Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOORDINASI

PEMBUATAN AMMONIUM DIKROMAT

Disusun Oleh:
Nama : January Prayogi
NPM : A1F017037
Kelompok : 5 (Lima)
Hari,Tanggal : Kamis, 2 Mei 2019
Pertemuan ke- : 4 (Empat)
Dosen Pengampu : Drs.Hermansyah Amir, M.Pd
Asisten Laboran : Tarmo Sujono A.md
Asisten Dosen : 1. Bagus Ariyadi (A1F015029)
2. Indah Meilinda (A1F016016)
3. Nursela Wahyuni (A1F016021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan

koordinasi, yakni  ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat

dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks

karena sulit dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi

yang terjadi merupakan ikatan kovalen di mana pasangan elektron yang

digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan koordinasi bisa

terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat

merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di

pusat sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut

sebagai asam Lewis, umumnya berupa logam. Sedangkan ligan atau

gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi

yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga

dapat disebut sebagai basa Lewis.

Kobalt terdapat dalam mineral kobaltit, smaltit dan eritrit. Sering

terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih besi,

yang mana umum didapatkan sebagai hasil samping produksi. Kobalt

juga terdapat dalam meteorit. Kobalt juga digunakan untuk baja magnet

dan tahan karat lainnya. Sebagai alloy, digunakan dalam turbin jet, dan

generator turbin gas. Logam digunakan dalam elektroplating karena sifat

penampakannya, kekerasannya, dan sifat tahan oksidasinya. Garam


kobal telah digunakan selama berabad-abad untuk menghasilkan warna

biru brilian yang permanen pada porselen, kaca, pot, keramik dan lapis e-

mail gigi. Garam kobal adalah komponen utama dalam membuat biru

Sevre dan biru Thenard. Larutan kobal klorida digunakan sebagai

pelembut warna tinta. Kobal digunakan secara hati-hati dalam bentuk

klorida, sulfat, asetat, nitrat karena telah ditemukan efektif dalam

memperbaiki penyakit kekurangan mineral tertentu pada binatang.

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan percobaan

sintesis kloropentaamin kobalt klorida.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Cobalt Kloria?
2. Apa fungsi setiap perlakuan (prosedur kerja)?
3. Bagaimana hasil pembuatan Cobalt Klorida?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Cobalt Klorida
2. Untuk mengetahui fungsi setiap perlakuan (prosedur kerja)
3. Untuk mengetahui hasil pembuatan Cobalt Klorida
BAB II

METODE PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1. Gelas ukur 8. Erlenmeyer
2. Corong 9. Bola hisap
3. Gelas kimia 10. Hot plate
4. Sudip 11. Pipet volumetri
5. Neraca analitik 12. Oven
6. Kaca arloji 13. Thermometer
7. Batang pengaduk
2.1.2 Bahan
1. Ammonium Klorida
2. Amonium pekat
3. Kobalt(II) Klorida
4. H2O2
5. HCl pekat
6. Kertas saring

2.2 Prosedur Percobaan


5gram Ammonium Klorida
1. Dilarutkan 5 gram Ammoniumm Klorida di dalam 30 ml amoniak
pekat
2. Di tambahkan 10 gram Kobalt (II) Klorida sedikit demi sedikit sambil
di aduk. Dilanjutkan pengadukan sampai terbentuk warna coklat
3. Ditambahkan 8 ml H2O2 30% sedikit demi sedikit
4. Ditambahkan 30 ml HCl pekat perlahan-lahan
5. Dipanaskan pada suhu 85°C selama 20 menit sambil diaduk
6. Didinginkan pada tmperatur kamar dan disaring endapan yang
terbentuk
7. Dicuci dengan 20 ml HCl 6 M yang dingin
8. Dikeringkan endapan didalam oven dengan suhu 100°C selama
beberapa jam
9. Ditimbang endapan yang terbentuk dan dihitung rendemennya
 Setelah penambahan Kobalt(II)Klorida larutan warna
menjadi coklat
 Penambahan H2O2 larutan berwarna ungu
 Saat pemanasan berwarna biru pekat
 Setelah didinginkan larutan dan Endapan berwarna ungu
 Massa kertas saring kosong = 0,5908 gram
 Massa kertas saring + isi = 3,3 gram
 Massa endapan yang terbentuk = 2,7 gram
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan

No Langkah kerja Hasil


1. 1. Dilarutkan 5 gram Ammoniumm  Setelah penambahan
Klorida di dalam 30 ml amoniak Kobalt(II)Klorida
pekat larutan warna
2. Di tambahkan 10 gram Kobalt (II)  menjadi coklat
Klorida sedikit demi sedikit sambil  Penambahan H2O2
di aduk. Dilanjutkan pengadukan larutan berwarna
sampai terbentuk warna coklat ungu
3. Ditambahkan 8 ml H2O2 30%  Saat pemanasan
sedikit demi sedikit berwarna biru pekat
4. Ditambahkan 30 ml HCl pekat  Setelah didinginkan
perlahan-lahan larutan dan Endapan
5. Dipanaskan pada suhu 85°C berwarna ungu
selama 20 menit sambil diaduk  Massa kertas saring
6. Didinginkan pada tmperatur kamar kosong = 0,5908
dan disaring endapan yang gram
terbentuk
 Massa kertas saring
7. Dicuci dengan 20 ml HCl 6 M yang
+ isi = 3,3 gram
dingin
 Massa endapan yang
8. Dikeringkan endapan didalam
terbentuk = 2,7 gram
oven dengan suhu 100°C selama
beberapa jam
9. Ditimbang endapan yang terbentuk
dan dihitung rendemennya

3.2 Pembahasan
3.2.1 Cobalt Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairanekstrasel.
Pemeriksaan konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai
diagnosis banding pada gangguan keseimbangan asam-basa, dan
menghitung anion gap. Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh
keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida
yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan
klorida dalam makanan sama dengan natrium .

Teknik sintesis senyawa kompleks relatif lebih mudah bila


dibandingkan dengan sintesis material anor-ganik maupun senyawa
organik. Dengan proses reaksi kimia biasa dan proses kompleksasi
ligan-logam maka akan terbentuk senyawa kompleks. Dalam jurnal
penelitian ini akan diulas sintesis senyawa kompleks kobalt dengan
ligan asetilasetonato yang merupakan ligan bidentat. Selanjutnya
senyawa kompleks hasil sintesis dikarakterisasi secara konvensional
spektroskopi untuk kemudian diusulkan struktur senyawa kompleks
yang terbentuk dari hasil sintesis.

Senyawa kompleks transisi telah banyak dipelajari sebagai


katalis dalam beberapa reaksi organik. Sifat-sifat kimia yang dimiliki
logam pusat akan memberikan pengaruh pada reaktivitas senyawa
kompleks tersebut. Logam transisi dan senyawanya dapat berfungsi
sebagai katalis dikarenakan memiliki kemampuan mengubah tingkat
oksidasi dan dapat mengadsorbsi substansi yang lain pada
permukaan logam dan mengaktivasi substansi tersebut selama proses
berlangsung. Pada umumnya, hampir semua logam transisi dapat
digunakan sebagai katalis karena logam transisi kaya akan elektron
dan memiliki elektron tidak berpasangan sehingga mudah berikatan
dengan atom lain.
Unsur transisi periode keempat dapat membentuk berbagai
jenis ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam transisi dan
ligan. Ligan adalah molekul atau ion yang terikat pada kation logam
transisi. Interaksi antara kation logam transisi dengan ligan merupakan
reaksi asam-basa Lewis. Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis
yang berperan sebagai spesi pendonor (donator) elektron. Sementara
itu, kation logam transisi merupakan asam Lewis yang berperan
sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan demikian, terjadi
ikatan kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan kation logam
transisi pada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam transisi
kekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang
elektron bebas (PEB). Beberapa contoh molekul yang dapat berperan
sebagai ligan adalah H2O, NH3, CO, dan ion Cl.

Kobalt adalah logam transisi golongan VIII B dan terletak pada


periode keempat dalam sistem peridik unsur. Kobalt memiliki bilangan
oksidasi tertinggi IV, sedangkan kobalt (II) paling stabil diantara
bilangan oksidasi lainnya. Kobalt bersifat rapuh, logam keras
menyerupai penampakan besi dan nikel. Kobalt memiliki preamibilitas
logam sekitar duapertiga dari pada besi. Kobalt cenderung terdapat
sebagai campuran dua allotrop pada kisaran suhu yang sangat lebar.

3.2.2. Hasil percobaan

Menurut Pitulima (2015) Kompleks logam transisi dengan


strearat dapat menguraikan hidroperoksida yang terbentuk selama
oksidasi polimer. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang
tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang
menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam
pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks
juga disebut senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks
memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-macam, mulai
dari bilangan koordinasi dua sampai delapan dengan struktur linear,
tetrahedral, segiempat planar, trigonal bipiramidal dan oktahedral.
Ligan adalah spesies yang memiliki atom atau atom-atom yang dapat
menyumbangkan sepasang elektron (donor pasangan elektron) pada
ion logam pusat (akseptor pasangan elektron) pada tempat tertentu
dalam lengkungan koordinasi. Sehingga ligan merupakan basa lewis
dan ion logam adalah basa lewis.

Beberapa ion logam mempunyai dua jenis valensi, yaitu valensi


utama dan valensi tambahan atau valensi koordinasi. Valensi utama
berkaitan dengan keadaan oksidasi ion logam, sedangkan valensi
tambahan berkaitan dengan bilangan koordinasi ion logam. Ion-ion
logam itu cenderung jenuh baik valensi utamanya maupun valensi
tambahannya. Valensi koordinasi mengarah ke dalam ruangan
mengelilingi ion logam pusat. Pada percobaan ini ion logam pusat
yang digunakan adalah Kobalt (II). Banyak sintesis senyawa kompleks
yang telah dilakukan menghasilkan senyawa antara sebagai katalis
yang dapat membantu dalam reaksi-reaksi kimia.

