Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum

Kimia Dasar

IKATAN KIMIA

RESKY RAMADANI
H041221096

KELOMPOK 6

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAM ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN

IKATAN KIMIA

Disusun dan Diajukan Oleh:

RESKY RAMADANI
H041221096

Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Makassar,

Asisten,

HARWAN
H031201097
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ikatan kimia dijelaskan bahwa mengenai bagaimana atom dapat

membentuk ikatan dengan atom yang sama dan dengan atom yang berbeda. Ikatan

Kimia dapat terjadi karena kumpulan atom membentuk satu kesatuan dimana

memiliki tingkat energy yang lebih rendah darpipada tingkat energi atom-atom

yang menyusun dalam keadaan terpisah, sehingga menjadi lebih stabil. Konsep

dalam ikatan kimia pun sulit untuk diterapkan secara kontekstual karena bersifat

abstrak (Safitri dkk., 2018).

Sejak abad ke-17, telah diperkenalkan konsep molekul, namun tidak

menjelaskan mengenai proses pembentukan molekul dan penyebabnya.

Muncullah perkembangan tentang tabel periodik dan konsep konfigurasi elektron

yang memberikan dasar mengenai terbentuknya molekul dan senyawa. Dasar dari

pembelajaran struktur yang menjadi kunci dalam ilmu kimia adalah ikatan kimia.

Proses atom-atom untuk saling terhubung tergantung dari sifat-sifat penyusun

atomnya. Ikatan kimia merupakan interaksi yang menjelaskan hubungan antar

atom tersebut, hingga kemudian membentuk molekul, ion, dan sejenisnya yang

bersifat stabil. Nebraska Gilbert Lewis, seorang kimiawan, mengatakan bahwa

untuk atom-atom bergabung adalah untuk mencapai kestabilan konfigurasi

elektron. Selain itu, serah terima elektron juga dapat dilakukan dalam

pembentukan ikatan kimia (Subagyo dkk., 2020)

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa percobaan ikatan kimia

dilakukan untuk memberikan pemahaman mengenai pembentukan ikatan kimia.


1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.1.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui senyawa-

senyawa yang memiliki ikatan kovalen atau ikatan elektrovalen, dan membedakan

reaksi pembentukan senyawa kompleks atau bukan kompleks.

1.1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :

1. membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan

kovalen,

2. membedakan reaksi pembentukan senyawa kompleks dan bukan kompleks.

1.1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan ini adalah berdasarkan reaksi kimia yang selalu

melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan kimia. Pada praktikum ikatan kimia

terjadi reaksi dan perubahan warna pada masing-masing tabung reaksi. Tabung

reaksi yang berisi larutan tertentu ditambahkan beberapa tetes indikator untuk

mengetahui reaksi yang terjadi pada ikatan kovalen dan ikatan iom, dan

menentukan reaksi pembentukan senyawa kompleks.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikatan Kimia

Atom dan ion dikenal merupakan satu kesatuan. Ada hal yang menjadi

penyebab keduanya dapat bersatu dan memiliki sifat khas zat yang sama maupun

berbeda. Beberapa padatan meleleh pada suhu rendah, ada juga yang meleleh pada

suhu tinggi. Sebagai contoh reaksi senyawa karbon dan silikon yang berada pada

satu golongan, ternyata sangat berbeda, silikon adalah senyawa padat, sedangkan

karbon adalah gas yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Hal ini dapat

dijelaskan dengan permisalan dua bola pimpong yang terjebak dalam satu batang

dan berusaha untuk bertahan dan seimbang. Interaksi Antara atom atau ion inilah

yang disebut sebagai ikatan kimia (Nazli dkk, 2010).

Dalam ilmu pengetahuan kimia, ikatan kimia adalah salah satu komponen

yang berguna, tapi juga sangat susah. Ikatan kimia bermanfaat atau berguna

karena dapat menjelaskan struktur senyawa dan propertinya. Namun, sangat sulit

untuk di realisasikan pada teori fisika, seperti mekanika kuantum (Brown, 2002).

2.2 Ikatan Elektrovalen

Ikatan Elektrovalen atau ikatan ion merupakan ikatan antara dua macam ion,

yaitu kation dan anion dengan gaya elektrostatik. Ikatan ion biasanya terjadi pada

unsur logam dan unsur nonlogam. Ikatan ini terdiri dari unsur-unsur yang

memiliki keelektronegatifan yabg berbeda besar. Dalam ikatan elektrovalen

terjadi kegiatan serah-terima elektron. Unsur dengan keelegtronegatifan rendah


memberi elektronnya kepada atom dengan tingkat keelektronegatifan yang lebih

tinggi. Atom dengan keelektronegatifan yang cenderung rendah biasanya

membentuk ikatan kovalen polar karena kerapatan elektronnya bergeser ke arah

atom dengan keelektronegatifan yang lebih tinggi .Ikatan kovalen terbentuk dari

dua jenis atom yang sama dan memiliki tingkat keeleltronegatifan yang sama

(Subagyo, 2020).

