Anda di halaman 1dari 30

RESUME

KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA DAN SENYAWA KARBON

Dosen Pengampu :
B. Fara Dwirani Sofia, S.Si., M.Si.,M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Rahmawati Dini Aprilia

Nim : E1R022084

Kelas : 2A

ROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2023
IKATAN KIMIA

Ikatan kimia merupakan ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan
cara: atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron dan
penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom. Tujuan pembentukan
ikatan kimia adalah untuk pencapaian kestabilan suatu unsur. Elektron yang berperan pada
pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu atom/unsur yang terlibat.
Elektron valensi adalah elektron yang berada pada kulit terluar. Untuk memudahkan
penggambaran elektron valensi pada atom suatu unsur dan ikatan yang terbentuk dapat
menggunakan simbol Lewis (simbol titik-elektron Lewis).

Konsep tentang ikatan kimia pertama kali dikemukakan pada tahun 1916 oleh Gilbert
Newton Lewis dari Amerika dan Albrecht Kossel dari Jerman. Penemuan konsep tentang
ikatan kimia ini didasari dari beberapa kenyataan tentang sifat-sifat atom dalam unsur yaitu:

a. Kenyataan bahwa unsur gas mulia (golongan VIIIA) yaitu He, Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn
sukar membentuk senyawa. Hal ini mengindikasikan bahwa unsur gas mulia memiliki
susunan elektron yang stabil.

b. Setiap atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki susunan elektron yang stabil
seperti gas mulia. Caranya dengan melepaskan elektron atau menangkap elektron dari
unsur lain.

c. Untuk memperoleh susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai dengan cara berikatan
dengan atom lain, yaitu dengan cara melepaskan elektron, menangkap elektron, maupun
pemakaian elektron secara bersama-sama.Ikatan kimia merupakan gaya yang mengikat
dua atom atau lebih untuk membuat senyawa atau molekul kimia.

Ikatan itulah yang akan menjaga atom tetap bersama dalam suatu senyawa yang
dihasilkan. Dengan kata lain, ikatan kimia dari dua atau lebih unsur disebut senyawa. Namun,
ikatan tersebut berbeda-beda . Ada ikatan kuat seperti yang terjadi pada ikatan logam, ikatan
ion dan ikatan kovalen. Ada juga ikatan lemah yang terjadi pada interaksi dipol-dipol, gaya
dispersi London, dan ikatan hidrogen.

Semakin kuat ikatan kimia yang terjadi, maka akan semakin stabil senyawa yang
dihasilkannya. Sebaliknya, semakin lemah ikatan kimia yang terjadi, akan semakin tidak
stabil senyawa yang dihasilkannya, dan dapat mengalami reaksi lain untuk membuatnya lebih
stabil. Dalam pembentukannya, ikatan tersebut dipengaruhi oleh elektron valensi. elektron
valensi yaitu elektron yang berada pada kulit terluar suatu atom.
Teori Lewis

Teori pertama yang akan gue jelaskan adalah teori Lewis. Dinamakan teori Lewis,
karena teori ini datang dari Profesor Fisika dan Kimia dari Amerika Serikat, yaitu Gilbert. N.
Lewis pada tahun 1916 di dalam artikelnya “The Atom and The Molecules”. langkah awal
untuk menentukan bentuk molekul. Elo bisa lihat pada contoh ikatan yang terjadi antara
Litium (1 elektron), Oksigen (6 elektron), dan Neon (8 elektron) berikut ini:

Simbol titik pada ikatan di atas merupakan jumlah elektron valensi dari masing-masing
atomnya.

Teori Kossel

Selanjutnya, ada Teori Kossel. Masih di tahun yang sama, Albrecht Kossel yang
merupakan ilmuwan dari Jerman, juga mengajukan teori yang hampir mirip dengan teori
Lewis. Bedanya terletak pada transfer elektron yang penuh antar atom-atomnya. Kamu bisa
lihat teori Kossel ini pada ikatan polar.
Selanjutnya, Lewis dan Kossel menjelaskan bahwa kestabilan gas mulia dengan
konfigurasi elektron saling berhubungan. Di mana unsur gas mulia ternyata memiliki 8
elektron valensi, sehingga memiliki sifat yang stabil (kecuali He yang hanya memiliki 2
elektron valensi).

A. PERANAN ELEKTRON DALAM PEMBENTUKAN IKATAN KIMIA

Sejak penemuan struktur elektronik atom-atom, ahli kimia dan fisika mampu
menyelidiki bagaimana cara-cara atom dari jenis yang satu bergabung dengan jenis yang lain
membentuk senyawa dengan Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik menarik antara
atom-atom sehingga aton-atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam
senyawaan.

Gagasan tentang pembentukan ikatan kimia dikemukakan oleh Lewis dan Langmuir
(Amerika) serta Kossel (Jeman). Dalanm pembentukan ikatan kimia, golongan gas mulia
(VIIIA) sangat sulit membentuk ikatan kimia. Diduga bila gas mulia bersenyawa dengan
unsur lain, tentunya ada suatu keunikan dalamkonfigurasi elektronnya yang mencegah
persenyawaan dengan unsur lain.
Bila dugaan tersebut benar, maka suatu atom yang bergabung dengan atom lain
membentuk suatu senyawa mungkin mengalamai perubahan dalam konfigurasi elektronnya
yang mengakibatkan atom-atom tersebut lebih menyerupai gas mulia.

Berdasarkan gagasan tersebut, kemudian dikembangkan suatu teori yang disebuat


Teori Lewis :

a. elektron-clektron-yang berada pada kulit terluar (kenal sebagai elektron valensi)


memegang peranan utama dalam pembentukan ikatan kimia.

b. pembentukan ikatan kimia mungkin terjadi dengan 2 cara :

1) karena adanya perpindahan satu atau lebih elektron dari satu atom ke atom lain
sedemikian rupa sehingga terdapat ion positif dan ion negatif yang keduanya saling
tarik menarik karena muatannya berlawanan, membentuk ikatan ion.

2) karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron di antara atom-atom yang


berikatan. Jenis Ikatan yang terbentuk disebut ikatan kovalen.

c. perpindahan elektron atau pemakaian bersama pasangan elektron berlangsung sedemikian


rupa sehingga setiap atom yang berikatan mempunyai suatu konfigurasi elektron yang
mantap, yaitu konfigurasi dengan 8 elektron valensi.

Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul. Interaksi ini
selalu disertai dengan pelepasan energi, sedangkan gaya yang menahan atom-atom dalam
molekul merupakan suatu ikatan kimia. Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur ingin
memiliki konfigurasi elektron stabil. Konfigurasi elektron stabil yang dimaksud yaitu
konfigurasi elektron pada gas mulia.

Tabel konfigurasi elektron unsur golongan gas mulia :

1. Pengertian Aturan Oktet dan Duplet

Diketahui bahwa sebagian besar unsur-unsur yang ditemukan di alam berupa


senyawa seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), air (H2O), amonia (NH3), dan asam
sulfat (H2SO4). Unsur-unsur dalam senyawasenyawa tersebut membentuk suatu ikatan stabil.
Pun demikian masih ada beberapa unsur yang ditemukan bukan dalam bentuk senyawa,
melainkan adalah unsur tunggal. Antara lain, Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon
(Xe) dan Radon (Rn). Unsur golongan gas mulia jarang ditemukan berikatan dengan unsur
lain kecuali Kr, Xe dan Rn, yang dapat bereaksi meski diperlukan kondisi khusus.

Ke-5 unsur tunggal tersebut merupakan unsur golongan VIIIA (gas mulia) yang
sangat stabil. Sedangkan unsur lain selain gas mulia tidak stabil dan cenderung membentuk
ion atau senyawa.

1. Tabel konfigurasi elektron unsur gas mulia

2. Tabel konfigurasi elektron unsur selain gas mulia

Dari kedua tabel di atas, elektron valensi pada unsur gas mulia berjumlah 8 kecuali
helium. Sedangkan pada unsur selain gas mulia elektron valensinya bervariatif. Unsur yang
berelektron valensi 8 bersifat stabil sedangkan unsur yang berlektron valensi bukan 8 bersifat
reaktif. Nah unsurunsur yang bersifat reaktif ini akan cenderung ingin menjadi stabil seperti
unsur gas mulia dengan cara membentuk suatu ikatan yang dinamakan ikatan kimia.

Ikatan kimia dapat terbentuk apabila unsur mejadi bentuk ion baik anion (ion
negatif) maupun kation (ion positif). Ion ini dapat terbentuk dengan cara menerima atau
melepas elektron. Unsur-unsur selain gas mulia untuk menjadi bentuk ion harus menangkap
atau melepas elektron sehingga elektron valensinya menjadi 8 atau 2.
Kecenderungan atom-atom untuk memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia (8
elektron valensi) disebut kaidah oktet. Sementara itu, atom-atom yang memiliki
kecenderungan untuk memiliki konfigurasi elektron seperti gas helium (2 elektron valensi)
disebut kaidah duplet.

Peran utama elektron dalam proses atau reaksi kimia biasa adalah sebagai
pembentuk ikatan seperti pada ikatan ion, kovalen, kovalen rangkap ataupunkovalen
koordinasi yang mana terjadi proses pelepasan dan penarikan elektron.

2. STRUKTUR ATOM (PROTON, ELEKTRON, DAN NEUTRON)

Walaupun pada awalnya atom diartikan sebagai partikel terkecil yang tidak dapat
dibagi lagi, tetapi dalam perkembangannya ternyata ditemukan bahwa atom tersusun atas tiga
jenis partikel sub-atom (partikel dasar), yaitu proton, elektron, dan neutron. Henry Gwyn-
Jeffreys Moseley (1887 – 1915) pada tahun 1913 menemukan bahwa jumlah muatan positif
dalam inti atom merupakan sifat khas masing-masing unsur. Atom-atom dari unsur yang
sama memiliki jumlah muatan positif yang sama. Moseley kemudian mengusulkan agar
istilah nomor atom diberi Lambang Z, untuk menyebutkan jumlah muatan positif dalam inti
atom.

Nomor atom unsur menunjukkan jumlah proton dalam inti. Setelah dilakukan
percobaan, diketahui bahwa atom tidak bermuatan listrik, ini berarti dalam atom jumlah
muatan positif sama dengan jumlah muatan negatif, sehingga nomor atom juga menunjukkan
jumlah elektron dalam unsur.

Nomor atom (Z) = jumlah proton

Nomor atom (Z) = jumlah elektron

Contohnya: unsur oksigen memiliki nomor atom 8 (Z = 8), berarti dalam atom oksigen
terdapat 8 proton dan 8 elektron.

Selain nomor atom, ada juga yang disebut dengan nomor massa yang biasanya diberi
Lambang A. Nomor massa ini digunakan untuk menentukan jumlah nukleon dalam atom
suatu unsur. Nukleon sendiri adalah partikel penyusun inti atom yang terdiri dari proton dan
neutron.

A (nomor massa) = jumlah proton (p) + jumlah neutron (n)


 Untuk atom netral → jumlah proton sama dengan jumlah electron
 Untuk ion positif → jumlah proton (muatan positif) lebih banyak daripada elektron
(muatan negatif)
 Untuk ion negatif → jumlah elektron (muatan negatif) lebih banyak daripada proton
(muatan positif).
3. KONFIGURASI ELEKTRON DAN ELEKTRON VALENSI

Konfigurasi (susunan) elektron suatu atom berdasarkan kulit-kulit atom tersebut. Setiap kulit
atom dapat terisi elektron maksimum 2n2 , di mana n merupakan letak kulit.

 Jika n = 1 maka berisi 2 elektron


 Jika n = 2 maka berisi 8 elektron
 Jika n = 3 maka berisi 18 elektron dan seterusnya.

Lambang kulit dimulai dari K, L, M, N, dan seterusnya dimulai dari yang terdekat
dengan inti atom. Elektron disusun sedemikian rupa pada masingmasing kulit dan diisi
maksimum sesuai daya tampung kulit tersebut. Jika masih ada sisa elektron yang tidak dapat
ditampung pada kulit tersebut maka diletakkan pada kulit selanjutnya.
Jumlah elektron maksimum dalam tiap-tiap kulit atom

Aturan-aturan dalam pengisian konfigurasi elektron:

1) Pengisian dimulai dari tingkat energi paling rendah ketingkat energi paling tinggi dari
kulit K, L,M dan seterusnya

2) Jika jumlah elektron yang tersisa ≤ 8 di tempatkan pada kulit berikutnya

3) Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar adalah 8

Tabel pengisian konfigurasi electron

Elektron Valensi

Elektron yang berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia dan reaksi kimia
adalah elektron pada kulit terluar atau elektron valensi. Jumlah elektron valensi suatu atom
ditentukan berdasarkan elektron yang terdapat pada kulit terakhir dari konfigurasi elektron
atom tersebut. Perhatikan tabel di bawah untuk menentukan jumlah elektron valensi. Unsur-
unsur yang mempunyai jumlah elektron valensi yang sama akan memiliki sifat kimia yang
sama pula.

