Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR PENGESAHAN

SIFAT-SIFAT UNSUR

Disusun dan Diajukan Oleh:

YOSUA TANZIL
H031 17 1010

Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Makassar, 27 September 2017


Asisten,

MARYA ULFA
H311 13 010
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua unsur berada dalam keadaan tidak stabil, kecuali unsur gas mulia,

karenanya unsur-unsur tersebut berproses untuk mencapai keadaan yang stabil

sebagaimana unsur gas mulia. Kestabilan masing-masing unsur dapat dicapai melalui

interaksi dan pembentukan ikatan dengan unsur lain baik sebagai homoatomik

maupun sebagai heteroatomik bahkan dapat membentuk poliatomik yang stabil,

seperti pada makromolekul atau polimer. Melalui ikatan kimia unsur-unsur

kemudian membentuk molekul ataupun benda-benda yang selanjutnya menyusun

dan menjadi bagian dari alam semesta. Ikatan kimia dapat terjadi akibat adanya

interaksi elektronik, dalam berbagai wujud dan mekanisme, sehubungan dengan itu

maka dikenal beberapa jenis ikatan kimia antara lain yaitu ikatan ion, ikatan kovalen,

ikatan logam, ikatan koordinasi, ikatan hidrogen dan ikatan Van Der Walss (Tim

Dosen Kimia Unhas, 2013).

Ikatan kimia terbentuk melalui penggunaan elektron bersama atau pengalihan

elektron di antara atom. Proses ini membawa kita pada dua konsep ideal mengenai

model ikatan kimia. Bila elektron digunakan bersama di antara atom, ikatan di antara

keduanya disebut ikatan kovalen. Bila elektron berpindah dari satu atom ke atom

lain, Ikatan yang dihasilkan disebut ikatan kovalen. Bila elektron berpindah dari satu

atom ke atom lain, ikatan yang dihasilkan disebut ikatan ionik. Meskipun diketahui

banyak contoh nyata dari kedua model ideal ini (Tim Dosen Kimia Unhas, 2013).

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan ikatan kimia ini.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud Percobaan

Menentukan senyawa yang mempunyai ikatan elektrokovalen dan yang

kovalen serta reaksi pembentuk kompleks dan bukan kompleks dengan mereaksikan

senyawa tersebut dengan suatu senyawa dan indikator.

1.2. 2 Tujuan Percobaan

1. Membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan

kovalen

2. Membedakan reaksi pembentuk kompleks dan bukan kompleks.

1. 2. 3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini adalah membedakan senyawa ion dan

kovalen dengan cara dilarutkan dalam larutan AgNO3 setiap sampel dan kemudian

dibuktikan dengan terbentuk atau tidaknya endapan, membedakan reaksi senyawa

kompleks dan bukan kompleks dengan cara ditetesi larutan KCNS pada setiap

sampel, serta mendeteksi kekuatan ikatan sampel berdasarkan tingkat kesamaan

dengan cara ditetesi indikator metil jingga.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ikatan

Materi terdiri atas atom. Oleh karena itu kimia mempelajari materi, teori atom

merupakan pondasi logis kimia. Namun, kimia tidak berbasiskan atom saja. Kimia

pertama akan muncul ketika atom bergabung membentuk molekul. Proses yang

menjelaskan bagaimana karakter hubungan atom dengan atom, yakni pembentukan

ikatan kimia sangat berperan dalam perkembangan kimia. Untuk memahami ikatan

kimia dengan sebenarnya diperlukan dukungan mekanika kuantum. Kini mekanika

kuantum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kimia (Takeuchi, 2006).

2.2 Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah gaya tarik-menarik antara atom-atom sehingga. Ikatan

yang terjadi antara atom menyangkut konfigurasi elektron terluar dari atom-

atom yang bersangkutan. Konfigurasi elektron atom-atom cenderung mengikuti atau

menyamai konfigurasi elektron atom-atom gas mulia. Hal ini disebabkan karena

atom-atom gas mulia sangat stabil, karenanya sulit untuk bereaksi dengan atom-atom

unsur lain. Kestabilan atom-atom gas mulia disebabkan karena kulit terluarnya terisi

penuh (orbital-orbital pada bilangan kuantum utama terbesar terisi penuh), yaitu 8

elektron. Atom-atom unsur lain dapat mencapai kestabilan seperti atom-atom yang

dialami gas mulia dengan melepas, mengikat, atau memakai bersama-sama pasangan

elektron-elektron (Harnato dan Ruminten, 2009).

