Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

PERCOBAAN V
IKATAN KIMIA
NAMA : MUHAMMAD NUR MUHAIMIN
NIM : H061 18 1501
KELOMPOK : 10
HARI/TANGGAL PERCOBAAN : RABU, 10 OKTOBER 2018
ASISTEN : MEITHA

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semua unsur dalam keadaan tidak stabil, kecuali gas mulia, karenanya unsur-

unsur tersebut berproses untuk mencapai keadaan yang stabil sebagaimana gas mulia.

Kestabilan masing-masing unsur dapat dicapai melalui interaksi dan pembentukan

ikatan dengan unsur lain, baik sebagai homoatomik maupun heteroatomik bahkan

dapat membentuk poliatomik yang stabil, seperti yang ada pada makro molekul atau

polimer. Melalui ikatan kimia unsur-unsur kemudian membentuk molekul ataupun

benda-benda yang selanjutnya penyusun dan menjadi bahagian dari alam semesta.

Ikatan dapat terjadi adanya interaksi elektronik dalam berbagai wujud dan

mekanisme (Usman dkk, 2003).

Kenyataan bahwa gas-gas mulia sangat stabil, merupakan awal dari pemikiran

tentang terbentuknya ikatan-ikatan kimia. Atom-atom dapat membentuk susunan

elektron seperti gas mulia, dengan jalan membentuk ikatan-ikatan kimia. Dengan ini

atom-atom dalam senyawa lebih stabil daripada atom-atom bebasnya. Dengan

semakin majunya teori atom, teori tentang ikatan kimia ini juga mengalami

perubahan. Hal ini terutama terdapat pada ikatan kovalen. Mula-mula dianggap,

bahwa jenis-jenis ikatan kimia benar-benar berbeda. Saat ini ternyata, bahwa ikatan-

ikatan kimia tidak pernah ada yang murni, artinya tidak ada ikatan yang 100 persen

kovalen atau 100 persen elektrovalen (Sukardjo, 1985)

Sehubungan dengan hal itu, maka di ikatan kimia tersebut dikenal beberapa

jenis ikatan kimia yang ada, ikatan tersebut antara lain, yaitu ikatan ion, ikatan

kovalen, ikatan logam, ikatan koordinasi, dan jenis ikatan yang lainnya.
1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1. Maksud Percobaan

Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui perbedaan

senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen (ion) dengan ikatan kovalen dan

mengetahui perbedaan reaksi pembentukan ikatan komplek dengan bukan kompleks.

1.2.2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.

2. membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

2.1. Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan ini yaitu membedakan antara senyawa ikatan ion dan

senyawa ikatan kovalen dengan cara mereaksikan larutan AgNO3. Kemudian dengan

menentukan sifat suatu senyawa asam maupun basa dengan menambahkan indikator

metil orange. Membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks

dengan cara mereaksikan KCNS dengan FeCl3 dan K4Fe(CN)6.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikatan Kimia

Ikatan kimia merupakan pusat kimia yang menunjukkan kekuatan atraksi

dalam molekul dan kimiawan memahami sifat materi mengenai jenis-jenis ikatan-

ikatan yang menyatukan atom-atom. Memahami alam dan asal-usul ikatan kimia

adalah bagian yang sangat penting, karena merupakan dasar dari semua perubahan

dan reaksi kimia, ikatan-ikatan lama dan baru yang terbentuk saat bahan-bahan kimia

itu bereaksi (Awan, 2012).

Berikut adalah contoh ikatan kimia yang sering dijumpai pada kehidupan

sehari-hari :

Gambar 1. Contoh ikatan kimia (Awan, 2012).

2.2. Ikatan Ion

Ikatan ion timbul sebagai akibat gaya tarik menarik antar ion yang bermuatan

positif dan ion yang bermuatan negatif. interaksi antar ion-ion tersebut dimulai

dengan penyusunan ulang konfigurasi elektron dengan jalan pelepasan elektron dari

unsur yang lebih elektropositif dan penerimaan elektron dari unsur yang lebih

elektronegatif yang kemudian membentuk kation dan anion, yang kemudian

mengalami tarik menarik (Usman dkk, 2003).


