Anda di halaman 1dari 8

BAB II

GOLONGAN VIII A

A. Pengertian Gas Mulia


Gas mulia adalah grup elemen kimia dengan sifat-sifat yang sama: di kondisi standar,
they semua tidak berbau, tidak berwarna, dan monoatomik dengan reaktivitas yang
sangat rendah. Mereka ditempatkan di grup 18 (8A) dari tebel periodike (sebelumnya
dikenal dengan grup 0). 6 gas mulia tersebut terdapat di alam dengan bentuk helium (He),
neon (Ne), argon (Ar), krypton (Kr), xenon (Xe), dan radon yang bersifat radioaktif (Rn).
sejauh ini, 3 atom dari grup selanjutnya, ununoctium (Uuo) telah berhasil disintesis di
supercollider, tapi sangat sedikit yang diketahui mengenai elemen ini karena jumlah yang
dihasilkan sangat sedikit dan memiliki waktu paruh hidup yang sangat pendek .
Sifat-sifat gas mulia bisa dijelaskan dengan baik dengan teori modern tentang
struktur atom: valensi elektron kulit luar mereka dianggap "penuh", memberi mereka
sedikit sekali kesempatan untuk berpartisipasi dalam reaksi kimia, dan hanya beberapa
ratus senyawa yang telah disiapkan. Titik didih dan titik leleh gas mulia mempunyai nilai
yang dekat, berbeda kurang dari 10 °C (18 °F); yang mengakibatkan mereka berbentuk
cairan dalam jangkauan suhu yang pendek.
Neon, argon, krypton, dan xenon are didapatkan dari udara mengunakan metode
mencairkan/mengembunkan gas dan penyulingan bagian. Helium biasanya terpisah dari
gas alami, dan radon biasanya diisolasi dari penguraian radioaktif dari elemen radium
yang terurai. Gas mulia mempunyai beberapa aplikasi penting di industri seperti
penerangan, pengelasan, dan perjalanan angkasa luar. Gas prnapasan Helium-oksigen
biasanya digunakan oleh penyelam laut dalam yang biasanya lebih dari 180 kaki (55 m)
untuk menjaga penyelam dari oksigen toxemia, efek berbahaya dari oksigen dalam
tekanan tinggi, dan nitrogen narcosis, efek narkotik yang membingungkan dari nitrogen
di udara melebihi tekanan biasa. After setelah bahaya yang ditimbulkan hidrogen atas
mudah meledaknya elemen tersebut, gas tersebut diganti dengan helium.

B. Sejarah gas mulia


Pada tahun 1894, seorang ahli kimia Inggris bernama William
Ramsay mengidentifikasi zat baru yang terdapat dalam udara. Sampel udara yang sudah
diketahui mengandung nitrogen, oksigen, dan karbondioksida dipisahkan. Ternyata dari
hasil pemisahan tersebut, masih tersisa suatu gas yang tidak reaktif (inert).[1][1] Gas
tersebut tidak dapat bereaksi dengan zat-zat lain sehingga dinamakan argon (dari bahasa
Yunani argos yang berarti malas). Empat tahun kemudian Ramsay menemukan unsur
baru lagi, yaitu dari hasil pemanasan mineral kleverit. Dari mineral tersebut terpancar
sinar alfa yang merupakan spektrum gas baru. Spektrum gas tersebut serupa dengan
garis-garis tertentu dalam spektrum matahari. Untuk itu, diberi nama helium (dari bahasa
Yunani helios berarti matahari). Pada saat ditemukan, kedua unsur ini tidak dapat
dikelompokkan ke dalam golongan unsur-unsur yang sudah oleh Mendeleyev karena
memiliki sifat berbeda. Kemudian Ramsey mengusulkan agar unsur tersebut ditempatkan
pada suatu golongan tersendiri, yaitu terletak antara golongan halogen dan golongan
alkali. Untuk melengkapi unsur-unsur dalam golongan tersebut, Ramsey terus melakukan
penelitian dan akhirnya menemukan lagi unsur-unsur lainnya, yaitu neon, kripton,
dan xenon (dari hasil destilasi udara cair). Kemudian unsur yang ditemukan lagi
adalah radon yang bersifat radioaktif. Pada masa itu, golongan tersebut merupakan
kelompok unsur-unsur yang tidak bereaksi dengan unsur-unsur lain (inert) dan dibri nama
golongan unsur gas mulia atau golongan nol.
Di tahun 1898, Huge Erdmann mengambil nama Gas Mulia (Noble Gas) dari
bahasa Jerman Edelgas untuk menyatakan tingkat kereaktifan Gas Mulia yang sangat
rendah. Nama Noble dianalogikan dari Noble Metal (Logam Mulia), emas, yang
dihubungkan dengan kekayaan dan kemuliaan.[2][2]
Gas Mulia pertama ditemukan pada tanggal 18 Agustus 1868 oleh Pierre Janssen
dan Joseph Horman Lockyer. Ketika sedang meneliti gerhana matahari total mereka
menemukan sebuah garis baru di spektrum sinar matahari. Mereka menyakini bahwa itu
adalah lapisan gas yang belum diketahui sebelumnya, lalu mereka menamainya Helium.