4. STRUKTUR LEWIS (PENGERTIAN, LAMBANG, PENGGAMBARAN)


Teori Lewis

Telah disebutkan bahwa terbentuknya ikatan kimia dapat terjadi melalui 2 proses,
yaitu serah terima elektron dan pemakaian bersama pasangan elektron. Pada saat atom-atom
membentuk ikatan kimia, hanya elektron pada kulit terluar yang berperan yaitu elektron
valensi. Elektron valensi yang digunakan untuk membentuk ikatan kimia digambarkan dalam
suatu pola atau diagram yang disebut Struktur Lewis.

Struktur lewis adalah suatu pola atau diagram yang menggambarkan jumlah elektron
valensi dari atom-atom yang akan membentuk ikatan kimia. Struktur lewis ini berbentuk titik,
silang atau bulatan-bulatan yang mengelilingi lambang atomnya, baik atom tunggal maupun
atom-atom yang berikatan. Keberadaan struktur lewis ini sangat penting untuk
menggambarkan jenis ikatan kimia yang terjadi dalam suatu senyawa serta proses
terbentuknya ikatan kimia tersebut. Selain itu, struktur lewis juga dapat digunakan untuk
menggambarkan rumus molekul atau senyawa.

Lambang Struktur Lewis

Struktur lewis dapat dilambangkan dengan gambar titik, silang atau bulatan-bulatan
kecil, atau bisa juga kombinasi dari titik silang atau bulatan kecil. Satu jenis lambang
misalnya titik atau silang biasanya digunakan untuk menggambarkan struktur lewis unsur
atau molekul. Lambang kombinasi biasanya digunakan untuk menuliskan ikatan senyawa
yang terdiri dari dua atau lebih unsur sehingga akan lebih mudah membedakan elektron
valensi masing-masing unsur.

Sedangkan jika menggunakan satu jenis lambang saja, misalnya bulatan, maka dalam
menggambarkan ikatan senyawa, bulatan bisa diberi warna yang berbeda untuk membedakan
elektron valensi unsur penyusunnya. Berikut ini adalah contoh beberapa lambang lewis
dalam unsur, molekul atau senyawa.

1) Lambang Titik

2) Lambang Silang
3) Lambang Bulatan

4) Lambang Kombinasi

5) Lambang Garis

Lambang struktur lewis dapat disederhanakan dengan mengganti lambang titik atau
silang atau bulatan menjadi sepotong garis. Lambang garis pada struktur lewis ini disebut
dengan rumus bangun. Dimana sepotong garis menyatakan sepasang elektron yang
digunakan bersama.
B. Ikatan Ion

Ikatan ion dapat terbentuk jika elektron-elektron pindah dari atom yang satu ke atom
yang lain. Atom yang kehilangan elektronnya, akan menjadi ion positif, sedangkan atom
yang menerima elekron akan menjadi ion negatif. Selanjutnya kedua atom tarik menarik
dengan gaya elektrostatik yang kuat karena ada beda muatan, dengan kata lain atom-atom
menjadi saling terikat sehingga setiap atom akan memperoleh susunan oktet.

Ikatan ion umumnya terjadi antara unsur logam (yang akan berubah menjadi ion
positif) dengan unsur nonlogam (yang akan berubah menjadi ion negatif). Proses
pembentukan ikatan ion pada molekul natrium klorida (NaCl) diterangkan sebagai berikut :

1) Atom Na memiliki 11 elektron dengan 1 elektron valensi, ditulis dalam lambang lewis
sebagai : Na.

Atom Na akan melepas 1 elektron valensinya, membentuk ion positif sehingga


jumlah total elektronnya menjadi 10 (ini sesuai dengan konfigurasi elektron gas mulia 10 Ne).

2) Atom Cl memiliki 17 elektron dengan 7 elektron valensi, ditulis dengan lambang Lewis
sebagai : Ci:

Atom Cl akan menerima 1 elektron dari atom Na, sehingga atom C1 berubah menjadi
ion negatif dan total jumlah elektronnya menjadi 18 (ini sesuai dengan konfigurasi elketron
gas mulia 18Ar).

3) Kemudian kedua ion tersebut akan tarik nmenarik (berikatan) membentuk


molekul/senyawa natrium klorida.

Senyawa ini berbentuk kristal, di mana setiap ion dikelilingi oleh sejumlah ion yang
muatannya berlawanan. Kristal adalah suatu bentuk/keadaan materi yang teratur, dimana
partikel-partikel tersusun tiga dimensi dalam ruang.

4) Secara sederhana pembentukan ikatan NaCl dituliskan sebagai berikut :

C. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk dari pemakaian bersama pasangan elektron
antara dua atom. Pada ikatan kovalen, atom-atom yang terlibat adalah atom-atom non logam.
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antara dua atau lebih atom non logam dengan
pemakaian elektron secara bersama. Kedua atom yang berikatan tersebut akan tertarik pada
pasangan elektron yang sama. Contohnya adalah ikatan yang terjadi pada molekul H2. Itulah
mengapa ikatan kovalen disebut juga sebagai ikatan molekul.
Syarat terjadinya ikatan kovalen, yaitu:

 Terjadi antar unsur-unsur non-logam.

 Terjadi jika perbedaan keelektronegatifan antara unsur-unsur yang berikatan kecil.

Ikatan kovalen dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu berdasarkan banyaknya elektron yang
digunakan saat kedua atom berikatan (ikatan tunggal, ikatan rangkap 2, dan ikatan rangkap
3). Selanjutnya, berdasarkan sumber elektron yang akan dipakai bersama (ikatan kovalen
murni dan kovalen koordinasi). Terakhir, dilihat berdasarkan muatan yang ada di dalam
molekul akibat distribusi elektron ikatan (ikatan kovalen polar dan non polar).

Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan yang hanya melibatkan sepasang elektron untuk
digunakan bersama. Berarti, masing-masing atom hanya saling memberikan satu elektron
untuk dapat digunakan bersama. Elo bisa lihat contoh ikatan kovalen tunggal pada molekul
H2O.