Kation dan anion yang mengalami tarik menarik elektronnya adalah pada

atom Cl mudah membentuk ion Cl- sedang atom Na mudah membentuk ion Na+. Bila

kedua ion ini berikatan, makan akan terbentuk suatu ikatan elektrovalen atau ikatan

ion. Senyawa-senyawa ion berupa elektrolit, biasanya dapat berupa zat padat yang

mempunyai titik lebur dan didih tinggi, tidak larut dalam pelarut-pelarut organik

tetapi larut dalam air (Sukardjo, 1985).

2.3. Ikatan Kovalen

Pada senyawa-senyawa seperti H2, HCl, O2, Cl2, dan sebagainya, tidak terjadi

perpindahan elektron dari satu atom ke atom yang lain, sehingga ikatan pada

senyawa-senyawa ini jelas bukan ikatan ion. Ikatan tersebut terbentuk sebagai hasil

interaksi ion pemakaian bersama sepasang elektron yang berasal dari perjodohan

elektron-elektron tunggal (tidak berpasangan) dari masing-masing atom yang

berinteraksi, dalam hal ini dihasilkan gaya ikatan antara pasangan elektron ikatan

dengan inti-inti atom yang berkaitan. Elektron seolah-olah merupakan lem yang

merekatkan antara kedua atom (Usman dkk, 2003).

Ada kalanya dua atom dapat menggunakan bersama lebih dari sepasang

elektron membentuk ikatan rangkap. Pemakaian bersama dua pasang elektron

menghasilkan ikatan rangkap dua dan pemakaian bersama tiga pasang elektron

menghasilkan ikatan rangkap tiga, seperti pada senyawa N2 dan CO2. Pasangan

elektron yang bersama memiliki tingkat rangkap yang berbeda (Usman dkk, 2003).

2.4. Reaksi Asam dan Basa

Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting, yaitu

asam, basa, dan garam. Namun kali ini yang akan dibahas adalah asam dan basa.

Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang dilarutkan dalam air,

mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion

positif. Beberapa asam dan hasil disosiasinya adalah sebagai berikut (Svehla, 1996) :
HCl  H+ + Cl- (1)

(asam klorida) (ion klorida)

HNO3  H+ + NO3- (2)

(asam nitrat) (ion nitrat)

CH3COOH  H+ + CH3COO- (3)

Basa, secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila

dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil

sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida logam yang larut, seperti

natrium hidroksida atau kalium hidroksida, hampir sempurna berdisosiasi dalam

larutan air yang encer (Svehla, 1996) :

NaOH  Na+ + OH- (4)

KOH  K+ + OH- (5)

2.5. Garam Hidroksida

Garam dalam wujud padat dibangun oleh ion-ion, yang tersusun dalam pola

yang teratur dalam kisi kristalnya. Natrium klorida, misalnya dibangun oleh ion-ion

natrium dan ion-ion klorida, yang tersusun sedemikian, sehingga setiap ion

dikelilingi secara simetris oleh enam ion yang bermuatan berlawanan; kisi kristal itu

terikat bersatu oleh gaya-gaya elektrostatik yang ditimbulkan oleh muatan ion-ion

tersebut (Svehla, 1996).

Zat-zat atmosfer, atau amfelit, mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik

dengan asam maupun basa (lebih tepatnya, baik dengan ion hidrogen maupun ion

hidroksil). Misalnya pada aluminuim hidroksida berekasi dengan asam kuat, pada

mana ia melarut dan ion alumunium terbentuk :

Al(OH)3(s) +OH-  Al3+ + 3H2O (6)

Dalam reaksi ini alumunium hidroksida bertindak sebagai basa. Di lain pihak,

alumunium hidroksida juga bisa dilarutkan dalam natrium hidroksida (Svehla, 1996):

Al(OH)3(s) + OH-  [Al(OH)4]- (7)


Pada mana ion tetrahidroksoaluminat terbentuk. Dalam reaksi ini alumunium

hidroksida berperilaku sebagai asam. Sifat amfoter hidroksida logam-logam tertentu

sering dipakai dalam analilis anorganik kalitatif, terutama dalam pemisahan kation-

kation golongan ketiga (Svehla, 1996).

