Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Materi terdiri atas atom, oleh karena itu kimia mempelajari materi dan teori

atom. Namun, kimia tidak berbasiskan atom saja. Kimia pertama akan muncul ketika

atom bergabung membentuk molekul. Proses yang menjelaskan bagaimana karakter

hubungan atom dengan atom, yakni pembentukan ikatan kimia sangat berperan

dalam perkembangan kimia. Untuk memahami ikatan kimia sebenarnya diperlukan

dukungan mekanika kuantum. Kini mekanika kuantum merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari kimia. Jadi, mekanika kuantum sangat diperlukan bagi yang ingin

mempelajari betapa pentingnya ikatan kimia. Teori atom adalah suatu teori untuk

konsep ikatan kimia. Namun, teori afinitas lebih disukai kimiawan abad 18 mungkin

dapat dianggap sebagai asal teori ikatan kimia modern, walaupun afinitas kimia

merupakan teori reaksi kimia. Dasar teori afinitas adalah konsep like attrack like,

sesama menarik sesama. Kimiawan perancis Etienne Fraccois Geoffroy (1672-1731)

membuat tabel dengan enam belas jenis zat didaftarkan di dalam aturan afinitasnya

pada zat lain (Takeuchi, 2006).

Konsep fundamental dalam kimia organik modern, yakni rantai atom karbon,

secara perlahan diformulasikan. Harus ditekankan bahwa di abad 19 tidak mungkin

menjawab pertanyaan mendasar mengapa kombinasi tertentu dua atom membentuk

suatu ikatan (Takeuchi, 2006). Oleh karena itu, percobaan ikatan kimia perlu

dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara senyawa-senyawa yang mempunyai

ikatan ion dan kompleks.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami

perbedaan ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen serta mengetahui dan memahami

perbedaan reaksi pembentukan senyawa kompleks dan bukan kompleks.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini, yaitu:

1. membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrokovalen dan ikatan

kovalen.

2. membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah pengamatan pada perbedaan antara ikatan ion

dan ikatan kovalen dengan mengamati endapan yang dihasilkan ketika mereaksikan

NaCl, CCl4 dan CHCl3 dengan AgNO3, mereaksikan HCl, CH3COOH dan C2H5OH

dengan Metil Orange (MO), dan pengamatan pada perbedaan antara senyawa

kompleks dan bukan kompleks dari perubahan warna yang dihasilkan ketika

mereaksikan CuSO4 dengan NH4OH, BaCl2 dan K4Fe(CN)6, dan mereaksikan FeCl3

dan K3Fe(CN)6 dengan KCNS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan tabel periodik dan konsep konfigurasi elektron adalah alasan

ahli kimia untuk pembentukan molekul dan senyawa. Penjelasan ini, dirumuskan

oleh Gilbert Lewis, yaitu bahwa atom bergabung agar mencapai yang konfigurasi

elektron lebih stabil. Ketika atom berinteraksi membentuk ikatan kimia, hanya

daerah luarnya yang berhubungan. Pada alasan ini, ketika kita mempelajari ikatan

kimia, kita sangat prihatin dengan elektron valensi atom. Melacak elektron valensi

dalam reaksi kimia dan untuk memastikan bahwa jumlah elektron tidak ada

perubahan, ahli kimia menggunakan sistem titik-titik yang dirancang oleh Lewis

yang disebut Lewis dot symbol (Chang, 2010).

Gagasan tentang pembentukan ikatan kimia ditemukan oleh Lewis dan

Kossel. Dalam pembentukan ikatan kimia, golongan gas mulia (VIII A) sangat sukar

atau sulit membentuk ikatan kimia. Diduga bila gas mulia tersebut bersenyawa

dengan unsur lain, tentunya ada suatu keunikan dalam konfigurasi elektronnya yang

mencegah persenyawaaan dengan unsur lain. Bila dugaan tersebut benar, maka suatu

atom yang bergabung dengan atom lain membentuk suatu senyawa mungkin

mengalami perubahan dalam konfigurasi elektronnya (Elida, 1994).

