Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

PERCOBAAN III
“ION KOMPLEKS KARBONATOTETRAAMMINKOBALTAT(III)”

Disusun Oleh:
Nama : Mutiara Shifa
NIM : 24030121130061
Hari, tanggal : Senin, 24 Oktober 2022
Kelompok :9
Asisten : Angling Sekar

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
MODUL III
ION KOMPLEKS KARBONATOTETRAAMMINKOBALTAT(III)

Semarang, 22 Oktober 2022

Mengetahui, Praktikan
Asisten

Angling Sekar Mutiara Shifa


24030119130097 24030121130061
PERCOBAAN III
ION KOMPLEKS KARBONATOTETRAAMMINKOBALTAT(III)

I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Mempelajari cara pembuatan, pemurnian, dan karakterisasi ion
kompleks [Co(NH3)4CO3]+

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Senyawa kompleks dan ion kompleks
Senyawa kompleks yakni jenis senyawa yang dapat terbentuk
dikarenakan adanya ikatan ion pusat dan ligan. Senyawa kompleks juga
biasa disebut dengan senyawa koordinasi. Senyawa kompleks terdiri
dari ion lawan dan ion kompleks. Ion kompleks merupakan ion yang
didalamnya terdiri dari kation dari logam pusat yang nantinya akan
berikatan dengan satu atau lebih ion atau molekul atau yang disebut
dengan ligan (Hermawati, Suhartana, & Taslimah, 2016)
II.2. Pembentukan kompleks
Pembentukan senyawa kompleks dapat terjadi apabila terdapat
ketidakstabilan pada ion logam pusat yang mana elektronnya tidak
memenuhi orbital d atau f sehingga ion logam pusat dan ligan tersebut
kemudian dapat membentuk ikatan kovalen koordinasi yang selanjutnya
dapat tercipta suatu senyawa kompleks. Secara mekanismenya, seuatu
senyawa kompleks terbentuk Ketika suatu pelarut berinteraksi dengan
padatan dan menghasilkan hubungan ion-dipol. Interaksi ini
menyebabkan terurainya senyawa ionic menjadi ion-ion serta membuat
deprotonasiligan yang kemudian akan membentuk senyawa kompleks
(Hermawati, Suhartana, & Taslimah, 2016).
II.3. Ligan
Ligan merupakan gugus penengeliling yang akan mengisi
kekosonga electron pada atom pusat saat pembentukan kompleks. Ligan
juga merupakan molekul netral yang bermuatan negative atau anion
yang nentinya akan berikatan kovalen koordinasi. Atom lian memiliki
beberapa syarat yakni mempunyai pasangan electron bebas yang
digunakan untuk berikatan kovalen koordinasi (Hermawati, Suhartana,
& Taslimah, 2016)
II.4. Atom pusat
Atom pusat merupakan suatu unsur transisi yang dapat
menerima pasangan electron bebas dari ligan. Atom pusat biasanya
dalam bentuk kation yang mana akan dapat berperan sebagai asam
lewis atau sebagai penerima PEB (Rosbiono, 2012).
II.5. Geometri senyawa kompleks
Geometri senyawa kompleks dikatakan sebagai bentuk struktur
dari senyawa kompleks. Geometri senyawa kmpleks ini dapat
diprediksi melalui bilangan koordinasi yang akan menyatakan jumlah
donor dari atom bagian ligan yang berikatan dengan atom pusat.
Ketentuan lainnya yaitu dalam penentuan geometri senyawa kompleks
pada bilangan koordinasi yaitu adanya ligan yang berikatan merupakan
ligan monodentate akan dihasilkan bilangan oksidasi yang sama dengan
jumlah ligan (Pranoto, 2011).
II.6. Stabilitas kompleks dan factor-faktor yang memengaruhi
Stabilitas kompleks adalah sebuah parameter yang menyatakan
sebuah kompleks dalam kondisi stabil. Dimana kestabilan
termodinamika ini mengacu pada perbahan energi bebas gibs yakni
perubahan dari rektan menghasilkan produk sedangkan kinetika
menunjuk pada energi aktifasi dalam substitusi reaksi pertukaran ligan.
Dalam kestabilan termodinamika dikenal dengan harga K yang
memberikan detail konsentrasi relative dalam kesetimbangan dimana
semakin besar harga K maka konsentrasi jauh lebih besar dan kestabilan
kompleks terwujud saat harga K besar. Sedangkan pada kestabilan
kinetika dikenal dengan energi aktifasi yang mana semakin besar energi
aktifasi maka kestabilan kinetika pun menjadi besar. Adapun faktor
yang mempengaruhi sebagai berikut (Sunarto, 2007):
a. Berdasar ion pusat
1) Rapat muatan yang berbanding lurus dengan stabilitas
ion dimana semakin bertamabah rapat muatan ion pusat
maka kompleks stabil.
2) CFSE (energi penstabilan medan ligan)
Stabilitas kompleks bertambah dengan adanya CFSE.
3) Polarisabilita
