
- Uji dengan indikator amilum - ketika ditambah indikator
amilum berwarna hitam.

 Hasil secara teoritis


Dik : - Massa NiCl2.6H2O = 1 gr

- Mr NiCl2.6H2O = 237, 71 gr/mol

1gr
- n NiCl2.6H2O =
237,71gr / mol

= 0,0042 mol

- Massa H2O = p.v

= 1 gr / ml . 5 ml

= 5 gr
5 gr
- n H2 O =
18 gr / mol

= 0,2778 mol

- n NH3 = V. M
= 0,01 L. 5 M
= 0,05 mol
- Massa KI = 2,6 gr
2,6 gr
- n KI =
166 gr / mol
= 0,0156 mol

Reaksi Pembentukan Senyawa Koordinasi


NiCl2(s) + 5H2O(l) → Ni2+(aq) + 2Cl-(aq) + 5H2O(l)
M 0,0042 0,2778 - - -
B 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042
S - 0,2236 0,0042 0,0042 0,0042

Ni2+(aq) + 2NH3(aq) → [Ni{NH3]6]2+(aq)


M 0,0042 0,05 -
B 0,0042 0,05 0,0042
S - 0,0458 0,0042

[Ni{NH3]6]2+(aq) + 2 KI(aq) + 2OH-(aq) → [Ni{NH3]6]I2 (s) + 2KOH(aq)


M 0,0042 0,0156 - - -
B 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042
S - 0,0114 0,0042 0,0042 0,0042

- Massa [Ni{NH3]6]I2 secara teori = n. Mr

= 0,0042 mol. 414,71 gr/mol

= 1,7417 gr
- Massa [Ni{NH3]6]I2 secara praktek :

- Massa kompleks = 2,14 gr

Produk utama teori – produk utama praktek


% Kesalahan = x 100%
Produk utama teori

1,7417 gr  2,14 gr
= x 100 %
1,7417 gr

= 22,86 %

VIII. Persamaan Reaksi


- Reaksi Pembentukan Senyawa Koordinasi
NiCl(s) + H2O(l) → NiCl2.6H2O(aq)
(TB) (TB) (Hijau)

NiCl2.6H2O(aq) → Ni2+(aq) + 2Cl-(aq) + 6H2O(l)


(Hijau) (Hijau) (TB) (TB)

Ni2+(aq) + 2NH3(aq) + 2H2O(l) → Ni(OH)2(s) ↓ + 2NH3(aq)


(Hijau) (TB) (TB) (Biru) (TB)

Ni(OH)2(s) + 6NH3(aq) → [Ni{NH3}6]2+(aq) + 2OH-(aq)


(Biru) (TB) (Biru) (TB)

[Ni{NH3]6]2+(aq) + 2KI(aq) + 2OH-(aq) → [Ni{NH3}6]I2(s) + 2KOH(aq)


(Biru) (TB) (TB) (Endapan ungu) (TB)

- Reaksi Pengujian ion nikel


[Ni{NH3}6]I2(s)+2H2O(l) + NH3(aq) → Ni2+(aq) + 7NH3(aq) + 2I-(aq) + 2OH-(aq) + 2H+(aq)
(Endapan ungu) (TB) (TB) (Ungu) (TB) (TB) (TB) (TB)

Ni2+(aq) + 2 CH3 – C = N – OH + 2OH-(aq) → Ni (C4H7N2O2)(s) + 2H2O(l)

CH3 – C = N – OH (aq)
(ungu) (TB) (TB) (endapan merah strawberry) (TB)
- Reaksi Pengujian ion iodida
[Ni{NH3}6]I2(s) + H2O(l) + H2SO4(aq) → [Ni{NH3}6]2+(aq) + 2I-(aq) + H2SO4(aq) +
H2O(l)
(Endapan ungu) (TB) (TB) (Hijau) (TB) (TB) (TB)

H2O2(aq) + 2I-(aq) + 2H+(aq) → I2aq) + 2H2O(l)


(TB) (TB) (TB) (Hitam) (TB)