Pada percobaan kali ini dilakukan sintesis kloropentaamin


kobalt klorida. Pertama, dilarutkan 5 gram Ammoniumm Klorida di
dalam 30 ml amoniak pekat selanjutnya di tambahkan 10 gram Kobalt
(II) Klorida sedikit demi sedikit sambil di aduk, lalu dilanjutkan
pengadukan sampai terbentuk warna coklat setelah itu ditambahkan 8
ml H2O2 30% sedikit demi sedikit Lalu ditambahkan 30 ml HCl pekat
perlahan-lahan, selanjutnya dipanaskan pada suhu 85°C selama 20
menit sambil diaduk didinginkan pada tmperatur kamar dan disaring
endapan yang terbentuk dicuci dengan 20 ml HCl 6 M yang dingin,
terakhir dikeringkan endapan didalam oven dengan suhu 100°C
selama beberapa jam ditimbang endapan yang terbentuk dan dihitung
rendemennya. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil
Setelah penambahan Kobalt(II)Klorida larutan warna menjadi coklat
lalu Penambahan H2O2 menghasilkan berwarna ungu selanjutnya Saat
pemanasan larutan berwarna biru pekat Setelah didinginkan larutan
membentuk Endapan berwarna ungu, dimana Massa endapan yang
terbentuk = 2,7 gram. Menurut Sukardjo (1992) amoniak yang diikat
dengan valensi sekunder disebut dengan ligand. Dalam ligan ada teori
medan ligan Menurut Ralp (1999) teori ini menyediakan cara
penentuan melalui tinjauan elektrostatik.
Di dalam kehidupan sehari-hari senyawa kompleks memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia karena aplikasinya dalam
berbagai bidang seperti dalam bidang kesehatan, famasi, industri dan
3 lingkungan (Sugiyanto, 2015 : 2). Sedangkan Menurut Saria (2015)
Pengembangan sintesis senyawa kompleks masih terus berkembang
hingga saat ini. Kebutuhan aplikasi senyawa kompleks terutama
sebagai katalis terus dikembangkan. Senyawa-senyawa kompleks dari
unsru-unsur di blok d memiliki kelebihan dibanding senyawa lain
karena memiliki orbital d yang kosong. Orbital d inilah yang umunya
berperan dalam proses katalisis.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Klorida merupakan anion utama dalam cairanekstrasel. Pemeriksaan
konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding
pada gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion
gap. Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara
klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung
dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida dalam makanan
sama dengan natrium . Kobalt adalah logam transisi golongan VIII B
dan terletak pada periode keempat dalam sistem peridik unsur
Senyawa kompleks transisi telah banyak dipelajari sebagai katalis
dalam beberapa reaksi organik. Sifat-sifat kimia yang dimiliki logam
pusat akan memberikan pengaruh pada reaktivitas senyawa kompleks
tersebut.

2. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil Setelah


penambahan Kobalt(II)Klorida larutan warna menjadi coklat lalu
Penambahan H2O2 menghasilkan berwarna ungu selanjutnya Saat
pemanasan larutan berwarna biru pekat Setelah didinginkan larutan
membentuk Endapan berwarna ungu, dimana Massa endapan yang
terbentuk = 2,7 gram.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan percobaan baik mengambil
bahan ataupun menimbang lakukan dengan hati-hati agar hasil yang kita
inginkan dapat tercapai dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Candra. 2009. Kimia Dasar. Bengkulu: Unib Press
Maulidia Fa’izzah dan Kristian H. Sugiyarto. 2015. SINTESIS DAN
KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN
LIGAN 1,10-FENANTROLIN DAN ANION
TRIFLUOROMETANASULFONAT. Chemistry Education
Ristika Oktavia Asriza*, Janiar Pitulima. 2015. PHOTODEGRADATION OF
HIGH DENSITY POLYETHYLENE CONTAINING OXO-
BIODEGRADATION ADDITIVES Fotodegradasi High Density
Polyethylene Yang Mengandung Aditif Okso-Biodegradasi. Jurnal
Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 2 /Desember 2017 (7-16)
Sukardjo. 1998. Kimia Fisika Yogyakarta: Rineka Cipta
Yosi Saria, Lucyanti, Nurlisa Hidayati, dan Aldes Lesbani. 2015. Sintesis
Senyawa Kompleks Kobalt dengan Asetilasetonato. Jurnal Ilmu
Pertanian dan Perikanan Desember 2013 Vol. 2 No. 2 Hal : 171-177
ISSN 2302-6308

Anda mungkin juga menyukai