Dosen Pengampu:
Dr. Syahruddin Kasim, S.Si. M.Si
DISUSUN OLEH:
Kelompok B1
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
ini yang berjudul “Kobalt (Co)”. Penulisan makalah ini sebagai salah satu tugas
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami juga
Kelompok B1
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Darimana sumber unsur Co?
2. Bagaimana kelimpahan Co?
3. Bagaimana karakteristik Co?
4. Bagaimana pemanfaatan Co?
5. Bagaimana bahaya yang ditimbulkan oleh Co?
6. Bagaimana penanggulangan bahaya Co?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sumber unsur Co.
2. Untuk mengetahui kelimpahan Co.
3. Untuk mengetahui karakteristik Co.
4. Untuk mengetahui pemanfaatan Co.
5. Untuk mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh Co.
6. Untuk mengetahui penanggulangan bahaya Co.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber
Mineral Cobalt terpenting antara lain Smaltite (CoAs2), Cobalttite
(CoAsS) dan Lemacite (Co3S4). Sumber utama Cobalt disebut “Speisses” yang
merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan Pb. Cobalt juga
terdapat dalam meteorit. Bijih mineral kobal yang penting ditemukan di Zaire,
Moroko, dan Kanada. Survei badan geologis Amerika Serikat telah
mengumumkan bahwa di dasar bagian tengah ke utara Lautan Pasifik
kemungkinan kaya kobalt dengan kedalaman yang relatif dangkal, lebih dekat
ke arah Kepulauan Hawai dan perbatasan Amerika Serikat lainnya. Unsur
Cobalt di alam selalu didapatkan bergabung dengan nikel dan biasanya juga
dengan arsenik.
2.2 Kelimpahan
Kobalt murni tidak ditemukan di alam, tetapi senyawa dari kobalt yang
umum. Di alam, sering dikaitkan dengan nikel dan keduanya merupakan salah
satu komponen kecil dari besi meteorit. Mamlia memerlukan kobalt dalam
jumlah kecil yang merupakan dasar dari vitamin B12. Co-60 merupakan suatu
isotop radioaktif yang dihasilkan dari kobalt yang digunakan dalam
pengobatan kanker. Kobalt terdapat dalam mineral cobaltit, smaltit, dan eritrit.
Sering terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga, dan bijih besi
yang mana umumnya didapatkan sebagai hasil simpanan produksi. Kobalt
juga terdapat dalam meteorit.
Di alam Cobalt terdapat dalam lapisan kerak bumi yaitu sekitar
0,004% dari berat kerak bumi atau sekitar 30 ppm dari kerak bumi.
Persenyawaan Cobalt yang ada di alam selalu ditemukan dengan bijih logam
nikel, terkadang juga bersamaan dengan bijih tembaga serta bijih timbal.
Negara-negara yang secara komersil memproduksi logam murni Cobalt dari
mineralnya di alam antara lain: Zaire (32,5%), Zambia (16%), Australia
(11%), USSR (10%) dan Kanada (9%). Bijih mineral kobal yang penting
3
ditemukan di Zaire, Moroko, dan Kanada. Survei badan geologis Amerika
Serikat telah mengumumkan bahwa di dasar bagian tengah ke utara Lautan
Pasifik kemungkinan kaya kobal dengan kedalaman yang relatif dangkal, lebih
dekat ke arah Kepulauan Hawai dan perbatasan Amerika Serikat lainnya
2.3 Karakteristik
2.3.1 Sifat Fisika
a. Berwarna abu-abu metalik
b. KobalT bersifat rapuh, logam keras, menyerupai penampakan besi dan
nikel.
c. Nomor atom : 27
d. Massa atom : 58, 9332 g·mol−1
e. Elektronegativitas : 1,88 (skala Paulung)
f. Kepadatan : 8.90 g·cm−3 pada 20 oC
g. Titik lebur : 1495 °C
h. Titik didih : 2927 °C
i. Kalor peleburan : 16.06 kJ·mol−1
j. Kapasitas kalor : 24.81 J·mol−1·K−1
k. Konfigurasi elektron : [Ar] 4s2 3d7
l. Kulit elektron : 2, 8, 15, 2
m. Elektron : 27
n. Proton : 27
o. Neutron : 32
p. Bilangan oksidasi : -1, 0, +1, +2, +3, +4, +5
q. Jari-jari atom : 125 pm
r. Konduktivitas termal : 1000 W·m−1·K−1
4
c. Pelarutan dalam asam nitrat disertai dengan pembentukan nitrogen
oksida, reaksi yang terjadi adalah:
Co + 2H+ → Co2+ + H2
3Co + 2HNO3 + 6H+ → 3Co2+ + 2NO + 4H2O
d. Kurang reaktif
e. Kobalt tidak terlalu reaktif dengan udara. Namun pada pemanasan,
oksida Co2O4 terbentuk. Jika dilakukan diatas 900 oC, hasilnya adalah
CoO
3Co(s) + 4O2(g) → 2Co3O4(s)
2Co(s) + O2(g) → 2CoO(s)
f. Dapat membentuk senyawa kompleks
g. Senyawanya umumnya berwarna
h. Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co2+ yang berwarna merah
i. Senyawa-senyawa Co(II) yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi
berwarna biru
j. Ion Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks-kompleksnya stabil baik dalam
bentuk larutan maupun padatan
k. Kobalt(II) dapat dioksidasi menjadi kobalt(III)
l. Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk endapan hitam
m. Tahan korosi
2.4 Pemanfaatan
a. Dapat dicampur dengan besi, nikel dan batang-batang rel lain untuk
membuat Alnico, suatu campuran logam memiliki kekuatan magnetis yang
banyak digunakan mesin jet dan turbin gas mesin/motor.