Ikatan Kovalen Rangkap 2

Ikatan kovalen rangkap 2 adalah ikatan yang masing-masing atomnya memberikan


sumbangan dua elektron valensi untuk membentuk dua pasang elektron ikatan. Hal itulah
yang membuatnya menjadi ikatan rangkap dua. Contohnya adalah O2 dan CO2.

Ikatan Kovalen Rangkap 3

Ikatan kovalen rangkap tiga merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom yang melibatkan
enam elektron ikatan dalam satu ikatan kovalen. Contohnya adalah molekul N2 dan asetilena.

Ikatan Kovalen Koordinasi


Ikatan kovalen koordinasi merupakan jenis ikatan kovalen yang dibedakan berdasarkan
sumber elektron yang akan dipakai bersama. Ikatan kovalen koordinasi terjadi karena hanya
ada satu atom aja yang menyumbangkan pasangan elektron. Jadi, atom pasangannya tidak
bisa menyumbangkan elektron.Ikatan ini hanya akan terjadi antar unsur-unsur non logam.

Ikatan Kovalen Polar

Ikatan kovalen polar terjadi ketika pasangan elektron ikatan tertarik lebih kuat ke salah satu
atom. Hal ini karena adanya perbedaan keelektronegatifan antar atom tersebut. Makin besar
selisihnya, maka akan makin besar pula kepolaran ikatannya. Selain itu, zat polar akan
cenderung tertarik kepada zat polar lainnya. Begitu juga dengan zat non polar cenderung
lebih tertarik kepada zat non polar juga. Contohnya adalah air yang merupakan zat polar dan
minyak yang yang merupakan zat non polar. Itulah mengapa air dan minyak sulit bersatu ya.

Ikatan Kovalen Non-polar

ikatan kovalen nonpolar, pasangan elektron ikatannya akan sama kuat ke semua atom, di
mana keelektronegatifan antar ikatannya sama. Contohnya adalah atom H yang berikatan
dengan atom H lagi, keduanya memiliki nilai keelektronegatifan masing-masing 2,1. Contoh
lainnya adalah minyak.

D. Ikatan Hidrogen

Pada dasarnya, ikatan hidrogen adalah ikatan yang memiliki atom hidrogen. Ikatan
hidrogen (hydrogen bond) adalah jenis khusus interaksi dipol-dipol antara atom hidrogen
dalam ikatan polar, seperti N-H, O-H, atau F-H, dengan atom elektronegatif O, N, atau F.
Tidak semua ikatan bisa disebut sebagai ikatan hidrogen karena harus memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut:

1. Mengandung atom H
2. Mengandung atom yang mempunyai elektronegatif tinggi, yakni F, N, dan/atau O
3. Mempunyai pasangan elektro bebas atau PEB
Senyawa yang mengandung ikatan hidrogen akan mempunyai titik didih yang lebih
tinggi. Inilah yang mendasari bukti awal dari keberadaan ikatan hidrogen. Namun, ikatan
hidrogen masih lebih lemah daripada ikatan kovalen.

Jenis-jenis Ikatan Hidrogen


Terdapat dua jenis ikatan hidrogen yaitu ikatan hidrogen intramolekul atau antarmolekul dan
ikatan hidrogen intermolekul. Berikut penjelasannya:

1. Ikatan Hidrogen Antarmolekul


Ikatan hidrogen jenis ini akan terbentuk di dalam molekul yang sama antara atom
elektronegatif dengan atom hidrogen. Ikatan ini merupakan hasil siklisasi molekul dan lebih
sering ditemukan dalam senyawa organik. Contohnya adalah ikatan hidrogen dalam asam
karboksilat, HF, NH, dan HO

2. Ikatan Hidrogen Intermolekul


Ikatan hdrogen jenis ini akan terbentuk antara dua molekul senyawa yang berbeda
maupun sama. Molekul tersebut akan diasosiasikan atau dipolimerisasikan. Berbagai contoh
senyawa yang dapat membentuk ikatan jenis ini adalah air, es, hidrogen fluorida, alkohol,
serta ammonia.

E. Ikatan Logam

Pengertian Ikatan Logam


Ikatan logam adalah jenis ikatan kimia yang terjadi ketika adanya gaya tarik menarik
antara ion-ion yang bermuatan positif dengan elektron valensi yang terdelokalisasi (bergerak
bebas). Ikatan logam ini dijelaskan dalam salah satu teori, yakni teori awan elektron atau
lautan elektron yang ditemukan oleh Drude dan Lorentz.

Menurut teori ini, setiap atom logam yang melepaskan elektron valensinya akan
membentuk awan elektron atau lautan elektron yang mengelilingi ion positif pada atom yang
tidak berubah tempatnya. Elektron valensi yang dilepas tidak terikat oleh ion-ion logam
sehingga dapat bergerak bebas (terdelokalisasi) pada semua ion logam.

Teori ini juga menyatakan bahwa, logam terdiri dari kumpulan ion logam bermuatan
positif yang berada dalam lautan elektron yang mudah bergerak bebas. Oleh karena itu,
ikatan logam terjadi antara ion-ion yang bermuatan positif dengan elektron valensi yang
terdelokalisasi.

Ciri-ciri Ikatan Logam


Adapun ciri-ciri ikatan logam adalah sebagai berikut.

 Terbentuk antara atom logam.


 Dalam ikatan logam, elektron valensi bebas bergerak di seluruh struktur logam sehingga
membentuk lautan elektron.
 Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh banyaknya jumlah elektron yang terdapat di
dalam ikatan logam.
 Memiliki struktur yang berbeda dengan ikatan ion maupun ikatan kovalen.
 Hasil dari ikatan logam sering digunakan dalam bidang teknik, industri, dan perhiasan.
 Ikatan logam dapat menjelaskan berbagai sifat logam.
Sifat-sifat Ikatan Logam
Elektron valensi yang terdelokalisasi di sekitar ion bermuatan positif, membuat
ikatan logam memiliki beberapa sifat yang unik. Sifat-sifat ikatan logam ini dapat kamu lihat
pada sifat logam. Berikut adalah beberapa sifat-sifat ikatan logam:

1. Konduktivitas listrik
Sifat ikatan logam yang pertama adalah dapat memberikan konduktivitas listrik. Sifat
ini membuat logam dapat menghantarkan listrik dengan baik. Sifat ikatan logam ini berasal
dari lautan elektron valensi yang bergerak bebas dan bermuatan negatif di dalam logam.
Itulah mengapa, logam umumnya merupakan penghantar arus listrik yang baik.