2.3 Ikatan Ionik


Kimiawan Jerman Albrecht Kossel menganggap kestabilan gas mulia

disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh yakni konfigurasi elektron di

kulit terluarnya, kulit valensi, terisi penuh. Albrecht Kossel berusaha memperluas

interpretasinya ke atom lain. Atom selaingas mulia cenderung mendapatkan muatan

listrik (elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar, tergantung

apakah jumlah elektron di kulit terluarnya lebih sedikit atau lebih banyak dari atom

gas mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom kehilangan elektron, atom

tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan gas

mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron, atom tersebut akan

menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan atom gas mulia

terdekatnya. Albrecht Kossel menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan

ikatan kimia adalah gaya elektrostatik antara kation dan anion. Ikatan kimia yang

dibentuk disebut dengan ikatan ionik (Takeuchi, 2006).

2.4 Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang tebentuk dari pemakaian bersama dua

elektron atau dua atom. Senyawa kovalen adalah senyawa yang hanya mengandung

ikatan kovalen. Secara sederhana, pasangan elektron yang digunakan bersama sering

dinyatakan dengan satu garis. Jadi, ikatan kovalen dalam molekul hidrogen dapat

ditulis sebagai H-H. Pada ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangnan elektron

ikatan yang digunakan bersama ditarik oleh inti dari kedua atom yang berikatan.

Gaya tarikan elektron ke inti inilah yang mengikat kedua atom hidrogen dengan

molekul H2 dan yang berperan dalam pembentukan ikatan kovalen dalam molekul

yang lainnya.Ikatan kovalen dalam atom-atom berelektron banyak hanya melibatkan

elektron valensi. Misalnya konfigurasi elektron fluorin adalah 1s2 2s2 2p5. Elektron
pada orbital 1s tidak terlibat dalam pembentukan ikatan karena tingkat energinya

rendah dan lebih banyak berada di dekat inti. Pada pembentukan molekul F2 dan

H2O, pembentukannya mengilustrasikan aturan oktet (octet rule) yang dirumuskan

oleh Lewis yaitu sebuah atom, kecuali atom hidrogen, cenderung membentuk ikatan

sampai atom itu dikelillingi oleh delapan elektron valensi. Dengan kata lain, ikatan

kovalen terbentuk jika elektron yang tersedia tidak cukup untuk masing-masing atom

mencapai oktet yang lengkap. Masing-masing atom dapat melengkapi oktetnya

dengan menggunakan elektron secara bersama dalam ikatan kovalen. Persyaratan

untuk atom hidrogen adalah tercapainya konfigurasi elektron helium, yaitu

dikelilingi oleh dua elektron. Aturan oktet berlaku terutama untuk unsur-unsur dalam

periode kedua tabel periodik (Chang, 2003).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 BahanPercobaan

Bahan yang dipakai dalam percobaan ini adalah NaCl, AgNO3, CHCl3, KCNS,

CH3COOH, CCl4, C2H5OH, K3Fe(CN)6, HCl, Indikator M.O, BaCl2, K4Fe(CN)6,

CuSO4, NH4OH dan FeCl3.

3.1.2 Alat Percobaan

Adapun alat yang dipakai dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung, tissue rol, labu semprot, sikat tabung dan pipet tetes.

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pengendapan Garam Nitrat

Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering.Masing-masing diisi dengan 1

mL AgNO3. Tabung (1) ditetesi dengan NaCl, tabung (2) dengan CCl4, dan tabung

(3) dengan CHCl3 masing-masing 3-5 tetes. Diamati perubahan yang terjadi.

3.2.2 Reaksi dengan Indikator Metil Orange (MO)

Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung (1) diisi dengan HCl,

tabung (2) dengan CH3COOH, dan tabung (3) dengan C2H5OH diisi masing-masing

2,5 mL. Kemudian ketiga tabung ditetesi dengan masing-masing metil jingga (MO).

Diamati perubahan yang terjadi.

3.2.3 Pengendapan Garam Hidroksida

Disiapkan 6 tabung reaksi yang bersih dan kering.Masing-masing tabung diisi

dengan1 mL CuSO4 saja. Tabung (1) dan (2) ditetesi dengan NH4OH sedikit, tabung
(3) dan (4) ditetesi dengan NH4OH berlebih, dan tabung (5) dan (6) tidak ditetesi

dengan NH4OH. Kemudian, tabung (1), (2), dan (5) ditambahkan larutan BaCl2,

sedangkan tabung (2), (4), dan (6) ditambahkan larutan K4Fe(CN)6 sebanyak 2-3

tetes. Diamati perubahan yang terjadi.