2.6. Senyawa Kompleks

Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-

reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul)

kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat

dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks

yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak

dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini

ditandai dengan bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah

ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom

pusat. Pada kebanyakan kasus, bilangan koordianasi adalah 6 (seperti dalam kasus

Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+, Cd2+), kadang-kadang 4 (Cu2+, Cu+, Pt2+), tetapi

bilangan-bilangan 2 (Ag+) dan 8 (beberapa ion dari golongan platinum) juga terdapat

bilangan koordinasi yang menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom

atau ion pusat dalam apa yang dimaksud bulatan koordinasi, yang masing-masingnya

dapat dihuni satu ligan atau monodentat (Svehla, 1996).

Susunan logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu atom

kompleks dengan satu atom pusat dengan bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion

pusat, dipusat suatu oktahedron, sedang ke enam ligannya menempati ruang-ruang

yang dinyatakan oleh sudut-sudut oktahedron itu. Bilangan koordinasi 4 biasanya

menunjukan bilangan simetris yang berbentuk tetrahedron, meskipun susunan yang

datar (atau hampir datar), dimana ion pusat berada di pusat suatu bujursangkar dan

keempat ion menempati keempat sudut bujursangkar itu (Svehla, 1996).


Beberapa rumus dan juga nama beberapa ion kompleks adalah sebagai

berikut (Svehla, 1996) :

[Fe(CN)6]4- heksasianoferat(II) (8)

[Fe(CN)6]3- heksasianoferat(III) (9)

[Cu(NH3)4]2+ tetraaminakuprat(II) (10)

[Cu(CN)4]3- tetrasianokuprat(I) (11)

[Ag(CN)2]- disianoargentat(I) (12)

[Ag(S2O3)2]3- ditiosulfatoargentat(I) (13)

2.7. Indikator Metil Orange

Metil orange atau MO merupakan salah satu jenis pewarna sintesis azo

(pewarna sintetik aromatik yang tersusun dari satu atau lebih gugus azo yang

mengandung dua atom nitrogen dengan ikatan azo (-N=N-) dan tersubstitusi dengan

elektron penstabil gugus azo) yang banyak ditemukan dalam limbah industri tekstil.

Pada proses mineralisasi pewarna azo terjadi pemutusan ikatan azo cincin aromatik

sehingga membentuk senyawa amina aromatik, seperti arilamina yang bersifat

karsiogenik. Pewarna azo juga juga merupakan agen mutugenik pada manusia dan

lingkungan. Metil orange merupakan salah satu senyawa yang beracun, serat

memberika dampak negatif pada lingkungan. Dari bahaya yang ditimbulkan pewarna

metil orange terhadap manusia lingkungan, maka diperlukan upaya dalam proses

degradasi metil orange (Mauliddawati dan Purnomo, 2014).

Metode degradasi pewarna yang umum digunakan oleh masyarakat atau

ilmuwan yaitu dengan metode elektrokimia, metode ion exchange dan adsropsi

menggunakan karbon aktif. Namun ketiga metode tersebut kurang efektif digunakan

karena prosesnya membutuhkan biaya yang tak sedikit. Selain menggunakan ketiga

metode tersebut, telah ada metode lain yang lebih efisien, yaitu dengan menggunakan

bantuan mikroorganisme (Mauliddawati dan Purnomo, 2014).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini diantaranya adalah

NaCl, AgNO3, CHCl3, KCNS, CH3COOH, CCl4, C2H5OH, K3Fe(CN)6, HCl, MO,

BaCl2, K5Fe(CN)6, CuSO4, NH4OH, dan juga FeCl3.

3.2. Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ikatan kimia ini diantaranya pipet

tetes, gegep, tabung reaksi, sikat tabung, rak tabung.