2. Konduktivitas termal
Selain penghantar listrik yang baik, logam juga dikenal sebagai penghantar panas
yang baik. Hal ini dikarenakan, elektron valensi yang bergerak bebas dalam logam mampu
menghantarkan atau memindahkan panas. Ketika salah satu ujung zat logam dipanaskan,
maka energi kinetik pada satu elektron akan meningkat, lalu elektron ini akan memindahkan
energi kinetiknya ke elektron lain saat terjadi tumbukan.

3. Daktilitas
Logam bersifat daktilitas, yaitu dapat menahan ketegangan sehingga meskipun logam
ditarik menjadi kabel tipis atau dipukul dengan palu tidak akan putus atau retak. Hal ini
dikarenakan ikatan lokal antar logam cepat putus, tapi juga cepat terbentuk kembali.

4. Bersifat lunak
Lunak dalam hal ini bukan berarti logam bertekstur lembut atau lembek, ya
Quipperian. Bersifat lunak di sini artinya, logam seringkali ditempa, tetapi tidak hancur dan
hanya mengalami perubahan bentuk saja. Hal ini dikarenakan adanya elektron yang
mengelilingi atom-atom logam sehingga atom tersebut terlindungi, tapi tetap bisa bergerak
bebas. Oleh karena itu, ketika logam diberi suatu tekanan, atom-atom logam cenderung
berpindah dan elektron akan mengikutinya. Alhasil, logam akan mengalami perubahan
bentuk, misalnya menjadi bengkok terlebih dahulu sebelum akhirnya patah.

5. Berkilau
Logam cenderung mengkilap atau berkilau. Hal ini disebabkan oleh elektron yang
menyelimuti logam cenderung akan memantulkan cahaya sehingga logam akan terlihat
berkilau.
6. Memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi
Gaya tarik menarik antar atom logam yang cukup kuat merupakan hasil dari ikatan
logam yang kuat.
SENYAWA KARBON

A. Pengertian Senyawa Karbon


Sebelum membahas detail tentang senyawa karbon, tentu kamu harus tahu dulu ya
apa itu pengertiannya. Senyawa karbon adalah senyawa yang komponen utamanya tersusun
dari atom karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), dan unsur organik
lainnya.
Karbon merupakan komponen terbesar dalam senyawa ini. Hal ini disebabkan oleh
keistimewaan atom karbon. Elektron valensi atom karbon yang berjumlah 4, memungkinkan
karbon dapat mengikat 4 atom karbon atau unsur lainnya. Karbon juga bisa membentuk
ikatan tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga.
B. Penggolongan Senyawa Karbon
Berdasarkan gugus fungsinya, inilah penggolongan senyawa karbon:

C. Golongan Senyawa Karbon dan Karakteristiknya


1. Alkohol (Alkanol)
a. Pengertian dan Penggolongan Alkohol
Alkohol merupakan senyawa karbon dengan gugus fungsi -OH (gugus hidroksi).
Rumus umumnya ialah R- OH. Alkohol gampang larut dalam air dan titik didihnya relatif
tinggi, karena adanya ikatan hidrogen. Berdasarkan letak gugus hidroksinya, alkohol
dibedakan jadi 3 jenis, yakni alkohol primer, sekunder, dan tersier.
b. Tata Nama Senyawa Alkohol
Menurut IUPAC, tata nama alkohol adalah sebagai berikut.
 Rantai terpanjang yang menjadi nama alkoholnya harus mengikat gugus fungsi -
OH.
 Penomoran atom karbon dimulai dari yang paling dekat dengan atom karbon pengikat
gugus fungsi -OH.
 Jika terdapat lebih dari satu gugus hidroksil, digunakan penandaan di, tri,
dan seterusnya sebelum akhiran -ol.
c. Reaksi pada Alkohol

2. Eter (Alkoksi Alkana)


a. Pengertian Eter
Eter ialah senyawa karbon dengan rumus molekul R-O-R’, dengan R dan R’
merupakan gugus alkil, baik alkil sejenis atau tidak. Atom oksigen pada rumus molekul eter
bertindak sebagai gugus fungsi. Eter sukar larut dalam air, karena sifatnya yang nonpolar.
Eter bersifat mudah terbakar dan titik didihnya relatif rendah.
b. Tata Nama Eter
Menurut IUPAC, tata nama eter adalah sebagai berikut.
 Rantai karbon terpendek yang mengikat gugus fungsi –O– ditetapkan sebagai gugus
fungsi alkoksinya.
 Rantai karbon yang lebih panjang diberi nama sesuai senyawa alkananya. Untuk nama
trivial, penamaan eter dilakukan dengan menyebutkan nama kedua gugus alkil yang
mengapit gugus –O–, kemudian diberi akhiran eter.
c. Reaksi pada eter
3. Aldehid (Alkanal)
a. Pengertian Aldehid
Aldehid ialah senyawa karbon dengan rumus molekul R-CHO yang
mengandung gugus karbonil. Gugus karbonil adalah suatu gugus fungsi yang terdiri atas
sebuah atom karbon dan atom oksigen yang berikatan rangkap.
Aldehid bisa larut dalam air, karena sifatnya yang polar. Aldehid juga bisa
dioksidasi oleh pereaksi Fehling dan Tollens. Dengan pereaksi Fehling, aldehid
menghasilkan endapan merah bata. Sementara dengan pereaksi Tollens, aldehid
menghasilkan cermin perak.
b. Tata Nama Aldehid
Menurut IUPAC, tata nama aldehid adalah sebagai berikut.
 Rantai terpanjang yang menjadi nama alkanalnya harus mengikat gugus - CHO.
 Penomoran atom karbon dimulai dari atom karbon pengikat gugus - CHO.
4. Keton (Alkanon)
a. Pengertian Keton
Kalau keton merupakan senyawa karbon dengan rumus umum R–CO–R’. Keton
disebut juga sebagai senyawa karbonil karena memiliki gugus fungsi C= O. Keton dapat
dibuat dari oksidasi alkohol sekunder. Keton tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi Fehling
dan Tollens, sehingga dapat dibedakan dari aldehid.
b. Tata Nama Aldehid
Menurut IUPAC, tata nama aldehid adalah sebagai berikut.
 Rantai terpanjang yang menjadi nama alkanalnya harus mengikat gugus - CHO.
 Penomoran atom karbon dimulai dari atom karbon pengikat gugus - CHO.
4. Keton (Alkanon)
a. Pengertian Keton
Kalau keton merupakan senyawa karbon dengan rumus umum R–CO–R’. Keton
disebut juga sebagai senyawa karbonil karena memiliki gugus fungsi C= O. Keton dapat
dibuat dari oksidasi alkohol sekunder. Keton tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi Fehling dan
Tollens, sehingga dapat dibedakan dari aldehid.
b. Tata Nama Keton
Menurut IUPAC, tata nama keton adalah sebagai berikut.
 Rantai karbon terpanjang yang menjadi nama alkanon harus mencakup gugus fungsi –
CO–.
 Atom C gugus karbonil harus memiliki nomor serendah mungkin. Untuk nama trivial
keton, kedua gugus alkil yang terikat pada gugus karbonil disebutkan terlebih dahulu
menurut alfabet, kemudian diikuti dengan kata keton.
5. Asam Karboksilat (Asam Alkanoat)
a. Pengertian Asam Karboksilat
Asam karboksilat adalah senyawa karbon dengan rumus umum R-COOH (gugus
karboksil). Gugus karboksil yang terdapat pada asam karboksilat merupakan gabungan dari
gugus karbonil dan gugus hidroksil. Asam karboksilat dapat dibuat melalui oksidasi kuat
alkohol primer. Asam karboksilat bersifat larut dalam air, karena sifatnya yang polar.
b. Tata Nama Asam Karboksilat
Menurut IUPAC, tata nama asam karboksilat adalah sebagai berikut.
 Mengganti akhiran -ana dengan -anoat pada rantai karbon terpanjang pengikat gugus
karboksil.
 Memberi awalan asam pada nama alkanoatnya.
c. Reaksi pada Asam Karboksilat