Contoh dari senyawa ionik adalah senyawa kompleks [Fe(H2O6)]. Ion pusat

Fe2+ bersama molekul pengeliling H2O, sebagian besar terikat dengan gaya

elektrostatik anatara ion pusat dan listrk tetap berupa neegatif dan molekul

pengeliling menjadi hasil. Pada umumnya, ikatan ionik dapat terbentuk adalah

Antara unsur golongan IA dan IIA dengan atom pada golongan VIIA, dan

sebagainya (Subagyo dkk., 2020).

2.1 Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang dibentuk dari pemakaian dua elektron

bersama oleh dua atom. Senyawa yang dibentuk dari ikatan ini disebut sebagai

senyawa kovalen. Nebraska Gillbert pertama kali memperkenalkan konsep ikatan

kovalen ini dengan pernyataan bahwa ikatan kimia bisa melibatkan atom-atom

yang menggunakan elektron secara bersama-sama, saling berkaitan. Pasangan

elektron yang digunakan bersama biasanya dinyatakan dengan satu garis, sebagai

contoh, H – H. Dalam pasangan elektron, ikatan yang digunakan bersama akan

tertarik menuju inti dari dua atom yang berikatan, gaya tarikan ini yang mengikat

dua atom hindrogen dari pada molekul H2. Ikatan kovalen dibentuk mengikuti

aturan oktet yang menjelaskan bahwa sebuah atom kecuali hidrogen, akan
membentuk ikatan hingga dikelilingi dengan delapan elektron valensi. Dapat

dikatakan bahwa elektron valensi tersebut harus sama dengan atom valensi dari

unsur gas mulia. Ikatan ini dibagi menjadi dua, yaitu ikatan kovalen polar dan

non-polar. Ikatan kovalen polar terbentuk ketika elektron tidak benar-benar

digunakan bersama. Ikatan kovalen non-polar terbentuk ketika atom membagikan

eelektronnya secara setara dan mempunyai afinitas elektron yang sama atau

hampir sama (Subagyo dkk., 2020).

Dalam sebuah senyawa, atom berhubungan satu sama lain dengan beberapa

cara yang berbeda. Pada ikatan kovalen terdiri dari satu pasangan elektron. Ikatan

ini hanya mengikat dengan satu ikatan kovalen antar dua atom yang terhubumg.

Ikatan kovalen juga menghubungkan dua atom netral, atau satu atom netral ke

satu atom yang bernergi, juga dua atom yang bermuatan. Ikatan ini tidak dapat

menghubungkan atom bermuatan positif dan negatif yang sama (Auvert, 2020).

3.4 Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena adanya ikatan

antara ligan dengan ion pusat.. Suatu senyawa kompleks akan terbentuk dengan

kation atau logam dan beberapa molekul netral atau ion transfer elektron. Kation

dan logam berfungsi sebagai ion pusat dan ion transfer elektron sebagai pihak

pengeliling atau yang dikenal sebagai ligan (Hermawati dkk., 2016).

Senyawa kompleks logam transisi secara bersamaan mengandung beberapa

atom transfer. Struktur dan jenis pengikatan ligan multiduat dengan logam

berbeda memberikan pengaruh untuk terbentuknya sebuah senyawa kompleks.

Secara badomaterial, senyawa kompleks mengambil tempat. Ini karena sebuah


fakta bahwa mereka memiliki peran penting dalam banyak sekali proses biokimia,

seperti pada pabrik, peternakan, dan farmakologi tumbuhan (Gahramanova dkk.,

2018).

BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah, NaCl, AgNo 3,

CHCl3, HCl, CH3COOH, C2H5OH, C14H14N3NaO3S, BaCl2, NH4OH, K4Fe, dan

FeCl3.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah tabung reaksi, rak tabung

reaksi, label dan pipet tetes.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pengendapan Garam Klorida

Disiapkan dua buah tabung reaksi, kemudian masing-masing tabung diisi

dengan 1 mL AgNO3. Ditetesi 3 tetes NaCl pada tabung reaksi (1), ditetesi 3 tetes

CHCl3 pada tabung reaksi (2). Diamati dan dicatat perubahannya.

