Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PEMBUATAN DAN PENETUAN RUMUS MOLEKUL BESI (II)


OKSALAT

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Muhammad Faqih M(1823061)


2. Eka Cahyani (18231062)
3. Maela Laelatus Sofa (18231063)
4. Avidia Cahya Wisnu (18231064)
5. Noval Yuda Pratama (8231065)
6. Syifa Insyirah (18231066)

PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

1. Mata Kuliah : Praktikum Kimia Anorganik


2. Judul Praktikum : Pembuatan dan Penentuan
Rumus Molekul Besi (II) Oksalat
3. Ketua Kelompok : Muhammad Faqih M
a. Nama Lengkap : Muhammad Faqih Mujahid
b. NIM : 18231061
c. Alamat Rumah dan No Telp./HP : RT/RW
002/015 Kel. Umbul Martani, Kec. Ngemplak,
Kab. Sleman, Yogyakarta
d. Alamat Email : 18231061@students.uii.ac.id
4. Anggota Kelompok :
Muhammad Faqih M
Eka Cahyani
Maela Laelatus S
Avidia Cahya W
Noval Yuda P
Syifa Insyirah

Yogyakarta, 31 Maret 2019

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Allah SWT atas limpahan aufiq dan
hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Anorganik yang
berjudul “Pembuatan dan Penentuan Besi (II) Oksalat” disusun
untuk memenuhi tugas Praktikum Kimia Anorganik.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih


pada :

 Allah SWT
 Dosen pembimbing mata kuliah Praktikum Kimia
Anorganik Bapak Ganjar Fadillah, M.Si yang telah
memberikan bimbingan kepada kami
 Seluruh Asisten dosen
 Kedua orangtua, dan
 Teman-teman yang telah memberikan bantuan

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak


kekurangan serta masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

Akhir kata kami berharap Laporan Praktikum Kimia


Anorganik ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, Maret 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDU

............................................................1

H A L A M A N P E N G E S A H A N ...............................................................................2

K A T A P E N G A N T A R ...........................................................................................3

D A F T A R I S I .......................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN......................................................5

1 . 1 L a t a r B e l a k a n g ........................................................................................5

1.2 Tujuan……………………………………………..……………… 5

BAB II DASAR TEORI....................................................6

B A B I I I M E T O D O L O G I ......................................................................................7

3 . 1 A l a t ............................................................................................................... 7

3.2 Bahan…………………………………………………… .........7

3.3 Prosedur Kerja....................................................7

B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N ............................................................8

4.1 Analisis Data........................................................8

4.2 Pembahasan.............................................10

B A B V P E N U T U P .............................................................................................1 1

5 . 1 K e s i m p u l a n .............................................................................................1 1

5 . 2 S a r a n .........................................................................................................1 1

D A F T A R P U S T A K A .........................................................................................1 2

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Senyawa kompleks merupakan senyawa yang
memiliki warna yang khas yang diakibatkan oleh
adanya unsur dari golongan transisi yang biasanya
berperperan sebagai atom pusat dalam senyawa
kompleks. Atom pusat dalam senyawa kompleks
bersifat sebagai asam Lewis sedangkan ligan dalam
senyawa kompleks berperan sebagai basa Lewis.Ligan
berikatan dengan atom pusat dengan cara mengisi orbital
kosong yang disediakan oleh atom pusat, atau dengan
kata lain ligan berfungsi sebagai penyedia elektron
bagi atom pusat. Ligan dapat terdiri atas ligan
monodentat dan ligan bidentat.
Senyawa kompleks dapat dibuat dengan cara melakukan
sintesis terhadap beberapa senyawa tertentu sehingga
menghasilkan senyawa kompleks yang diinginkan.
Senyawa kompleks besi (II) merupakan salah satu
contoh dari senyawa kompleks yang dapat dibuat
dengan mereaksikan senyawa besi (II) sulfat dengan
asam oksalat dimana senyawa kompleksnya dibuat dengan
metode kristalisasi dan reklistalisasi. Berkaitan dengan
senyawa kompleks yang telah dibuat atau disintesis
maka penetapan rumus molekul senyawa tersebut
merupakan hal penting yang selanjutnya harus dilakukan.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan
percobaan mengenai penetapan rumus molekul senyawa
kompleks dalam hal ini kompleks besi (II) agar dapat
diketahui proses apa saja yang terlibat dalam
pembentukan senyawa kompleks besi (II) tersebut
serta cara penetapan rumus molekul senyawa
kompleks yang tepat untuk senyawa tersebut.