Ion – ion logam asam keras akan membentuk kompleks
yang stabil aoabila liganya adalah basa keras. Yakni
tingginya elektronegatif dan ukurannya yang kecil.
b. Berdasar aspek ligan
1) Ukuran cincin
2) Hambatan ruang
3) Polarisabilitas
II.7. Teori-teori senyawa kompleks
Teori-teori senyawa kompleks adalah sebagai berikut (Prananto,
2011):
II.7.1. Teori Ikatan Valensi
Teori ini menyatakan bahwa terbentuknya ikatan kompleks
disebabkan adanya ikatan valensi antara atom pusat dan ligan.
II.7.2. Teori Medan Kristal
Dari teori ini dijelaskan bahwa kompleks mempunyai
medan listrik di ligan dan atom pusatnya. Medan listrik itu
dihasilkan dari tolakan elektron dari ligan yang memberikan
muatan negative dengan atom pusatnya.
II.7.3. Teori Orbital Molekul
Teori ini yang menjelaskan mengenai ikatan kovalen dalam
senyawa kompleks serta berkaitan pula dengan energi dimana
energi pada atom pusat lebih rendah sehingga memiliki ikatan
yang sifatnya ionik.
II.8. Ion kompleks karbonatotetraamminkobalt
Ion kompleks tersebut merupakan senyawa kompleks dengan
sifat yang larut dalam air atau dalam penamaan kompleks ialah
kompleks warner. Reaksi antara Co(NO3)2.6H2O, NH4OH dan
(NH4)2CO3 yakni proses reaksi pembentukan kompleks
karbonatetraaminkobaltat yang dilakukan pada air melibatkan
penggantian ligan berupa H2O dengan NH3 serta oksidasi air
(Setyopratomo, 2011).
II.9. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan sebuah proses pemisahan dan pemurnian
yang sasarannya yaitu menghasilkan produk kristal dengan kualitas
yang diinginkan. Kristal dihasilkan dari lelehan atau larutan. Pelarutan
merupakan faktor terpenting dalam proses kristalisasi. Pemilihan
pelarut harus dilakukan dengan tepat karena pelarut mempengaruhi
kecepatan nukleasi dan morfologi kristal (Setyopratomo, 2011).
II.10. Warna ion kompleks
Warna ion kompleks adalah sebuah sifat atau ciri yang dapat
diamati dari senyawa kompleks. Warna ini dihasilkan akibat adanya
pengisian elektron dari atom ligan yang dimiliki senyawa kompleks ke
dalam orbital tidak penuh yang dimiliki atom pusat. Warna ini akan
muncul dan menjadi ciri khas dari senyawa kompleks itu sendiri. Warna
ion kompleks ini dipengaruhi oleh jumlah elektron pada orbital yang
dimiliki atom pusat, pengaturan ligan disekitar ion logam, isomer
geometri dimana setiap perbedaan bentuk dari isomer geometri
memberikan warna beda. Selain itu jenis ligan turut mempengaruhi
perubahan warna (Hamim, 2008).
II.11. Analisa bahan
II.11.1. Kobalt (II) nitrat heksahidat padat
- Sifat Fisika: padatan, berwarna coklat atau merah, bau
lemah, titik lebur 57oC
- Sifat Kimia: pH 4 pada 100 g/L 20oC, tidak
mudahmeledak, densitas 1,87 gr/cm3, dapat meledak
dengan bahan yang dapat teroksidasi
(MSDS, 2018)
II.11.2. Ammonium karbonat
- Sifat Fisika: padatan, tidak berwarna, bau seperti ammonia,
tekanan uap 69 hPa pada 20oC
- Sifat Kimia: pH 9,4 pada 100 g/l 20oC, tidak mudah
terbakar namun berpotensi meledak dengan natrium
hipoklorit dan hydrogen peroksida
(MSDS, 2007a)
II.11.3. Larutan ammonia pekat
- Sifat Fisika: cairan, tidak berwarna, berbau pedih seperti
ammonia, titik didih 37,7oC, titik leleh -57,5%
- Sifat Kimia: dapat larut dalam air, bersifat korosif terhadap
logam, tidak mudah terbakar.
(MSDS, 2021)
II.11.4. Larutan hydrogen peroksida 30%
- Sifat Fisika: cair, tidka berwarna namun agak berbau, titik
leleh -26oC
- Sifat Kimia: pH 2-4 pada 20oC, dapat larut dalam air, tidak
mudah meledak, berpotensi mengoksidasi, dapat menyulut
api apabila terjadi pelepasan oksigen
(MSDS, 2007b)
II.11.5. Ethanol
- Sifat Fisika: cair, todak berwarna, bau seperti alcohol, titkk
didih 78,3oC, titik leleh 114,5oC
- Sifat Kimia: pelarut yang baik bagi senyawa organic,
mudah menguap dan mudah terbakar, memiliki pH 7 pada
10 g/L dan 20oC, dapat bercampur dengan air, volatile
(MSDS, 2017)
III. METODE PENELITIAN
III.1. Alat
- Gelas Beker
- Gelas ukur
- Corong gelas
- Pemanas spiritus
- Erlenmeyer
- Neraca analitik
- Pompa vakum
III.2. Bahan
- Kobalt (II) nitrat heksahidat padat
- Ammonium karbonat
- Larutan ammonium pekat
- Larutan hydrogen peroksida 30%
- Kertas saring whatman 40
- Ethanol
III.3. Skema kerja