3.3.2 Reaksi dengan Indikator Metil Oranye

Disiapkan tiga buah tabung reaksi. Ditetesi HCl pada tabung reaksi 1

ditetesi CH3COOH pada tabung reaksi 2, dan ditetesi C2H5OH pada tabung reaksi

3 masing-masing sebanyak 2,5 mL. Selanjutnya, ditetesi C14H14N3NaO3S pada

masing-masing tabung reaksi. Diamati dan dicatat perubahannya.


3.3.3 Pengendapan Garam Hidroksida

3.3.3.1 Dengan Amonia

Disiapkan dua buah tabung reaksi yang ditetesi CuSO4 sebanyak 1 mL.

Masing-masing tabung ditetesi dengan amonia sampai tidak terjadi endapan.

Ditambahkan larutan BaCl2 pada tabung reaksi 1, dan ditambahkan K 4Fe(CN)6,

masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Dimati dan dicatat perubahan yang terjadi

3.3.3.2 Tanpa Amonia

Disiapkan dua buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO 4 sebanyak 1 mL.

Ditetesi Bacl2 pada tabung reaksi 1, ditetesi K4Fe(CN)6 pada tabung reaksi 2,

masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.4 Reaksi dengan KCNS

Disiapkan dua buah tabung reaksi. Ditetesi FeCl3 pada tabung reaksi 1,

ditetesi K4Fe(CN)6 pada tabung reaksi 2, masing-masing sebanyak 1 mL.

Diteteskan KCNS ke dalam masing-masing tabung sebanyak 2-3 tetes. Diamati

dan dicatat perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan Garam Klorida


No. Larutan + AgNO3 Keterangan
1. NaCl Larutan keruh dan Ikatan Ion
endapannya putih.

2. CHCl3 Larutan bening dan tidak Ikatan Kovalen


ada endapan.

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

CHCl3 + AgNO3 Tidak bereaksi

Percobaan pengendapan garam klorida dilakukan untuk menentukan

senyawa memiliki ikatan ion atau ikatan kovalen. Pada ikatan ion, pelarutnya akan

mengalami penguraian menjadi ion-ion, sedangkan ikatan kovalen tidak

demikian. Pada percobaan ini dilakukan penambahan AgNO 3 untuk

mengendapkan senyawa tersebut sehingga membentuk garam klorida. Pada

tabung reaksi yang berisi NaCl, terjadi ikatan ion, ditandai dengan munculnya

endapan putih yang terbentuk,sedangkan pada tabung reaksi yang berisi CHCl3

terjadi ikatan kovalen.


Tabel 2. Reaksi dengan Metil Oranye
No. Larutan + MO Keterangan
1. HCl Larutan berwarna merah Asam Kuat
dan ada endapan merah.

2. CH3COOH Larutan berwarna oranye Asam Lemah


dan tidak ada emdapan.
3. C2H5OH Larutan berwarna kuning Asam Lemah
dan tidak ada endapan

Percobaan dengan menambahkan metil oranye adalah untuk mengetahui

tingkat keasaman oleh senyawa, dengan melihat reaksi senyawa tersebut dengan

indikator metil oranye. Penambahan indikator ini juga digunakan dalam titrasi

asam basa. Hasil percobaan menunjukkan bahwa HCl merupakan senyawa basa

kuat, ditandai dengan warna larutan yang berubah merah dan terjadi endapan.

CH3COOH merupakan asam lemah, ditandai dengan warna larutan yang berubah

oranye dan tidak adanya endapan. C2H5OH merupakan senyawa asam lemah

mendekati basa. Semakin tinggi tingkat keasaman suatu senyawa, maka semakin

kuat ikatan yang terjadi, begitu pun sebaliknya. Sehingga tingkat keasaman suatu

senyawa dapat dijadikan penanda kuat atau tidaknya ikatan ion ataupun kovalen.

Tabel 3. Pengendapan Garam Hidroksida


No. Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6

1. CuSO4+ Berwarna
Berubah
NH4OH biru muda
warna
sedikit. dan
menjadi Senyawa Kompleks
endapan
coklat dengan
biru tua.
endapan
coklat.
2. CuSO4 + Berwarna Tidak
NH4OH biru muda berwarna dan
banyak dengan endapannya
Senyawa Kompleks
endapan coklat tua.
biru tua.
3. CuSO4 Berwarna Warna merah
biru muda kecoklatan
dengan dan tidak ada
Senyawa Kompleks
endapan endapan.
putih.
CuSO4 + 2NH4OH (sedikit) Cu(OH)2 + (NH4)2SO4