IX. Pembahasan
Percobaan pembuatan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2 bertujuan untuk
mempelajari langkah-langkah pembuatan senyawa koordinasi. Selain itu,
melalui percobaan ini dilakukan pengujian nikel dan iodin pada senyawa
koordinasi yang akan dibuat. Pertama, melarutkan serbuk nikel klorida
dilarutkan dalam aquadest sehingga membentuk larutan NiCl3.6H2O, yang
lama – kelamaan nikel klorida tersebut terionisasi menjadi ion Ni 3+
dan Cl- .
Nikel klorida larut dalam air yang menghasilkan larutan berwarna hijau.
Selanjutnya larutan tersebut di tambahkan dengan larutan NH3 pekat 15 M
dan menghasilkan larutan yang berwarna biru. Kemudian campuran
ditambahkan lagi dengan KI sebanyak 2,6 gram menghasilkan larutan yang
berwarna ungu, lalu didiamkan beberapa menit sehingga terlihat adanya
endapan atau kristal yang berwarna ungu sedangkan larutannya tidak
berwarna. Kristal yang terbentuk inilah yang merupakan senyawa koordinasi
[Ni{NH3}6]I2. Setelah direaksikan, ion heksa amin nikel (II) yang bermuatan
+2 ini akan berikatan dengan ion iodida yang berasal dari kalium iodida dan
menghasilkan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2 yang berupa kristal ungu.
Produk utama yang dinginkan adalah kristal [Ni{NH3}6]I2, maka dilakukan
penyaringan untuk memisahkan endapan tersebut dari filtratnya. Untuk
mendapatkan kristal yang lebih murni, dilakukan dua kali pencucian dengan
menggunakan 2 ml etanol. Etanol disini befungsi sebagai pelarut. Etanol
memiliki titik didih rendah sehingga mudah menguap dan mengakibatkan
mudah tebentuknya kristal. Selain itu, etanol tidak bereaksi dengan endapan
yang didapatkan. Larutan etanol ini akan membersihkan kristal-kristal
[Ni{NH3}6]I2 yang terbentuk dengan mengikat sisa-sisa air dan KOH yang
tersisa pada endapan tersebut. Setelah itu, kristal dikeringkan di udara untuk
menghilangan sisa-sisa air yang masih terkandung dalam kristal. Setelah
benar-benar kering, didapat kristal [Ni{NH3}6]I2 sebanyak 2,14 gr . Dari hasil
kristalisasi ini didapatkan senyawa kompleks yang akan digunakan untuk
pengujian ion nikel dan ion iodida. Massa Kristal [Ni{NH3}6]I2 yang didapat
secara praktek ini, berbeda dengan hasil yang didapat menurut perhitungan
secara teori yang mana telah dihitung adalah 1,7417 gr. Sehingga persentase
kesalahan yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebesar 22,86 %.
Kesalahan yang terjadi pada pembuatan kristal [Ni{NH3}6]I2 ini disebabkan
kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan praktikum dan mungkin
kurang maksimal dalam melakukan proses penyaringan, misalnya masih
terasa endapan dalam larutan sehingga jumlah endapan yang didapat
berkurang.
Pada percobaan ini dilakukan uji ion nikel dan uji ion iodida. Pada uji
nikel, ke dalam kristal [Ni(NH3)6]I2 dilarutkan dalam air, lalu ditambahkan
larutan ammonia dan dimetil glioksim. Endapan yang dihasilkan dari reaksi
ini adalah endapan berwarna merah strawberry. Endapan merah strawberry ini
menunjukkan adanya ion nikel. Endapan merah strawberry ini terbentuk dari
larutan yang tepat basa dengan ammonia. Jadi, fungsi penambahan ammonia
adalah agar larutan berada dalam suasana basa. Endapan ini adalah Ni(C-
4H7N2O2)3.

Pada uji iodida, dilakukan dengan penambahan larutan asam sulfat ke


dalam endapan [Ni(NH3)6]I2 yang telah dilarutkan ke dalam air terlebih
dahulu. Kemudian ditambahkan H2O2 dan larutan amilum. Fungsi
penambahan asam sulfat agar endapan berada dalam suasana asam, sehingga
mudah dioksidasi menjadi iod bebas dengan sejumlah zat pengoksidasi.
Larutan amilum berfungsi sebagai indicator. Setelah ditambahkan amilum,
terjadi perubahan pada larutan, yaitu berubah warna menjadi biru kehitaman.
Warna inilah yang menunjukkan adanya ion iodide pada larutan.
X. Kesimpulan
1. Pembuatan senyawa koordinasi [Ni(NH3)6]I2 adalah dengan proses
kristalisasi.
2. Etanol berfungsi untuk mengikat sisa air dan larutan lain yang masih
terkandung dalam kristal.
3. Penambahan larutan ammonia pada uji nikel berfungsi sebagai
pemberi suasana basa untuk membentuk endapan nikel.
4. Endapan berwarna merah strawberry pada uji ion nikel menunjukkan
adanya ion nikel dalam larutan.
5. Larutan berwarna biru kehitaman setelah ditambahkan indikator
amilum pada uji iodide menunjukkan adanya ion iodide pada larutan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 2010. Kimia Anorganik. Jakarta. Erlangga.
Cotton dan Wilkinson. 1986. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Dwiwati, S. 2014. “Percobaan 5 Pembuatan Senyawa Koordinasi”. (Online).
https://id.scribd.com/doc/214746883/Percobaan-5-Pembuatan-Senyawa-
Koor dinasi. (Diakses pada tanggal 25 September 2019).
Gulo, F dan Desi. 2016. Panduan Praktikum Kimia Anorganik 2. Indralaya:
Universitas Sriwijaya.
Munika. 2011. “Percobaan 4 Pembentukan Senyawa Koordinasi”. (Online).
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/69964588?extension=d
ocx&ft=13947145. (Diakses pada tanggal 25 September 2019).
LAMPIRAN

1 gr Nikel klorida Kristal Nikel Klorida


heksahidrat + 5 ml Heksahidrat yang
air + 10 ml NH3 + 2,6 telah disaring
g KI.

Nikel Klorida Nikel Klorida


Heksahidrat + NH3 + Heksahidrat + H2SO4
dimetil glioksim + H2O2 + indicator
amilum

Anda mungkin juga menyukai