Berdasarkan gagasan tersebut, kemudian dikembangkanlah suatu teori yang

disebut teori Lewis (Elida, 1994):

a. Elektron valensi memegang peranan utama pada pembentukan ikatan kimia.

b. Pembentukan ikatan kimia terjadi dalam dua cara:


1) Ikatan ion, terbentuk karena adanya perpindahan satu atau lebih elektron dari

satu atom ke atom lain sehingga menjadi ion positif dan negatif yang saling

tarik menarik.

2) Ikatan kovalen, terbentuk karena adanya pemakaian bersama pasangan

elektron antara atom-atom yang berikatan.

c. Serah terima elektron dan pemakaian bersama pasangan elektron tersebut terjadi

sedemikian rupa hingga mencapai konfigurasi dengan 8 elektron valensi seperti

konfigurasi elektron pada gas mulia.

Sebelum lewis, ahli kimia yang berusaha menjelaskan valensi cenderung

bingung oleh fakta beberapa senyawa kimia bersifat ionik, tetapi molekul lain sama

sekali nonpolar. Lewis berpendapat bahwa konsep krusial adalah kestabilan yang

melekat pada oktet penuh elektron. Lewis melihat atom natrium dan klorin oleh atom

elektron mencapai natrium klorida ini dengan transfer elektron, sedangkan dalam

halogen (X2), setiap atom X mencapai ini dengan berbagai elektron (Logan, 2001).

Proses penelitian ikatan kimia salah satunya adalah struktur Lewis. Struktur

Lewis adalah diagram yang menunjukkan ikatan-ikatan antar atom dalam suatu

molekul. Struktur Lewis dikembangkan oleh Gilbert N Lewis, yang menyatakan

bahwa atom-atom bergabung untuk mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil.

Pada penyusunan struktur Lewis dari suatu unsur atau atom, dapat dengan cara

menuliskan simbol titik pada sekeliling atom. Setiap titik mewakili satu elektron

yang terdapat pada kulit valensi atom tersebut. Elektron yang terlibat dalam ikatan ini

hanya elektron-elektron yang terdapat pada kulit terluar (Dwinata dkk., 2016).

Kimiawan Jerman Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan gas

mulia disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh. Ketika suatu atom

kehilangan
elektron, atom tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron yang

sama

dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron, atom tersebut

akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan atom gas

mulia terdekatnya. Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan elektron dari luar

atau memberikan elektron keluar, bergantung apakah jumlah elektron kulit terluarnya

lebih sedikit atau lebih banyak dari atom gas mulia terdekat. Albrecht Kossel

menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan ikatan kimia adalah gaya

elektrostatik antara kation dan anion. Ikatan kimia yang dibentuk disebut dengan

ikatan ionik (Takeuchi, 2006).

Garam dapur yang disebut natrium klorida, NaCl merupakan contoh yang

mudah untuk memahami terjadinya ikatan ion. Disini terjadi serah terima elektron,

yaitu atom natrium melepaskan sebuah elektron valensinya sehingga terjadi ion

natrium, yakni Na+ dan elektron ini diterima oleh atom klor sehingga terjadi ion

klorida, yakni Cl- , dengan persamaan reaksi berikut (Sugiarto, 2004):

Na (2. 8. 1) Na+ (2. 8) + e (2.1)

Cl (2. 8. 7) + e Cl- (2. 8. 8) (2.2)

Selanjutnya ion klorida dan ion natrium saling tarik menarik dengan gaya

elektrostatis sehingga terjadi ikatan ion. Terbentuklah natrium klorida, NaCl.

Zat-zat lain di sekitar kita berupa molekul-molekul gas, molekul-moleku cair,

dan ada beberapa zat berupa padatan tersusun atas atom-atom yang menggunakan

ikatan kovalen. Atom-atom yang sama atau hampir sama keelektronegatifannya

masing-masing cenderung membentuk ikatan kovalen dengan menggunakan

pasangan elektron bersama. Hampir semua senyawa kovalen terbentuk dari atom-
atom yang bersifat non-logam. Dalam hal ini, dua atom non-logam masing-masing

saling menyumbangkan elektronnya sehingga tersedia satu atau lebih pasangan

elektron yang

dijadikan milik bersama. Senyawa yang berikatan kovalen juga dapat disebut

senyawa

kovalen (Sugiarto, 2004).