1.2 Tujuan
   
1. Melakukan pembuatan besi (II) oksalat  
2. Penentuan rumus molekul senyawa besi (II) oksalat  

5
BAB II DASAR TEORI

Reaksi antara dua molekul stabil atau lebih dapat


menghasilkan produk reaksi yang stabil dengan sifat yang
karakteristik. Sebagai contoh, kompleks amina akan
terbentuk jika amina direaksikan dengan Kobalt (II)
Klorida. Dalam beberapa hal kompleks tidak memberikan
reaksi dalam larutan yang karakteristik pada ion logam
atau ligan tidak kompleks. Tetapi stabilitas termodinamika
dan kinetika bervariasi sehingga hal ini bukan merupakan
kriteria pembentukan senyawa koordinasi.
Hakekat struktur senyawa koordinasi adalah transfer
elektron yang terjadi anatara ligan dengan ion pusat (ion
logam). Dalam bentuk yang paling sederhana, ikatan
koordinasi terbentuk oleh transfer pasangan elektron dari
ligan (molekul) ke ion pusat. Molekul netral atau ion-ion
yang bertindak sebagai ligan harus memiliki pasangan
elektron sumyi (elektron bebas) seperti NH 3, Cl, C2O4, dan
lain-lain. Senyawa koordinasi paling sederhana akan
terbentuk dengan ikatan sigma antara suatu ligan dan
suatu molekul atau ion logam. Beberapa kompleks dikenal
dimana ikatan sigma atau iatan phi keduanya dapat terjadi.
Kompleks yang terjadi pada ion oksalat memungkinkan
ikatan phi dari orbital 2p pada oksigen mengkonstribusi
sluruh ikatan. Dalam ligan yang lain seperti Karbon
Monoksida (CO) dan Nitrosida (NO), kontribusi dari orbital
ikatan phi berperan dalam seluruh ikatan. Gugus CO
bereaksi dengan suatu logam yang mempunyai orbital
kosong dan dua orbital d terisi untuk memberikan ikatan
resultan dengan ikatan phi antara logam dan karbon.
Sedangkan untuk NO memerlukan suatu logam yang
mempunyai orbital sigma dan dua orbital d yang hanya
mengandung tiga elektron.

6
BAB III METODOLOGI

3.1 Alat
1. Gelas Beaker 
2. Penyaring Buchner 
3. Buret 
4. Gelas Ukur 
5. Termometer 
6. Erlenmeyer
 
3.2 Bahan
 
1. Ammonium besi (II) sulfat (NH 4)2 [Fe(H2O)2(SO4)2].4H2O
2. Asam sulfat 
3. Serbuk seng 
4. Asam oksalat padat 
5. Kalium permanganat 0,1 N  

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan besi (II) oksalat

Dilarutkan dengan 25 mL
8 g ammonium besi (II) sulfat akuades yang telah
diasamkan dengan 1 mL
asam sulfat 2 M

Dilarutkan
5 g asam oksalat

Ditambahkan larutan ammonium


besi (II) sulfat ke dalam larutan Dididihkan
asam oksalat

Ditimbang endapannya Disaring dan diikuti pencucian


dengan akuades hangat dan
aseton

Dioven pada 105° C selama 2 Rendemen


jam

7
3.3.2 Penentuan Komposisi Hasil

0,1 g rendemen Dilarutkan dalam 15 mL asam


sulfat 2 M

Dititrasi dengan larutan standar


2 g serbuk seng
KMnO₄ 0,1 M

Dididihkan Disaring dengan glasswoll

Dititrasi campuran filtrat dan Dicuci residu dengan asam


hasil cucian dengan larutan sulfat 2 M
KMnO₄ 0,1 N

Ditentukan kadar besi oksalat


dan diturunkan rumus
empirisnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

