Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

PERCOBAAN VI
“GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP”

Disusun Oleh:
Nama : Mutiara Shifa
NIM : 24030121130061
Hari, tanggal : Senin, 26 September 2022
Kelompok :9
Asisten : Lidia Leela

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
MODUL 6
GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

Semarang, 24 September 2022

Mengetahui, Praktikan
Asisten

Lidia Leela Mutiara Shifa


24030119130080 24030121130061
PERCOBAAN VI
GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Menentukan cara mensintesis garam rangkap tembaga (II) ammonium
sulfat dan garam kompleks tetramintembaga (II) sulfat monohidrat
I.2. Menentukan sifat-sifat garam hasil sintesis

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Senyawa kompleks
Senyawa kompleks merupakan sebuah senyawa yang memiliki
logam pusat dan ligan yang terdiri dari dua atau lebih yang mana ligan
tersebut menyumbangkan PEB-nya ke ion logam pusat. Ion logam
pussat berupa ion logam golongan transisi. Senyawa ompleks juga biasa
disebut senyawa koordinasi karena sumbangan PEB dari ion ligan ke
ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi (Tuli, 2000).
II.2. Pembentukan kompleks
Dalam pembentukan senyawa kompleks, ikatan kovalen
koordinasi antara sebuah ion logam yang berperan sebagai logam pusat
dengan satu atau lebih ion pendonor electron atau yang biasanya disebut
ligan berikatan (Selby, 1985).
II.3. Pembuatan senyawa kompleks
Proses pembuatan senyawa kompleks sendiri bisa dilakukan
dengan penguapan atau penambahan pelarut, pendinginan, serta
penambahan anion atau kation. Juga dapat melalui reaksi reduksi-
oksidasi. Tetapi, kompleks jarang yang dibuat dengan reaksi reduksi
karena akan menghasilkan oksidasi yang tidak stabil (Sugiyarto, 1985).
II.4. Garam kompleks dan garam rangkap
Garam rangkap yakni garam yang Ketika dilarutkan dalam air
maka identitasnya akan hilang. Garam rangkap akan terbentuk Ketika
dua garam mengalami kristalisasi Bersama dengan perbandingan
tertentu. Garam rangkap mempunyai struktur sendiri yang tidak sama
dengan komponennya. Garam kompleks yaitu garam yang Ketika
dilarutkan dalam air, identitasnya tetap. Garam kompleks terdiri dari
ion-ion kompleks yang terikat dengan ikatan koordinasi (Rosbiono,
2012).
II.5. Kompleks werner dan kompleks logam karbonil
Kompleks werner ialah proses terbentuknya ikatan yang
disebabkan oleh bergabungnya orbital hibridisasi dengan atom
pusatnya. Untuk kompleks logam karbonil sendiri yaitu suatu kompleks
yang memiliki ikatan C lebih sedikit apabila dibandingkan dengan
kompleks lain (Sukarjo, 1992).
II.6. Kompleks inert dan labil
Klasifikasi senyawa kompleks yaitu kompleks inert dan
kompleks labil. Kompleks inert merupakan reaksi yang terjadi secara
lambat atau bahkan tidak terjadi reaksi, sedangkan kompleks labil
mengalami pertukaran secara cepat. Kompleks labil secara
termodinamika apabila dilihat dari sisi kinetikanya labil, sedangkan
kompleks inert yang secara termodinamika apabila dilihat dari sisi
kinetikanya tidak stabil (Chang, 2010).
II.7. Hibridisasi pada ion [Cu(NH3)4]2+
Pada senyawa kompleks [Cu(NH3)4]2+, tembaga ada di pada
posisi bilangan oksidasi tertinggi, yaitu +2 dengan konfigurasi
elektronnya 3d94s0. Electron pada orbital kulit 3d akan tereksitasi ke
kulit terluar, sehingga ligan ammonium akan masuk ke kulit terluar 3d,
4s, dan 4p yang belum terisi dengan hibridisasi dsp 2. Hibridisasi
[Cu(NH3)4]2+ dijelaskan pada diagram berikut (Raynor, 1969):
II.8. Ligan
Ligan yaitu molekul bermuatan netral yang mampu
menyumbangkan electron. Contohnya yaitu NH3, F-, Br-, dan Cl-.
Ligan dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu (Male, 2013):
- Ligan Monodentat
- Ligan Bidentat
- Ligan polidentat
II.9. Stabilitas kompleks
Stabilitas kompleks terdiri dari kestabilan kinetika dan
kestabilan termodinamika. Kestabilan kinetika berkaitan dengan energi
aktivasi pada saat proses pertukaran ligan, sedangkan kestabilan
termodinamika berkaitan dengan energi gibs untuk menghasilkan
produk dari reaktan yang ada (Sodiq, 2015).
II.10. Factor-faktor yang memengaruhi stabilitas kompleks
Berikut yaitu factor-faktor yang memengaruhi stabilitas ion
kompleks, yaitu (Hermawati, Sulistya, Suhartana, & Taslimah, 2016):
1. Ion logam pusat
- Elektronegativitas serta kemampuan polarisasi logam
- Distribusi muatan
- Factor CFSE
- Ukuran dan muatan
2. Ligan
- Momen dipol
- Kebasaan ligan
- Efek khelat dan efek sterik
- Kemampuan membentuk ikatan phi
- Besarnya lingkaran dan ruang
- Ukuran dan muatan
II.11. Kristalisasi
Proses terbentuknya partikel solid dalampada fasa homogen.
Kristalisasi merupakan salah satu tehnik pemurnian yang hasilnya
berwujud padatam yang dilakukan berdasarkan prnsip kelarutan. Proses
pembentukan kristal terdiri dari dua tahap yakni nukleasi dan
pertumbuhan kristal (Pinalia, 2012).
II.12. Rekristalisasi
Rekristalisasi yakni sebuah proses yang menggunakan Teknik
pemurnian zat padat dari pengotornya dengan menggunakan cara
mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan ke dalam pelarut
yang sesuai (Pinalia, 2012).
II.13. Analisa bahan
II.13.1. Kristal kupri sulfat pentahidrat
- Sifat Kimia: larut dalam air, methanol, dan gliserol; bersifat
higroskopis; dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata.
- Sifat Fisika: berbentuk padat, berwarna biru, titik lebur
147oC, densitas sebesar 2.284 g/cm3.
(MSDS, 2019)
II.13.2. Kristal ammonium sulfat
- Sifat Kimia: tidak larut dalam pelarut etanol
- Sifat Fisika: berwujud padat, tidak berwarna, pH 5-6,
densitas sebesar 1.676 g/cm3.
(MSDS, 2022)
II.13.3. Etil alcohol
- Sifat kimia: merupakan pelarut untuk bahan kimia organic,
merupakan alcohol paling tidak beracun.
- Sifat fisika: titik beku -114.1oC, titik didih 78.31oC, densitas
sebesar 0.7839 g/mol pada 20oC, sangat larut dalam air pada
suhu 20oC.
(MSDS, 2019)
III. METODE PENELITIAN
III.1. Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
- Tabung reaksi besar dan kecil
- Gelas ukur 50 mL dan 10 mL
- Gelas beker 100 mL
- Gelas arloji
- Pompa vakum
- Pemanas
- Neraca analitik
- Corong buchner
- Erlenmeyer hisap
III.1.2. Bahan
- Kristal kupri sulfat pentahidrat
- Kristal ammonium sulfat
- Etil alkohol
III.2. Gambar alat