6. Ester (Alkil Alkanoat)


a. Pengertian Ester
Ester merupakan senyawa kabron dengan rumus umum R-COO-R’. Ester dapat
dibuat dengan mereaksikan alkohol dengan asam karboksilat. Reaksi pembentukan ester
disebut sebagai reaksi esterifikasi yang mengikuti persamaan berikut.
R-COOH + R’-OH → R-COO-R’ + H2O
b. Tata Nama Ester
Menurut IUPAC, penamaan ester dilakukan dengan menyebutkan gugus alkilnya
terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan gugus alkanoat.
c. Reaksi pada Ester

Salah satu reaksi substitusi pada ester yang penting adalah reaksi trigliserida basa
yang menghasilkan sabun (garam alkanoat) dan gliserol. Reaksi ini disebut dengan reaksi
penyabunan atau saponifikasi yang mengikuti persamaan berikut.
7. Alkil Halida (Haloalkana)
a. Pengertian Alkil Halida
Alkil halida adalah senyawa turunan alkana yang terbentuk dari reaksi substitusi
atom hidrogen oleh unsur dari golongan halogen (golongan VII A). Rumus umumnya adalah
R-X, dengan X adalah halogen (F, Cl, Br, I)
b. Tata Nama Alkil Halida
Menurut IUPAC, tata nama alkil halida adalah sebagai berikut.
 Rantai terpanjang yang memiliki gugus -X dipilih sebagai rantai utama. Nomor gugus -X
dibuat serendah mungkin.
 Jika ada lebih dari 1 jenis atom halogen, urutan penomoran didasarkan pada tingkat
kereaktifan halogen, sedangkan penamaan berdasarkan urutan abjad.
 Jika jumlah atom sejenis lebih dari satu, digunakan awalan di-, tri-, dan seterusnya.
D. Isomer pada Senyawa Karbon
Isomer adalah senyawa dengan rumus molekul atau atom penyusun sama, tetapi
punya struktur yang berbeda. Keisomeran yang terjadi pada senyawa-senyawa karbon ialah
isomer struktur dan isomer ruang.
1) Isomer Struktur
a) Isomer rangka adalah dua senyawa dengan rumus molekul yang sama, tetapi rantai
utamanya berbeda. Contoh: n-butana dengan 2-metil propana.
b) Isomer posisi adalah dua senyawa dengan rumus molekul dan rantai induk yang sama,
tetapi posisi gugus fungsinya berbeda. Contoh: 1-propanol dengan 2-propanol.
c) Isomer fungsi adalah isomer yang rumus molekulnya sama, tetapi gugus fungsinya
berbeda. Contoh: propanal dengan propanon (aldehid dan keton).
2) Isomer Ruang
Isomer ruang dapat berupa isomer geometri dan isomer optik.
a) Isomer geometri adalah isomer yang terjadi pada senyawa yang mempunyai
bagian molekul tetap, seperti ikatan rangkap atau cincin. Ada dua bentuk isomer
geometri, yaitu bentuk cis dan trans. Senyawa cis terbentuk ketika gugus sejenis berada
di satu sisi. Sementara senyawa trans terbentuk ketika gugus sejenis berada di sisi yang
berseberangan. Contoh: cis- dikloro etena dan trans-dikloro etena.
b) Isomer optik adalah isomer yang terjadi pada senyawa yang mempunyai atom karbon
asimetris atau atom karbon kiral (C kiral). C kiral artinya atom karbon tersebut mengikat
4 gugus atau unsur yang berbeda. Senyawa dengan isomer optik disebut senyawa optis
aktif. Senyawa optis aktif memiliki ciri dapat memutar bidang polarisasi. Contoh: asam
amino alanin dengan rumus molekul CH(NH2)(COO)(CH3).
E. Reaksi Senyawa Karbon

F. Kekhasan Atom Karbon

a. Atom karbon membentuk empat ikatan kovalen Atom karbon (C) merupakan pemeran
utama dalam mempelajari hidrokarbon. Atom C ini memiliki karakteristik yang khas
dibanding atom lainnya. Karakteristik itu adalah kemampuannya membentuk rantai C
yang panjang.
b. Atom karbon membentuk ikatan jenuh maupun tak jenuh Atom karbon dapat berikatan
dengan atom karbon lain membentuk rantai karbon dengan iktan tunggal, ikatan
rangkap dua atau ikatan rangkap tiga.

c. Atom karbon membentuk rantai terbuka maupun tertutup Atom C dapat berikatan
dengan atom C lain (sejenis), bahkan dapat membentuk rantai atom atom C baik
alifatik (terbuka: lurus dan bercabang) maupun siklik (tertutup).
G. Struktur Atom Karbon
1. Atom karbon primer, (C primer) adalah atom-atom karbon yang mengikat satu atom
karbon lain. Contoh:

Senyawa tersebut terdiri dari enam buah atom C, atom karbon yang berikatan
dengan satu atom karbon lain ada empat buah, yang ditandai dengan struktur dalam
senyawa berupa –CH3.