Kadar Fe2+

mgrek Fe2+ = mgrek MnO42-

= Vtitrasi II x N KMnO4

= 0,2 mL x 0.1N

= 0,02 mgrek

¿
m m o l F e 2 + = mgrek Fe 2+ valensi ¿

0,02 mgrek
=
2mgrek /mmol

= 0.01 mmol

mg Fe2+ = mmol Fe2+ x ar Fe

= 0.01 mmol x 55,85 mg/mmol

8
= 0,5585 mg

Kadar C2O42-

mgrek C2O42- = mgrek MnO42- - mgrek C2O42-

= (Vtitrasi I - Vtitrasi II) x N KMn4

= (0,7 mL - 0,2 mL) x 0,1 N

= 0,05 mgrek

¿
m m o l C 2 O 4 2 - = mgrek C 2 O 42− valensi ¿

0,05 mgrek
=
2mgrek /mmol

= 0,025 mmol

mg C2O42- = mmol C2O42- x Mr C2O42-

= 0,025 mmol x 88 mg/mmol

= 2,2 mg

Penentuan H2O

massa endapan basah−massa endapan kering


mmol H2O =
BM H 2O

1,2664 mg−1,0274 mg
=
18,02 mg/mmol

= 13,26 mmol

Penentuan rumus molekul

mmol Fe2+ : mmol C2O42- : mmol H2O

0,01 mmol : 0,025 mmol : 13,26 mmol

1 : 2,5 : 1326

Rumus molekul : [Fe {C2O4)2,5 (H2O)1326]2-

9
4.2 Pembahasan

Praktikum yang telah dilakukan yaitu pembuatan dan


penentuan rumus molekul besi (II) oksalat. Tujuan dari
praktikum ini adalah praktikan dapat melakukan pembuatan
besi (II) oksalat dan dapat menentukan rumus molekulnya.
Pembuatanbesi (II) oksalat menggunakan larutan ammonium
besi (II) sulfat dengan larutan asam oksalat.
Pembuatan larutan ammonium besi (II) oksalat dilarutkan
dengan akuades yang telah diasamkan dengan asam sulfat.
Penambahan asam sulfat bertujuan untuk memberikan suasana
asam serta untuk mempermudah pelarutan. Endapan yang
terbentuk dari campuran (NH4)2Fe(SO4)2 dan H2C2O4 adalah
endapan FeC2O4 berwarna kuning.
Endapan kuning yang terbentuk disaring
dengan penyaring buchner, lalu dicuci dengan air hangat dan
aseton. Air hangat digunakan agar senyawa yang tertinggal
pada erlenmeyer dapat larut sehingga mudah untuk disaring.
Pencucian dengan aseton bertujuan untuk mengikat air yang
tertinggal dalam larutan dan endapan, endapan yang terbentuk
mengandung ion Fe2+ dan ion C2O42-di dalamnya. Hasil
endapan yang didapatkan dilarutkan dalam asam sulfat untuk
menciptakan suasana asam. Kemudian dititrasi dengan KMnO4.
Titrasi dilakukan dalam keadaan panas atau pada suhu 60
derajat.Tujuan dari pemanasan adalah untuk memepercepat
reaksi. Penambahan Zn pada
larutan bertujuan untuk mereduksi Fe3+menjadi
Fe2+.Pendidihan larutan setelah penambahan Zn berfungsi
untuk mempercepat reaksi pembentukan Fe2+. Terbentuknya
Fe2+ dapat diketahui dengan penambahan KSCN yang
membentuk kompleks berwarna, sehingga jika ditambahkan
KSCN larutan tidak mengalami perubahan warna maka didalam
larutan sudah tidak ada Fe3+ dan hanya terdapat Fe2+ saja.

10
Larutan tiosianat berfungsi untuk meguji ada tidaknya/ sudah
atau belum terbentuknya Fe2+. Kompleks Fe2+ yang
terbentuk disaring dengan glass woll dengan tujuan untuk
menyaring Zn sisa reaksi. Residu di cuci atau dibilas dengan
H2SO4. Tujuannya adalah agar Zn yang masih terbawa dapat
terikat dengan H2SO4 dan terpisah dari kompleks yang
diinginkan. Rumus molekul
yang di peroleh dari analisis data yaitu[Fe {C 2O4)2,5 (H2O)1326]2-
yang berarti ada 1 mol Fe; 2,5 mol C 2O4; 1326 mol H2O.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

  
Hasil dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan :
 
1. Besi (II) oksalat terlihat jelas pada kertas saring yang
berwarna kuning terang setelah dipanaskan dalam oven.

2. Rumus molekul senyawa besi (II) oksalat yaitu


[Fe{C2O4)2,5 (H2O)1326]2-

5.2 Saran

Ketika melakukan percobaan ini, dari awal proses


penimbangan bahan, melarutkan, menyaring, hingga titrasi
perlu dilakukan dengan cermat agar data yang diperoleh
benar-benar valid dan rumus molekul yang dihasilkan dapat
dipertanggungjawabkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L., Suhartana., dan Sariatun., 2013, Sintesis dan


Karakterisasi Senyawa Kompleks Cu(Ii)-8-Hidroksikuinolin Dan
Co(Ii)-8-Hidroksikuinolin, Chem Info,

Syahlah, G.1995. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kimia


Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Day, R. A. dan Underwood. A. I.199 . Analisis Kimia


Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Sugiyarto, dkk. 2010. Kimia Anorganik Logam.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Syukri, S.1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB

12

Anda mungkin juga menyukai