Tabung Reaksi
Gelas Ukur

Gelas Beker Gelas Arloji


Pompa Vakum Pemanas

Neraca Analitik Corong Buchner

Erlenmeyer Hisap
III.3. Skema kerja
III.3.1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O

0,02 mol CuSO4(NH4)2SO4.5H2O + (NH4)2SO4 2,64 gr

Gelas Beker

Panaskan pelan-pelan
Biarkan larutan menjadi dingin dan terbentuk kristal
Dinginkan campuran menggunakan penangas air
Lakukan dekantasi
Keringkan kristal dan timbang

Hasil
III.3.2. Pembuatan garam tetramintembaga (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4(H2O)

8 mL ammonia 15 M

Cawan penguapan

Encerkan dengan 5 mL aquades

0.02 mol serbuk CuSO4.5H2O

Bubuhkan ke dalam larutan ammonia


Pengadukan
Bubuhkan 8 mL etanol melalui dinding gelas
Tutup dengan gelas arloji, biarkan selama semalam
Aduk pelan-pelan untuk mengendapkan kristal
Dekantasi
Penapisan kristal dengan kertas saring
Bilas dengan campuran ammonia dan etanol
Bilas menggunakan etil alcohol
Saring dengan pompa vakum
Hasil
III.3.3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap,
dan garam kompleks

Kristal kupri sulfat anhidrat

Tabung reaksi

- Teteskan 2-3 mL akuades


- Catat apa yang terjadi
- Bubuhkan tetes demi tetes larutan 8M sampai 5
mL
- Pencatatan

Hasil

Garam rangkap hasil percobaan A

Tabung reaksi besar

- Larutkan dalam 5 mL akuades

Garam kompleks hasil percobaan B

Tabung reaksi besar

- Larutkan dalam 5 mL akuades


- Bandingkan warna larutan
- Perkirakan jenis ion yang menyebabkan adanya
perbedan warna

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
DAFTAR PUSTAKA

Chang. (2010). Kimia Dasar Jilid I. Erlangga.


Hermawati, Sulistya, E., Suhartana, & Taslimah, &. (2016). Sintesis dan
karakterisasi Senyawa Kompleks Zn(II)-8-Hidroksikuinolin. Jurnal Kimia
Sains dan Aplikasi.
Male, H. T. (2013). SYNTHESIS OF BINUCLEAR COMPLEX COMPOUND OF
{[Fe(L)(NCS) 2 ] 2 Oks} (L = 1,10-Phenantrolin and 2,2’-Bypiridine)
Sintesis Senyawa Kompleks Berinti Ganda {[Fe(L)(NCS) 2 ] 2 Oks} (L =
1,10-Fenantrolin Dan 2,2’-Bipiridin).
MSDS. (2019). Copper Sulphate Pentahydrate. Material Safety Data Sheet.
MSDS. (2019). Lembaran Data Keselamatan Etil Alkohol. Lembar Data
Keselamatan Bahan.
MSDS. (2022). Amonium Sulfat untuk Analisis EMSURE.
Pinalia. (2012). Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat untuk Meningkatkan
Kemurnian Kristal Ammonium Perklorat. Majalah Sains dan Teknologi.
Raynor. (1969). Determ Ination of Hybridisation and the H-N-H Bond Angle of
Ammonia in [Cu(NH3)4].
Rosbiono. (2012). Terminologi-Karakteristik-Metode Pendeteksian-Aplikasi,
Klasifikasi, Tatanama dan Isomerisasi Senyawa Koordinasi. Modul Kimia
Anorganik.
Selby. (1985). Earth's Changing Surface an Introduction to Geomorphology.
Clarendon Press Oxford.
Sodiq. (2015). Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sugiyarto. (1985). Dasar-Dasar Kimia Anorganik Transisi. Graha Ilmu.
Sukarjo. (1992). Kimia Koordinasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Tuli. (2000). Advanced Inorganic Chemistry Volume II. S. Chand and Company.

Anda mungkin juga menyukai