3.3. Prosedur Percobaan

3.3.1. Senyawa Elektrovalen dan Kovalen

Disiapkan 3 buah tabung reaksi, yang masing-masing tabung telah diisi


dengan 1 mL AgNO3. Pada tabung (1) ditetesi dengan NaCl, tabung (2) dengan
CCl4/Alkohol, dan tabung (3) dengan CHCl3, masing-masing sebanyak 3-5 tetes.
Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.2. Reaksi Asam-Basa

Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang pada mana tabung (1) diisi dengan HCl,

kemudian tabung (2) dengan CH3COOH dan tabung (3) dengan C2H5OH, masing-

masing sebanyak 2,5 mL. Setelah itu pada setiap tabung reaksi ditetesi dengan

indikator Metil Orange (MO) sebanyak 2-3 tetes dan diperhatikan dan dicatat

perubahan yang terjadi.

3.3.3. Pengendapan Garam Hidroksida


a. Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang sudah diisi dengan 1 mL CuSO4. Masing-

masing tabung ditetedi dengan larutan amonia sampai tidak terjadi endapan.
Tabung reaksi (1) ditambah dengan larutan BaCl2, tabung (2) dengan K4Fe(CN)6,

masing-masing 2-3 tetes. Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

b. Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 mL CuSO4. Pada tabung (1)

ditambahkan dengan BaCl2, dan tabung (2) dengan K4Fe(CN)6 masing-masing 2

sampai 3 tetes. Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.4. Senyawa Kompleks dan Bukan Kompleks

Disiapkan dua buah tabung reaksi. Kemudian tabung reaksi (1) disi dengan

FeCl3 dan tabung reaksi (2) diisi dengan K3Fe(CN)6 masing-masing 1 mL. Kemudian

ditambahkan 3 tetes KCNS pada tabung (1) dan (2). Kemudian diperhatikan dan

dicatat perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan Garam Nitrat

Larutan Ditambahkan AgNO3 Keterangan

NaCl Terbentuk endapan putih Senyawa ionik

CCl4 Tidak bereaksi Senyawa kovalen

CHCl3 Tidak bereaksi Senyawa kovalen

Tabel 2. Reaksi dengan Indikator MO

Larutan Ditambahkan MO Keterangan

HCl Terbentuk larutan warna merah Asam kuat

CH3COOH Terbentuk larutan warna merah Asam lemah

CH3CH2OH5 Terbentuk larutan warna jingga Basa lemah

Tabel 3. Pengendapan Garam Hidroksida

Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6
CuSO4 + NH4OH Terbentuk endapan Terbentuk Bukan senyawa
Sedikit putih, larutan biru endapan cokelat kompleks

Bukan senyawa
CuSO4 + NH4OH Terbentuk endapan Terbentuk
kompleks
berlebih putih, larutan biru endapan cokelat

CuSO4 Terbentuk endapan Terbentuk Senyawa kompleks


putih, larutan biru endapan cokelat
Tabel 4. Senyawa Kompleks dan Bukan Kompleks

Larutan Ditambahkan KCNS Keterangan

FeCl3 Terbentuk endapan cokelat, dan larutan Bereaksi, senyawa

berwarna cokelat kompleks

K3Fe(CN)6 Tidak bereaksi Bukan senyawa

kompleks

4.2. Reaksi

A. Pengendapan Garam Nitrat

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

CCl4 + AgNO3 Tidak bereaksi

CHCl3 + AgNO3 Tidak bereaksi

B. Pengendapan Garam Klorida

CuSO4 + 2NH4OH (NH)4SO4 + Cu(OH)2

(sedikit)

CuSO4 + NH4OH Cu(NH3)2SO4 + 4H2O

(berlebih)

Cu(NH3)2SO4 + BaCl2 Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4

Cu(NH3)2SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH)3)4]2[Fe(CN)6] + 2K2SO4

CuSO4 + BaCl2 BaSO4 + CuCl2

2CuSO4 + K4Fe(CN)6 2K2SO4 + Cu2Fe(CN)6

C. Reaksi dengan KCNS

FeCl3 + KCNS Fe(CN)3 + KCl

K3Fe(CN)6 + KCNS Tidak bereaksi


4.3. Pembahasan

Jenis ikatan kimia dalam pokok pembahasan kali ini ada dua, yaitu ikatan ion

dan ikatan kovalen. Ikatan ion, yaitu ikatan yang terbentuk karena adanya gaya tarik

menarik elektrostatis antara ion positif dan ion negatif. Ikatan ini terjadi antara unsur