3.2.4 Reaksi dengan KCNS

Disiapkan 2 tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung (1) diisi dengan FeCl3

dan tabung (2) dengan K3Fe(CN)6 masing-masing 1 mL. Kemudian, kedua tabung

ditambahkan 2-3 tetes KCNS. Diamati perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan garam nitrat

Larutan + AgNO3 Keterangan

NaCl Larutan keruh, endapan putih Ikatan Ion

Larutan tidak berwarna, tidak terdapat


CCL4 Ikatan Kovalen
endapan

Larutan tidak berwarna, tidak terdapat


CHCl3 Ikatan Kovalen
endapan

NaCl + AgNO3 AgCl ↓ + NaNO3

CCl4 + AgNO3 tidak bereaksi

CHCl3 + AgNO3 tidak bereaksi

Percobaan pengendapan garam nitrat bertujuan untuk menentukan senyawa

ikatan ion atau kovalen. Ikatan ion dalam pelarutnya akan terurai menjadi ion-ion

karena bentuk ikatannya terjadi pada ion-ion yang memiliki tingkat

elektronegativitas yang perbedaannya sangat signifikan, sedangkan ikatan kovalen

tidak demikian. Dalam percobaan ini, dilakukan dengan menambahkan AgNO3 pada

larutan NaCl, CCl4 dan CHCl3 yang berfungsi mengendapkan senyawa tersebut

membentuk garam nitrat. NaCl ditambahkan AgNO3 membentuk endapan putih,

sedangkan CCl4 dan CHCl3 tidak terjadi reaksi. NaCl termasuk ikatan ion, sedangkan

CCl4 dan CHCl3 termasuk ikatan kovalen.


Tabel 2. Pengendapan garam hidroksida

Ditambah Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6

CuSO4 + NH4OH Endapan biru dan Endapan cokelat Senyawa

sedikit larutan keruh dan larutan keruh kompleks

CuSO4 + NH4OH Endapan biru tua Endapan cokelat Senyawa

berlebih dan larutan biru tua dan larutan kompleks

keruh cokelat

CuSO4 Endapan biru tua Tidak ada endapan, Bukan

dan larutan biru larutan cokelat Senyawa

muda kompleks

CuSO4 + 2 NH4OH (sedikit) Cu(OH)2 + (NH4)2SO4

CuSO4 + 4 NH4OH (berlebih) Cu(NH3)4 SO4 +4H2O

Cu(NH3)4 SO4 +BaCl2 Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4

Cu(NH3)4 SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2[Fe(CN)6 ] + 2 K2SO4

CuSO4 + BaCl2 CuCl2 + BaSO4

CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu2[Fe(CN)6] + 2 K2SO4

Percobaan pengendapan garam hidroksida bertujuan untuk membedakan

apakah termasuk senyawa kompleks atau bukan kompleks. Dimana CuSO4 ditambah

NH4OH sedikit, ditambah BaCl2 terjadi pengendapan dan termasuk senyawa

kompleks. Senyawa kompleks dapat dibuktikan dengan 2 cara yaitu terjadi endapan

atau perubahan warna, yang mengalami perubahan warna apabila CuSO4 ditambah

NH4OH sedikit ataupun berlebih ditambahkan dengan K4Fe(CN)6, hal ini


membuktikan bahwa penambahan BaCl2 akan mengalami pengendapan dan

penambahan K4Fe(CN)6 akan menyebabkan perubahan warna.

Tabel 3. Reaksi dengan indikator metil jingga (MO)

Larutan +MO Keterangan

HCl Larutan jingga. Asam kuat

CH3COOH Larutan jingga. Asam lemah

C2H5OH Larutan kuning. Basa

Percobaan reaksi dengan indikator metil jingga (MO) bertujuan untuk

mengetahui tingkat keasaman beberapa senyawa, mengetahui reaksi senyawa dengan

indikator metil jingga (MO). Penambahannya indikator metil jingga berfungsi untuk

titrasi asam basa. Hasil percobaan menunjukkan HCl merupakan asam kuat berwarna

merah setelah ditambahkan metil jingga (MO), CH3COOH adalah asam lemah

berwarna jingga setelah ditambahkan metil jingga (MO), C2H5OH adalah asam

lemah yang mendekati basa. Tingkat keasaman dari tinggi kerendah yaitu HCl,

CH3COOH, C2H5OH dan ikatannya adalah semakin kuat tingkat keasaman maka

ikatannya semakin kuat pula.