10ogro(NH4)2CO3o+o30 ml
7.5ogrokristaloCoSO4.7H2O
akuades
+015 mL
Gelasibekero1 Gelasibeker12

Pengadukan0 Penambahanano30 mLoNH4OHopekat

Pengadukano

Penuanganolarutanogelasobekero2okeodalamogelasobekeri1

Pengadukano

Penambahano4 mLoH2O2 30%osedikitodemiosedikit


Campuran0
Pengadukano
Gelasobeker
IV. DATA PENGAMATAN

Filtrato Residuo

Erlenmeyero Kertasosaring

Penyimpananodalam0ice0bath

Pendinginan0hingga0membentuk0kristal

Penyaringano

Residu/
Filtrato
kristalo
Kertasosaring Erlenmeyero

Pencucianomenggunakanoaquadesosedikitodemiosedikit

Pencucianomenggunakanpetanolosedikitodemiosedikit

Penimbangano
Hasilo
DAFTAR PUSTAKA

Hamim. (2008). Kinetika Mekanisme Reaksi Pembentukan Kompleks Co(II),


Ni(II), dan Zn(II) dengan Ligan 2-(5-bromo-2-Piridilazo)-5-
Dietilaminofenol pada Antarmuka Heksana-Air. Universitas Undonesia.
Hermawati, Suhartana, & Taslimah, &. (2016). Sintesis dan karakterisasi Snyawa
Kompleks Zn (II). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi.
MSDS. (2007a). Material Safety Data Sheet Ammonium Carbonate.
MSDS. (2007b). Material Safety Data Sheet Hydrogen Peroxide.
MSDS. (2017). Material Safety Data Sheet Ethanol.
MSDS. (2018). Material Safety Data Sheet Cobalt (II) Nitrate Hexahydrate.
MSDS. (2021). Material Safety Data Sheet Ammonia.
Prananto. (2011). Struktur Senyawa Kompleks. Universitas Brawijaya.
Pranoto. (2011). Struktur Senyawa kOmpleks. Malang: Universitas Brawijaya.
Rosbiono. (2012). Terminologi Karakteristik Metode pendeteksian Aplikasi,
klasifikasi, Tatanama, dan Isomerisasi Senyawa Koordinasi. Modul Kimia
Anorganik.
Setyopratomo. (2011). Studi Eksperimental Penemuan Garam NaCl dengan Cara
Rekristalisasi. Universitas Brawijaya.
Sunarto. (2007). Kemampuan ligan Hipoxantin dan Quanin untuk Ekstraksi
Kation Perak pada Fasa Air-Kloroform. Jurnal Sains dan Matematika.

Anda mungkin juga menyukai