logam dan unsur non logam. Sedangkan ion kovalen, yaitu ikatan yang terjadi akibat

pemakaian pasangan elektron secara bersama-sama oleh dua atom. Berdasarkan

pengertian tersebut, NaCl adalah bahan yang berikatan ion, karena pada unsur Na

merupakan logam yang cenderung melepaskan elektron dan unsur Cl merupakan

unsur nonlogam. Sedangkan pada CCl4 dan CHCl3 merupakan ikatan kovalen

dimana C dan Cl saling memakai pasangan elektron secara bersama. Pemakaian

elektron bersama juga terjadi pada senyawa CHCl3 dimana C sebagai atom pusat

yang memakai pasangan elektron secara bersama dengan atom H dan Cl.

Berbeda ketika ditambahkan AgNO3. Pada saat AgNO3 di tabung pertama

ditetesi dengan NaCl yang terjadi adalah larutan berubah warna menjadi larutan putih

dan terdapat endapan putih. Adanya endapan menunjukkan bahwa NaCl termasuk

salah satu senyawa ionik. Sedangkan, AgNO3 di tabung kedua ditetesi dengan CCl4

dan tabung ketiga ditetesi dengan CHCl3 larutan tersebut tidak berubah warna dan

tidak ada endapan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua senyawa tersebut bukan

senyawa ionik. Larutan CCl4 dan CHCl3 tidak berubah warna ini artinya larutan

tersebut tidak bereaksi dengan AgNO3. Maka yang termasuk senyawa kovalen adalah

CCl4 dan CHCl3.

Kemudian pada percobaan yang menggunakan indikator metil orange. Larutan

HCl, CH3COOH, dan CH3CH2OH sebelum ditambahkan MO tidak berwarna.

Namun setelah ditambahkan indikator MO larutan HCl dan CH3COOH berubah

menjadi warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa HCl dan CH3COOH termasuk
larutan yang bersifat asam. Sedangkan larutan CH3CH2OH setelah ditambahkan

indikator MO berubah menjadi warna jingga. Hal ini menunjukkan bahwa

CH3CH2OH merupakan larutan yang bersifat asam lemah.

Setelah itu dengan menggunakan garam hidroksida, pada tabung reaksi

pertama masing-masing diisi dengan BaCl2 dan K4Fe(CN)6 didapatkan larutan yang

berubah warna menjadi biru muda (larutan biru) dan terdapat endapan warna cokelat

pada NH4OH sedikit. Pada tabung reaksi itu membentuk ikatan ion dan merupakan

senyawa kompleks.

Pada sepasang tabung reaksi berikutnya yang berisi larutan NH4OH berlebih

dan ditetesi dengan larutan BaCl2 didapatkan tabung reaksi yang memiliki warna biru

muda dan terdapat endapan berlebih. Sedangkan pada tbung reaksi yang satu lagi

memiliki warna yang sama yaitu biru muda dan banyak endapan, hal ini berarti

kedua tabung reaksi ini terdapat senyawa kompleks.

Sepasang tabung reaksi berikutnya yang hanya berisi larutan CuSO4 yang

ditetesi larutan NH4OH, masing-masing mengalami perubahan warna menjadi biru

muda. Ada yang terdapat endapan putih da nada juga yang terdapat endapan cokelat,

larutan ini merupakan senyawa kompleks.

Selanjutnya pada percobaan dengan KCNS. Pada percobaan ini didapatkan

FeCl3 ditambahkan dengan KCNS yang mengalamai reaksi dan berubah warna

menjadi cokelat pekat dan endapan cokelat, sedangkan pada larutan K3Fe(CN)6

ditambahkan KCNS tidak mengalami perubahan warna. Hal ini membuktikan ikatan

ion dan larutan kedua membentuk ikatan kovalen dan bukan senyawa kompleks.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan kali ini, yaitu:

1. ikatan ion atau ikatan elektrovalen adalah ikatan kimia yang terjadi akibat gaya

tarik menarik elektrostatik antara atom bermuatan positif dengan atom yang

bermuatan negatif, dan dapat berikatan dengan logam seperti pada larutan NaCl.