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi ketika dua atom saling berbagi

pasangan elektron. Senyawa kovalen merupakan senyawa yang hanya mengandung

ikatan kovalen saja. Untuk menyederhanakan notasi, pasangan elektron biasa ditulis

dengan 1 garis lurus. Sebagai contoh, ikatan kovalen antar atom hidrogen dapat

dituliskan sebagai: H – H. Pada ikatan kovalen yang mengandung banyak elektron,

hanya melibatkan elektron valensi. Dimana elektron valensi ini yang akan mengalami

perubahan hingga memenuhi aturan oktet (Chang, 2010).

Teori oktet menjelaskan untuk gas mulia (selain He), delapan elektron dalam

kulit valensinya disusun seolah mengisi kedelapan pojok kubus sementara untuk

atom lain, beberapa sudutnya tidak diisi elektron. Pembentukan ikatan kimia dengan

penggunaan bersama pasangan elektron dilakukan dengan penggunaan bersama

rusuk atau bidang kubus. Dengan cara ini dimungkinkan untuk memahami ikatan

kimia yang membentuk molekul hidrogen. Namun, pertanyaan tentang mengapa dua

atom hidrogen bergabung masih belum terjelaskan (Takeuchi, 2006).

Atom hidrogen memiliki sebuah elektron pada kulit pertamanya, agar

konfigurasi elektronnya penuh seperti gas mulia helium maka hidrogen memerlukan

satu elektron lagi. Gas hidrogen yang merupakan molekul H 2 terdiri dari dua atom
hidrogen yang saling menyumbangkan elektronnya sehingga masing-masing atom

hidrogen memiliki konfigurasi elektron yang stabil Air mengandung molekul H2O.

Atom oksigen yang mempunyai 6 elektron valensi membutuhkan 2 elektron lagi

agar seperti gas mulia. Kedua elektron itu diperoleh dari dua atom hidrogen. Jadi

atom oksigen dapat membentuk 2 ikatan kovalen dalam molekul H2 (Sugiarto, 2004).

Beberapa atom dapat membentuk ikatan rangkap. Pada ikatan kovalen

tunggal mengandung dua elektron, ikatan kovalen rangkap dua mengandung empat

elektron,

sedang dalam ikatan rangkap tiga terdapat enam elektron. Pada molekul karbon

dioksida, CO2 terdapat dua buah ikatan rangkap dua. Ketiga atomnya sekarang

masing-masing memiliki 8 elektron terluar. Sedang pada molekul nitrogen, N 2 setiap

atomnya menyumbangkan 3 elektron untuk digunakan bersama-sama agar setiap

atom N memiliki elektron valensi 8 (Sugiarto, 2004).

Tidak semua ikatan kovalen yang terjadi, elektron-elektronnya diperoleh

dari sumbangan atom-atom yang membentuk ikatan. Beberapa molekul ada yang

pasangan elektronnya berasal dari salah satu atom saja, sedang atom lainnya

menggunakan pasangan elektron itu untuk berikatan. Ikatan yang terbentuk ditandai

dengan garis berpanah yang menujukan adanya donor pasangan elektron dari atom

yang memiliki pasangan elektron bebas menuju atom yang kekurangan elektron

berpasangan dimana pasangan elektron tersebut berasal dari salah satu atom yang

berikatan. Jadi ikatan kovalen koordinat adalah Ikatan yang terjadi karena adanya

pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang

berikatan. Molekul NH3 mempunyai satu pasang elektron yang belum digunakan

bersama, sedang ion H+ dapat menerima satu pasang elektron untuk menjadi lebih
stabil karena mempunyai konfigurasi elektron helium. Oleh karena itu, pasangan

elektron tersebut dapat digunakan bersama oleh molekul NH3 dan ion H+ sehingga

terbentuk ion amonium, NH4+. Ikatan antara NH3 dengan ion H+ ini juga merupakan

ikatan kovalen yang diberi nama ikatan kovalen koordinasi (Sugiarto, 2004).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet tetes, tabung reaksi,

sikat tabung dan rak tabung.

3.2 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaCl, AgNO 3,

CHCl3, KCNS, CH3COOH, C2H5OH, HCl, Metil Orange (MO), BaCl2, K4Fe(CN)6,

CuSO4, NH4OH, K3Fe(CN)6, FeCl3, tissue roll, akuades dan sabun.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengendapan Garam Klorida

Disiapkan 3 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan 1 mL

AgNO3. Dimasukkan larutan NaCl ke dalam tabung (1) sebanyak 3 tetes. Kemudian

dimasukkan C2H5OH ke dalam tabung (2) sebanyak 3 tetes. Kemudian dimasukkan


CHCl3 ke dalam tabung (3) sebanyak 3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi.

3.3.2 Reaksi dengan Indikator Metil Orange (MO)

Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Tabung (1) diisi dengan HCl, tabung (2)

dengan CH3COOH dan tabung (3) dengan C2H5OH, masing-masing tabung reaksi

dimasukkan kedalam sebanyak 2,5. Selanjutnya, dari setiap tabung reaksi ditetesi

suatu indikator yakni, metil orange (MO), sebanyak 2-3 tetes. Kemudian diamati dan

dicatat perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi.

3.3.3 Pengendapan Garam Hidroksida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO 4 sebanyak 1 mL.

Tabung ditetesi larutan ammonium (NH4OH) masing-masing sebanyak 3 tetes.

Tabung reaksi (1) ditambah dengan larutan BaCl2, tabung reaksi (2) ditambahkan

larutan K4Fe(CN)6, masing-masing sebanyak 3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan

yang terjadi.

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO4 sebanyak 1 mL

Tabung ditetesi larutan ammonium (NH4OH) masing-masing dengan jumlah

berlebih. Tabung reaksi (1) ditambah dengan larutan BaCl2, tabung reaksi (2)

ditambahkan larutan K4Fe(CN)6, masing-masing sebanyak 3 tetes. Diamati dan

dicatat perubahan yang terjadi.

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO 4 sebanyak 1 mL.

Tabung reaksi (1) ditambah dengan larutan BaCl2, tabung reaksi (2) ditambahkan

larutan K4Fe(CN)6, masing-masing sebanyak 3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan

yang terjadi.

3.3.4 Reaksi dengan KCNS


Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Pada tabung (1) dimasukkan FeCl 3, pada

tabung (2) ditambahkan dengan larutan K3Fe(CN)6, masing-masing sebanyak 1 mL.

Pada tabung (1) dan (2) ditambahkan larutan KCNS sebanyak 3 tetes. Diamati dan

dicatat perubahan yang terjadi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. senyawa yang memiliki ikatan ion dan ikatan kovalen dapat dibedakan pada saat

dilarutkan dalam pelarutnya. Ikatan ion memiliki endapan ketika dilarutkan

dalam pelarutnya sedangkan kovalen tidak terbentuk endapan. Dalam

pengendapan garam nitrat, senyawa yang memiliki ikatan ion, yakni NaCl

dengan terbentuknya endapan putih dan senyawa yang memiliki ikatan kovalen,

yakni C2H5OH dan CHCl3 dengan tidak terbentuknya endapan. Dalam reaksi

dengan Metil Orange berdasarkan perubahan warna yang dihasilkan, yang

menunjukkan asam kuat, yakni senyawa HCl dengan perubahan warna menjadi

merah tua dan asam lemah, yakni CH3COOH dan CH3CH2OH, masing masing

dengan perubahan warna menjadi merah dan orange.


2. senyawa kompleks dan bukan kompleks juga dapat dibedakan pada saat

dilarutkan dalam pelarutnya. Pada pengendapan garam hidroksida senyawa yang

termasuk senyawa kompleks, yakni CuSO4 yang ditambahkan dengan NH4OH

dengan perubahan warna menjadi merah coklat ketika penambahan pereaksi

K4Fe(CN)6 dan terbentuk endapan putih larutan biru ketika penambahan BaCl 2

dan senyawa yang bukan kompleks, yakni CuSO4 tanpa penambahan NH4OH

dengan tidak adanya endapan ketika penambahan pereaksi K4Fe(CN)6 dan

BaCl2. Dalam reaksi dengan KCNS, yang termasuk dalam senyawa kompleks,

yakni FeCl3 dengan perubahan warna menjadi merah darah dan

senyawa yang bukan kompleks, yakni K3Fe(CN)6 dengan tidak adanya

perubahan warna (tetap kuning).

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Sebelum melakukan praktikum perlu diadakan pembersihan secara berkala

dan tata penyusunannya dibuat serapi mungkin agar praktikan tertarik dan merasa

nyaman saat melakukan praktikum.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Dipertahankan keramahan dan ketegasannya dalam membimbing kami

khususnya pada pembuatan laporan.


LAPORAN PRAKTIKUM

IKATAN KIMIA

Disusun dan diajukan oleh:

AGNES ALDORA
H031 19 1053

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh:


Makassar, 16 Oktober 2019

Asisten, Praktikan,

IZZAH MAURYZA AGNES ALDORA


NIM: H311 16 009 NIM: H031 19 1053
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., 2010, Chemistry 10th Edition, The Mc-Graw-Hill Companies, NewYork.
Dwinata, R.A., Efendi, R. dan Yudha, S.P., 2016, Racang Bangun Aplikasi Tabel
Periodik Unsur dan Perumusan Senyawa Kimia Dari Unsur Kimia Dasar
Berbasis Android, Jurnal Rekursif, 4(2): 1-8.

Elida, T., 1992, Pengantar Kimia, Gunadarma, Jakarta.

Logan, S.R., 2001, The Role of Lewis Structures in Teaching Covalent Bonding,
Journal of Chemical Education, 11(78): 1457.

Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Iwanamy Publishing Company.


Sugiarto, B., 2004, Modul Kim. 05. Ikatan Kimia dan Tatanama, Bagian Proyek
Pengembangan Kurikulum, Departemen Pendidikan Nasional, Surabaya.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Pengendapan Garam Hidroksida

NaCl 3 tetes

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Ditambahkan AgNO3 sebanyak 1 mL

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil

Catatan : Dalam percobaan pengendapan garam nitrat, NaCl diganti dengan C2H5OH

dan CHCl3 dengan perlakuan yang sama.

3. Reaksi dengan Indikator Metil Orange

HCL 2,5 mL CH3COOH 2,5 mL C2H5OH 2,5 mL


- Dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi

- Ditambahkan Metil Orange

- Diamati dan dicatat hasilnya

Hasil

3. Pengendapan Garam Hidroksida

3.1 Penambahan Amonium Hidroksida

CuSO4 1 mL
- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi

- Ditambahkan amonium hidroksida sampai tidak terjadi endapan

- Ditambahkan larutan BaCl2 3 tetes pada tabung 1

- Ditambahkan K4Fe(CN)6 3 tetes pada tabung 2

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil \

3. 2 Tanpa Amonium Hidroksida


CuSO4 1 mL

- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi

- Ditambahkan larutan BaCl2 3 tetes pada tabung 1

- Ditambahkan K4Fe(CN)6 3 tetes pada tabung ke 2

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi


Hasil
4. Reaksi dengan Kalium Tiosianat (KCNS)

FeCl3 1 mL K4Fe(CN)6 1 mL
- Dimasukkan ke dalam - Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 1 tabung reaksi 2

- Ditambahkan KCNS 3 tetes

- Diamati perubahan yang terjadi

- Dicatat peubahan yang terjadi

Hasil

Anda mungkin juga menyukai