Berikut ini adalah asal-usul mana unsur-unsur Gas Mulia, yaitu:


1. Helium à ήλιος (ílios or helios) = Matahari
2. Neon à νέος (néos) = Baru
3. Argon à αργός (argós) = Malas
4. Kripton à κρυπτός (kryptós) = Tersembunyi
5. Xenon à ξένος (xénos) = Asing
6. Radon (pengecualian) diambil dari Radium

Nama-nama di atas diambil dari bahasa Yunani. Pada awalnya, Gas Mulia
dinyatakan sebagai gas yang inert tetapi julukan ini disanggah ketika ditemukan senyawa
Gas Mulia.

C. Sifat gas mulia


a. Sifat-Sifat Umum :
Tidak Berwarna, tidak berbau, tidak berasa, sedikit larut dalam air.
Mempunyai elektron valensi 8, dan khusus untuk Helium elektron valensinya 2
Molekul-molekulnya terdiri atas satu atom (monoatom).

Tidak Berwarna, tidak berbau, tidak berasa, sedikit larut dalam air.
Mempunyai elektron valensi 8, dan khusus untuk Helium elektron valensinya 2
Molekul-molekulnya terdiri atas satu atom (monoatom).

Gas mulia merupakan unsur gas pada suhu kamar dan mendidih hanya beberapa
derajat di atas titik cairnya. Jari-jari, titik leleh serta titik didih gasnya bertambah seiring
bertambahnya nomor atom. Sedangkan energi pengionnya berkurang.

Berikut merupakan beberapa sifat dari gas mulia.


Tabel 1. Sifat-sifat Gas Mulia
Gas Nomor Titik Leleh (˚C) Titik Energi Jari-jari
Mulia Atom Didih (˚C) Ionisasi Atom
(kJ/mol) (Angstrom)
He 2 -272,2 -268,9 2738 0,50
Ne 10 -248,7 -245,9 2088 0,65
Ar 18 -189,2 -185,7 1520 0,95
Kr 36 -156,6 -152,3 1356 1,10
Xe 54 -111,9 -107,1 1170 1,30
Rn 86 -71 -62 1040 1,45

Dari tabel diatas dapat dilihat jari – jari atom yang kecil (dalam satu golongan,
semakin keatas semakin kecil) mempunyai energi ionisasi besar artinya elektronnya sangat
sukar dilepaskan, elektron terluar relatif lebih tertarik ke inti atom. Oleh sebab itu, atom-
atom gas mulia sangat sukar untuk bereaksi. Dari atas ke bawah jari – jari atom makin
besar, energi ionisasinya makin kecil atau makin mudah melepaskan elektron, sehingga gas
mulia dari atas ke bawah makin reaktif.
Kestabilan unsur-unsur golongan gas mulia dan semakin besarnya harga energi
ionisasi suatu atom menyebabkan unsur-unsur gas mulia sukar membentuk ion
(terionisasi), artinya sukar untuk melepas elektron agar berubah jadi ion positif. Selain itu
makin besar ukuran sebuah atom, makin mudah melepas elektron kulit terluarnya, karena
jaraknya makin jauh dari intinya yang bermuatan positif.
Kereaktifan gas mulia akan berbanding lurus dengan jari-jari atomnya, jadi
kereaktifan gas mulia akan bertambah dari He ke Rn hal ini disebabkan pertambahan jari-
jari atom yang mengakibatkan gaya tarik inti atom terhadap elektron kulit terluar
berkurang, sehingga lebih mudah melepaskan diri dan ditarik oleh atom lain. Tetapi gas
mulia adalah unsur yang tidak reaktif karena memiliki konfigurasi elektron yang sudah
stabil, hal ini didukung kenyataan bahwa gas mulia di alam selalu berada sebagai atom
tunggal atau monoatomik. Tetapi bukan berarti gas mulia tidak dapat bereaksi, hingga
sekarang gas mulia periode 3 ke atas (Ar, Kr, Xe, Rn) sudah dapat berreaksi dengan unsur
yang sangat elektronegatif seperti Flourin dan Oksigen. Sampai saat ini, senyawa gas mulia
yang sudah dapat bereaksi dengan zat lain adalah xenon dan kripton, sedangkan helium,
neon, dan argon masih sangat stabil.
Titik didih dan titik leleh unsur-unsur gas mulia lebih kecil dari pada suhu kamar
(250C atau 298 K) sehinga seluruh unsur gas mulia berwujud gas. Karena kestabilan unsur-
unsur gas mulia, maka di alam berada dalam bentuk monoatomik. Titik leleh dan titik didih
unsur – unsur gas mulia perbedaannya sangat sedikit misalnya Neon meleleh pada suhu
-2490C dan mendidih pada suhu -2460C karena gaya tarik atom – atom gas mulia sangat
kecil.
Adapula hal penting yang menyebabkan gas mulia amat stabil yaitu konfigurasi
elektronnya. Elektron valensi gas mulia sudah memenuhi kaidah Duplet untuk He dan
kaidah Oktet untuk Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn. Konfigurasi elektron gas mulia (kecuali He)
berakhir pada ns2 np6. Konfigurasi tersebut merupakan konfigurasi elektron yang stabil,
sebab semua elektron pada kulitnya sudah berpasangan. Oleh sebab itu, tidak
memungkinkan terbentuknya ikatan kovalen dengan atom lain. Energi ionisasi yang tinggi
menyebabkan gas mulia sukar menjadi ion positif dan berarti sukar membentuk senyawa
secara ionik.

Berikut adalah konfigurasi elektron gas mulia

Tabel 2. Konfigurasi elektron gas mulia


Nomor
Unsur Konfigurasi Elektron
Atom
He 2 1s2
Ne 10 [He] 2s2 2p6
Ar 18 [Ne] 3s2 3p6
Kr 36 [Ar] 4s2 3d10 4p6
Xe 54 [Kr] 5s2 4d10 5p6
Rn 86 [Xe] 6s2 5d10 6p6

Karena konfigurasi elektronnya yang stabil gas mulia juga biasa digunakan untuk
penyingkatan konfigurasi elektron bagi unsur lain.
contoh :
Br = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p5
Menjadi
Br = [Ar] 4s2 3d10 4p5
Dua elektron dari He membuat subkulit s menjadi penuh dan unsur-unsur gas
mulia yang lain pada kulit terluarnya terdapat 8 elektron karena kulit terluarnya telah
penuh maka gas mulia bersifat stabil dan tidak reaktif. Jadi afinitas
elektronnya mendekati nol.

D. Pembuatan gas mulia


a. Gas Helium
Helium (He) ditemukan terdapat dalam gas alam di Amerika Serikat. Gas helium
mempunyai titik didih yang sangat rendah, yaitu -268,8˚C sehingga pemisahan gas
helium dari gas alam dilakukan dengan cara pendinginan sampai gas alam akan mencair
(sekitar -156˚C) dan gas helium terpisah dari gas alam.

b. Gas Argon, Neon, Kripton, dan Xenon


Udara mengandung gas mulia argon (Ar), neon (Ne), krypton (Kr), dan xenon
(Xe) walaupun dalam jumlah yang kecil. Gas mulia di industri diperoleh sebagai hasil
samping dalam industri pembuatan gas nitrogen dan gas oksigen dengan proses destilasi
udara cair.

Pada proses destilasi udara cair, udara kering (bebas uap air) didinginkan
sehingga terbentuk udara cair. Pada kolom pemisahan gas argon bercampur dengan
banyak gas oksigen dan sedikit gas nitrogen karena titik didih gas argon (-189,4˚C) tidak
jauh beda dengan titik didih gas oksigen (-182,8˚C). Untuk menghilangkan gas oksigen
dilakukan proses pembakaran secara katalitik dengan gas hidrogen, kemudian
dikeringkan untuk menghilangkan air yang terbentuk. Adapun untuk menghilangkan gas
nitrogen, dilakukan cara destilasi sehingga dihasilkan gas argon dengan kemurnian
99,999%. Gas neon yang mempunyai titik didih rendah (-245,9˚C) akan terkumpul dalam
kubah kondensor sebagai gas yang tidak terkonsentrasi (tidak mencair). Gas kripton (Tb
= -153,2˚C) dan xenon (Tb = -108˚C) mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari gas
oksigen sehingga akan terkumpul di dalam kolom oksigen cair di dasar kolom destilasi
utama. Dengan pengaturan suhu sesuai titik didih, maka masing-masing gas akan
terpisah. Semua unsur gas mulia terdapat di udara, kecuali Radon(Rn) yang hanya
terdapat sebagai isotop radioaktif berumur pendek, yang diperoleh dari peluruhan radio
aktif atom radium.
Unsur radon (Rn) yang merupakan
88
Ra226 → 86Rn222 + 2He4

E. Pembentukan senyawa pada gas mulia


Gas Mulia adalah gas yang sudah memiliki 8 elektron valensi dan memiliki
kestabilan yang tinggi. Tetapi gas mulia pun masih dapat bereaksi dengan atom lain.
Karena sebenarnya tidak semua sub kuit pada gas mulia terisi penuh.
Contoh:
Ar : [Ne] 3s2 3p6
Sebenarnya atom Ar masih memiliki 1 Sub kulit yang masih kosong yaitu sub
kulit d jadi
Ar : [Ne] 3s2 3p6 3d0
jadi masih bisa diisi oleh atom-atom lain.
Sampai dengan tahun 1962, para ahli masih yakin bahwa unsur-unsur gas mulia
tidak bereaksi. Kemudian seorang ahli kimia kanada bernama Neil Bartlet berhasil
membuat persenyawaan yang stabil antara unsur gas mulia dan unsur lain, yaitu XePtF6.
Keberhasilan ini didasarkan pada reaksi:
PtF6 + O2 → (O2)+ (PtF6)-
PtF6 ini bersifat oksidator kuat. Molekul oksigen memiliki harga energi ionisasi
1165 kJ/mol, harga energi ionisasi ini mendekati harga energi ionisasi unsur gas mulia Xe
= 1170 kJ/mol.
Atas dasar data tersebut, maka untuk pertama kalinya Bartlet mencoba
mereaksikan Xe dengan PtF6 dan ternyata menghasilkan senyawa yang stabil sesuai
dengan persamaan reaksi:
Xe + PtF6 → Xe+(PtF6)-
Setelah berhasil membentuk senyawa XePtF6, maka gugurlah anggapan bahwa
gas mulia tidak dapat bereaksi. Kemudian para ahli lainnya mencoba melakukan
penelitian dengan mereaksikan xenon dengan zat-zat oksidator kuat, diantaranya
langsung dengan gas flourin dan menghasilkan senyawa XeF2, XeF4, dan XeF6.
Reaksi gas mulia lainnya, yaitu krypton menghasilkan senyawa KrF 2. Radon
dapat bereaksi langsung dengan F2dan menghasilkan RnF2. Hanya saja senyawa KrF2 dan
RnF2 bersifat (tidak stabil).
Tabel 3. Beberapa senyawaan Xenon
Tingkat Senyawaan Bentuk Titik Didih Struktur Tanda-tanda
Oksidasi (˚C)
II XeF2 Kristal tak 129 Linear Terhidrolisis
berwarna menjadi Xe +
IV XeF4 Kristal tak 117 Segi-4 O2; sangat larut
berwarna dalam HF
Stabil

VI XeF6 Kristal tak 49,6 Oktahedral Stabil


berwarna terdistorsi
Cs2XeF8 Padatan Archim. Stabil pada
XeOF4 kuning Antiprisma 400˚
XeO3 Cairan tak -46 Piramid
berwarna segi-4 Stabil
Kristal tak Piramidal Mudah
berwarna meledak,
higroskopik;
stabil dalam
larutan
VIII XeO4 Gas tak Tetrahedral Mudah meledak
berwarna
XeO6 4- Garam tak Oktahedral Anion- anion
berwarna HXeO63-,
H2XeO62-,
H3XeO6- ada
juga

Senyawa gas mulia He dan Ne sampai saat ini belum dapat dibuat mungkin
karena tingkat kestabilannya yang sangat besar. Gas-gas ini pun sangat sedikit
kandungannya di bumi. dalam udara kering maka akan ditemukan kandungan gas mulia
sebagai berikut : Helium = 0,00052 %; Neon = 0,00182 %; Argon = 0,934 %; Kripton =
0,00011 %; Xenon = 0,000008; Radon = Radioaktif*

F. Keguaan gas mulia


a. Helium.
Campuran helium dan oksigen digunakan sebagai udara buatan untuk para
penyelam dan para pekerja lainnya yang bekerja di bawah tekanan udara tinggi.
Perbandingan antara He dan O2 yang berbeda-beda digunakan untuk kedalaman
penyelam yang berbeda-beda. Helium cair yang digunakan di Magnetic Resonance
Imaging (MRI) tetap bertambah jumlahnya, sejalan dengan ditemukannya banyak
kegunaan mesin ini di bidang kesehatan. Helium juga digunakan untuk balon-balon
raksasa yang memasang berbagai iklan perusahaan-perusahaan besar, termasuk
Goodyear. Aplikasi lainnya sedang dikembangkan oleh militer AS adalah untuk
mendeteksi peluru-peluru misil yang terbang rendah. Badan Antariksa AS NASA juga
menggunakan balon-balon berisi gas helium untuk mengambil sampel atmosfer di
Antartika untuk menyelidiki penyebab menipisnya lapisan ozon. Menghirup sejumlah
kecil gas ini akan menyebabkan perubahan sementara kualitas suara seseorang.

b. Neon
Neon biasanya digunakan untuk pengisi bola lampu neon. Selain itu juga neon
dapat digunakan untuk berbagi macam hal seperti indicator tegangan tinggi, zat
pendingin, penangkal petir, dan mengisi tabung televisi.

c. Argon
Argon digunakan dalam las titanium pada pembuatan pesawat terbang atau
roket. Argon juga digunakan dalam las stainless steel dan sebagai pengisi bola lampu
pijar karena argon tidak bereaksi dengan wolfram (tungsten) yang panas.

d. Kripton
Kripton bersama argon digunakan sebagai pengisi lampu fluoresen bertekanan
rendah. Krypton juga digunakan dalam lampu kilat untuk fotografi kecepatan tinggi.

e. Xenon
Xenon dapat digunakan dalam pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh
bakteri) dan pembuatan tabung elektron.

F. Radon
Radon dapat digunakan dalam terapi kanker karena bersifat radioaktif. Namun
demikian, jika radon terhisap dalam jumlah banyak, malah akan menimbulkan kanker
paru-paru. Radon juga dapat berperan sebagai sistem peringatan gempa, karena bila
lempengan bumi bergerak kadar radon akan berubah sehingga bisa diketahui bila
adanya gempa dari perubahan kadar radon.
DAFTAR PUSTAKA

Http _gas-mulia.blogspot.com_.html
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/03/kimia-unsur-gas-mulia-yang-stabil.html
http://chemiscihuy.wordpress.com/2009/11/05/definisi-sejarah-dan-sifat-gas-mulia/
http://masterkimiaindonesia.com/
http://gas-mulia.blogspot.com/2009/11/gas-mulia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_mulia
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Roni%20Sudra%20jat/home.html
http://adypurwoko.blogspot.com/2009/01/gas-mulia.html
http://h4rv3st.blogspot.com/2008/06/unsur-unsur-gas-mulia.html
http://www.scribd.com/doc/19015264/Tabel-Periodik-Golongan-VIIIA-2
http://handoyodwiprakoso.blogspot.com/2009/02/tugas-kimia-bu-ninin.html

Anda mungkin juga menyukai