2. Atom karbon sekunder, (atom C sekunder) adalah atom-atom karbon yang


mengikat dua atom karbon tetangga. Contoh:

Atom C yang ditandai pada senyawa di samping merupakan atom C sekunder,


karena diapit oleh dua atom C yang lain.

3. Atom karbon tersier (atom C tersier) adalah atom-atom karbon yang mengikat tiga
atom karbon tetangga. Contoh:

Senyawa di samping memiliki 1 atom C tersier. Dia diapit oleh tiga atom C lain.

4. Atom karbon kuartener (dilambangkan dengan 40) adalah atom-atom karbon yang
mengikat empat atom karbon tetangga. Contoh:
Senyawa di atas ternyata hanya memiliki satu atom C kuartener yaitu yang di beri
tanda lingkaran.

H. Senyawa Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah salah satu senyawa karbon paling sederhana.
Hidrokarbon merupakan suatu senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan
unsur hidrogen (H).Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen
yang berikatan dengan rantai tersebut. Berdasarkan jumlah ikatan antara atom karbon,
senyawa karbon dikelompokkan menjadi senyawa jenuh dan tidak jenuh. Pada senyawa
hidrokarbon jenuh, atom karbon dapat mengikat atom hidrogen secara maksimal. Senyawa
yang tergolong hidrokarbon jenuh adalah golongan alkana. Senyawa hidrokarbon tak jenuh
mengandung ikatan rangkap dua antar atom karbonnya yang disebut alkena dan ikatan
rangkap tiga yang disebut alkena.
Penggolongan senyawa hidrokarbon yaitu :
1. Alkana
a. Rumus Molekul Alkana
Senyawa alkana merupakan senyawa hidrokarbon dengan rantai karbon yang
paling sederhana. Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh yang seluruh
ikatannya pada atom karbonnya tunggal. Rumus umum alkana adalah

Jadi, apabila atom C ada 1, maka atom H pada senyawa alkananya adalah
2(1)+2, yakni 4 buah sehingga rumus molekulnya adalah CH4. Apabila atom C ada 2,
maka atom H pada senyawa alkananya adalah 2(2)+2, yakni 6 buah. Bila dituliskan
rumusnya menjadi C2H6, dan jika dijabarkan akan menjadi seperti ini:
Berikut merupakan daftar nama 10 deret pertama dari senyawa alkana:

b. Tata Nama Senyawa Alkana


1) Alkana rantai lurus diberi nama dengan awalan n (n = normal).
Contoh: CH3-CH2-CH2-CH3 : n-butana
CH3-CH2-CH2-CH2-CH3 : n-pentana
2) Alkana rantai bercabang :
a) Rantai induk diambil rantai karbon terpanjang.
b) Beri nomor pada rantai terpanjang dimulai dari ujung yang paling dekat dengan
cabang,
c) Cabang merupakan gugus alkil. Rumus umum alkil CnH2n + 1. Nama alkil
sama dengan nama alkana dengan jumlah atom C sama, hanya akhiran –ana
diganti –il.

 Jika hanya ada satu cabang maka rantai cabang diberi nomor sekecil
mungkin.
 Jika alkil cabang lebih dari satu dan sejenis menggunakan awalan Yunani (di
= 2, tri = 3, tetra = 4, dan seterusnya) dan jika berbeda jenis diurutkan sesuai
alfabetis.
d) Urutan penamaan senyawa alkana :
1. Nomor alkil/cabang;
2. Nama Alkil/cabang;
3. Nama rantai utama
Contoh:
Penjelasan:
o Rantai induknya terdiri dari empat atom C namanya butana,
o Penomoran dimulai dari ujung yang paling dekat dengan cabang, yaitu dari
kiri,
o Cabang terletak pada nomor 2,
o Nama cabangnya metil (alkil terdiri dari satu atom C) sehingga namanya : 2-
metil butana.

2. Alkena
a. Rumus Molekul Alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua pada
rantai karbonnya(‒C=C‒). Rumus umum alkena adalah CnH2n.
Bila jumlah atom C = 2, maka jumlah atom H = 2 x 2 = 4, rumus molekulnya C 2H4.
Mengapa tidak ada alkena dengan rumus molekul C =1? Karena pada alkena harus
terdapat satu ikatan rangkap dua antar atom C sehingga alkena yang paling sederhana
adalah etena (C2H4).

b. Tata Nama Alkena


1) Alkena rantai lurus
Atom karbon yang berikatan rangkap (‒C=C‒) diberi nomor yang
menunjukkan ikatan rangkap tersebut. Penomoran dimulai dari ujung rantai yang
paling dekat dengan ikatan rangkap. Contoh:

Penjelasan :
• Rantai induk/terpanjang terdiri dari 5 atom C, namanya = pentena,
• Penomoran dari ujung kanan karena lebih dekat dengan posisi ikatan rangkap,
yaitu nomor 2,
• Posisi ikatan rangkap berada pada atom C nonor 2 dan atom C nomor 3,
sehingga nomor rangkapnya dituliskan nomor 2, sehingga namanya: 2-pentena.
2) Alkena rantai bercabang
Penamaan alkena rantai bercabang hampir sama dengan penamaan alkana.
Hal yang membedakan hanya pada penomoran posisi untuk ikatan rangkap pada
alkena. Aturan yang digunakan tetap sama, yakni:
a) Menentukan rantai utama, yaitu rantai terpanjang dan memiliki ikatan rangkap;
b) Penomoran rantai utama diawali dari yang paling dekat dengan ikatan rangkap,
bukan dari cabang terdekat;
c) Urutan penulisan nama senyawa alkena:
1. Nomor cabang /alkil;
2. Nama cabang/alkil;
3. Nomor ikatan rangkap;
4. Nama Alkena.
Contoh:

Penjelasan :
• Rantai induk/terpanjang terdiri dari 5 atom C namanya pentena,
• Penomoran dari ujung kiri karena lebih dekat dengan posisi ikatan rangkap,
yaitu nomor 2
• Posisi ikatan rangkap berada pada atom C nonor 2 dan atom C nomor 3,
sehingga nomor rangkapnya dituliskan nomor 2
• Cabang/alkil terletak pada atom C nomor 2 dan 3, nama cabangnya metil,
jumlahnya ada dua (diberi awalan di) sehingga namanya : 2,3-dimetil-2-pentena.
3. Alkuna
a. Rumus Molekul Alkuna
Alkuna merupakan senyawa hidrokarbon dengan ikatan rangkap tiga (‒
C≡C-). Rumus umum alkuna adalah CnH2n-2.
Bila jumlah atom C = 2, maka jumlah atom H = (2 x 2) - 2 = 2, rumus
molekulnya C2H2. Mengapa tidak ada alkuna dengan rumus molekul C =1? Karena
pada alkuna harus terdapat satu ikatan rangkap tiga antar atom C sehingga alkuna
yang paling sederhana adalah etuna (C2H2).
b. Tata Nama Alkuna
1) Alkuna rantai lurus
Atom karbon yang berikatan rangkap (‒C≡C‒) diberi nomor yang
menunjukkan ikatan rangkap tiga tersebut. Penomoran dimulai dari ujung rantai
yang paling dekat dengan ikatan rangkap. Contoh:

Penjelasan :
• Rantai induk/terpanjang terdiri dari 5 atom C, namanya = pentuna
• Penomoran dari ujung kanan karena lebih dekat dengan posisi ikatan rangkap
tiga, yaitu nomor 2
• Posisi ikatan rangkap berada pada atom C nonor 2 dan atom C nomor 3
sehingga nomor rangkapnya dituliskan nomor 2, sehingga namanya: 2-
pentuna.
2) Alkuna rantai bercabang
Penamaan alkuna rantai bercabang hampir sama dengan penamaan alkana.
Hal yang membedakan adalah penomoran posisi untuk ikatan rangkap pada
alkuna. Aturan yang digunakan tetap sama, yakni:
a) Menentukan rantai utama, yaitu rantai terpanjang dan memiliki ikatan
rangkap tiga
b) Penomoran rantai utama diawali dari yang paling dekat dengan ikatan
rangkap, bukan dari cabang terdekat
c) Urutan penulisan nama senyawa alkuna:
1. Nomor cabang /alkil;
2. Nama cabang/alkil;
3. Nomor ikatan rangkap;
4. Nama Alkuna.
Contoh:
Penjelasan :
• Rantai induk/terpanjang terdiri dari 4 atom C, namanya = butuna
• Penomoran dari ujung kiri karena lebih dekat dengan posisi ikatan rangkap
tiga, yaitu nomor 1
• Posisi ikatan rangkap berada pada atom C nonor 1 dan atom C nomor 2,
sehingga nomor rangkapnya dituliskan nomor 1
• Cabang/alkil terletak pada atom C nomor 3, nama cabangnya metil, sehingga
namanya : 3-metil-1-butuna.
I. Sifat Senyawa Hidrokarbon dan Isomer
1. Sifat-sifat Senyawa Hidrokarbon
a. Sifat-sifat alkana
1) Titik leleh dan titik didih alkana naik dengan pertambahan nilai masa molekul
relatifnya (Mr)
2) Kerapatan / massa jenis alkana naik dengan pertambahan nilai masa molekul
relatifnya (Mr)
3) Viskositas / kekentalan alkana naik dengan pertambahan nilai masa molekul
relatifnya (Mr)
4) Alkana larut dalam pelarut non polar seperti CCl4 dan sukar larut dalam pelarut
polar seperti air.
5) Bila alkana dibakar dihasilkan gas karbondioksida dan uap air serta energi
panas, menurut reaksi : CH4(g) + 2 O2(g) → CO2(g) + 2 H2O(g) + E
6) Alkana dapat bereaksi substitusi dengan halogen. Reaksi substitusi adalah
reaksi penggantian atom/gugus atom dengan atom/gugus atom yang lain.
CH4(g) + Cl2(g) CH3Cl(g) + HCl(g)
7) Senyawa alkana rantai panjang dapat mengalami reaksi eliminasi. Reaksi
eliminasi adalah reaksi penghilangan atom/gugus atom untuk memperoleh
senyawa karbon lebih sederhana.
b. Sifat-sifat alkena
1) Titik didih alkena mirip dengan alkana, makin bertambah jumlah atom C, harga
Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi.
2) Alkena mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air.
3) Alkena dapat bereaksi adisi dengan H2 dan halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2).
a) Adisi alkena dengan H2.
b) Adisi alkena dengan halogen.
Reaksi umum: –CH=CH– + X2 –CHX–CHX–
c. Sifat-sifat alkuna
1) Titik didih alkuna mirip dengan alkana dan alkena. Semakin bertambah jumlah
atom C harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi.
2) Alkuna dapat bereaksi adisi dengan H2, halogen (X2= F2, Cl2, Br2, I2) dan asam
halida (HX = HF, HCl, HBr, HI). Contoh:
a) Reaksi adisi alkuna dengan H2
• tahap 1. CH≡CH + H2 → CH2 = CH2
Etuna Etena
• tahap 2. CH2 = CH2 + H2 → CH3-CH3
Etena Etena
b) Reaksi adisi alkuna dengan H2

2. Isomer Senyawa Hidrokarbon


Isomer adalah dua senyawa atau lebih yang mempunyai rumus kimia sama
tetapi mempunyai struktur yang berbeda. Secara garis besar isomer dibagi menjadi dua,
yaitu isomer struktur, dan isomer geometri.
a. Isomer struktur
1) Isomer rangka
Isomer rangka adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul
sama tetapi kerangkanya berbeda.
2) Isomer posisi
Isomer posisi adalah senyawa-senyawa yang memiliki rumus molekul sama
tetapi posisi gugus fungsinya berbeda.
3) Isomer gugus fungsi
Isomer gugus fungsi adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus
molekul sama tetapi gugus fungsinya berbeda.
b. Isomer geometri
Isomer geometri adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul
sama tetapi struktur ruangnya berbeda. Contoh pada alkena mempunyai 2 isomer
geometri yaitu cis dan trans.

Anda mungkin juga menyukai