Cu(NH3)4SO4 + BaCl2 Cu(NH3)Cl2 + BaSO4

Cu(NH3)4SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2 [Fe(CN)6] 2K2SO4

CuSO4 + 4NH4OH (berlebih) Cu(NH3)4SO4 + 4H2O

Cu(NH3)4SO4 + BaCl Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4

Cu(NH3)4SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2 [Fe(CN)6] 2K2SO4

CuSO4 + BaCl2 CuCl2 + BaSO4

CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu[Fe(CN)6] + 2K2SO4

Pengendapan garam bertujuan untuk membedakan apakah senyawa tersebut

termasuk senyawa kompleks atau tidak. Dimana CuSO4 ditambah NH4OH sedikit,

terjadi pengendapan dan termasuk dalam senyawa kompleks. Perubahan warna

yang dialami oleh sebuah senyawa merupakan penanda senyawa tersebut adalah

kompleks atau bukan kompleks.

Tabel 4. Reaksi dengan KCNS


No. Larutan Ditambah KCNS Keterangan
1. K4Fe(CN)6 Larutan tidak mengalami Bukan Senyawa Kompleks
perubahn warna
2. FeCl3 Larutan berwarna merah Senyawa Kompleks
kecoklatan.
FeCl3 + 3KCNS Fe(CNS)3 + 3KCL

K4Fe(CN)6 + KCNS Tidak bereaksi

Pada percobaan menggunakan KCNS, tabung 1 yang berisi FeCl 3 setelah

di

reaksikan dengan KCNS berubah menjadi cokelat pekat dan ada pengendapan dan

termasuk senyawa kompleks, sedangakan pada tabung 2 yang berisi K4Fe(CN)6

mengalami perubahan warna dan tidak ada endapan, padahal senyawa tersebut

adalah senyawa kompleks. Hal tersebut mungkin dikarenakan kesalahan saat

melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Auvert, G., 2020, Covalent Bonds Creation between Gas and Liquid Phase
Change: Compatibility with Covalent and Even –Odd Rules Based on a
“Spesific Periodic Table for Liquids”, Open Journal of Physical Chemistry
1,(10);70.

Brown, D., 2002, The Chemical Bond in Inorganik Chemistry, Oxford Science
Publications, New York.

Gahramnova, S.I., Jalaladdinov, F.F., Munshieva, M.K., Khudaverdiev, R.A.,


Hamidov, R.H., Muradhkhanov, R.M., Abdullaev, A.S., Shamilov, E.N.,
Azizov, I.V., dan Gahramanov, T.O., 2018, Synthesis and Investigation of
Complex Coumpounds of Divalent Manganase, Copper, Cobalt, and Zinc
with Tryptophan and their Biological Activity, International Journal of
Chemical Sains, 3, (16);1-2.

Hermawati, E.S., Suhartana, dam Taslimah, 2016, Sintesis Karakterisasi senyawa


Kompleks Zn(II)-8-Hidrosikuinolin, Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 19,
(3);94-95.

Nazli, A., Durkaya, M., Eksi, Y., Ozdin, N., Aydin, M., Piraz, D., Celik, N., Patli,
U.H., 2010, Chemical Bonds, Zambak, Izmir.

Safitri, A.F., Widarti, H.R., dan Sukrianingsih, D., 2018, Identifikasi Pemahaman,
Konsep Ikatan Kimia, Jurnal Pembelajaran Kimia, 1,(3); 41-42

Subagyo, R., Ikhsan, M.R., Rizali, M., Hidayah, N., 2022, Kimia Dasar Untuk
Universitas, Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin.
Lampiran 3. Sumber
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu, ikatan kovalen dan ikatan

elektrovalen dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi. Pada senyawa yang

memiliki ikatan elektrovalen ketika direaksikan, larutannya mengeruh dan terjadi

endapan, sedangkan senyawa yang memiliki ikatan kovalen ketika direaksikan

tidak terjadi perubahan apapun.

Senyawa kompleks dan bukan kompleks dibedakan melalui perubahan

warna yang terjadi ketika direaksikan. Larutan yang berubah warna ketika

direaksikan termasuk dalam senyawa kompleks, sedangkan larutan yang tidak


mengalami perubahan warna termasuk senyawa bukan kompleks. Selain itu, pada

percobaan dengan mencampurkan metil oranye membuktikan bahwa semakin

tinggi tingkat keasaman suatu senyawa maka akan semakin kuat pula ikatan yang

terjadi.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium adalah tetap menjaga kebersihan laboratorium

sesudah ataupun setelah melakukan percobaan. Laboratorium juga harus

memastikan kelayakan dari sarana dan prasarana yang digunakan dalam

percobaan.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Saran untuk asisten adalah untuk tetap kompeten dalam membimbing para

praltikan dalam melakukan percobaan di laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai