IKATAN KIMIA
Dosen pengampuh:
Oleh:
Npm :03291611026
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya unsur-unsur dijumpai tidak dalam keadaan bebas (kecuali
pada suhu tinggi), melainkan sebagai suatu kelompok-kelompok atom yang disebut
sebagai molekul. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa secara energi, kelompok-
kelompok atom atau molekul merupakan keadaan yang lebih stabil dibanding unsur-
unsur dalam keadaan bebas.
Selain gas mulia di alam unsur-unsur tidak selalu berada sebagai unsur bebas
(sebagai atom tunggal), tetapi kebanyakan bergabung dengan atom unsur lain. Tahun
1916 G.N. Lewis dan W. Kossel menjelaskan hubungan kestabilan gas mulia dengan
konfigurasi elektron. Kecuali He; mempunyai 2 elektron valensi; unsur-unsur gas
mulia mempunyai 8 elektron valensi sehingga gas mulia bersifat stabil. Atom-atom
unsur cenderung mengikuti gas mulia untuk mencapai kestabilan.
Jika atom berusaha memiliki 8 elektron valensi, atom disebut mengikuti
aturan oktet. Unsur-unsur dengan nomor atom kecil (seperti H dan Li) berusaha
mempunyai elektron valensi 2 seperti He disebut mengikuti aturan duplet. Cara yang
diambil unsur supaya dapat mengikuti gas mulia, yaitu:
1. melepas atau menerima elektron;
2. pemakaian bersama pasangan elektron.
Pada bab struktur atom dan sistem periodik unsur, Anda sudah mempelajari
bahwa sampai saat ini jumlah unsur yang dikenal manusia, baik unsur alam maupun
unsur sintetis telah mencapai sebanyak 118 unsur. Tahukah Anda bahwa di alam
semesta ini sangat jarang sekali ditemukan atom berdiri sendirian, tapi hampir
semuanya berikatan dengan dengan atom lain dalam bentuk senyawa, baik senyawa
kovalen maupun senyawa ionik. Pernahkah Anda membayangkan berapa banyak
senyawa yang dapat terbentuk di alam semesta ini? Mengapa atom-atom tersebut
dapat saling berikatan satu dengan yang lain? Apakah setiap atom pasti dapat
berikatan dengan atom-atom lain? Apakah ikatan antaratom dalam senyawa –
senyawa di alam ini semuanya sama? Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan –
pertanyaan tersebut, Anda harus mempelajari bab Ikatan kimia ini.
Pada bab ini Anda akan mempelajari apakah ikatan kimia itu, mengapa atom-
atom dapat saling berikatan, apa saja jenis-jenis ikatan kimia, dan lain-lain. Gaya
yang mengikat atom-atom dalam molekul atau gabungan ion dalam setiap senyawa
disebut ikatan kimia. Konsep ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1916
oleh Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dari Amerika dan Albrecht Kossel(1853-
1927) dari Jerman.
Konsep tersebut adalah:
1. Kenyataan bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar
membentuk senyawa merupakan bukti bahwa gas-gas mulia memiliki susunan
elektron yang stabil.
2. Setiap atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki susunan elektron
yang stabil seperti gas mulia. Caranya dengan melepaskan elektron atau
menangkap elektron.
3. Untuk memperoleh susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai dengan
cara berikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara melepaskan elektron,
menangkap elektron, maupun pemakaian elektron secara bersama-sama.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimanakah terbentuknya ikatan kimia?
2. Apa-apa sajakah jenis dari ikatan kimia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Kimia.
2. Menambah wawasan tentang ikatan kimia.
3. Mengetahui lebih mendalam tentang ikatan kimia yang kita temukan dalam
kehidupan.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya
ilmiah.
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Sebagai bahan bacaan.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Ikatan Kovalen
Bila atom-atom yang memiliki keelektronegatifan sama bergabung,
maka tidak akan terjadi perpindahan elektron, tetapi kedua elektron itu
digunakan bersama oleh kedua atom yang berikatan. Ikatan kovalen adalah
ikatan yang terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur nonlogam yang lain
dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron. Adakalanya dua atom dapat
menggunakan lebih dari satu pasang elektron. Ikatan kovalen terbentuk di
antara dua atom yang sama-sama ingin menangkap elektron (sesama atom
bukan logam). Apabila yang digunakan bersama dua pasang atau tiga pasang
maka akan terbentuk ikatan kovalen rangkap dua atau rangkap tiga. Jumlah
elektron valensi yang digunakan untuk berikatan tergantung pada kebutuhan
tiap atom untuk mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia (kaidah duplet
atau oktet).
Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama pasangan elektron
oleh atom-atom yang berikatan. Pasangan elektron yang dipakai bersama
disebut pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron valensi yang
tidak terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen disebut pasangan elektron
bebas (PEB). Ikatan kovalen umumnya terjadi antara atom-atom unsur
nonlogam, bisa sejenis (contoh: H 2, N2, O2, Cl2, F2, Br2, I2) dan berbeda jenis
(contoh: H2O, CO2, dan lain-lain). Senyawa yang hanya mengandung ikatan
kovalen disebut senyawa kovalen.
Penggunaan bersama pasangan elektron digambarkan oleh Lewis
menggunakan titik elektron. Rumus Lewis merupakan tanda atom yang di
sekelilingnya terdapat titik, silang atau bulatan kecil yang menggambarkan
elektron valensi atom yang bersangkutan. Struktur Lewis adalah penggambaran
ikatan kovalen yang menggunakan lambang titik Lewis di mana PEI dinyatakan
dengan satu garis atau sepasang titik yang diletakkan di antara kedua atom dan
PEB dinyatakan dengan titik-titik pada masing-masing atom.
Apabila dua atom hidrogen membentuk ikatan maka masing-masing
atom menyumbangkan sebuah elektron dan membentuk sepasang elektron yang
digunakan bersama. Sepasang elektron bisa digantikan dengan sebuah garis
yang disebut tangan ikatan. Jumlah tangan dapat menggambarkan jumlah
ikatan dalam suatu senyawa kovalen.
Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur, kepolaran senyawanya
ditentukan oleh hal-hal berikut.
1) Jumlah momen dipol, jika jumlah momen dipol = 0, senyawanya bersifat
nonpolar. Jika momen dipol tidak sama dengan 0 maka senyawanya
bersifat polar.
2) Bentuk molekul, jika bentuk molekulnya simetris maka senyawanya
bersifat nonpolar, sedangkan jika bentuk molekulnya tidak simetris maka
senyawanya bersifat polar.
c. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan
bersama elektron-elektron valensi antar atom-atom logam. Ikatan logam
terjadi akibat interaksi antara elektron valensi yang bebas bergerak dengan inti
atau kation-kation logam yang menghasilkan gaya tarik. Contoh: logam besi,
seng, dan perak. Ikatan logam bukanlah ikatan ion atau ikatan kovalen. Salah
satu teori yang dikemukakan untuk menjelaskan ikatan logam adalah teori
lautan elektron. Menurut teori ini, atom logam harus berikatan dengan atom-
atom logam yang lain untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia. Dalam
model ini, setiap elektron valensi mampu bergerak bebas di dalam tumpukan
bangun logam atau bahkan meninggalkannya sehingga menghasilkan ion
positif. Elektron valensi inilah yang membawa dan menyampaikan arus listrik.
Gerakan elektron valensi ini jugalah yang dapat memindahkan panas dalam
logam.
Contoh terjadinya ikatan logam. Tempat kedudukan elektron valensi
dari suatu atom besi (Fe) dapat saling tumpang tindih dengan tempat
kedudukan elektron valensi dari atom-atom Fe yang lain. Tumpang tindih
antarelektron valensi ini memungkinkan elektron valensi dari setiap atom Fe
bergerak bebas dalam ruang di antara ion-ion Fe+ membentuk lautan elektron.
Karena muatannya berlawanan (Fe2+ dan 2 e–), maka terjadi gaya tarik-
menarik antara ion-ion Fe+ dan elektron-elektron bebas ini. Akibatnya
terbentuk ikatan yang disebut ikatan logam. Logam mempunyai sifat-sifat
antara lain:
a. pada suhu kamar umumnya padat,
b. mengilap,
c. menghantarkan panas dan listrik dengan baik,
d. dapat ditempa dan dibentuk.
Dalam bentuk padat, atom-atom logam tersusun dalam susunan yang
sangat rapat (closely packed). Susunan logam terdiri atas ion-ion logam dalam
lautan elektron. Dalam susunan seperti ini elektron valensinya relatif bebas
bergerak dan tidak terpaku pada salah satu inti atom, sehingga elektron-
elektron ini tidak terus-menerus digunakan bersama oleh dua ion yang sama.
Bila diberikan energi, elektron-elektron ini mudah dioperkan dari atom ke
atom. Telah kita ketahui bahwa unsur logam memiliki sedikit elektron valensi.
Berarti, pada kulit luar atom logam terdapat banyak orbital kosong. Hal ini
menyebabkan elektron valensi unsur logam dapat bergerak bebas dan dapat
berpindah dari satu orbital ke orbital lain dalam satu atom atau antar atom.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
atom-atom saling mengikatkan diri satu sama lain karena ingin menyetarakan
kestabilan mereka, sesuai dengan kaidah oktet atau seperti halnya golongan gas mulia
yang telah memiliki kestabilan yang tidak dapat terelakkan lagi (hukum
alam). Adapun jenis-jenis ikatan kimia terdiri atas 3 macam, yang pertama
adalah ikatan ion yang merupakan ikatan antara unsur-unsur logam dan non-logam,
kedua adalah ikatan kovalen yaitu pemakaian elektron secara bersama-sama oleh
unsur non-logam dan unsur non-logam, serta ikatan logam yang merupakan
pemakaian elektron secara bersama-sama oleh atom-atom logam.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini
yaitu :
1. Sebaiknya pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi
penulisan karya ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi
dalam menemukan bahan atau materi lewat beberapa buku di perpustakaan
dan agar mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca buku.
2. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi ikatan
kimia karena materi ini merupakan materi dari salah satu mata kuliah umum
yang perlu diluluskan untuk pengambilan SKS berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA dan
MA. Jawa Tengah: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Setyawati, Arifatun Arifah. 2009. Mengkaji Fenomena Alam untuk Kelas X SMA/MA.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.