b. Alloy stellit mengandung kobalt, khrom, dan wolfram, yang bermanfaat
untuk peralatan berat, peralatan yang digunakan pada suhu tinggi, maupun
peralatan yang digunakan dengan kecepatan tinggi.
c. Digunakan sebagai bahan baja tahan-karat dan baja magnit.
d. Digunakan di dalam campuran logam untuk turbin gas generator dan
turbin pancaran.
e. Digunakan di dalam menyepuh listrik oleh karena penampilannya,
kekerasan, dan perlawanan ke oksidasi.
5
f. Digunakan untuk produksi warna biru permanen untuk porselin, kaca
patri, ubin, dan perhiasan enamel.
g. Logam kobalt mempunyai kekuatan magnetis yang sering digunakan di
berbagai sektor industri. Contohnya untuk bahan magnit pada loudspeaker
atau mikrofon serta bahan baja tahan karat dan baja magnit.
h. Cobalt-60, merupakan artifical isotop, dimana sebagai suatu sumber sinar
penting, dan secara ekstensif digunakan sebagai agen radiotherapeutic.
Cobalt-60 dapat memancarkan sinar gamma yang mampu membunuh
virus, bakteri, dan mikroorganisme patogen lainnya tanpa merusak produk.
Cobalt60 digunakan untuk mengiradiasi sel kanker. Dengan dosis radiasi
tertentu yang terkendali, maka sel kanker akan terbunuh, sedangkan sel
normal tidak akan terpengaruh dan akan bertahan terhadap radiasi.
i. Digunakan sebagai campuran pigmen cat.
j. Kobalt merupakan bagian penting dari vitamin B12 yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh.
6
orang yang mengoperasikannya berisiko terkontaminasi. Selain itu
masyarakat yang tinggal di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir juga
sangat rentan terkontaminasi zat-zat radioaktif apabila ada kebocoran atau
tumpahan ketika reaksi nuklir berlangsung. Meskipun jarang terjadi,
Cobalt-60 bisa saja bercampur dengan makanan atau air sehingga ikut
masuk ke dalam tubuh manusia. Tidak hanya itu, Cobalt-60 yang
bercampur dengan debu bisa pula terhirup dan menyusup ke tubuh
manusia sehingga menyebabkan kanker.
d. Kobalt (Co) dalam jumlah yang besar yang masuk ke dalam tubuh akan
merusak kelenjar gondok, sel darah merah menjadi berubah, tekanan darah
menjadi tinggi, pergelangan kaki menjadi bengkak, penyakit gagal
jantung, sesak nafas, batuk-batuk dan kondisi badan yang lemah.
2.6 Penanggulangan
a. Melakukan pengolahan terhadap limbah air yang mengandung logam Co
sehingga aman dibuang ke lingkungan.
b. Menanam tanaman eceng gondog di badan air yang tercemar oleh logam
Co.
c. Untuk mengurangi risiko terkena dampak negatif dari penggunaan Co-60.
Bagi orag-orang yang pekerjaannya bersinggungan dengan radiasi kobalt
disarankan untuk melakukan tes kesehatan secara rutin. Beberapa tes
laboratorium dapat mengukur jumlah Co-60 dalam air seni, bahkan pada
tingkat yang sangat rendah. Saat ini juga ditemukan teknik whole-body
counting yang dapat mendeteksi sinar gamma yang dipancarkan Co-60
dalam tubuh. Bahkan ada pula alat-alat ponabel yang dapat langsung
mengukur Co-60 pada kulit atau rambut.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Co dengan nomor atom 27. Warnanya sedikit berkilauan, metalik, dan
keabu-abuan. Di alam, kobalt terdapat dalam bentuk senyawa Smaltite (CoAs2),
Cobalttite (CoAsS) dan Lemacite (Co3S4). Eritrit juga terdapat dalam meteorit,
terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga, dan biji besi. Vitamin
B12 mengandung sebagian kecil kobalt.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Handayani, Apriska, H., dan Wardani, P.A. 2017. “Tugas Kimia
Anorganik 2”. Universitas Sriwijawa, diakses pada tanggal 6 November
2021.