Sedangkan ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang terjadi apabila ada

pemakaian elektron bersama sepasang atau lebih elektron menyebababkan atom-

atom yang berikatan memperoleh susunan oktet, dan ikatan kovalen ini tidak

dapat bereaksi dengan logam seperti pada larutan CCl4 atau alkohol, larutan

CHCl3, larutan CH3COOH, dan C2H5O6.

2. senyawa bukan kompleks akan terurai menjadi ion-ion pembentuk senyawa

tersebut. Seperti pada K3Fe(CN)6 ditambahkan KCNS yang tidak dapat bereaksi.

Sedangkan senyawa kompleks dari larutannya akan terurai menjadi kation dan

anion kompleks atau kation kompleks dengan anionnya, akibatnya ada anion

kompleksnya. Seperti pada CuSO4 ditambahkan NH4OH yang dapat bereaksi dan

merupakan senyawa kompleks, contoh lainnya juga seperti CuSO4 ditambahkan

BaCl2 yang juga dapat bereaksi dan merupakan senyawa kompleks.

5.2. Saran

5.2.1. Saran untuk Percobaan

Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan harus tahu tentang

prosedur kerja dalam percobaannya agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan saat

melakukan praktikum. Hal ini tentu sangat penting mengingat percobaan kali ini

sangat memerlukan kejelian dan keteltian dari praktikan.


5.2.2. Saran untuk Asisten

Ketelitian memang bagus untuk dilakukan, tetapi jika terlalu teliti juga akan

membuat susah kami para praktikan. Kami tidak tahu cara kerja printernya, padahal

di format laporan sudah benar, tapi jikalau di print maka akan berubah dengan

sendirinya. Diharapkan asisten maklum dengan kesalahan seperti ini. Semoga jadi

asisten lab yang amanah.

5.2.3. Saran untuk Laboratorium

Saran untuk lab yaitu perihal kebersihan laboratorium yang berdebu dan

terlihat kumuh, selain itu juga alat-alat lab yang termasuk kategori lama. Sehingga

harus diperbaharui lagi peralatan lab maupun ruangannya.


DAFTAR PUSTAKA

Awan, A. S., 2012, Pupils’ Ideas in Learning Concept of the Chemical Bonding
among Pakistani Students, International Journal of Applied Science and
Technology Vol. 2, No. 6, hal 1-2.

Svehla, G., 1996, VOGEL I : Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro,
PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Sukardjo, 1985, Ikatan Kimia, PT. Bina Aksara, Jakarta.

Usman, dkk, 2003, Kimia-kimia Dasar, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Mauliddawati, V. T. dan Purnomo, A. S., 2014, Biodegradasi Metil Orange oleh


Janur Pelapuk Coklat Daedalea Dickinsi, Jurnal Seni dan Sains Vol. 2, No.1,
hal 1-4.
Lampiran 1

BAGAN KERJA

1. Percobaan Senyawa Elektrovalen dan Kovalen

NaCl CCL4 CHCl3

- Larutan AgNO3 ditetesi dengan

NaCl, CCl4, CHCl3 sebanyak 2-3

tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi.

HASIL

2. Percobaan Reaksi Asam Basa

HCl CH3COOH CHCl3

- Masing-masing larutan

diteteskan Metil Orange.

- Diamati dan dicatat perubahan

yang terjadi.

HASIL
3. Pengendapan Garam Hidroksida

CuSO4 + NH4OH(sedikit) CuSO4 + NH4OH(berlebih) CuSO4 + NH4OH(berlebih)

- Masing-masing larutan dimasukkan

ke dalam 6 tabung reaksi yang

berbeda-beda. Setiap larutan dalam

2 tabung reaksi. Ditambahkan

NH4OH sampai tidak terjadi

endapan.

- Tabung reaksi (1), (3), dan (5)

ditetesi BaCl, tabung reaksi (2), (4),

dan (6) ditetesi K4Fe(CN)6

- Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi.

HASIL

4. Percobaan Senyawa Kompleks dan Bukan Kompleks

FeCl2 K3Fe(CN)6

- Masing-masing larutan diteteskan

KCNS sebanyak 2-3 tetes.

- Amati dan catat perubahan yang terjadi

HASIL

Anda mungkin juga menyukai