Tabel 4.Reaksi dengan kalium tiosianat (KCNS)

Larutan Ditambah KCNS Keterangan

FeCl3 Larutan merah kecokelatan Senyawa kompleks

K4Fe(CN) 6 Larutan kuning Bukan senyawa kompleks

FeCl3 + 3 KCNS Fe(CNS)3 + 3 KCl

K4Fe(CN)6 + KCNS tidak bereaksi


Percobaan reaksi ini bertujuan untuk membedakan senyawa kompleks dan

bukan kompleks dengan melihat apakah terjadi perubahan warna atau tidak, berbeda

dengan percobaan 3 yang juga melihat adanya endapan, FeCl3 ditambah KCNS

mengalami perubahan warna menjadi merah kecokelatan sehingga FeCl3 termasuk

senyawa kompleks dan senyawa K3Fe(CN)6 ditambah KCNS tidak mengalami

perubahan warna dan termasuk senyawa bukan kompleks. KCNS berfungsi untuk

sebagai pendeteksi warna.

Semua percobaan yang dilakukan baik percobaan untuk membedakan ikatan

elektrovalen dengan ikatan kovalen maupun percobaan untuk membedakan reaksi

pembentukan senyawa kompleks dan bukan kompleks, diperoleh hasil yang sesuai

dengan teori ikatan kimia.

Berdasarkan buku Pengantar Kimia pada reaksi dengan KCNS, larutan

FeCl3jika direaksikan dengan larutan KCNS maka larutan berwarna merah bata

sedangkan pada praktikum larutan berwarna merah kecokelatan. Jadi data yang kami

peroleh sesuai dengan teori yang ada di buku Pengantar Kimia.


BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa ikatan ion dan ikatan kovalen

dibedakan berdasarkan terjadinya endapan. Apabila terbentuk endapan maka

termasuk ikatan ion dan apabila tidak terbentuk endapan maka termasuk dalam

ikatan kovalen. Ikatan kovalen semakin kuat apabila tingkat keasaman suatu

senyawa semakin kuat.

Senyawa kompleks dan bukan kompleks dapat dibedakan dengan dua cara

yaitu adanya pengendapan dan adanya perubahan warna. Termasuk senyawa

kompleks jika terjadi perubahan warna atau pengendapan, begitupun sebaliknya

bukan senyawa kompleks apabila tidak terjadi perubahan warna atau pengendapan.

5.2 Saran

Dalam melakukan percobaan ini, sebaiknya memperhatikan strerilisasi alat,

juga untuk asisten untuk keep smile.


DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., 2003, Kimia Dasar, Jakarta: Erlangga.

Harnanto, A., dan Ruminten, 2009, Kimia 2, Jakarta: Pusat Perukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Suyanti, R.D. dan Sugiyantro, K.H.,2013, Keefektifan Praktikum Multimedia Ikatan


Kimia dalam Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia Mahasiswa,
Cakrawala Pendidikan, 3 (3): 461-469.

Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Tokyo: Iwanami Publishing Company.

Tim Dosen Kimia Dasar, 2013, Kimia Dasar 1, UPT Mata Kuliah Umum Unhas:
Makassar.

Tan, K.C.D., dan Treagust D.F., 1999. Evaluating student’s understanding of


Chemical bonding, School Science Review, 81 (294): 75-76.
Lampiran 1. Bagan Kerja Percobaan

1. Pengendapan Garam Nitrat

NaCl CCl4 CHCl3

- Ditambahkan dengan larutan

AgNO3sebanyak 2–3 tetes.

- Perubahan yang terjadi

Hasil diamati dan dicatat.

2. Reaksi dengan Indikator Metil Jingga(MO)

HCl CH3COOH C2H5OH

- Dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi.

- Ditambahkan metil jingga (MO) 2-3 tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

3. Pengendapan Garam Hidroksida

CuSO4 + NH4OH CuSO4 + NH4OH (berlebih) CuSO4


(sedikit)

- Masing-masing larutan dimasukkan ke

dalam 6 tabung reaksi yang berbeda-

beda. Setiap larutan dalam 2 tabung

reaksi. Ditambahkan NH4OH sampai

tidak terjadi endapan.


- Tabung reaksi (1), (3) dan (5) ditetesi

BaCl2, tabung reaksi (2) , (4) dan (6)

ditetesi K4Fe(CN)6.

- Perubahan yang terjadi diamati dan

dicatat.

Hasil

4. Reaksi Dengan Kalium Tiosianat (KCNS)

FeCl3 K4Fe(CN)6

- Ditambahkan KCNS 2-3 tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Pengendapan AgNO3

Gambar 2. Reaksi dengan Indikator MO


Gambar 3. Pengendapan Garam Hidroksida

Gambar 4. Reaksi dengan Kalium Tiosianat (KCNS)

Gambar 5. Bersama Asisten Cantik

Anda mungkin juga menyukai